Tag Archives: Nabi Muhammad

Kisah Nabi Muhammad dan Anggur Asam dari Lelaki Miskin



Jakarta

Kisah Nabi Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi dan pembelajaran bagi umat Islam. Salah satu kisah menarik dari kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah kisahnya dengan anggur asam yang diberikan oleh seorang lelaki miskin.

Anggur merupakan buah yang istimewa. Buah dengan rasa manis ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Buah anggur disebutkan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an dan terdapat kisah Nabi Muhammad SAW bersama buah anggur.

Ayat Al-Qur’an tentang Anggur

Allah SWT telah berfirman dalam beberapa ayat Al Qur’an tentang buah anggur.


Surah An Nahl ayat 11,

يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ١١

Artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”

Surah Al Isra ayat 91,

اَوْ تَكُوْنَ لَكَ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْاَنْهٰرَ خِلٰلَهَا تَفْجِيْرًاۙ ٩١

Artinya: “atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya,”

Surah Ar Ra’d ayat 4,

وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٤

Artinya: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”

Kisah Nabi Muhammad dan Anggur Asam dari Lelaki Miskin

Dikutip dari buku Rumah Cinta Rasul karya Dewi Ambarsari, Nabi Muhammad SAW memiliki kisah dengan anggur asam.

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW dihampiri oleh lelaki miskin yang membawa segenggam buah anggur. Buah anggur tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hadiah.

Lelaki miskin itu berkata, “Wahai Rasulullah, terimalah buah anggur ini sebagai hadiah kecil dariku.” Ia sangat senang dan bersemangat ketika memberikan buah anggur itu kepada Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW pun menerima buah anggur pemberian lelaki miskin itu dan mengambil satu butir untuk dimakannya.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang bersama para sahabatnya. Para sahabat sangat berharap agar Nabi Muhammad SAW membagikan buah anggur itu kepada mereka.

Bukannya membagi, Nabi Muhammad SAW justru menghabiskan anggur tersebut seorang diri dan tidak menyisakan untuk sahabatnya.

Lelaki miskin tersebut sangat senang karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan anggur pemberiannya. Kemudian ia pamit dengan hati yang gembira.

Para sahabat pun heran, hingga bertanya, “Wahai Rasulullah kenapa kau makan semua anggur itu dan tanpa sama sekali menawarkannya kepada kami?”

Nabi Muhammad SAW tersenyum dan berkata, “Aku makan semua anggur itu karena rasa buah anggur itu asam. Jika aku menawarkannya pada kalian, aku khawatir kalian tidak dapat menahan rona muka yang tidak mengenakkan. Hal itu bisa menyakiti hati lelaki tersebut. Jadi aku berpikir lebih baik aku makan semuanya demi menyenangkan sang pemberi anggur. Aku tidak ingin menyakiti hati lelaki tersebut.”

Dari kisah Nabi Muhammad dan anggur asam, terdapat beberapa pelajaran seperti untuk saling berbagi dan menghargai usaha yang telah dilakukan oleh orang yang telah memberikan sesuatu.

Manfaat Anggur

Mengutip dari sumber sebelumnya, buah anggur memiliki banyak manfaat. Jika dikonsumsi secara rutin dalam bentuk alami, buah anggur dapat memberi manfaat kesehatan. Berikut beberapa manfaat anggur:

1. Mencegah kanker karena anggur mengandung antioksidan
2. Biji anggur dapat mencegah penuaan dini
3. Menyeimbangkan kadar kolesterol, sehingga mencegah penyakit stroke
4. Menjaga kesehatan jantung
5. Mengatasi insomnia

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Sosok Ummu Salamah, Istri Rasulullah yang Terakhir Wafat



Jakarta

Rasulullah SAW mempunyai beberapa istri, salah , bernama Ummu Salamah. Ummu Salamah adalah salah satu istri mulia Rasulullah SAW.

Terdapat hikmah tersendiri dari pernikahan Ummu Salamah dengan Rasulullah SAW. Berikut kisahnya:

Ummu Salamah Istri Rasulullah SAW

Dirangkum dari buku Kelengkapan Tarikh Rasulullah SAW karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, nama lengkap Ummu Salamah adalah Hindun binti Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, Ummu Salamah adalah istri Abu Salamah bin Abdul Asad.


Menurut buku Sirah Nabawiyah karya Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ummu Salamah dan Rasulullah SAW menikah pada bulan Syawwal tahun 4 Hijriyah.

Dijelaskan dari buku Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 2 karya Ali Muhammad Ash-Shallabi, beberapa saat setelah Abu Salamah meninggal dan masa iddah Ummu Salamah habis, Rasulullah SAW datang kepada Ummu Salamah dan menyatakan pinangan kepadanya melalui anak laki-laki Ummu Salamah. Ummu Salamah berkata, “Apakah pantas aku menolak Rasul utusan Allah?! Atau aku mengajukan diri dengan keluargaku.” Keesokan harinya Rasulullah SAW datang langsung meminang Ummu Salamah.

Terdapat perbedaan pendapat tentang siapa wali yang menikahkan Ummu Salamah dengan Rasulullah SAW.

Ketika Ummu Salamah setuju untuk menikah, Rasulullah SAW berkata, “Aku tidak memberikan kurang dari apa yang pernah aku berikan kepada si fulan, alat penggiling gandum, dua kantong gandum, dan bantal dari kulit yang diisi dengan bulu hewan.”

Dari hasil pernikahan Ummu Salamah dengan Abu Salamah, mereka dikaruniai dengan seorang bayi. Ketika Rasulullah SAW menikahinya, beliau mendatanginya. Jika Rasulullah SAW datang kepadanya, Zainab mengambil bayi itu ke kamarnya untuk ia susukan. Malu dengan hal itu, Rasulullah SAW pun kembali.

Ammar bin Yasir (saudara seibu Ummu Salamah) yang memahami hal tersebut mengambil bayi itu agar disusukan di rumahnya atau di rumah salah seorang perempuan. Setelah menanyakan keberadaan Zannab, Rasulullah SAW berkata kepada Ummu Salamah, “Aku akan datang kepada kamu malam ini.”

Rasulullah SAW kemudian menetap selama tiga hari di rumah Ummu Salamah. Kemudian Rasulullah SAW memberikan giliran kepadanya seperti istri-istrinya yang lain, yaitu tujuh hari bagi istri yang masih gadis, dan tiga hari bagi janda.

Hikmah Pernikahan

Hikmah pernikahan Ummu Salamah dengan Rasulullah SAW adalah bukan untuk kenikmatan yang memang dihalalkan. Akan tetapi karena keutamaan Ummu Salamah yang hanya diketahui oleh orang-orang yang berpikir tentang kualitas pendapat Ummu Salamah pada perjanjian Al-Hudaibiyah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas kematian suaminya.

Di balik pernikahan mereka juga terkandung makna untuk meredam kedengkian kabilah dan mendekatkan hati anak-anak Ummu Salamah, sehingga membuat mereka tertarik untuk masuk Islam setelah mereka menjadi keluarga Rasulullah SAW melalui pernikahan.

Dalam pernikahan mereka terkandung fiqh Rasulullah SAW dalam membangun interen umat, menunaikan hak para syuhada’ terhadap istri-istri mereka. Di antara hak para istri tersebut adalah mendapatkan nur nubuwwah sesuai kehendak Allah SWT agar mereka menyampaikan nur nubuwwah tersebut dari Rasulullah SAW.

Ummu Salamah adalah istri Rasulullah SAW yang terakhir meninggal dunia. Beliau meninggal pada tahun 61 Hijriyah. Semasa hidupnya, Ummu Salamah berperang menyebarkan ilmu pengetahuan dan hikmah dari Rasulullah. Dengan wafatnya Ummu Salamah, maka padamlah lampu terakhir dari lampu-lampu Ummahat Al-Mukminin yang memancarkan cahaya, hidayah, dan ilmu.

Semoga Allah SWT meridhainya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Nama Paman Nabi Muhammad SAW


Jakarta

Semasa hidup, Nabi Muhammad SAW memiliki 10 orang paman. Menukil buku Hidup Bersama Al-Qur’an 2 oleh M. Quraish Shihab, berikut nama-namanya.

Dari 10 paman Nabi Muhammad SAW, beberapa di antaranya tetap memilih untuk tidak memeluk Islam. Ada juga yang menentang dakwah Rasulullah SAW.

Nama-nama paman Nabi Muhammad SAW Beserta Kisah Singkatnya

1. Abu Thalib

Abu Thalib bertugas melindungi Nabi Muhammad SAW setelah kepergian ayahnya, Abdul Muthalib. Abu Thalib dikenal selalu membela Nabi Muhammad SAW dari gangguan kaum Quraisy yang menolak dakwah Nabi Muhammad SAW.


Abu Thalib merupakan orang yang paling berjasa dalam membantu dakwah Nabi Muhammad SAW. Namun, hingga akhir hayatnya, Abu Thalib enggan untuk mengucapkan kalimat syahadat.

2. Az-Zubair

Az-Zubair adalah salah satu petinggi dalam kaum Quraisy yang terkenal cerdas. Setelah menikah dengan Atikah binti Abi Wahab, Zubair dikaruniai anak Abdullah bin Zubair yang kelak menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW.

Sebelum Muhammad SAW diangkat menjadi nabi, Zubair pun wafat.

3. Al-Harits

Al-Harits adalah paman Nabi Muhammad SAW yang tertua. Beliau wafat sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi.

4. Hamzah

Hamzah adalah paman Nabi Muhammad SAW yang merupakan kaum Quraisy. Dia memiliki pendirian teguh dalam mempertahankan harga diri dan paling anti dihina. Namun Hamzah memilih untuk memeluk Islam.

5. Abu Lahab

Abu Lahab adalah salah satu paman Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan kisah kematiannya yang tragis. Abu Lahab dikenal kerap menantang ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Kematian Abu Lahab terjadi tujuh hari setelah Perang Badar. Dia mengidap penyakit kulit dan bisul di seluruh tubuhnya sehingga tidak ada satu orang pun yang mau mengurusnya.

Setelah tiga hari jasadnya terlantar, Abu Lahab dikuburkan dengan tidak lazim. Tubuhnya didorong menggunakan kayu hingga masuk ke dalam lubung dan jasadnya dilempari batu kerikil hingga tertimbun.

6. Al Ghaidaq

Al Gahidaq dikenal sebagai paman nabi yang sangat kaya raya dan dermawan. Dia sering memberi makan orang-orang di sekitarnya. Namun, Al Ghaidaq menjadi salah satu paman nabi yang tidak memeluk Islam.

7. Al Muqawwim

Al Muqawwim memiliki nama lain yakni Abdullah Al-Ka’bah. Tidak banyak yang mencatat tentang kehidupan Al Muqawwim sebab ia meninggal sebelum Islam datang dan Nabi Muhammad SAW mendapat gelar ke-nabi-annya.

8. Dhirar

Dhirar adalah paman Nabi Muhammad SAW yang tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Beliau wafat juga sebelum Islam datang.

9. Al Abbas

Al Abbas merupakan anak bungsu dari kakek Nabi Muhammad SAW. Abbas adalah salah satu orang yang senantiasa melindungi Nabi Muhammad SAW dari kaum Quraisy yang selalu ingin mencelakainya.

Dikutip dari buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, saat terjadi Perang Badar, Abbas bin Abdul Muthalib menjadi tawanan perang. Abu al-Sair bin Ka’b bin Amr dari Bani Salamah merupakan orang yang berhasil menawan Abbas selama Perang Badar.

10. Qutsam

Walaupun ada pandangan yang menyatakan Abdul Muthalib tidak memiliki anak yang bernama Qutsam, terdapat sudut pandang lain yang menunjukkan kemungkinan bahwa Qutsam meninggal dunia pada usia dini.

Wallahu a’lam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Syafiyyah binti Huyay, Istri Rasulullah SAW dari Keturunan Yahudi


Jakarta

Banyak kisah yang menceritakan tentang istri-istri Nabi Muhammad SAW. Salah satunya Syafiyyah binti Huyay. Beliau adalah istri Rasulullah SAW yang berasal dari suku Bani Nadhir.

Ketika menikah dengan Rasulullah SAW, Safiyyah belum genap berusia 17 tahun. Safiyyah tidak disukai oleh istri-istri Rasulullah SAW lainnya karena ia adalah anak keturunan Yahudi.

Sebelum menjadi istri Rasulullah SAW, ia telah menikah sebanyak dua kali. Pernikah pertama dengan laki-laki Yahudi dari Bani Quraizhah bernama Salam bin Misykam al-Qurazhi. Namun, pernikahan mereka tidak berlangsung lama, karena terjadi perceraian.


Kedua, Syafiyyah dinikahi oleh Kinanah bin Rabi’ bin Abi Huqaiq an-Nadhiri, lelaki berdarah Yahudi dari Bani Nadhir. Pernikahan tersebut juga tidak berlangsung lama sebab Kinanah terbunuh pada Perang Khaibar.

Awal Kehidupan Syafiyyah binti Huyay

Merujuk buku Kisah-Kisah Teladan Para Muslimah Hebat oleh Nisa Yustisia, Syafiyyah adalah putri Huyay bin Akhtab dan Barrah binti Samaual. Ayahnya merupakan pemimpin Bani Nadhir, salah satu kaum Yahudi.

Sejak kecil Syafiyyah rajin membaca dan mempelajari sejarah serta ilmu pengetahuan. Dari kitab Taurat, ia mengetahui bahwa akan datang seorang nabi dari jazirah Arab yang menjadi penutup seluruh nabi. Syafiyyah pun meyakini kebenaran berita itu.

Setelah muncul berita bahwa Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam di Mekkah, Syafiyyah langsung meyakini bahwa hal itu sesuai dengan apa yang ia pelajari di kitab Taurat. Ia justru heran kepada kaumnya yang tidak memercayai berita tersebut, termasuk ayahnya yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW.

Perang Khaibar

Kembali mengutip buku dari Nisa Yustisia, pada tahun 628 M, Bani Nadhir melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin. Namun, Allah SWT menolong kaum muslimin sehingga mampu mengalahkan kaum Yahudi.

Dengan kemenangan tersebut, kaum muslimin mendapatkan harta rampasan perang dan menjadikan kaum wanita Yahudi sebagai tawanan perang. Syafiyyah adalah salah satu tawanan perang tersebut.

Pernikahan Syafiyyah binti Huyay dengan Rasulullah SAW

Mengutip buku Orang-orang yang Memusuhi Nabi Muhammad SAW oleh Kaha Anwar, Syafiyyah binti Huyay dinikahi oleh Rasulullah SAW pada usia 17 tahun. Ia dijadikan istri setelah peristiwa Perang Khaibar.

Sebelum dinikahi Rasulullah SAW setelah Perang Khaibar, Syafiyyah merupakan budak Dhiyah al-Kalabi. Kemudian Rasulluah SAW membeli Syafiyyah serta memberikannya dua pilihan.

Pilihan pertama, Syafiyyah dimerdekakan dan dikembalikan ke kaumnya. Pilihan kedua, Syafiyyah dimerdekakan dan dinikahi oleh Rasulullah SAW tapi harus masuk Islam. Akhirnya Syafiyyah memilih dinikahi Rasulullah dengan mahar berupa pembebasan statusnya dari budak.

Konon, sejak kedatangan Rasulullah SAW ke Madinah, sebenarnya Syafiyyah sudah tertarik dengan Islam. Apalagi ia adalah tetangga Rasulullah SAW sebelum Bani Nadhir diusir dari kampung halamannya. Namun, ia tidak berani mengucapkan ketertarikannya kepada Islam karena ayahnya membenci Rasulullah SAW.

Namun, kehadiran Syafiyyah sebagai istri Rasulullah SAW tidak disambut baik oleh para istri Nabi dan para wanita Muslimah di sana. Hal ini wajar, mengingat perilaku ayah Shafiyah yang sangat jahat dan kejam kepada Nabi. Dahulu, ayah Shafiyah sempat melempar batu pada Nabi.

Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, Syafiyyah merasa sangat terasingkan di tengah-tengah kaum muslimin. Karena sering mengungkit-ungkit garis keturunan Syafiyyah yang berasal dari Yahudi. Meskipun demikian, Syafiyyah tetap pada keimanannya dan melanjutkan perjuangan dakwah suaminya. Syafiyyah wafat pada masa kekhalifahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Umair bin Wahab, Setan Quraisy yang Akhirnya Jadi Sahabat Rasulullah


Jakarta

Tidak semua sahabat Rasulullah SAW dari kalangan orang-orang baik yang langsung menerima ajaran beliau. Namun, dengan ketulusan hati beliau, yang awalnya musuh pun bisa dijadikannya sahabat.

Umair bin Wahab sebelum menjadi sahabat Rasulullah SAW, ia adalah salah satu musuh paling keras di masa jahiliah. Di Pertempuran Badar, Umair bin Wahab adalah salah satu pemimpin Quraisy yang menghunus pedangnya untuk menghadapi Islam.

Kemampuan paling menonjolnya adalah penglihatan dan perhitungan yang tepat. Hingga ia memiliki dendam dan ingin membunuh Rasulullah SAW.


Kisah Umair bin Wahab saat Perang Badar

Merangkum buku Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad SAW oleh Ummu Ayesha, di Perang Badar, Umair bin Wahab menjadi salah satu panglima dari suku Quraisy dan dijuluki Setan Quraisy. Sebagai bentuk strateginya, ia berinisiatif mengintai persiapan Rasulullah SAW.

Melihat pasukan Islam berjumlah 300 orang tanpa ada prajurit cadangan dan tidak takut mati, Umair bin Wahab memutuskan untuk menarik mundur pasukannya kembali ke Mekkah. Menurutnya, jika jumlah korban dari pihaknya sama dengan jumlah pasukan Rasulullah SAW, maka itu adalah sebuah kerugian.

Sebaliknya Abu Jahal tidak melihat pasukan kaumnya mundur. Dia kembali menyemangati dan mengobarkan api dendam kepada kaumnya, maka pasukan pun kembali ke Badar. Perang Badar pun pecah dengan korban pertama dari suku Quraisy adalah Abu Jahal.

Sebagai panglima, Umair mendapatkan kekalahan telak di Medan Badar. Korban yang terus berjatuhan membuat pasukannya frustasi.

Selain itu, satu putra Umair menjadi tawanan perang. Umair pun tidak bisa menyembunyikan kesedihannya atas kondisi sang anak. Kesedihan yang berujung pada rasa dendam hingga ingin membunuh Rasulullah SAW.

Bertekad Membunuh Rasulullah namun Akhirnya Memeluk Islam

Merangkum buku Sirah 65 Sahabat Rasulullah SAW karya Abdurrahman Ra’fat Al-Fasya, Umair bin Wahab bertemu Shafwan bin Umayyah di suatu pagi. Shafwan mengajak Umair berbincang dan Umair pun duduk di hadapan Shafwan.

Kedua pria tersebut akhirnya mengingat kekalahan telak dalam peristiwa Perang Badar. Mereka juga menghitung anggota kelompok mereka yang ditawan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam perang.

Di tengah kesempatan itu Shafwan berkata, “Demi Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik sesudah mereka kini, sesudah kematian pahlawan-pahlawan Quraisy.”

“Demi Tuhan, seandainya aku tidak memiliki utang yang harus kulunasi dan kekhawatiran atau keselamatan keluargaku setelah kehilanganku, sungguh aku akan pergi menemui Muhammad dan membunuhnya,” timpal Umair.

Shafwan mendorong semangat dan membakar api dendam Umair dengan berkata, “Semua utangmu di atas tanggunganku, sedangkan keluargamu bersama keluargaku. Aku akan menjamin keselamatan mereka seumur hidup mereka, aku tidak akan berbuat berat sebelah sehingga melemahkan keluargamu.”

Umair bangkit, dan api kedengkian berkobar dengan dahsyat di dalam hatinya terhadap Rasulullah SAW. Lalu ia mempersiapkan bekal untuk mewujudkan tekadnya dan tidak ada kegelisahan sedikit pun di dalam hatinya.

Umair meminta keluarganya untuk mengasah pedang dan melumurinya dengan racun, kemudian ia meminta disiapkan kendaraannya. Dia mulai perjalanan menuju Madinah, dibalut oleh selendang kebencian dan kejahatan.

Saat Umair tiba di Madinah, orang pertama yang melihatnya adalah Umar bin Khattab. Melihat Umair berkeliaran dengan pedang di tangannya, membuat Umar khawatir kalau Umair datang dengan niat buruk.

“Anjing ini adalah musuh Allah, Umair bin Wahab. Dia datang dengan membawa niat tidak baik, akan tetapi ia ingin berbuat keonaran. Kita telah menduga ialah orang yang menghasut kaum Quraisy untuk memerangi kita di Perang Badar,” ujar Umar bin Khattab. Lalu Umar pun pergi melapor kepada Rasulullah SAW

Setelahnya, mata pedang Umar diarahkan pada Umair dan tangannya mencengkram baju Umair, kemudian ia seret ke hadapan Nabi. Umar pun berkata kepada orang-orang Anshar, “Masuk lah bersama Rasulullah SAW, dan berwaspadalah dari ancaman si keji ini. Karena sesungguhnya dia tidak bisa di percaya.”

Rasulullah SAW yang melihat perlakuan Umar terhadap Umair, maka ia memberi perintah, “Lepaskan dia, wahai Umar! Dan wahai Umair tetap di tempatmu!”

Rasulullah SAW menanyakan apa sebenarnya maksud kedatangan Umair. Namun, Umair selalu mengelak dengan mengatakan hanya meminta agar para tawanan dibebaskan.

Rasulullah SAW mengetahui perbincangan antara Umair dan Shafwan mengenai tawanan dan tawaran dari Shafwan kepada Umair yang akhirnya mengobarkan api dendam di hatinya. Rasulullah SAW juga mengetahui jika niat sebenarnya Umair datang menghadap adalah ingin membunuhnya.

Umair merasa terkejut sesaat, lalu ia berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah SWT.” Lalu ia mengucapkan kalimat syahadat dan memeluk agama Islam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perjalanan Hijrah Nabi SAW, Sembunyi di Gua Tsur Bersama Abu Bakar



Jakarta

Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah penuh rintangan. Beliau kala itu sampai bersembunyi di Gua Tsur bersama Abu Bakar. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy.

Diceritakan dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 susunan Moenawar Khalil, banyak tantangan yang dilalui Rasulullah SAW saat berdakwah di Makkah. Kaum kafir Quraisy tak segan mengusir umat Islam dari kota tersebut dengan harapan Rasulullah SAW berubah pikiran.

Dalam buku Kisah Teladan dan Inspiratif 25 Nabi & Rasul oleh Anita Sari dkk, dikisahkan bahwa suatu ketika kondisi di Makkah dirasa sudah tidak aman bagi umat Islam. Rasulullah SAW lalu memerintahkan kaum muslim berhijrah ke Madinah. Mulanya, beliau berangkat secara diam-diam ditemani oleh Abu Bakar RA.


Dalam perjalanannya ini, beliau bersembunyi di dalam Gua Tsur dari kejaran kaum kafir Quraisy. Atas izin Allah, muncul laba-laba dan burung merpati di gua tersebut.

Ribuan laba-laba secara tiba-tiba membuat sarang di muka Gua Tsur. Begitu pula dengan burung merpati liar yang bersarang dan bertelur di gua tersebut.

Kondisi Gua Tsur yang seperti itu menyebabkan kafir Quraisy yang mengejar Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar mengurungkan niat untuk masuk ke Gua Tsur. Meski jejak kaki sang rasul dan sahabatnya berhenti di depan gua tersebut, mereka beranggapan jika keduanya berada di dalam seharusnya sarang laba-laba hancur dan telur-telur merpati pecah.

Salah seorang kafir Quraisy berkata, “Kita perlu mencoba masuk bersama-sama, coba marilah!”

Seseorang bernama Ummayah bin Khalaf membalas, “Mengapa kamu hendak masuk ke dalamnya? Kalau Muhammad telah masuk, tentu sarang laba-laba itu telah luluh bukan? Ya, kalau di dalam gua itu tidak ada binatang liar dan buas atau ular berbisa. Kalau ada, tentu akan mencelakakan kamu bukan?”

Mendengar itu, kaum kafir Quraisy mengurungkan niat untuk masuk ke Gua Tsur. Abu Bakar lalu mengangkat kepalanya ke atas gua dan berkata, “Oh, jika mereka melihat kakinya ke bawah atau menundukkan kepalanya ke bawah, tentu dengan segera melihat kita ada di sini bukan?”

Rasulullah SAW pun berkata, “Janganlah engkau menyangka bahwa aku ini sendirian bersama engkau, tetapi sesungguhnya Allah selalu bersama kita, selamanya Ia akan melindungi kita. Adapun jika mereka nanti masuk ke dalam gua ini dengan jalan melalui pintu gua itu, nanti kita melepaskan diri melalui ini (Nabi menunjukkan jarinya ke sebelah belakang).”

Allah SWT berfirman dalam surah At Taubah ayat 40,

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,”

Dengan kuasa Allah SWT, ketika Abu Bakar menoleh ke belakang terlihat pintu lebar di belakang gua yang dapat digunakan untuk melarikan diri. Padahal, sebelumnya gua itu tidak berpintu.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Nabi yang Menyesal saat Sakaratul Maut



Jakarta

Terdapat kisah inspiratif mengenai sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Sya’ban RA. Meski namanya tidak menonjol seperti sahabat-sahabat lain, Sya’ban merupakan sosok yang memiliki kebiasaan unik.

Menukil buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III oleh Yusak Burhanudin dan Muhammad Najib, Sya’ban selalu datang ke masjid sebelum waktu salat tiba. Ia mengambil posisi paling pojok di masjid saat salat berjamaah karena tidak ingin menghalangi orang yang ingin beribadah di masjid. Rasulullah SAW dan para sahabat lainnya mengetahui kebiasaan Sya’ban RA.

Suatu hari, Sya’ban tidak kunjung datang saat para sahabat dan Rasulullah SAW melaksanakan salat berjamaah. Nabi Muhammad SAW merasa heran dan sempat menunggu Sya’ban, tetapi batang hidungnya tak kunjung terlihat.


Setelah menunaikan salat Subuh berjamaah dengan para sahabat, Rasulullah SAW meminta seorang sahabat untuk mengantarnya ke rumah Sya’ban. Sesampainya di sana, sang istri memberitahukan bahwa Sya’ban telah wafat.

Istri Sya’ban memberitahukan soal teriakan suaminya saat sakaratul maut. Saat itu, Sya’ban berteriak, “Aduh, kenapa tidak lebih jauh. Aduh, kenapa tidak yang baru. Aduh, kenapa tidak semua,”

Mengutip buku Iman dan Taqwa susunan Dirman, ternyata Sya’ban ditampakkan masa lalunya oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW lalu mengisahkan bahwa ketika sakaratul maut Allah SWT memperlihatkan pahala setiap langkah menuju masjid, saking besarnya pahala melangkah menuju masjid untuk salat lima waktu, maka Sya’ban menyesal sambil berharap, “Ya Allah, andaikan saja jarak rumahku dan masjid masih jauh, tentu pahala setiap langkah semakin banyak,”

Sya’ban menyesal tidak memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid. Sebab, setiap langkah muslim ke masjid dihitung sebagai pahala.

Sementara itu teriakan, “Aduh, kenapa tidak yang baru,” dikarenakan ia menyesal tidak memberikan baju baru kepada orang yang pernah ditemuinya. Saat itu, cuacanya sangat dingin hingga Sya’ban harus mengenakan dua mantel.

Sya’ban memakai pakaian lusuh pada lapisan luar dan pakaian baru di dalam. Ia memberikan pakaian lusuh itu kepada orang tersebut.

Adapun, terkait penyesalan ketiga yang ia ucapkan, “Aduh, kenapa tidak semua,” dikarenakan Sya’ban menyesal hanya memberi sebagian roti yang ia miliki pada pengemis yang kelaparan. Ia menyesal, seandainya roti tersebut ia berikan seluruhnya maka kebaikan yang diperbuatnya menjadi lebih sempurna.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Muhammad Singkat dari Lahir sampai Wafat


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah pembawa risalah Islam, hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Kisah hidupnya yang penuh hikmah, perjuangan, dan keteladanan, menjadi panduan bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan di dunia dan mencapai kebahagiaan di akhirat.

Kisah hidup Nabi Muhammad SAW, dari kelahiran hingga wafatnya, sarat dengan pelajaran berharga bagi umat manusia. Beliau adalah teladan dalam keimanan, ketaatan, dan juga akhlak yang mulia.

Kisah Nabi Muhammad

Berikut adalah riwayat hidup Nabi Muhammad SAW yang mengacu pada Sirah Nabawiyah karya Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam, serta dirangkum dari kitab Al Wafa karya Ibnul Jauzi, Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, dan Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Chalil.


1. Lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah

Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, menurut pendapat mayoritas. Para sejarawan menyebutkan bahwa Tahun Gajah bertepatan dengan tahun 570 atau 571 M.

Nama Tahun Gajah berasal dari serbuan pasukan gajah yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Najasyi dari Habasyah di Yaman, bernama Abrahah bin Shabah. Pasukan tersebut datang ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah sekitar 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW lahir sebagai yatim, karena ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal ketika beliau masih dalam kandungan ibunya, Aminah binti Wahb.

2. Dibersihkan Hatinya oleh Malaikat

Pada masa kecil, Nabi Muhammad SAW mengalami kejadian luar biasa saat tinggal bersama ibu susunya, Halimah. Ketika Rasulullah SAW dan anak Halimah, Abdullah, sedang menggembala kambing, tiba-tiba dua malaikat mendekatinya, membawa Nabi Muhammad SAW agak jauh dari tempat menggembala, lalu membelah dadanya dan membersihkan hatinya.

Abdullah yang berada dalam keadaan tergopoh-gopoh dan menangis, menceritakan kepada ibunya bahwa Rasulullah SAW ditangkap oleh dua orang berpakaian putih yang kemudian membaringkannya dan membelah perutnya.

3. Umur 6 Tahun Yatim Piatu

Saat Nabi Muhammad SAW berusia 6 tahun, ibunya wafat. Sehingga, beliau menjadi yatim piatu. Menurut riwayat Ibnu Abbas, ibunda Nabi Muhammad SAW wafat dalam perjalanan pulang ke Makkah setelah mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin An-Najjr di Madinah, tempat ayahnya dimakamkan.

4. Diasuh Kakeknya selama 2 Tahun

Setelah menjadi yatim piatu, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, selama sekitar dua tahun. Kemudian, Abdul Muthalib juga wafat.

5. Diasuh Pamannya dan Ikut Berdagang

Nabi Muhammad SAW setelah itu diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Bersama pamannya, beliau belajar ketekunan dan kerja keras, bahkan ikut berdagang keluar Makkah.

6. Menikah dengan Khadijah pada Usia 25 Tahun

Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW menikah dengan saudagar Khadijah binti Khuwailid bin Asad. Khadijah RA adalah wanita bijaksana, cerdas, dan dihormati. Menurut Ibnu Hisyam, mahar pernikahan mereka berupa 20 ekor unta betina muda. Khadijah RA adalah istri pertama Rasulullah SAW dan beliau tidak menikah lagi sampai Khadijah wafat.

7. Menerima Wahyu Pertama pada Usia 40 Tahun

Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah di Gua Hira. Dalam kesendirian tersebut, Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama, yang menurut beberapa pendapat terjadi pada 17 Ramadan. Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah AW adalah surah Al Alaq ayat 1-5.

8. Dakwah Sembunyi-sembunyi selama 3 Tahun

Setelah menerima wahyu, Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Makkah selama tiga tahun, mengajak orang-orang terdekat untuk memeluk Islam. Golongan pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar as-Siddiq, yang kemudian dikenal sebagai as-sabiqunal awwalun.

9. Dakwah Terang-terangan di Makkah selama 10 Tahun

Rasulullah SAW kemudian diperintahkan berdakwah secara terang-terangan. Beliau memulai dakwah kepada Bani Hasyim dan di Bukit Shafa. Kaum kafir Quraisy dengan keras menolak dakwah beliau, mengejek, menghina, dan menyebut beliau sebagai orang gila. Kaum muslim juga mendapat serangan dari kaum kafir Quraisy.

10. Peristiwa Isra’ Miraj

Pada akhir masa dakwah di Makkah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan spiritual bersama Malaikat Jibril dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini dikenal sebagai Isra’ Miraj. Rasulullah SAW menerima kewajiban salat lima waktu dalam perjalanan tersebut.

11. Hijrah ke Madinah

Melihat situasi yang semakin tidak aman, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk hijrah atas perintah Allah SWT. Hijrah pertama kaum muslim ke Habasyah, dan kemudian dalam jumlah besar ke Madinah pada Jumat, 12 Rabiul Awal 1 H atau 622 M. Ada juga yang berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada 2 Rabiul Awal.

12. Dakwah di Madinah selama 10 Tahun

Di Madinah, Rasulullah SAW berdakwah selama 10 tahun dengan strategi berbeda. Beliau membangun masjid sebagai pusat dakwah, membuat perjanjian dengan kaum Yahudi, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar, serta membangun ekonomi rakyat dengan mendirikan pasar.

14. Melakukan Haji Wada pada 10 Hijriah

Rasulullah SAW melaksanakan haji pertama dan terakhir yang dikenal sebagai haji Wada pada tahun 10 H. Beliau juga menyampaikan khutbah terakhirnya pada haji itu.

15. Sakit Menjelang Wafat

Rasulullah SAW jatuh sakit tak lama setelah kembali dari haji Wada. Lima hari sebelum wafat, sakit beliau semakin parah dengan suhu tubuh yang tinggi dan rasa sakit yang amat dahsyat. Pada saat-saat menjelang wafat, beliau memberikan sejumlah wasiat kepada umat Islam.

16. Wafat pada Usia 63 Tahun

Pada usia 63 tahun, Nabi Muhammad SAW wafat di pangkuan istrinya, Sayyidah Aisyah. Menurut Tarikh Khulafa karya Imam as-Suyuthi, beliau wafat pada 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Ada pula pendapat yang menyebut tahun wafatnya adalah 10 H.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Rasulullah SAW pada Unta Tua Milik Jabir RA



Jakarta

Nabi Muhammad SAW dikelilingi oleh para sahabat, salah satunya Jabir bin Abdullah. Ia merupakan sosok yang dekat dengan Rasulullah SAW.

Ada kisah menarik mengenai Nabi Muhammad SAW dan unta milik Jabir RA. Menukil dari buku Biografi Rasulullah SAW yang ditulis DR Mahdi Rizqullah Ahmad diceritakan bahwa Jabir RA memiliki unta yang sudah tua.

Walau demikian, unta tua itu adalah satu-satunya hewan yang dimiliki Jabir RA untuk ditunggangi. Ia tidak dapat mengganti untanya dengan yang lebih muda karena faktor ekonomi.


Kala itu, ayah Jabir RA baru saja gugur sebagai syahid dan meninggalkan beberapa orang anak. Saudara-saudara Jabir RA itu menjadi tanggungannya karena beliau merupakan anak sulung.

Laju unta Jabir RA sangat lamban hingga tertinggal jauh dari pasukan muslim. Waktu itu mereka sedang dalam perjalanan pulang selepas perang Dzati Riqa.

Disebutkan bahwa unta milik Jabir RA sedang sakit dan selalu tertinggal dari rombongan. Bahkan, unta tua tersebut hampir tidak bisa berjalan, seperti tertulis dalam buku Kisah-kisah Islam yang Menggetarkan Hati karya Hasan Zakaria Fulaifal.

Melihat hal, itu Rasulullah SAW lantas menghampiri Jabir RA sambil menanyakan apa yang terjadi. Dia berkata bahwa untanya terlalu lambat hingga sulit menyusul pasukan lainnya.

“Derumkanlah untamu!” kata Nabi SAW kepada Jabir RA.

Sang rasul lalu meminta tongkat yang ada di tangan Jabir RA. Setelahnya, ia mencucuk lambung unta tua itu berkali-kali sampai akhirnya hewan tersebut berdiri.

Selanjutnya, Nabi SAW meminta Jabir RA untuk kembali menunggangi unta tuanya. Atas kuasa Allah SWT, unta tua itu tiba-tiba mampu melaju dengan cepat seperti unta sehat dan muda.

Saking cepatnya, laju unta tersebut mampu menyalip rombongan unta lain yang sebelumnya berada di depan. Sampai-sampai, jika Jabir RA tidak mengendalikan untanya maka unta sang rasul akan tersalip juga.

Mengutip dari buku Kisah-kisah Inspiratif Sahabat Nabi susunan Muhammad Nasrulloh, setelah unta Jabir RA dan Nabi SAW sejajar keduanya saling berbincang. Dalam pembicaraan itu, Rasulullah SAW menawar untuk membeli unta Jabir RA.

Setelah sepakat, Jabir RA menjual untanya kepada Nabi Muhammad SAW. Sesampainya di rumah, ia membawa unta itu ke kediaman sang rasul.

Mendapati seekor unta di rumahnya, Rasulullah SAW lantas bertanya: “Unta siapa ini?”

“Unta Jabir RA wahai Rasulullah SAW,” kata sahabat lainnya.

Mendengar hal itu, Nabi SAW memanggil Jabir RA dan memintanya untuk membawa untanya kembali. Selanjutnya, Jabir RA pulang membawa untanya lagi.

Tiba-tiba Rasulullah SAW memerintahkan Bilal untuk memberi satu kantong dirham kepada Jabir RA. Hal tersebut membuat Jabir RA terkejut, karena ia mendapat uang dalam jumlah lebih banyak dari hasil kesepakatan tentang jual beli unta.

Wallahu ‘alam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sejak Kapan Nabi Muhammad Diangkat Menjadi Rasul?


Jakarta

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang penting dalam ajaran agama Islam yang juga memiliki perjalanan hidup yang penuh makna. Salah satu momen paling krusial dalam sejarah Islam adalah ketika beliau diangkat menjadi Rasul.

Peristiwa agung ini menjadi titik balik bagi umat manusia, membawa ajaran-ajaran Islam yang membawa kedamaian dan rahmat bagi seluruh alam. Lantas, sejak kapan tepatnya Nabi Muhammad SAW menerima panggilan suci untuk menjadi utusan Allah SWT?

Nabi Muhammad Diangkat Menjadi Rasul

Dalam buku karya Ajen Dianawati berjudul Kisah Nabi Muhammad SAW, diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 Masehi. Pada momen tersebut, beliau mendapatkan wahyu pertamanya dari malaikat Jibril saat berada di Gua Hira.


Nabi Muhammad SAW ditunjuk sebagai rasul saat menerima wahyu pertama, yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5, di Gua Hira. Menjelang usia 40 tahun, beliau mulai sering menyendiri di gua tersebut, yang terletak di Jabal Nur, karena merasa banyak masyarakatnya saat itu yang bertentangan dengan nilai kebenaran.

Selama mengasingkan diri, Nabi Muhammad SAW membawa persediaan air dan roti gandum, dan berdiam di gua berukuran kecil tersebut yang panjangnya 4 hasta dan lebarnya sekitar 1,75 hasta.

Di bulan Ramadhan, beliau menggunakan waktu tersebut untuk beribadah dan merenung tentang keagungan ciptaan Allah. Serta ketidaksesuaian kehidupan sosial sekitarnya yang masih dipenuhi dengan praktik syirik.

Selama periode ini, beliau merasakan kebutuhan akan petunjuk lebih lanjut dalam menghadapi situasi tersebut tanpa mengetahui cara yang benar memiliki untuk mengubah keadaan.

Turunnya Wahyu Pertama

Moenawar Khalil dalam bukunya berjudul Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, menjelaskan bahwa wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, yang menjadi penanda awal kenabian dan kerasulannya, didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.

Aisyah RA berkata, “Yang pertama sekali apa (wahyu) yang dimuliakan pada Rasulullah SAW itu adalah impian yang baik dalam tidur. Beliau tidak melihat impian itu melainkan terang cuaca datang seperti terang cuacanya waktu subuh. Kemudian kepada beliau rasa amat suka bersembunyi (menyendiri) dan beliau juga menyendiri di Gua Hira maka beliau ber-tahannuts di dalamnya, yaitu beribadah dalam beberapa malam yang berbilangan sebelum beliau kembali pulang kepada ahli keluarganya, dan bersedia untuk yang demikian itu kemudian beliau kembali kepada Khadijah lalu mengambil perbekalan yang seperti itu sehingga datanglah Haq (kebenaran), sedang beliau ada di Gua Hira. Maka datanglah malaikat kepada beliau lalu berkata, ‘Bacalah!’

Beliau berkata, “Aku bukan pembaca.”

Lalu Jibril memegang beliau, lantas memeluknya dengan sekeras-kerasnya sampai payahlah beliau, lalu Jibril melepaskan beliau lantas berkata, “Bacalah!”

Beliau berkata, “Aku bukan pembaca.”

Lalu jibril memegang beliau lantas memeluknya yang kedua kalinya sampai merasa payahlah beliau, lalu melepaskan beliau lantas berkata, “Bacalah!”

Maka beliau berkata, “Aku bukan pembaca.”

Lalu Jibril memegang beliau lantas memeluk beliau dengan sekeras-kerasnya, kemudian melepaskan beliau lalu berkata, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari darah yang beku! Bacalah olehmu dan Tuhanmu Maha Mulia yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia tentang barang yang ia belum mengetahui.”

Wahyu Pertama Nabi Muhammad

Menurut buku Kisah Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh Ajen Dianawati, wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad sebagai tanda kenabiannya adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Berikut ini adalah bunyi wahyu pertama Rasullah SAW:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥

iqra` bismi rabbikalladzi khalaq, khalaqal-insana min ‘alaq, iqra` wa rabbukal-akram, alladzi ‘allama bil-qalam, ‘allamal-insana maa lam ya’lam

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al ‘Alaq: 1-5)

Setelah wahyu pertama tersebut, wahyu-wahyu berikutnya diturunkan secara bertahap. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 106:

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا

Artinya: “Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap.” (QS Al Isra: 106).

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com