Tag Archives: Nabi Muhammad

8 Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi Singkat, Padat, Jelas


Jakarta

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah satu hari besar umat Islam dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi acara maulid Nabi yakni melalui kajian ceramah tentang maulid Nabi.

Peringatan maulid Nabi 1446 H pada 12 Rabiul Awal bertepatan dengan Senin, 16 September 2024. Pemerintah juga menetapkan hari ini sebagai hari libur nasional.

Adapun kajian ceramah tentang maulid Nabi, secara umum berisikan kisah-kisah hidup Rasulullah SAW maupun teladan beliau semasa hidupnya. Muslim bisa menggunakan referensi contoh ceramah tentang maulid Nabi yang dikumpulkan detikHikmah dari arsip materi Kementerian Agama (Kemenag) dan detikcom sebagai berikut.


8 Contoh Teks Ceramah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW (1)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mari panjatkan puji syukur terlebih dahulu kepada Allah SWT karena atas berkat dan kebaikannya, kita semua masih dapat bertemu hari ini. Khususnya dalam acara spesial yaitu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Selawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, rekan, juga sahabat-sahabatnya. Nabi Muhammad adalah penuntun seluruh umat muslim dari zaman kegelapan menuju terang.

Dalam rangka memperingati maulid Nabi ini izinkan saya untuk menyampaikan sepatah dua patah kata. Saya ingin menyampaikan mengenai sosok manusia mulia sealam dunia ini. Tentunya setiap umat Muslim mengetahui bahwa Nabi Muhammad mendapatkan julukan Al Amin, artinya “yang dapat dipercaya.” Sebuah gelar mulia untuk menunjukkan diakuinya kejujuran beliau oleh masyarakat saat itu. Jujur merupakan nilai yang harus dijunjung oleh seluruh masyarakat.

Kejujuran dimulai dari kesadaran diri sendiri dan harus dilatih sejak dini. Misalnya di lingkup sekolah, siswa maupun guru harus menerapkan kejujuran. Misalnya dengan tidak menyontek ketika ulangan, tidak berbohong kepada guru, ataupun curang saat bermain dengan teman-teman. Mungkin terkadang saat menghadapi situasi sulit bisa membuat kita susah mengatakan hal jujur.

Namun perlu diingat sebagaimana diakui oleh Nabi Muhammad SAW, maka perilaku terpuji dan jujur harus tetap dijalankan. Beliau tidak mengajarkan kebohongan atau menyembunyikan sesuatu demi kepentingan tertentu. Sebagaimana disampaikan dalam surat Al Ahzab ayat 21 yang bunyinya sebagai berikut:

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Artinya adalah “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW yaitu suri tauladan bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Tentunya mendapatkan gelar Al Amin menjadi sanjungan tersendiri bagi seorang Muslim. Amalan kejujuran Nabi Muhammad merupakan salah satu dari akhlak mulia lainnya yang harus kita tiru, semoga kita semua mampu mengamalkannya.

Demikian dapat saya sampaikan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hari ini. Semoga dapat bermanfaat dan seluruh umat Muslim di sekolah ini dapat mengamalkan akhlak kejujuran seperti pesan Nabi Muhammad.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW (2)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hari ini kita telah berada di bulan Rabi’ul Awal. Bulan maulid Nabi. Bulan kelahiran Nabi. Pada bulan Rabi’ul Awal, dari tahun ke tahun, sejak pertama kali perayaan maulid ini dilakukan pada awal abad ketujuh Hijriah, umat Islam di berbagai belahan dunia merayakannya dengan penuh kegembiraan dan suka cita.

Kenapa kita merayakan maulid? Karena kelahiran Nabi Muhammad ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allah anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini.

Perayaan maulid adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah SAW. Melalui perayaan maulid kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi.

Nabi Muhammad bahkan yang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri hari kelahirannya. Ketika ditanya tentang puasa sunnah hari Senin, beliau menjawab:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّلَائِلِ)

“Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan wahyu pertama kepadaku” (HR Ahmad dan al-Baihaqi dalam Dala’il an-Nubuwwah)

Dalam rangkaian acara peringatan maulid Nabi, banyak sekali perbuatan baik yang dianjurkan oleh syariat, seperti pembacaan ayat al-Qur’an, sedekah makanan, doa bersama dan menjadi ajang silaturahim serta mengokohkan simpul-simpul tali persaudaraan antar sesama umat Islam. Dan tentu saja menjadi sebuah kegiatan untuk memperbanyak bacaan sholawat.

Demikian ceramah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW (3)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat bertemu di tempat yang berbahagia ini dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang sangat bersejarah dalam kehidupan manusia, karena pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, telah dilahirkan seorang pemimpin umat manusia yang merupakan rahmat bagi alam semesta. Beliau adalah junjungan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW. Melalui beliau Allah SWT menunjukkan manusia menuju alam yang penuh dengan cahaya keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Oleh sebab itu di bulan Rabiul Awal ini marilah kita jadikan sebagai sarana dan media untuk mengumpulkan kaum muslimin di masjid-masjid, majelis taklim dan tempat-tempat lainnya dengan tujuan menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah saw. Allah telah mensejajarkan dan menempatkan secara bersama-sama antara ketaatan kita kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya.

Sedangkan Nabi SAW, lebih utama dari kita, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 6.

Karena itu, kita harus cepat-cepat menyatakan loyal kepada Rasulullah SAW. dan mencintainya, melebihi besarnya cinta kepada diri kita sendiri. Beliaulah yang memberikan petunjuk kepada kita akan kebenaran, sementara kita selalu cenderung untuk mengikuti hawa nafsu, sedangkan hawa nafsu itu selalu mengajak kita kepada kejahatan.

Dengan demikian, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mendahulukan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya di dalam hati, lebih dari siapa atau apa yang dicintai.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW (4)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin, washolatu wassalamu ala asyrafil anbiya’ wal mursalin, wa’ala alihi washohbihi ajma’in. Amma ba’du.

Bapak ibu guru yang mulia dan sahabat-sahabatku yang berbahagia, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Nabi terakhir yang memiliki banyak keistimewaan. Satu di antara keistimewaan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah akhlak beliau yang sangat mulia.

Kemuliaan akhlak ini beliau ajarkan kepada para sahabat, keluarga, dan umat Islam di seluruh dunia sehingga kita harus berprilaku menjadi muslim yang baik agar kita membawa citra Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mendapat apresiasi dan pujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam 68:4)

Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam nyata adanya. Dalam perjalanan dakwah, beliau mengalami banyak hinaan, cemoohan, dan penolakan dari umatnya yang membangkang. Namun, nyatanya, beliau selalu memaafkan mereka.

Melihat Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wasallam yang mulia sering mendapat cemoohan dan hinaan dari kaumnya, Malaikat Jibril menawarkan bantuan untuk menghancurkan mereka hingga binasa.

Namun, dengan lemah lembut dan penuh kesabaran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menolak tawaran Jibril itu. Beliau mengatakan mereka hanya umat yang belum tahu. Hal ini menunjukkan kemuliaan dan keluasan hati Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang mulia yang mudah memaafkan orang lain.

Dari kisah ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa manusia itu jadi mulia bukan karena harta yang mereka miliki, bukan karena jabatan yang mereka miliki, bukan pula karena rupa cantik atau ganteng, tetapi mereka mulia karena kemuliaan akhlak. Anak yang mulia, ibarat mata uang yang laku di mana pun.

Walaupun kamu tak punya harta, kamu tak punya jabatan, selama kamu beriman dan punya akhlak mulia, kamu akan dihargai orang di manapun kamu berada.

Inilah yang bisa saya sampaikan tentang kemuliaan akhlak baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat khususnya untuk saya pribadi dan umumnya untuk pendengar sekalian.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW (5)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil alamin, washolatu wassalamu ala asyrafil anbiya’ wal mursalin, wa’ala alihi washohbihi ajma’in. Amma ba’du

Pertama-tama, marilah senantiasa kita mempersembahkan puji dan syukur kita kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat dan karunia-Nya, pada malam ini kita dapat hadir pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW., 12 Rabiul Awal 1445 H.

Sungguh merupakan suatu kebahagiaan bagi saya, bisa hadir dan memberikan sambutan pada acara ini. Hadirin yang berbahagia, bagi kita kaum muslimin, Nabi Muhammad SAW. diyakini sebagai contoh dan teladan yang terbaik bagi umat manusia.

Pada diri Beliau terpancar kecerdasan yang luar biasa, kepribadian yang agung, akhlak yang mulia, dan kepemimpinan yang tegas dan bijaksana. Nabi Muhammad SAW adalah figur teladan yang mesti diidolakan oleh kita kaum muslimin. Setiap langkahnya selalu di bawah kontrol Ilahi.

Tindakan dan ucapannya adalah mutiara berharga, menjadi landasan pembentukan akhlak umatnya dalam berbuat dan menjadi hukum yang ditaati. Tiada seorang pun yang dapat meragukan keagungan pribadi Rasulullah SAW. Kepribadian menjadi contoh teladan dalam segala hal.

Rasulullah sebagai seorang suami yang teladan, sebagai ayah teladan, sebagai guru teladan, sebagai tokoh teladan, sebagai ahli strategi teladan, sebagai ahli ekonomi teladan, sebagai pejuang hak-hak asasi manusia teladan, dan sebagai kepala negara yang teladan.

Allah menyebutkan bahwa Dia adalah Rasul Allah, pilihan di antara banyak rasul sebelumnya. Bahkan, kehadiran Muhammad adalah rahmat bagi alam semesta, sebagaimana QS Al Anbiya’ (21) ayat 107.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

Dengan demikian, keteladanan Muhammad SAW. adalah sesuatu yang utama bagi setiap umat. Mudah-mudahan, dengan mengikuti keteladanan beliau, kita mampu mereformasi sistem dan tatanan yang ada, ke arah yang lebih baik dan tujuan yang mulia, yakni terciptanya negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur (makmur dan penuh ampunan Tuhan).

Demikianlah ceramah saya dalam memperingati Maulid Nabi besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan, apa yang saya kemukakan tadi dapat menggugah kesadaran kita bersama, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, bermasyarakat dan bernegara khususnya umat Islam terhadap ajaran-ajaran dan suri tauladan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW (6)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT,

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat kuasa-Nya hari ini kita bisa berkumpul dalam acara perayaan Maulid Nabi 2023 dalam keadaan sehat wal afiat.

Tak lupa selawat dan salam kita haturkan untuk Nabi akhir zaman, Rasulullah SAW karena berkat perjuangannya, kita bisa menikmati indahnya agama islam sampai hari ini.

Hadirin yang dirahmati Allah, berabad-abad yang lalu, sejarah islam lahir dari seorang anak yang berasal dari kota suci Makkah, di mana anak tersebut terpilih menjadi utusan Allah SWT di muka bumi untuk menyempurnakan ajaran Islam. Tentu saja perjuangannya tidak mudah karena pada saat itu, ia berada di tengah-tengah kaum kafir di zaman jahiliah di mana penduduk setempat memiliki akhlak dan kebiasaan yang buruk.

Kaum kafir Quraisy di masa itu tidak memiliki akhlak, mereka bertindak semena-mena terhadap kaum miskin dan perempuan, mereka juga menyembah berhala dan gemar melakukan dosa-dosa yang lain, bahkan dengan dalih kepercayaan mereka memiliki adat yang biadab yaitu mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir karena dianggap akan membawa sial bagi keluarganya.

Untuk mewujudkan jihadnya di tengah kondisi kaum yang seperti itu, Nabi Muhammad seringkali mendapat penolakan, pengusiran, cemoohan, bahkan tindakan tak terpuji lainnya. Namun beliau dengan sabar membalas perlakuan buruk tersebut dengan kebaikan sebagaimana yang diajarkan dalam agama Islam. Tugas yang diemban Rasulullah untuk menghapus kemaksiatan dan menyebarkan Islam penuh dengan rintangan dan halangan, bahkan beliau harus menghadapi beberapa kali percobaan pembunuhan. Hingga perlahan islam mulai menyebar dan penduduk Mekkah mulai mengikutinya, akhlak yang berlandaskan islam juga mulai merasuk ke kehidupan orang-orang di sana karena dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah dengan lembut dan mulia. Seiring berjalannya waktu, Islam semakin besar dan bisa kita nikmati hingga saat ini.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, dari kisah tersebut bisa kita simpulkan bahwa hal yang membuat Islam bisa menyebar di tengah zaman jahiliyah dan berkembang dengan cepat adalah cara Rasulullah dalam menyampaikan dakwahnya. Akhlak terpuji yang dimiliki Rasulullah membuat orang-orang percaya bahwa beliau adalah utusan Allah dan mengikuti ajarannya. Saat ini kita sangat beruntung karena bisa menikmati indahnya agama Islam dan bisa menjalankan syariatnya dengan bebas berkat perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya di masa lalu.

Untuk itu, sudah sepatutnya kita dapat meneladani dan meniru akhlak Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan hadits, karena hal tersebutlah yang akan menuntun kita ke jalan yang diridai Allah SWT.

Sekian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang kita lakukan hari ini dicatat oleh Allah sebagai amalan baik. Aamiin.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan atau kata yang tidak berkenan, dan terima kasih atas perhatian yang telah diberikan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentang Maulid Nabi (7)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Rasulullah saw. Semoga kita senantiasa termasuk golongan hamba yang pandai bersyukur dan mendapatkan syafaat dari Nabi Agung Muhammad SAW di hari kiamat. Amin.

Saat ini, kita sedang berada di bulan Rabiul Awal yang di Indonesia lebih sering disebut sebagai bulan Maulid. Disebut demikian memang karena dalam bulan ini terjadi sebuah kejadian agung yakni kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sosok paling mulia di dunia, sosok yang kita diperintahkan untuk senantiasa bersholawat untuk meraih syafaatnya. Bukan hanya kita saja yang bersholawat, Malaikat dan Allah SWT pun bersholawat kepada beliau.

Kehadiran Nabi Muhammad ke dunia ini membawa sebuah misi penting di antaranya adalah memperbaiki akhlak manusia. Misi ini menandakan bahwa akhlak menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia karena itulah yang akan membawa perdamaian dan ketentraman dalam setiap interaksi manusia dengan lingkungan sekitar.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Baihaqi, dan Hakim:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ

Artinya: “Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Momentum Maulid Nabi Muhammad saw menjadi saat yang tepat untuk kembali memperkuat penjagaan pada akhlak generasi penerus. Perlu dipantau aktivitas mereka saat memegang handphone agar akhlak bisa benar-benar terjaga.

Selain menjadikan Maulid sebagai momentum menjaga akhlak generasi muda, mari jadikan bulan Maulid ini sebagai kesempatan meningkatkan kuantitas dan kualitas sholawat dan cinta kita kepada Nabi Muhammad. Perbanyak sholawat, insyaallah hidup menjadi nikmat karena mendapat syafaat di hari kiamat.

Semoga kita bisa meneruskan dan mewujudkan misi Nabi kepada para generasi muda yakni menjadikan akhlak mulia sebagai sendi-sendi peradaban kehidupan manusia. Semoga kita senantiasa bisa meneladani akhlak Nabi dan kita akan menjadi umatnya yang mendapatkan syafaatnya dan masuk dalam surganya Allah SWT. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW (8)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jemaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan takwa, kita akan diberi solusi oleh Allah di setiap problematika hidup yang kita alami, juga akan ada rezeki melimpah yang datang kepada kita tanpa kita sangka-sangka.

Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan mulia di mana penutup para nabi dan rasul dilahirkan ke dunia ini. Ya, beliaulah Baginda Besar Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi-nabi setelahnya.

Di bulan Maulid ini, seyogianya bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia. Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Kasih sayang yang ditebarkan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bukanlah hanya ucapan semata, akan tetapi dalam hidup keseharian beliau praktikkan dan implementasikan dengan nyata. Kasih sayang ini bentuknya universal kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan kepada orang musyrik pun Nabi SAW berlaku santun dan mengasihi.

Di antara sifat mulia Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang perlu kita teladani juga adalah sifat pemaafnya. Ingatlah kisah ketika Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam perang Uhud bersama kaum Muslimin, kala itu pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib ikut berperang. Di tengah peperangan, pamannya terbunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam. Wahsyi tidak hanya membunuhnya dengan menghunuskan pedang begitu saja dan selesai, namun ia mencabik-cabik isi perutnya juga.

Hal ini membuat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sangat sedih, sakit hati dan marah. Bayangkan! Paman yang begitu dicintainya wafat dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, ketika Wahsyi menyatakan diri di hadapan Nabi untuk masuk Islam, Nabi pun memaafkannya, meski beliau tidak mau melihat wajah Wahsyi lagi sebab akan terus mengingatkannya kepada peristiwa terbunuhnya pamannya.

Apabila kita menjadi pribadi yang memiliki sifat pemaaf, maka dapat kita rasakan lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat menjadi damai, tidak ada dendam yang terjadi di antara manusia. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.

Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW, Berisi Pesan untuk Umat Islam



Jakarta

Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhir di Arafah pada 632 Masehi. Khutbah dilakukan ketika Nabi Muhammad SAW menjalani ibadah haji pertama dan terakhir yang dikenal dengan haji wada atau haji perpisahan.

Nabi Muhammad SAW mengerjakan ibadah haji satu kali dalam seumur hidupnya. Tiga bulan setelah ibadah haji ini, beliau wafat di usianya yang 63 tahun.

Mengutip buku Khutbah Nabi: Terlengkap dan Terpilih karya Muhammad Khalil Khathib, sebelum wafat, Rasulullah SAW telah banyak menunjukkan tanda bahwa dirinya menyampaikan tanda perpisahan. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,


“Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman-Nya, pastilah akan datang suatu hari pada salah seorang di antara kalian, dan pada hari itu orang tersebut tidak dapat melihat diriku, sehingga seandainya ia melihat diriku pastilah akan lebih ia sukai melebihi kesukaannya kepada keluarga dan harta yang miliknya.” (HR Bukhari Muslim)

Dari ucapan ini, orang-orang menakwilkan bahwa dengan ucapannya itu, Rasulullah SAW sedang mengabarkan berita kematian beliau dengan memberitahukan kepada para sahabat tentang apa yang akan terjadi setelah beliau wafat. Yaitu kabar ketika muncul begitu banyak orang amat mendambakan perjumpaan dengan Rasulullah SAW di saat beliau sudah tiada, karena sebelumnya mereka dapat menyaksikan sebagian keberkahan Rasulullah SAW.

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW

Melansir laman Kementerian Agama (Kemenag), Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji bersama para sahabat dan sekitar 114.000 umat Islam. Setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan umat Islam di Arafah.

Beliau melakukan seruan dari atas punggung untanya yang bernama al-Qushwa. Di atas punggung unta inilah Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya.

Prof. Osman Raliby dalam tulisannya di Majalah Suara Masjid mengatakan khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW berisi pesan untuk seluruh umat Islam.

“Segala puji adalah bagi Allah. Kita memuja dan memuji Dia dan memohon pertolongan kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung pada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan dari segala perbuatan yang buruk. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka takkan ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tak ada siapa pun yang dapat menunjukkan jalan baginya.

Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Maha Esa Ia, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku naik saksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.

Wahai manusia, dengarkanlah pesanku baik-baik.

Aku akan menyampaikan kepadamu satu keterangan (sebagai wasiat), karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan kamu sesudah tahun ini di tempat aku berdiri (sekarang) ini.

Wahai manusia, Sesungguhnya darahmu (jiwamu), harta bendamu dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilarang diganggu), sebagaimana suci dan haramnya bulan ini (bulan haji), sampai kamu kelak menghadap Tuhan. Sungguh kamu pasti akan menemui (menghadap) Tuhan, di mana Ia pasti akan menanyakan tentang segala amal perbuatanmu.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)

Maka barangsiapa ada amanat di tangannya, hendaklah disampaikannya kepada orang yang memberikan amanat itu kepadanya.

Ingatlah, tak seorang pun yang melakukan tindak pidana melainkan ia sendiri yang bertanggungjawab atasnya. Tidak ada anak bertanggungjawab terhadap tindak pidana ayahnya, pun juga tidak seorang ayah bertanggungjawab terhadap tindak pidana anaknya.

Wahai manusia, dengarkanlah kata-kataku ini dan pahamkan semuanya.

Sesungguhnya seorang muslim dan muslim lainnya adalah umat yang bersaudara. Tidak ada sesuatu yang halal bagi seorang muslim dari saudaranya melainkan apa yang telah direlakan kepadanya. Maka janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).”

Khutbah Wada’ mendeklarasikan prinsip-prinsip Islam tentang persamaan hak dan martabat manusia tanpa memandang ras, suku bangsa dan warna kulit. Pada bagian lain khutbah yang monumental itu ditekankan beberapa hal, yaitu:

“Sesungguhnya riba sudah dihapuskan. Tapi kamu akan memperoleh modal saham kamu. Maka janganlah kamu berlaku zalim agar kamu pun tidak dizalimi orang.

Wahai segenap manusia! Sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa (Satu), dan nenek moyangmu adalah satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang yang bukan Arab melainkan dengan takwa itulah. Dan jika seorang budak hitam Abyssinia sekalipun menjadi pemimpinmu, dengarkanlah dia dan patuhlah padanya selama ia tetap menegakkan Kitabullah.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).

Wahai manusia, takutlah kepada Allah. Kerjakanlah shalat yang lima waktu, lakukanlah puasa, berhajilah ke Baitullah dan tunaikanlah zakat hartamu dengan sukarela serta patuhlah atas apa yang aku perintahkan. Kamu pasti kelak akan bertemu dengan Tuhanmu, dan Ia pasti akan menanyakan kepadamu tentang segala perbuatanmu.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)

Sesungguhnya zaman itu beredar, musim berganti.

Wahai segenap manusia! Sesungguhnya setan itu sudah putus harapan akan (terus) disembah-sembah di negerimu ini. Akan tetapi sesungguhnya dia puas dengan ditaati dalam hal-hal selain daripada itu (disembah), yakni dalam perbuatan-perbuatan yang kamu (sebenarnya) benci, maka waspadalah terhadap tipu daya (setan) yang akan merugikan agamamu.”

“Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia! Sesungguhnya telah kusampaikan kepadamu, dan sesungguhnya aku sudah meninggalkan untuk kamu sekalian sesuatu, yang bila kamu berpegang teguh kepadanya, pasti kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni sesuatu yang terang dan nyata, Kitabullah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.”

Rasulullah menutup Khutbah Wada’ dengan pernyataan dan pertanggungjawaban terbuka kepada Allah SWT,

“Wahai Tuhanku! Persaksikanlah, persaksikanlah wahai Tuhanku.

Maka hendaklah yang telah menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Semoga barang siapa yang menyampaikan akan lebih mendalam memperhatikannya daripada sebagian yang mendengarkannya. Mudah-mudahan bercucuranlah rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu sekalian!”

Setelah mengucapkan khutbah perpisahan, beliau turun dari untanya Alqashwa. Usai menunaikan salat Zuhur dan Ashar yang dijama’ secara berjamaah, Rasulullah menuju suatu tempat yang bernama Sakhrat. Di sana disampaikannya ayat Al-Quran yang baru saja diwahyukan Allah untuk penghabisan kali sebagai penutup risalah kenabian yakni surat Al Maidah ayat 3,

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحْمُ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلْمُنْخَنِقَةُ وَٱلْمَوْقُوذَةُ وَٱلْمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا۟ بِٱلْأَزْلَٰمِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِ ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap dan PDF


Jakarta

Umat Islam sebentar lagi merayakan maulid Nabi Muhammad SAW tepatnya pada Senin pekan depan. Dalam rangka menyambut hari penuh hikmah tersebut, khatib bisa menyampaikan khutbah Jumat maulid Nabi Muhammad SAW pada pelaksanaan salat Jumat besok.

Maulid Nabi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut sejumlah kitab Sirah Nabawiyah, salah satunya karya Ibnu Hisyam, Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai maulid Nabi.

Mengacu pada Kalender Hijriah Indonesia 2024 terbitan Kementerian Agama RI, maulid Nabi Muhammad SAW 2024 jatuh pada Senin, 16 September 2024. Pemerintah menetapkan hari tersebut sebagai libur nasional. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 236/2024, Nomor 1/2024, dan Nomor 2/2024.


Berikut kumpulan naskah khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad SAW yang bisa dijadikan referensi khatib Jumat pekan ini.

Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad SAW: Kelahiran Sang Rasul

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan takwa, kita akan diberi solusi oleh Allah di setiap problematika hidup yang kita alami, juga akan ada rezeki melimpah yang datang kepada kita tanpa kita sangka-sangka.

Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan mulia di mana penutup para nabi dan rasul dilahirkan ke dunia ini. Ya, beliaulah Baginda Besar Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi-nabi setelahnya.

Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,
Di bulan Maulid ini, seyogianya bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia. Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-Anbiya ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Imam al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan sebab disebutnya pengutusan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam sebagai rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam ialah karena diutusnya Nabi ke seluruh dunia di muka bumi ini menjadi sumber kebahagiaan dan kebaikan bagi kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.

Imam Ibnu ‘Abbas menyebutkan dalam tafsirnya, siapa yang menerima ajaran kasih sayang yang dibawa Nabi dan mensyukurinya, maka ia akan bahagia hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentangnya, maka merugilah hidupnya.

Kasih sayang yang ditebarkan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bukanlah hanya ucapan semata, akan tetapi dalam hidup keseharian beliau praktikkan dan implementasikan dengan nyata. Kasih sayang ini bentuknya universal kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan kepada orang musyrik pun Nabi Saw berlaku santun dan mengasihi.

Tidakkah kita mengingat bagaimana dahulu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ketika hijrah ke Thaif untuk menghindari permusuhan dari kaumnya, namun ternyata di sana malah mendapat perlakuan yang kasar dan permusuhan yang lebih parah hingga Nabi dilempari batu.

Kala itu, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi, apabila dibolehkan maka ia akan membenturkan kedua gunung di antara kota Thaif, sehingga orang yang tinggal di sana akan wafat semua. Namun apa sikap Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam? Nabi berucap andai mereka saat ini tidak menerima Islam, semoga anak cucu mereka adalah orang yang menyembah-Mu ya Allah! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahu…

Dikisahkan juga dalam hadis riwayat Shahīh Muslim, pada suatu hari, datang seorang sahabat berkata kepada Nabi, “Wahai Nabi! Doakanlah keburukan atau laknat bagi orang-orang musyrik. Kemudian Nabi menjawab, “Sungguh, aku tidaklah diutus sebagai seorang pelaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat!”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Di antara sifat mulia Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang perlu kita teladani juga adalah sifat pemaafnya. Ingatlah kisah ketika Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam perang Uhud bersama kaum Muslimin, kala itu pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib ikut berperang. Di tengah peperangan, pamannya terbunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam. Wahsyi tidak hanya membunuhnya dengan menghunuskan pedang begitu saja dan selesai, namun ia mencabik-cabik isi perutnya juga.

Hal ini membuat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sangat sedih, sakit hati dan marah. Bayangkan! Paman yang begitu dicintainya wafat dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, ketika Wahsyi menyatakan diri di hadapan Nabi untuk masuk Islam, Nabi pun memaafkannya, meski beliau tidak mau melihat wajah Wahsyi lagi sebab akan terus mengingatkannya kepada peristiwa terbunuhnya pamannya.

Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,

Mengenai sifat memaafkan, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Al-A’raf Ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

Apabila kita menjadi pribadi yang memiliki sifat pemaaf, maka dapat kita rasakan lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat menjadi damai, tidak ada dendam yang terjadi di antara manusia. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.

Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ

Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad SAW: Meneladani Akhlak Nabi

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ . فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Rasulullah saw. Semoga kita senantiasa termasuk golongan hamba yang pandai bersyukur dan mendapatkan syafaat dari Nabi Agung Muhammad saw di hari kiamat. Amin.

Saat ini, kita sedang berada di bulan Rabiul Awwal yang di Indonesia lebih sering disebut sebagai bulan Maulid. Disebut demikian memang karena dalam bulan ini terjadi sebuah kejadian agung yakni kelahiran Nabi Muhammad saw. Sosok paling mulia di dunia, sosok yang kita diperintahkan untuk senantiasa bershalawat untuk meraih syafaatnya. Bukan hanya kita saja yang bershalawat, Malaikat dan Allah swt pun bershalawat kepada beliau. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Kehadiran Nabi Muhammad ke dunia ini membawa sebuah misi penting di antaranya adalah memperbaiki akhlak manusia. Misi ini menandakan bahwa akhlak menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia karena itulah yang akan membawa perdamaian dan ketentraman dalam setiap interaksi manusia dengan lingkungan sekitar. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Baihaqi, dan Hakim:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ

“Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Akhlak menjadi bagian utama dalam bangunan kepribadian seorang muslim sehingga para ulama menyebut bahwa “Al-Adabu fauqal ilmi’. Bahwa adab, tatakrama, akhlak, di atas ilmu yang dalam artian harus didahulukan untuk dimasukkan dalam diri setiap muslim. Dalam pendidikan pun sudah seharusnya mengedepankan aspek afektif (sikap dan karakter) dibanding aspek kognitif (kepintaran otak). Maka itu fungsi guru dan orang tua yang paling utama adalah mendidik agar generasi muda menjadi baik. Bukan hanya mengajar untuk menjadikan generasi muda menjadi pintar.

Pendidikan karakter dan akhlak generasi muda di era saat ini menjadi sangat dan sangat penting. Hal ini karena tantangan dan godaan zaman di tengah perkembangan teknologi semakin menjadi-jadi. Akibat perkembangan teknologi dan informasi saat ini, ancaman terhadap degradasi moral sangat terlihat di depan mata. Kita lihat bagaimana saat ini akhlak para pemuda sudah mulai tereduksi akibat gaya hidup digital di zaman modern.

Kejadian tindakan kriminal, asusila, kurangnya kepedulian sosial dan menurunnya rasa sosial-kemanusiaan yang dilakukan dan dimiliki generasi muda mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kita rasakan mereka lebih asik bermain di dunia maya dengan ponselnya dari pada bersosialisasi di dunia nyata. Kebiasaan berkomentar di media sosial yang tak melihat dengan siapa ia berbicara, terbawa dalam kehidupan nyata. Sehingga bisa dirasakan mereka menyamakan antara berbicara dengan teman dan berbicara dengan orang tua.

Gampangnya berkomunikasi, berinteraksi, dan mencari informasi juga sedikit demi sedikit menjadikan para generasi muda menggampangkan berbagai hal. Ini berdampak kepada sikap malas dan mudah menyerah pada tantangan permasalahan yang dihadapi. Mereka terdidik dengan hasil yang instan tanpa perjuangan berat dan menghilangkan etos perjuangan serta sikap tak kenal menyerah.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Fenomena-fenomena ini patut direnungi oleh kita dan para orang tua pada umumnya. Momentum Maulid Nabi Muhammad saw menjadi saat yang tepat untuk kembali memperkuat penjagaan pada akhlak generasi penerus. Perlu dipantau aktivitas mereka saat memegang handphone agar akhlak bisa benar-benar terjaga. Akhlak menjadi barometer apakah seseorang menjadi insan terbaik atau tidak. Bukan kepintaran yang menjadi barometer!. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Umar:

خَيْرُ النَّاسِ أحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya.”

Sudah saatnya di bulan Maulid ini kita kembali meneladani akhlak Nabi yang merupakan suri tauladan terbaik sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Selain menjadikan Maulid sebagai momentum menjaga akhlak generasi muda, mari jadikan bulan Maulid ini sebagai kesempatan meningkatkan kuantitas dan kualitas shalawat dan cinta kita kepada Nabi Muhammad. Perbanyak shalawat, insyaallah hidup menjadi nikmat karena mendapat syafaat di hari kiamat.

Syafaat dari Nabi Muhammad menjadi hal yang sangat penting untuk kita raih. Karena kita tidak tahu ibadah mana yang akan diterima di sisi Allah. Menurut kita kuantitas dan kualitas ibadah sudah maksimal, namun belum tentu di sisi Allah swt. Sehingga kita perlu senantiasa berdoa untuk meraih rahmat dari Allah serta perbanyak bershalawat kepada Nabi untuk meraih syafaatnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan ada seorang sahabat yang mengadu kepada Nabi. Ia merasa tidak rajin dalam menjalankan ibadah namun punya modal kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jawaban Nabi pun sangat menggembirakan. Nabi mengatakan sahabat tersebut akan dikumpulkan bersama Nabi di hari kiamat.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Dari sahabat Anas, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, kapan hari kiamat terjadi ya Rasul? Nabi bertanya balik, apa yang telah engkau persiapkan? Ia menjawab, aku tidak mempersiapkan untuk hari kiamat dengan memperbanyak shalat, puasa dan sedekah. Hanya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Nabi berkata, engkau kelak dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Semoga kita bisa meneruskan dan mewujudkan misi Nabi kepada para generasi muda yakni menjadikan akhlak mulia sebagai sendi-sendi peradaban kehidupan manusia. Semoga kita senantiasa bisa meneladani akhlak Nabi dan kita akan menjadi umatnya yang mendapatkan syafaatnya dan masuk dalam surganya Allah swt. Amin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat Anjuran Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰه، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ،ـ
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (الحج: 77)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Hari ini kita telah berada di bulan Rabi’ul Awal. Bulan maulid Nabi. Bulan kelahiran Nabi. Pada bulan Rabi’ul Awal, dari tahun ke tahun, sejak pertama kali perayaan maulid ini dilakukan pada awal abad ketujuh Hijriah, umat Islam di berbagai belahan dunia merayakannya dengan penuh kegembiraan dan suka cita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kenapa kita merayakan maulid? Karena kelahiran Nabi Muhammad ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allah anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini. Dengan sebab beliau, kita mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah. Tuhan Pencipta segala sesuatu. Tuhan yang tidak menyerupai segala sesuatu. Tuhan yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu. Dengan sebab beliau, kita mengenal Islam, satu-satunya agama yang benar. Satu-satunya agama yang diridhai Allah. Agama yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul.

Perayaan maulid adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Melalui perayaan maulid kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi. Melalui perayaan maulid, kita tanamkan pada diri umat Islam kecintaan kepada Nabi mereka, Nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi yang cintanya kepada umat melebihi cinta mereka kepadanya.

Salah satu bukti cinta baginda kepada umatnya adalah sabda beliau:

لِكُلّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً لِأُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

“Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku simpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat” (HR Muslim).

Pada hari kiamat kelak, dikatakan kepada Baginda:

يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ

“Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafaat maka syafaatmu akan diterima”

Baginda menjawab:

أَيْ رَبِّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)

“Wahai Tuhanku, umatku umatku” (HR an-Nasa’i)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Perayaan maulid di bulan Rabi’ul Awal mengingatkan kita akan keagungan Baginda, keutamaannya, akhlaknya, perjuangannya, gambaran ketampanan dan keindahan jasad mulianya. Ketika dilantunkan puji-pujian kepadanya dan jamaah maulid mulai menyebut-nyebut namanya, biasanya kita akan terbawa suasana haru. Dalam hati kita berucap, “Andai saja aku mendapat kemuliaan bertemu dengan Baginda, meskipun dalam mimpi.”

Seorang mukmin sejati pasti merindukan baginda Nabi. Seorang mukmin sejati pasti-lah sangat ingin bertemu dengan baginda walaupun sekejap pandangan mata dalam mimpi.

Sahabat Bilal al-Habasyi radliyallahu ‘anhu pernah memperoleh kemuliaan itu. Bilal pernah memperoleh kemuliaan bertemu dan melihat langsung baginda. Suatu ketika, ia melihat dalam mimpi wajah baginda yang memancarkan cahaya. Begitu terbangun, rasa rindu yang membuncah dan gelora cinta yang menyala-nyala memandunya untuk memacu hewan tunggangannya melewati gurun-gurun pasir yang tandus. Ia percepat perjalanannya di malam dan pagi hari, agar dapat segera sampai ke Madinah. Sesampainya di Madinah, ia lantas berdiri di dekat peraduan baginda, di dekat makamnya. Air mata pun mengalir deras dari kedua matanya. Ia tumpahkan air mata agar dapat meringankan kerinduan yang bergejolak di hati. Akan tetapi mana mungkin itu terjadi. Bilal-lah yang sebelum meninggal, melontarkan perkataan:

غَدًا نَلْقَى الْأَحِبَّةْ مُحَمَّدًا وَصَحْبَهْ

“Besok di akhirat aku akan menemui orang-orang yang aku kasihi, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kenapa kita merayakan maulid? Karena kita ingin bersyukur kepada Allah atas kelahiran Nabi kita.

Nabi Muhammad bahkan yang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri hari kelahirannya. Ketika ditanya tentang puasa sunnah hari Senin, beliau menjawab:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّلَائِلِ)

“Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan wahyu pertama kepadaku” (HR Ahmad dan al-Baihaqi dalam Dala’il an-Nubuwwah)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Perayaan maulid adalah bentuk pengamalan terhadap hadits:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia” (HR al-Bukhari)

Peringatan maulid adalah salah satu sarana untuk menanamkan dan menebarkan cinta terhadap Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam kepada lintas generasi, agar mereka terpaut hati dengannya. Bahkan peringatan maulid termasuk salah satu amal yang paling utama karena menuntun kita menuju cinta yang mulia ini. Yaitu cinta kepada insan pilihan yang telah datang menyelamatkan umat manusia dari kesesatan, kezaliman, kejahiliahan, kemusyrikan dan kekufuran. Baginda Nabi bersabda:

أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِيْ الَّذِيْ يَمْحُوْ اللهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِيْ يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِيْ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِيْ لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

“Aku adalah Muhammad dan aku adalah Ahmad. Aku adalah al-Mahi (sang penghapus) yang denganku Allah menghapus kekufuran. Aku adalah al-Hasyir yang orang-orang akan dikumpulkan di padang mahsyar di belakangku. Dan aku adalah al-‘Aqib yang tidak ada seorang pun yang diangkat menjadi nabi setelahku” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Melalui peringatan maulid, kita belajar, mengajarkan dan saling mengingatkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling mulia. Beliau-lah yang mengajarkan dan mengingatkan kita akan kemuliaan dirinya dalam sabdanya:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِيْ هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِيْ مِنْ بَنِيْ هَاشِمٍ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah dan memilih dari Quraisy Bani Hasyim dan memilihku dari Bani Hasyim” (HR Muslim).

Dengan mengetahui ketinggian derajat dan kemuliaannya, insyaallah cinta dan pengagungan kita kepadanya semakin menguat dan mendalam. Cinta inilah yang akan mendorong kita untuk menjalankan perintahnya dan mengikuti ajaran-ajarannya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam peringatan maulid, kita belajar dan mengajarkan tentang ciri-ciri fisik mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barang siapa yang melihatnya dalam mimpi, sungguh ia akan melihatnya dalam keadaan jaga sebagaimana sabda Baginda:

مَنْ رَءََانِيْ فِيْ الْمَنَامِ فَسَيَرَانِيْ فِيْ الْيَقَظَةِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

“Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan jaga” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dalam peringatan maulid ada pembacaan sirah nabawiyyah (sejarah hidup Nabi). Disebutkan bahwa Nabi tumbuh dalam keadaan yatim. Maka keyatiman seseorang jangan sampai menghalanginya untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak Nabi dan beradab dengan adab-adabnya.

Dalam pembacaan terhadap sejarah hidup Nabi, kita belajar kejujuran dari aktivitas dagangnya. Betapa beliau adalah orang yang sangat jujur dalam berniaga sehingga keberkahan begitu tampak pada hartanya.

Dalam pembacaan terhadap sejarah hidup beliau, para dai belajar berbagai metode dakwah dari baginda. Beliau memulai dakwah sendirian, menyeru dan mengajak kepada Islam hingga agama yang mulia ini menyebar ke seluruh penjuru jazirah Arab. Estafet dakwah sepeninggal beliau dilanjutkan oleh para sahabatnya. Hingga Islam menyebar ke berbagai belahan dunia.

Dalam pembacaan terhadap sejarah hidupnya, terdapat pelajaran bagi umat untuk berakhlak dengan akhlak yang mulia. Nabi bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ (رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَالْبَيْهَقِيُّ)

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia” (HR al-Bazzar dan al-Baihaqi)

Dalam rangkaian acara peringatan maulid Nabi, banyak sekali perbuatan baik yang dianjurkan oleh syariat, seperti pembacaan ayat al-Qur’an, sedekah makanan, doa bersama dan menjadi ajang silaturahim serta mengokohkan simpul-simpul tali persaudaraan antar sesama umat Islam. Dan tentu saja menjadi sebuah kegiatan untuk memperbanyak bacaan shalawat sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: 56)

“Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat Mencintai dan Dicintai Nabi Muhammad SAW

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله الَذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَهَدَانَا إلَى صِرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ صِرَاطِ الَذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَاالضَالِّيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ اَلْمَالِكُ الْحقُّ الْمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًارَسُوْلُ الله صَادِقُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا محمدٍ فِى الْاَوَّلِيْنَ وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا محمدٍ فِى اْلاَخِرِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوااللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَاَخْلِصُوْا لَهُ الْعِبَادَةَ فَقَدْ اَفْلَحَ مَنْ اَخْلَصَ اَعْمَالَهُ لِهَِّى
قال الله تعالى : قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Hadirin jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Pada kesempatan ini marilah kita perkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ dengan iman dan takwa yang sebenar-benarnya. Berusaha keras melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang.

Hadirin jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Di bulan Rabi’ul Awal di tahun ini marilah kita mengingat peristiwa penting kelahiran manusia sempurna pilihan Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Mengingat dalam arti mempelajari sejarah perjuangannya dalam mendakwahkan agama Islam, meneladani kebaikan-kebaikan akhlaknya, dan mengikuti sunnah-sunnah serta memperbanyak bacaan shalawat atasnya. Agar kita semua termasuk orang-orang yang selalu mencintai dan dicintai oleh rasulillah ﷺ dan akan mendapatkan syafaatnya di dunia sampai di akhirat kelak.

Ma’asyiral muslminin wazumratal mu’minin hafidhakumullâh,

Bulan ini adalah bulan yang sangat mulia. Bulan di mana lahir manusia pilihan Allah sebagai utusan di muka bumi, yakni Muhammad bin Abdillah. Beliau bukan hanya diutus untuk kalangan bangsa Arab, namun seluruh manusia bahkan alam semesta. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat as-Saba’ ayat 28:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. As-Saba'[34]: 28).

Prof KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, (2002: 519) memandang ayat ini memiliki empat hal pokok yang harus dimengerti, yaitu adanya utusan Allah dalam hal ini Rasulullah Muhammad ﷺ, ada yang mengutus yakni Allah ﷻ., yang diutus kepada mereka seluruhnya yakni alam, dan risalah, yaitu rahmat yang bersifat luas. Menurutya bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ bukan sekadar membawa rahmat bagi seluruh alam namun justru kepribadian beliau lah yang menjadi rahmat. Begitu mulianya sifat Rasulullah Muhammad sehingga Allah menyebutkan dengan pujian yang sangat agung.

Kemuliaan sifat Rasulullah tercermin dalam cara beliau berdakwah. Sehingga Islam dikenal sebagai agama yang mengajarkan kepada kemaslahatan dunia dan akhirat. Usman Abu Bakar dalam bukunya Paradigma dan Epistimologi Pendidikan Islam (2013: 65) memahami pengertian rahmat pada diri Rasul adalah ajaran tentang persamaan, persatuan dan kemuliaan umat manusia, hubungan sesama manusia, hubungan sesama pemeluk agama, dan hubungan antar agama. Rasulullah mengajarkan untuk saling menghargai, saling menolong, menjaga persaudaraan, perdamaian, dan sebagaianya. Lebih dari itu, Rasulullah juga mengajarkan etika terhadap binatang. Sehingga dalam melakukan sembelihan binatang pun diajarkan cara-cara yang maslahat dan tidak menyakiti binatang.

Sidang Jumat hafidhakumullâh,

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa visi pendidikan Rasulullah adalah terciptanya kedamaian dan keselamatan dunia dan akhirat. Sepantasnya sebagai umatnya kita semua kaum muslimin bersyukur atas diutusnya Rasulullah dan senantiasa mencintai beliau dengan sepenuh hati, dengan kecintaan yang sebenar-benarnya.

Walaupun tidak ada aturan yang menjelaskan cara mencintai rasul secara khusus, namun kecintaan terhadap Rasulullah dapat dibuktikan dengan beberapa hal, di antaranya dengan memperbanyak membaca shalawat. Sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 56,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab[33]: 56).

Amin Syukur dalam bukunya Terapi Hati (2012: 123) menjelaskan sejumlah sahabat Rasulullah telah membuktikan kecintaanya terhadap Rasulullah secara nyata, di antaranya adalah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika tidak ada satupun orang yang percaya kepada Rasulullah telah diisra dan dimi’rajkan, dia lah orang yang pertama kali meyakini atas kebenaran tersebut. Selanjutnya ada Umar Bin Khattab yang tidak rela Rasulullah dikabarkan telah meninggal dunia. Ada juga Ali Bin Abi Thalib yang rela menggantikan Rٌasulullah saat pengepungan oleh kaum Quraisy ketika Rasulullah hendak hijrah. Selanjutnya Ummu Sulaym yang mengumpulkan keringat Rasulullah dan diabadikan.

Sidang Jumat hafidhakumullâh,

Selain memperbanyak bacaan shalawat, cara kita mencintai Rasulullah adalah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya. Baik berupa perkataan, perbuatan maupun segala kebiasaan sikap Rasulullah. dengan jalan memperbanyak bershalawat dan mengikuti sunnah-sunnah Rasullah semoga kita semua menjadi orang-orang yang dicinta oleh Rasulullah.

Dikisahkan dalam kitab Nashaihul Ibad karya Imam Nawawi, Syekh Syibli mendatangi Ibn Mujahid, secara sepontan Ibn Mujahid merangkul dan mencium kening Syekh Syibli. Syekh Syibli pun bertanya tentang hal itu. Syekh Mujahid menceritakan bahwa ia pernah bermimpi dan melihat Rasulullah mencium kening Syekh Syibli. Dalam mimpinya Ibn Mujahid bertanya kepada Rasulullah, hal apa yang menyebabkan Rasulullah begitu mencintai Syekh Syibli. Rasulullah menjawab bahwa Syekh Syibli selalu membaca dua ayat terakhir Surat at-Taubah dan shalawat setiap selesai shalat fardhu, yaitu:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Dan membaca shalawat

صَلَّى اللهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّد

Kemudian Ibn Mujahid menanyakan akan hal itu terhadap Syaikh Syibli dan ternyata Syaikh Syibli selalu mengamalkan apa yang diceritakan Rasulullah dalam mimpi Ibn Mujahid tersebut.

Melihat kisah tersebut, bukan hanya berapa banyak shalawat yang dibaca, namun istiqamah atau konsisten dan terus menerus. Kecintaan sebenar-benarnya kepada Rasulullah.lah yang dapat menjadikan kita semua dikenal oleh Rasulullah dan akan mendapatkan cintanya.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu bershalawat dan menjalankan sunnah Rasulullah sebagai bukti cinta kita. Dan kita semua akan mendapatkan cinta dan syafaat dari beliau Rasulullah Muhammad ﷺ, amiin ya Rabbal ‘alamin.

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا وَاِيَّاكُمْ بِالْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَاعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.قال الله تعالى فى القران الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سيدنا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ سيدنا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .

Naskah khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut dihimpun dari situs Kementerian Agama RI.

Naskah Khutbah Jumat PDF

Kementerian Agama RI juga menyediakan naskah khutbah Jumat versi pdf. detikers bisa mengaksesnya di situs https://simbi.kemenag.go.id/eliterasi/.

(kri/rah)



Sumber : www.detik.com

Ceramah tentang Maulid Nabi beserta Dalilnya PDF


Jakarta

Maulid Nabi atau peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah hari besar tahunan umat Islam setiap 12 Rabiul Awal kalender Hijriah. Salah satu amalan yang bisa dilakukan untuk menghidupkan peringatan maulid Nabi dengan mengisi kajian ceramah tentang maulid Nabi.

Peringatan maulid Nabi 1446 H pada 12 Rabiul Awal bertepatan dengan Senin, 16 September 2024. Pemerintah juga menetapkannya sebagai hari libur nasional.

Kajian ceramah tentang maulid Nabi bisa mengulas sejarah hidup Rasulullah SAW hingga mengimplementasikan akhlak yang diajarkannya. Berikut contoh ceramah tentang maulid Nabi yang dikumpulkan detikHikmah dari arsip materi Kementerian Agama (Kemenag).


Contoh Ceramah Maulid Nabi dan Dalilnya (1)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mari panjatkan puji syukur terlebih dahulu kepada Allah SWT karena atas berkat dan kebaikannya, kita semua masih dapat bertemu hari ini. Khususnya dalam acara spesial yaitu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Selawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, rekan, juga sahabat-sahabatnya. Nabi Muhammad adalah penuntun seluruh umat muslim dari zaman kegelapan menuju terang.

Dalam rangka memperingati maulid Nabi ini izinkan saya untuk menyampaikan sepatah dua patah kata. Saya ingin menyampaikan mengenai sosok manusia mulia sealam dunia ini. Tentunya setiap umat Muslim mengetahui bahwa Nabi Muhammad mendapatkan julukan Al Amin, artinya “yang dapat dipercaya.” Sebuah gelar mulia untuk menunjukkan diakuinya kejujuran beliau oleh masyarakat saat itu. Jujur merupakan nilai yang harus dijunjung oleh seluruh masyarakat.

Kejujuran dimulai dari kesadaran diri sendiri dan harus dilatih sejak dini. Misalnya di lingkup sekolah, siswa maupun guru harus menerapkan kejujuran. Misalnya dengan tidak menyontek ketika ulangan, tidak berbohong kepada guru, ataupun curang saat bermain dengan teman-teman. Mungkin terkadang saat menghadapi situasi sulit bisa membuat kita susah mengatakan hal jujur.

Namun perlu diingat sebagaimana diakui oleh Nabi Muhammad SAW, maka perilaku terpuji dan jujur harus tetap dijalankan. Beliau tidak mengajarkan kebohongan atau menyembunyikan sesuatu demi kepentingan tertentu. Sebagaimana disampaikan dalam surat Al Ahzab ayat 21 yang bunyinya sebagai berikut:

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Artinya adalah “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW yaitu suri tauladan bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Tentunya mendapatkan gelar Al Amin menjadi sanjungan tersendiri bagi seorang Muslim. Amalan kejujuran Nabi Muhammad merupakan salah satu dari akhlak mulia lainnya yang harus kita tiru, semoga kita semua mampu mengamalkannya.

Demikian dapat saya sampaikan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hari ini. Semoga dapat bermanfaat dan seluruh umat Muslim di sekolah ini dapat mengamalkan akhlak kejujuran seperti pesan Nabi Muhammad.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh Ceramah Maulid Nabi dan Dalilnya (2)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Rasulullah saw. Semoga kita senantiasa termasuk golongan hamba yang pandai bersyukur dan mendapatkan syafaat dari Nabi Agung Muhammad saw di hari kiamat. Amin.

Saat ini, kita sedang berada di bulan Rabiul Awwal yang di Indonesia lebih sering disebut sebagai bulan Maulid. Disebut demikian memang karena dalam bulan ini terjadi sebuah kejadian agung yakni kelahiran Nabi Muhammad saw. Sosok paling mulia di dunia, sosok yang kita diperintahkan untuk senantiasa bershalawat untuk meraih syafaatnya. Bukan hanya kita saja yang bershalawat, Malaikat dan Allah swt pun bershalawat kepada beliau. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

Kehadiran Nabi Muhammad ke dunia ini membawa sebuah misi penting di antaranya adalah memperbaiki akhlak manusia. Misi ini menandakan bahwa akhlak menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia karena itulah yang akan membawa perdamaian dan ketentraman dalam setiap interaksi manusia dengan lingkungan sekitar. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Baihaqi, dan Hakim:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ

“Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Akhlak menjadi bagian utama dalam bangunan kepribadian seorang muslim sehingga para ulama menyebut bahwa “Al-Adabu fauqal ilmi’. Bahwa adab, tatakrama, akhlak, di atas ilmu yang dalam artian harus didahulukan untuk dimasukkan dalam diri setiap muslim. Dalam pendidikan pun sudah seharusnya mengedepankan aspek afektif (sikap dan karakter) dibanding aspek kognitif (kepintaran otak). Maka itu fungsi guru dan orang tua yang paling utama adalah mendidik agar generasi muda menjadi baik. Bukan hanya mengajar untuk menjadikan generasi muda menjadi pintar.

Pendidikan karakter dan akhlak generasi muda di era saat ini menjadi sangat dan sangat penting. Hal ini karena tantangan dan godaan zaman di tengah perkembangan teknologi semakin menjadi-jadi. Akibat perkembangan teknologi dan informasi saat ini, ancaman terhadap degradasi moral sangat terlihat di depan mata. Kita lihat bagaimana saat ini akhlak para pemuda sudah mulai tereduksi akibat gaya hidup digital di zaman modern.

Kejadian tindakan kriminal, asusila, kurangnya kepedulian sosial dan menurunnya rasa sosial-kemanusiaan yang dilakukan dan dimiliki generasi muda mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kita rasakan mereka lebih asik bermain di dunia maya dengan ponselnya dari pada bersosialisasi di dunia nyata.

Kebiasaan berkomentar di media sosial yang tak melihat dengan siapa ia berbicara, terbawa dalam kehidupan nyata. Sehingga bisa dirasakan mereka menyamakan antara berbicara dengan teman dan berbicara dengan orang tua.

Gampangnya berkomunikasi, berinteraksi, dan mencari informasi juga sedikit demi sedikit menjadikan para generasi muda menggampangkan berbagai hal. Ini berdampak kepada sikap malas dan mudah menyerah pada tantangan permasalahan yang dihadapi. Mereka terdidik dengan hasil yang instan tanpa perjuangan berat dan menghilangkan etos perjuangan serta sikap tak kenal menyerah.

Fenomena-fenomena ini patut direnungi oleh kita dan para orang tua pada umumnya. Momentum Maulid Nabi Muhammad saw menjadi saat yang tepat untuk kembali memperkuat penjagaan pada akhlak generasi penerus. Perlu dipantau aktivitas mereka saat memegang handphone agar akhlak bisa benar-benar terjaga.

Akhlak menjadi barometer apakah seseorang menjadi insan terbaik atau tidak. Bukan kepintaran yang menjadi barometer!. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Umar:

خَيْرُ النَّاسِ أحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya.”

Sudah saatnya di bulan Maulid ini kita kembali meneladani akhlak Nabi yang merupakan suri tauladan terbaik sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Selain menjadikan Maulid sebagai momentum menjaga akhlak generasi muda, mari jadikan bulan Maulid ini sebagai kesempatan meningkatkan kuantitas dan kualitas shalawat dan cinta kita kepada Nabi Muhammad. Perbanyak shalawat, insyaallah hidup menjadi nikmat karena mendapat syafaat di hari kiamat.

Syafaat dari Nabi Muhammad menjadi hal yang sangat penting untuk kita raih. Karena kita tidak tahu ibadah mana yang akan diterima di sisi Allah. Menurut kita kuantitas dan kualitas ibadah sudah maksimal, namun belum tentu di sisi Allah swt. Sehingga kita perlu senantiasa berdoa untuk meraih rahmat dari Allah serta perbanyak bershalawat kepada Nabi untuk meraih syafaatnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan ada seorang sahabat yang mengadu kepada Nabi. Ia merasa tidak rajin dalam menjalankan ibadah namun punya modal kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jawaban Nabi pun sangat menggembirakan. Nabi mengatakan sahabat tersebut akan dikumpulkan bersama Nabi di hari kiamat.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Dari sahabat Anas, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, kapan hari kiamat terjadi ya Rasul? Nabi bertanya balik, apa yang telah engkau persiapkan? Ia menjawab, aku tidak mempersiapkan untuk hari kiamat dengan memperbanyak shalat, puasa dan sedekah. Hanya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Nabi berkata, engkau kelak dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Semoga kita bisa meneruskan dan mewujudkan misi Nabi kepada para generasi muda yakni menjadikan akhlak mulia sebagai sendi-sendi peradaban kehidupan manusia. Semoga kita senantiasa bisa meneladani akhlak Nabi dan kita akan menjadi umatnya yang mendapatkan syafaatnya dan masuk dalam surganya Allah swt. Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh Ceramah Maulid Nabi dan Dalilnya (3)

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hadirin yang saya hormati,

Dalam rangka memperingati Maulid Nabi, alhamdulillah kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat walafiat. Mari kita ulas kembali kisah perjalan hidup beliau, seluruh perjuangan dan ajarannya yang merupakan teladan bagi seluruh umat manusia.

Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab (33:21):

إِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: Engkau sungguh berada pada akhlak yang agung.

Firman Allah ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan sosok teladan dengan akhlak yang luar biasa. Kehadirannya senantiasa membawa pesan cinta, kedamaian, dan keadilan kepada dunia. Selain itu, beliau merupakan sosok pemimpin yang adil, suami yang penyayang, hingga penuh kasih sayang.

Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya”.

Hadis ini mengetuk hati kita semua betapa pentingnya menjaga akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga memberikan teladan bahwa betapa pentingnya ilmu dan pengetahuan. Beliau bersabda:

“Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap Muslim”.

Dengan sabda ini, Nabi Muhammad mendorong kita untuk senantiasa menggali ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

Tak hanya itu, dalam rangka memperingati Maulid Nabi 2023, marilah kita berkomitmen untuk mengamalkan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan kita. Marilah kita semua menjaga akhlak yang baik, mencari ilmu, dan menyebarkan pesan cinta, perdamaian, dan keadilan kepada semua.

Semoga Allah SWT memberikan kita petunjuk dan hidayah untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah Maulid Nabi dan Dalilnya (4)

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hari ini kita telah berada di bulan Rabi’ul Awal. Bulan maulid Nabi. Bulan kelahiran Nabi. Pada bulan Rabi’ul Awal, dari tahun ke tahun, sejak pertama kali perayaan maulid ini dilakukan pada awal abad ketujuh Hijriah, umat Islam di berbagai belahan dunia merayakannya dengan penuh kegembiraan dan suka cita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kenapa kita merayakan maulid? Karena kelahiran Nabi Muhammad ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allah anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini.

Dengan sebab beliau, kita mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah. Tuhan Pencipta segala sesuatu. Tuhan yang tidak menyerupai segala sesuatu. Tuhan yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu. Dengan sebab beliau, kita mengenal Islam, satu-satunya agama yang benar. Satu-satunya agama yang diridhai Allah. Agama yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul.

Perayaan maulid adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Melalui perayaan maulid kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi.

Melalui perayaan maulid, kita tanamkan pada diri umat Islam kecintaan kepada Nabi mereka, Nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi yang cintanya kepada umat melebihi cinta mereka kepadanya.

Salah satu bukti cinta baginda kepada umatnya adalah sabda beliau:

لِكُلّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً لِأُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

“Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku simpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat” (HR Muslim).

Pada hari kiamat kelak, dikatakan kepada Baginda:

يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ

“Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafaat maka syafaatmu akan diterima”

Baginda menjawab:

أَيْ رَبِّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)

“Wahai Tuhanku, umatku umatku” (HR an-Nasa’i)

Perayaan maulid di bulan Rabi’ul Awal mengingatkan kita akan keagungan Baginda, keutamaannya, akhlaknya, perjuangannya, gambaran ketampanan dan keindahan jasad mulianya.

Ketika dilantunkan puji-pujian kepadanya dan jamaah maulid mulai menyebut-nyebut namanya, biasanya kita akan terbawa suasana haru. Dalam hati kita berucap, “Andai saja aku mendapat kemuliaan bertemu dengan Baginda, meskipun dalam mimpi.”

Seorang mukmin sejati pasti merindukan baginda Nabi. Seorang mukmin sejati pasti-lah sangat ingin bertemu dengan baginda walaupun sekejap pandangan mata dalam mimpi.

Sahabat Bilal al-Habasyi radliyallahu ‘anhu pernah memperoleh kemuliaan itu. Bilal pernah memperoleh kemuliaan bertemu dan melihat langsung baginda. Suatu ketika, ia melihat dalam mimpi wajah baginda yang memancarkan cahaya.

Begitu terbangun, rasa rindu yang membuncah dan gelora cinta yang menyala-nyala memandunya untuk memacu hewan tunggangannya melewati gurun-gurun pasir yang tandus. Ia percepat perjalanannya di malam dan pagi hari, agar dapat segera sampai ke Madinah.

Sesampainya di Madinah, ia lantas berdiri di dekat peraduan baginda, di dekat makamnya. Air mata pun mengalir deras dari kedua matanya. Ia tumpahkan air mata agar dapat meringankan kerinduan yang bergejolak di hati. Akan tetapi mana mungkin itu terjadi. Bilal-lah yang sebelum meninggal, melontarkan perkataan:

غَدًا نَلْقَى الْأَحِبَّةْ مُحَمَّدًا وَصَحْبَهْ

“Besok di akhirat aku akan menemui orang-orang yang aku kasihi, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”

Kenapa kita merayakan maulid? Karena kita ingin bersyukur kepada Allah atas kelahiran Nabi kita.

Nabi Muhammad bahkan yang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri hari kelahirannya. Ketika ditanya tentang puasa sunnah hari Senin, beliau menjawab:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّلَائِلِ)

“Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan wahyu pertama kepadaku” (HR Ahmad dan al-Baihaqi dalam Dala’il an-Nubuwwah)

Perayaan maulid adalah bentuk pengamalan terhadap hadits:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia” (HR al-Bukhari)

Peringatan maulid adalah salah satu sarana untuk menanamkan dan menebarkan cinta terhadap Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam kepada lintas generasi, agar mereka terpaut hati dengannya.

Bahkan peringatan maulid termasuk salah satu amal yang paling utama karena menuntun kita menuju cinta yang mulia ini. Yaitu cinta kepada insan pilihan yang telah datang menyelamatkan umat manusia dari kesesatan, kezaliman, kejahiliahan, kemusyrikan dan kekufuran. Baginda Nabi bersabda:

أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِيْ الَّذِيْ يَمْحُوْ اللهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِيْ يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِيْ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِيْ لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

“Aku adalah Muhammad dan aku adalah Ahmad. Aku adalah al-Mahi (sang penghapus) yang denganku Allah menghapus kekufuran. Aku adalah al-Hasyir yang orang-orang akan dikumpulkan di padang mahsyar di belakangku. Dan aku adalah al-‘Aqib yang tidak ada seorang pun yang diangkat menjadi nabi setelahku” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Melalui peringatan maulid, kita belajar, mengajarkan dan saling mengingatkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling mulia. Beliau-lah yang mengajarkan dan mengingatkan kita akan kemuliaan dirinya dalam sabdanya:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِيْ هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِيْ مِنْ بَنِيْ هَاشِمٍ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah dan memilih dari Quraisy Bani Hasyim dan memilihku dari Bani Hasyim” (HR Muslim).

Dengan mengetahui ketinggian derajat dan kemuliaannya, insyaallah cinta dan pengagungan kita kepadanya semakin menguat dan mendalam. Cinta inilah yang akan mendorong kita untuk menjalankan perintahnya dan mengikuti ajaran-ajarannya.

Dalam peringatan maulid, kita belajar dan mengajarkan tentang ciri-ciri fisik mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barang siapa yang melihatnya dalam mimpi, sungguh ia akan melihatnya dalam keadaan jaga sebagaimana sabda Baginda:

مَنْ رَءََانِيْ فِيْ الْمَنَامِ فَسَيَرَانِيْ فِيْ الْيَقَظَةِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

“Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan jaga” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dalam peringatan maulid ada pembacaan sirah nabawiyyah (sejarah hidup Nabi). Disebutkan bahwa Nabi tumbuh dalam keadaan yatim. Maka keyatiman seseorang jangan sampai menghalanginya untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak Nabi dan beradab dengan adab-adabnya.

Dalam pembacaan terhadap sejarah hidup Nabi, kita belajar kejujuran dari aktivitas dagangnya. Betapa beliau adalah orang yang sangat jujur dalam berniaga sehingga keberkahan begitu tampak pada hartanya.

Dalam pembacaan terhadap sejarah hidup beliau, para dai belajar berbagai metode dakwah dari baginda. Beliau memulai dakwah sendirian, menyeru dan mengajak kepada Islam hingga agama yang mulia ini menyebar ke seluruh penjuru jazirah Arab. Estafet dakwah sepeninggal beliau dilanjutkan oleh para sahabatnya. Hingga Islam menyebar ke berbagai belahan dunia.

Dalam pembacaan terhadap sejarah hidupnya, terdapat pelajaran bagi umat untuk berakhlak dengan akhlak yang mulia. Nabi bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ (رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَالْبَيْهَقِيُّ)

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia” (HR al-Bazzar dan al-Baihaqi)

Dalam rangkaian acara peringatan maulid Nabi, banyak sekali perbuatan baik yang dianjurkan oleh syariat, seperti pembacaan ayat al-Qur’an, sedekah makanan, doa bersama dan menjadi ajang silaturahim serta mengokohkan simpul-simpul tali persaudaraan antar sesama umat Islam. Dan tentu saja menjadi sebuah kegiatan untuk memperbanyak bacaan shalawat sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: 56)

“Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56)

Demikian ceramah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kumpulan Ceramah Maulid Nabi beserta Dalilnya dalam PDF

Kemenag melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam telah menghimpun kumpulan naskah ceramah yang bisa dibawakan saat peringatan momen maulid Nabi. Ada 8 naskah yang bisa dijadikan rujukan.

detikers bisa mengakses kumpulan naskah ceramah tersebut melalui link PDF berikut: https://simbi.kemenag.go.id/eliterasi/storage/perpustakaan/slims/repository/ec633f67110fdce2da7d95569c2777fd.pdf

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Era Jahiliyah



Jakarta

Abad yang paling suram pada kehidupan manusia terjadi pada abad ke 6 dan ke 7 Masehi. Sejak berabad-abad sebelumnya peradaban manusia telah meluncur dan jatuh secara drastis di bumi persada ini. Peradaban ini telah melupakan Sang Khalik sehingga ia telah lupa pada dirinya sendiri dan hari depannya. Manusia telah kehilangan kesadarannya, kebijaksanaannya, hilang juga kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, antara yang mulia dan yang hina.

Mereka ( para agamawan ) telah melarikan diri dari kehidupan yang sudah bejat ini, dan berlindung di dalam biara-biara, gereja, bahkan ke goa-goa untuk memencilkan diri. Mereka lari karena tidak berhasil memperjuangkan untuk mempertahankan agama, politik, kemerdekaan ruhani serta kebendaan. Adapun dari mereka yang masih tertinggal dalam kehidupan ramai telah menjalin persekutuan dengan para raja dan penguasa dunia, membantu dalam perbuatan dosa dan bahkan ikut makan harta orang lain secara zalim.

Sejatinya kehidupan itu berputar, terjadi beberapa abad yang lampau dan bisa berputar terjadi pada abad ini. Hak persamaan terkikis dengan dominasi kelompok tertentu dalam pengelolaan dan penguasaan aset, hak adil bagi masyarakat miskin menjadi marginal, munculnya pasar kebohongan dan miskin kejujuran. Kekejian dalam genosida etnis tertentu memperoleh dukungan. Semua ini menjadikan masyarakat apatis, tidak merasa ada perubahan saat terjadi pergantian Penguasa karena tiada perubahan sikap ( tetap zalim ).


Ingatlah bahwa kezaliman itu sangat dibenci oleh Sang Khalik, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-An’am ayat 45 yang terjemahannya,”Maka orang-orang zalim itu dimusnahkan hingga ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Makna ayat ini adalah : Peringatan sudah disampaikan, teguran secara halus maupun keras juga sudah diberikan, bahkan aneka nikmat sudah mereka terima, mereka masih saja durhaka. Maka berlakulah ketentuan Allah SWT. yaitu orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya sehingga tidak tersisa. Dan itu semua bukan karena Allah SWT. berbuat aniaya kepada mereka, karena semua yang ditentukan-Nya adalah baik, maka segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

Tiadanya kemampuan membedakan yang benar dengan yang salah maka terjadilah perbuatan-perbuatan salah yang dibenarkan dan perbuatan benar yamg disalahkan. Mereka ( penguasa ) telah terhijab sehingga lalai bahwa kekuasaannya itu sebenarnya tiada berarti apa-apa dibanding kekuasaan Allah SWT. Mereka merasa mampu menjadikan seseorang sebagai pemimpin dan mengatur dalam kehidupan. Tindakan ini menjadikan Allah SWT. murka dan pasti akan memberikan azabnya yang sangat pedih. Ketakaburan seseorang yang berkuasa, biasanya akan diberi hadiah oleh Sang Pencipta berupa : Direndahkannya rezeki, direndahkan derajatnya dan direndahkan kesehatannya.

Kekuasan menjadikan seseorang meningkat derajatnya atau direndahkan derajatnya ( hina ) bukan pada manusia. Ingatlah selalu firman Allah SWT. dalam surah ali-Imran ayat 26 yang berbunyi, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Adapun inti makna ayat di atas adalah : Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. Maka kekuasaan ini ( milik-Nya ) janganlah seseorang meskipun berkuasa penuh ikut campur.

Masa jahiliyah ini terjadi sebelum kelahiran ajaran Islam, pada masa itu peran agama-agama besar di begal oleh orang-orang yang berakhlak rendah, dipermainkan oleh orang-orang yang mengejar kemewahan dunia, juga kaum munafik sehingga agama telah kehilangan jiwa dan bentuknya semula. Agama tidak dapat melaksanakan tujuannya terhadap dunia dan tidak dapat menyampaikan dakwanya kepada umat manusia.

Saat itulah dunia telah bangkrut dalam segala segi pembentukan akhlak dan tiada menentu arah kehidupan. Tidak lagi mempunyai ketentuan hukum yang suci jernih sebagai agama samawi ( langit ) dan tidak mempunyai peraturan yang tetap serta berlaku bagi umat manusia.

Maka pada abad itulah lahir seorang Nabi terakhir sebagai utusan-Nya untuk menyempurnakan segala sesuatu tentang kehidupan dunia. Pada saat Sang Nabi SAW. berusia 40 tahun, turunlah firman-Nya yang pertama dan seterusnya sampai akhir. Inilah firman-Nya sebagai penyempurna kitab-kitab agama samawi yang ada sebelumnya.

Penulis nukil salah satu surah yang menjadi landasan hidup umat manusia. Teologi al-Insyirah mengajarkan hidup lapang dan optimistis. Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah

Tuhan mengajarkan jiwaal-Insyirah(kelapangan) dalam menghadapi segala dinamika hidup. Sebagaimana firman-Nya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan sebutan nama(mu) bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan, hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS al-Insyirah: 1-8).

Semoga Allah SWT. selalu membantu untuk mengingat-Nya, beribadah kepada-Nya dan terhindar dari rongrongan hawa nafsu.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

10 Kultum Menarik Mulai dari Tema Kejujuran



Jakarta

Kultum singkat adalah kependekan dari “kuliah tujuh menit,” sebuah bentuk ceramah atau pesan keagamaan yang disampaikan secara ringkas, biasanya disampaikan dalam waktu sekitar tujuh menit.

Kultum singkat hadir sebagai sarana bagi pendengar untuk mendapatkan inspirasi dan nilai-nilai moral tanpa memakan banyak waktu, cocok untuk disampaikan dalam berbagai situasi, seperti di masjid, sekolah, atau acara keagamaan.

Kultum singkat menjadi pilihan tepat bagi remaja dan masyarakat yang mencari inspirasi serta pesan kehidupan secara padat dan menarik. Tidak hanya membahas tentang agama, kultum juga merangkum berbagai topik kehidupan, mulai dari motivasi, etika, hingga panduan untuk menjalani hidup lebih bermakna.


10 Contoh Kultum Singkat

Dengan format yang ringkas, kultum memungkinkan kita untuk mendalami pesan-pesan berharga secara efisien. Berikut ini 10 contoh materi kultum singkat yang bisa Anda gunakan untuk berbagai tema dan acara yang dikutip dari buku Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun karya Hasan el-Qudsy.

1. Sukses Berbisnis Niat

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ وَالَاهُ أَمَّا بَعْدُ

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Sukses berbisnis niat? Apakah niat bisa dibisniskan? Lalu dengan siapa niat dibisniskan? Niat, sebagaimana telah kita ketahui, adalah penentu kualitas suatu amal. Di samping itu, pada hakikatnya niat juga merupakan aktivitas jiwa. Karenanya niat bisa menjadi “komoditi” yang dibisniskan. Tentunya bisnis ini hanya bisa berlaku dan legal apabila dilakukan dengan Allah semata.

Lalu bagaimana membisniskannya? Perlu diketahui bahwa barang siapa berniat, serius untuk mengerjakan suatu amalan yang bersangkutan dengan ketaatan kepada Allah, ia mendapatkan pahala. Demikian pula jikalau seseorang itu berniat hendak melakukan sesuatu yang baik, tetapi tidak jadi dilakukan, maka dalam hal ini, orang itu pun tetap menerima pahala. Ini berdasarkan hadits yang berbunyi: “Niat seseorang itu lebih baik daripada amalannya.” (HR. ath-Thabarâni, no. 5942, 6/185). Maksudnya, meniatkan sesuatu yang tidak jadi dilakukan sebab adanya halangan yang tidak dapat dihindarkan itu adalah lebih baik daripada suatu amalan yang benar-benar dilaksanakan, tetapi tanpa disertai niat yang benar.

Di samping itu, dalam amalan yang hukumnya mubah atau jawaz (yakni yang boleh dilakukan dan boleh pula tidak), seperti tidur, makan-minum, jalan-jalan, atau bertamasya, maka jika perbuatan tersebut disertai niat agar kuat untuk beribadah atau bisa melihat keagungan kekuasaan Allah dan menyenangkan keluarga, tentulah amalan tersebut mendapat pahala. Sedangkan kalau tidak disertai niat apa-apa, misalnya hanya supaya kenyang saja, atau bersenang-senang, maka tidak akan mendapatkan pahala apa-apa. Ini sesuai dengan hadits Nabi, “Sesungguhnya tiada suatu nafkah yang engkau berikan dengan niat untuk mendapatkan keridhaan Allah, melainkan engkau pasti akan diberi pahalanya, sekalipun sesuatu yang engkau berikan untuk makanan isterimu.” (HR. al-Bukhari, no. 3643, Muslim, no. 3076).

Bahkan satu pekerjaan yang mubah dapat dilipat-lipatkan niatnya, sehingga pahala yang diperoleh akan sesuai dengan lipatan niat yang telah ia niatkan. Misalkan ketika kita mau pergi ke masjid, bisa diniatkan untuk iktikaf, berzikir, ketemu sesama saudara muslim, mendengar ceramah agama, menaruh infak di masjid dan lain sebagainya. Begitu pula ketika kita mau makan, bisa kita niatkan agar mampu shalat, mampu bekerja, mampu menolong orang lain, mampu memberi ceramah, atau beribadah secara umum. Maka, sesuai jumlah amal yang kita niatkan, sejumlah itu pula pahala yang akan kita dapatkan. Jadi, pandai-pandailah kita meniatkan suatu amalan, walaupun tidak semua yang telah kita niatkan bisa terlaksana semuanya karena beberapa hal, maka ia tetap mendapatkan pahala. Begitulah rahasia berbisnis niat.

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Dari Rasulullah tentang apa yang diriwayatkan dari Allah, bahwa Allah berkalam, “Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan.” Kemudian beliau (Rasulullah) menerangkan, “Barang siapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka Allah mencatat niat itu sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang sangat banyak. Kalau ia berniat melakukan perbuatan jelek, tetapi tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna di sisiNya. Jika ia meniatkan perbuatan jelek itu, lalu melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kejelekan.” (HR.Muslim).

Jamaah yang berbahagia,

Kegagalan atau keberhasilan kita dalam berbisnis niat ini tentunya kembali kepada kepiawaian kita. Kepiawaian kita ini tergantung pada kedalaman ilmu kita. Semakin dalam ilmu agama seseorang, maka dia semakin tahu bagaimana menginvestasikan dan membisniskan niat. Di sinilah letak kecerdasan spiritual sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas niat seseorang. Tidak jarang orang yang gagal dalam bisnis ini, tetapi juga tidak sedikit mereka yang berhasil. Keberhasilan tersebut, selain adanya unsur kepiawaian, juga lebih banyak dipengaruhi keikhlasan dan kebersihan jiwa. Sehingga keberhasilan bisnis yang sudah dicapai selama hidup, tidak sia-sia dengan riya’, ujub, sum`ah, atau virus lainnya yang bisa merusak kesuksesan amal dan niat. Wallâhul Musta’ân.

2. Bagaimana Mencintai Rasulullah SAW

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ طَاعَةَ رَسُوْلِهِ طَاعَةَ اللَّهِ وَمَعْصِيَتَهُ مَعْصِيَةً اللَّهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَ مَنْ وَلَاهُ أَمَّا بَعْدُ:

Di setiap bulan Rabiul awal, sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam Indonesia melaksanakan peringatan Maulid Nabi. Berbagai kegiatan dan acara dilakukan untuk perhelatan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah peringatan tersebut benarbenar mencerminkan kecintaan kaum muslimin kepada Nabi mereka? Ataukah itu hanya cinta sesaat yang sering kali pudar dan sirna bersamaan dengan selesainya peringatan tersebut? Lalu apakah hanya setahun sekali kita mengungkapkan rasa cinta kepada Rasullullah ? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang seharusnya kita renungkan pada setiap pelaksanaan peringatan Maulid Nabi.

Jamaah yang berbahagia,

Tidak dipungkiri bahwa kita semua merasa mencintai Rasulullah. Dari cinta itu kita semua berharap mendapat syafaat beliau kelak di akhirat. Namun sekedar pengakuan tentu tidaklah cukup. Setiap cinta membutuhkan bukti, dan bukti cinta kita kepada Rasulullah adalah menjadikan Rasulullah sebagai rujukan dan suri teladan dalam kehidupan kita seharihari. Mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya daripada yang lainnya merupakan landasan keimanan kita. Dalam surat Ali Imran, ayat 31-32 disebutkan,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُوْرٌ رَّحِيمُ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak beriman seseorang di antara kalian, hingga aku lebih dicintai olehnya daripada bapak-bapaknya, anak-anaknya, dan manusia seluruhnya.”

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh,

Klaim atau pengakuan cinta kepada Rasulullah perlu realisasi nyata dalam perilaku kita sehari-hari. Mustahil kita akan mendapatkan buah cinta kepada Rasulullah berupa syafaat kelak di akhirat, kalau perbuatan kita sehari-harinya jauh dari apa yang diinginkan oleh Rasulullah. Hal ini nantinya akan terbongkar kelak di akhirat, di mana ketika semua umat Muhammad diberi kesempatan untuk meminum telaga Kautsar milik beliau apabila seseorang telah meminumnya, niscaya tidak akan merasa dahaga selama-lamanya namun ternyata ada sekelompok umatnya yang tertolak dikarenakan mereka melakukan ibadah-ibadah yang tidak pernah Rasulullah ajarkan. (HR. Muslim).

Dengan demikian, yang dimaksud oleh sabda Rasulullah “Anta ma’a man ahbabta” (Kamu akan dikumpulkan bersama orang yang kamu cintai) (HR. al-Bukhari), adalah kebersamaan yang diiringi pelaksanaan amal yang mampu menjadikan kita bersama dengan orang yang kita cintai. Ketika kita mencintai Rasulullah, maka kita harus beramal sesuai apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, sehingga kelak di akhirat kita dapat bersama beliau.

Oleh karena itu, saya mengajak diri saya dan kaum muslimin untuk mencintai Rasullah secara benar, dengan cara mengikuti apa yang telah diajarkannya dan menjadikan sunnahsunnahnya sebagai pegangan dan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Jauh dari bidah dan kultus individu yang dilarang oleh Rasulullah. Karena perbuatan bidah ini lebih disukai iblis daripada perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana diungkapkan oleh Sufyân ats-Tsauri,

الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لَا يُتَابُ مِنْهَا. (شرح أصول الاعتقاد للالكاني

“Perbuatan bidah itu lebih disukai iblis daripada perbuatan maksiat. Karena kemaksiatan terkadang ditobati, sementara bidah tidak ditobati.” (Syarh Ushûl al-l’tiqâd, karya al-Lâlikâ’i, 1/132).

Kenapa demikian? Karena pelakunya merasa tidak bersalah, maka otomatis ia merasa tidak perlu untuk bertobat darinya. Bahkan justru sebaliknya, ia akan tetap melaksanakan amalan tersebut terus menerus, dan menyebarkannya, bertolak dari keyakinannya akan kebenaran amalan tersebut. Wal ‘iyâdzubillah.

3. Antara Iman dan Amal

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ وَالَاهُ أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin rahimakumullâh,

Iman berasal dari bahasa Arab, âmana, yang berarti mempercayai atau membenarkan (tashdiq). Dalam pengertian syarak, iman diartikan sebagai pembenaran dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dipraktikkan dengan anggota badan terhadap ajaran Islam. Dengan demikian, keimanan seseorang bisa dikatakan benar apabila mencakup 3 unsur. Pertama, adalalah keyakinan yang teguh dan kuat di dalam hati. Artinya bahwa hati betul-betul menerima, mengakui, dan meyakini segala hal yang harus diimani sesuai perintah agama. Keyakinan ini harus utuh dan tanpa ada sedikit pun pencampuran dan keraguan dalam imannya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah, ayat 42, “Janganlah engkau mencampuraduk kebenaran dengan kebatilan, dan janganlah engkau menyembunyikan kebenaran, padahal engkau mengetahuinya.” Kedua, keyakinan dalam hati ini diikrarkan dengan pengakuan dan ucapan lisan atau isyarat. Pengikraran ini disimbolkan dengan pengucapan dua kalimat syahadat. Ketiga, adalah realisasi dan pembuktian keimanan, atau dalam bahasa Al-Qur’an adalah “wa amilush shalihât”, amal yang saleh dan perilaku yang baik. Atau dengan kata lain, mengamalkan al-Islam secara kaffah.

Seorang dikatakan benar-benar beriman, ketika lahiriahnya sesuai dengan batiniahnya, benar dalam keimanan, dan ikhlas dalam melakukan amalan. Merekalah yang dikatakan sebagai golongan ‘ash-Shadiqûn’ (orang-orang yang benar dalam keimanannya), sebagaimana Allah firmankan, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (al-Hujurât: 15). Oleh karena itu, syarat diterimanya amalan adalah keberadaan iman. Para ulama mengatakan bahwa antara iman dan Islam tidak mungkin bisa dipisahkan. Pembedaan antara keduanya tidak lain hanyalah pembagian dalam pembahasan. Adapun orang yang mengklaim beriman dengan lisannya, tetapi iman itu tidak meresap ke dalam hatinya, maka dia merupakan orang munafik. Ciri-ciri munafik itu ialah antara kata mulutnya selalu beda dengan kata hatinya, dan orang-orang munafik adalah para penghuni dasar api neraka (an-Nisa’: 145).

Jamaah yang berbahagia,

Sebagaimana telah kita kita ketahui, Islam adalah adDin yang berintikan iman dan amal. Jika iman itu diibaratkan “pokok”nya, maka dari pokok itulah keluar cabang-cabangnya. Cabang-cabang tersebut, dalam kaca mata Islam, meliputi semua bidang kehidupan. Maka seorang mukmin harus sadar dengan segala konsekuensi keimanannya. Karena ketika iman lemah, maka yang menjadi pendorong adalah hawa nafsu yang akan menggiring dirinya kepada maksiat, meski tidak sampai membuatnya senantiasa berbuat maksiat dan melanggar seluruh konsekuensi iman tersebut. Tentunya, semakin kuat dan sempurna iman seseorang, semakin besar pengaruhnya untuk melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan keimanannya.

Oleh karena itu, ketika seseorang mengucapkan kedua kalimat syahadat, ia harus sadar dan tahu apa yang terdapat di balik kedua kalimat syahadat itu. Di dalamnya terkandung semua perintah dan larangan. Bahkan semua tuntutan agama terkandung di dalamnya. Inilah sebabnya kaum kafir Quraisy enggan menerima dan mengucapkan kedua kalimat syahadat. Mereka sadar atas semua konsekuensi dari kedua kalimat tersebut.

Orang yang sudah mengucapkan kedua kalimat syahadat, secara syar’i dia dihukumi muslim. Harta, darah, dan kehormatannya dijaga oleh Islam. Oleh karena itu, kedua kalimat syahadat adalah dasar teori dan praktek dari semua yang tercakup dalam Islam. Sehingga ketika seseorang tidak mau mengikrarkan kedua kalimat syahadat, maka baginya tidak ada kewajiban untuk melaksanakan Islam. Namun apabila seseorang telah mengikrarkannya, maka dia mempunyai sebuah kewajiban untuk mengimplementasikan Islam secara menyeluruh dalam kehidupannya (al-Baqarah: 208).

Kedua kalimat syahadat ini seharusnya menjadi roh kehidupan dunia, sebagaimana dikatakan Sayyid Quthb, bahwa kalimat tauhid adalah pedoman kehidupan. Keimanan terhadap kalimat tauhid akan menciptakan keselarasan antara manusia dan sunnatullah di alam ini. Oleh karena itu, apabia dunia ini dipenuhi kekufuran terhadap kalimat tauhid, maka yang terjadi adalah kehancuran dan kerusakan, karena sudah tidak ada lagi keserasian dengan alam yang semua takluk dan tunduk kepada pengakuan kalimat tauhid. Wal ‘iyâdzu billâh.

4. Kedudukan Akhlak dalam Islam

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَدَبَ رَسُولَهُ فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ أُرْسِلَ لِتَأْدِيبِ أُمَّتِهِ لِتُصْبَحَ خَيْرَ الْأُمَّةِ. صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ.

Ma’âsyiral muslimin rahimakumullâh,

Akhlak atau budi pekerti dalam Islam menempati posisi yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pujian Allah kepada Rasulullah karena ketinggian akhlaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Qalam, ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Bahkan beliau sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Aku hanyalah diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad dan disahihkan al-Albâni). Di samping itu, akhlak menjadi tolok ukur kesempurnaan iman seorang hamba, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

“Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istri-istrinya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan disahihkan oleh al-Albâni). Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

Bahkan kelak di hari kiamat, akhlak ternyata menjadi sesuatu yang sangat berharga. Karena ternyata amal perbuatan yang paling berat di hari Kiamat adalah akhlak yang baik. Rasulullah bersabda, “Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan amal) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, disahihkan al-Albâni). Tidak hanya itu, orang yang berakhlak mulia, kelak di surga akan berdampingan dengan baginda Rasulullah. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari Kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Dengan memerhatikan dalil di atas, sudah sepantasnya setiap muslim mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Karena akhlak ataupun budi pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat setan, dan berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Sedang akhlak yang buruk akan membinasakan seorang insan dan juga akan membinasakan umat manusia. Sebagaimana Allah isyaratkan dalam kalam-Nya, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams: 7-10).

Oleh karena itu, akhlak merupakan salah satu pilar agama yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan tidak ada iman dan Islam kecuali dengan akhlak, karena akhlak mulia merupakan cerminan dari kualitas keimanan dan kebenaran Islam seseorang. Semakin baik iman dan Islam seseorang, maka semakin baik pula akhlaknya.

Jamaah yang berbahagia,

Di antara pokok akhlak dalam Islam adalah sifat malu. Sebagaimana Rasulullah sabdakan, “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu.” (HR. Ibnu Majah). Dalam riwayat Muslim dijelaskan, “Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata.” Malu yang dimaksud dalam hal ini adalah malu mengerjakan sesuatu yang yang tidak pantas menurut pandangan norma umum masyarakat dan tidak bertentangan dengan syariat. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka hal tersebut amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama. Dengan memiliki sifat malu, sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya, Riyadhush Shâlihîn, seseorang akan mampu menahan dirinya dari perkaraperkara yang jelek dan menghalangi dirinya dari perbuatan maksiat, serta mencegahnya dari melalaikan kewajiban.

Orang yang masih memiliki rasa malu, tidak mungkin korupsi, mengambil hak orang lain, telanjang di depan umum, atau melakukan tindakan yang tidak pantas. Karena semua perbutannya akan selalu terlihat oleh Allah. Namun apabila rasa malu sudah hilang, maka yang ada adalah perilaku hewan. Tidak ada bedanya antara manusia dengan hewan. Semua menjadi halal. Sungguh benar apa yang sabdakan Rasulullah, Jika kamu tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (HR. Bukhari). Semoga kita semua mampu meningkatkan kualitas akhlak kita dan mampu memperkokoh perasaan malu kepada Allah Amin.

5. Ibadah Anti Korupsi

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِينُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin rahimakumullâh,

Akhir-akhir ini, kejahatan korupsi mendapat sorotan tajam dan perhatian khusus dari seluruh elemen masyarakat. Tidak ketinggalan para tokoh agama turut prihatin dan menjadi sorotan balik oleh sebagian pihak. Bukan karena korupsinya para tokoh agama, melainkan peran ajaran agama yang mereka ajarkan.

Perlu kita renungi kembali sebagai bangsa yang mayoritas penduduk muslimnya terbesar di dunia. Renungan yang mampu mengembalikan jati diri kita sebagai manusia yang berketuhanan. Tuhan mengajari kita berbagai ritual ibadah. Tentu Tuhan tidak bermaksud dengan ritual tersebut “hanya” untuk memuaskan rongga batin yang sangat sulit diukur dan dibuat data statistik. Layaknya laporan keuangan yang mudah dimanipulasi dalam simbol angka yang penuh teka-teki. Ritual ibadah yang dimaksudkan Tuhan tidak hanya untuk diri-Nya saja, tetapi ritual yang mampu membawa kepada perubahan diri dan sosial. Karena Tuhan tidak membutuhkan apa pun dari diri kita. Allah Mahakaya, dan seluruh makhluk di alam semesta semuanya fakir, butuh kepadanya (Fâthir: 15). Artinya kita jangan sampai mempunyai pemahaman yang salah ketika melaksanakan ibadah, bahwa itu berarti Allah butuh kepada kita. Tentu, tidak. Ibadah itu dimaksudkan untuk kita sendiri. Baik untuk kehidupan dunia dan akhirat. Untuk akhirat, jelas kita semua mengharapkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan dunia ini, yaitu surga yang penuh dengan kebaikan. Adapun untuk kehidupan di dunia, maka hal inilah yang perlu kita sikapi kembali.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Di antara sekian ritual ibadah yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang telah balig tanpa terkecuali dan dalam kondisi apa pun, adalah ibadah shalat lima waktu. Ibadah yang dikatakan sebagai tiang agama (HR. Turmudzi, no. 2825). Siapa yang mendirikan shalat, berarti ia menegakkan tiang agama, dan barang siapa menyia-nyiakan shalat, berarti ia merobohkan agama. Shalat juga dikatakan sebagai pembeda antara muslim sejati dan muslim KTP. Artinya, dalam KTP boleh saja sama tertulis beragama Islam, tetapi yang membedakan di antara mereka adalah kualitas shalatnya.

Kenapa shalat begitu penting dalam kehidupan beragama bagi umat Islam? Hal itu karena Islam ingin menanamkan kepada umatnya tentang nilai “muraqabatullah” (baca: pengawasan Allah) kepada hamba-Nya. Selalu ingatatas pengawasan Tuhannya yang tidak pernah tidur (Thâhâ: 14). Minimal nilai itu muncul dalam lima waktu. Antara rentang-rentang lima waktu itulah manusia diharapkan mampu melakukan swamuraqabah (baca: pengawasan sendiri) yang bersumber dari”muraqabatullah” ketika ia melakukan shalat. Karena manusia itu lemah (an-Nisa’: 28) dan mudah tergoda serta tertipu dengan berbagai fatamorgana dunia (Ali Imran: 14), maka diperlukan akses “muraqabatullah” sesering mungkin, minimal lima kali dalam sehari. Individu yang mampu mengakses “muraqabatullah” dengan baik dan sempurna dalam shalatnya, kemudian mampu mentranformasikannya ke dalam swamuraqabah dan sosialmuraqabah (baca: pengawasan sosial) dalam pekerjaannya, maka sudah bisa dipastikan ibadah itu akan menjelma menjadi ibadah anti korupsi. Bagaimana tidak, ketika seseorang punya niat untuk melakukan korupsi, ia akan selalu merasa diawasi, baik oleh dirinya, masyarakatnya, dan Tuhannya.

Dengan demikian, ibadah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas pribadi, tetapi juga bagaimana mampu menjelma dalam hubungan pola interaksi sosial. Maka, shalat bukan sekedar kepuasan ritual batin, atau bahkan hanya ritual politik panggung, guna menepis anggapan Islam KTP atau abangan. Yang terakhir ini kelihatannya mudah kita temui pada saat pemilu digelar, di mana para tokoh politik ber”hijau” ria untuk mencitrakan dirinya sebagai calon-calon pembela umat yang pantas untuk dipilih. Namun ketika sudah terpilih, mereka tidak sungkan-sungkan untuk menggelar sederetan sandiwara pembohongan dan penggarongan harta rakyat. Berangkat dari pencitraan diri yang dibuat-buat, bukan ikhlas karena Tuhan-Nya, maka tidak mengherankan jika banyak kita temukan fenomena pejabat kelihatan rajin shalat bahkan haji tiap tahun, tetapi rajin juga korupsi dan memanipulasi angka anggaran negara. Sesungguhnya orang yang demikan itu pada hakikatnya adalah fi shalâtihim sâhûn (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (al-Mâ’ûn: 5). Lalai kalau Allah selalu melihatnya dan mencatat seluruh amal perbuatannya.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kita berlatih menjadikan ibadah kita sebagai sarana untuk mendidik kepribadian diri, keluarga, dan sosial masyarakat. Sehingga ibadah tidak berhenti hanya sebatas ritual tanpa makna.

Contoh Kultum Singkat 6-10 >>>

6. Kejujuran dalam Berbisnis

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah yang berbahagia,

Allah berkalam,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (atTaubah: 119).

Dalam ayat tadi, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bertakwa dan bersama orang-orang yang sidik. Makna sidik dalam bahasa kita dimaknai jujur, dapat dipercaya, dan ia merupakan lawan kata dari kata kidzb yang berarti kebohongan. Perkataan bisa dikatakan benar atau jujur apabila sesuai kenyataan yang terjadi. Bisa dikatakan bohong apabila perkataan tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Begitu pula dengan keyakinan dan perilaku seseorang. Untuk itu, antara kejujuran dan kebohongan tidak mungkin bersatu dalam satu obyek. Karena apabila terjadi, akan menjelma menjadi sebuah kemunafikan. Yaitu perilaku yang lahirnya terlihat jujur, namun batinnya dipenuhi dengan kebohongan. Dalam hadits Rasulullah dijelaskan bahwa, “Tanda orang munafik itu tiga walaupun ia puasa dan salat serta mengaku dirinya muslim. Yaitu jika ia berbicara, ia berdusta, jika berjanji, ia menyalahi, dan jika dipercaya, ia khianat.” (HR. Muslim).

Sayyid ath-Thantawi (2061), ketika mengomentari ayat di atas (at-Taubah: 119) menjelaskan bahwa kebenaran atau kejujuran itu meliputi segala aspek kehidupan, baik dalam niat, ucapan, dan perilaku. Niat atau motivasi yang ada dalam diri seseorang dikatakan benar apabila sesuai dengan tuntunan syariat. Begitu pula halnya dengan ucapan dan perilaku. Karena pada dasarnya seorang mukmin sejati meyakini bahwa, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (al-Isra’: 36).

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh,

Seorang pebisnis muslim yang taat, tentu akan selalu berusaha jujur dalam segala kehidupannya. Dimulai dari niat ketika berbisnis, modal yang digunakan, transaksi yang dipakai, bahkan sampai cara pemasaran dan pengelolaan laba. Dengan kata lain, dari hulu sampai hilir, ia akan selalu berusaha jujur, agar yang dilakukan dalam bisnisnya sesuai dengan ketentuan syariat. Jika seorang pebisnis telah mampu meletakkan kerangka kejujuran dalam semua lini usahanya secara profesional dan istiqamah, maka label syariah baru pantas disematkan kepadanya.

Selain diperintahkan berbuat jujur, dalam ayat di atas juga terkandung perintah kepada seorang mukmin untuk membentuk komunitas kejujuran. Sebagaimana Allah perintahkan: “wa kûnû maash-shâdiqîn” yang artinya: “dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (at-Taubah: 119). Ayat ini mengisyaratkan bahwa kejujuran perlu dibangun bersama dan membutuhkan komunitas untuk menyuarakan dan membentuk opini. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak cukup dirinya telah berbuat jujur, tetapi ia bersama orang lain, ia harus menjalankan kejujuran. Sehingga kejujuran menjadi gerakan masa dan mampu membentuk komunitas kejujuran. Karena kejujuran individual akan sangat mudah terobang-ambing, bahkan bisa jatuh, jika komunitas lingkungannya tidak mendukungnya. Seperti yang terjadi pada saat sekarang ini. Banyak orang yang dulunya dikenal jujur dan menyuarakan kejujuran, tiba-tiba tenggelam lenyak, bahkan terbawa arus kebohongan, tidak lain karena ia jauh dari komunitas kejujuran. Oleh karena itu, Allah memerintahkan orang yang jujur untuk bergabung dangan orang yang jujur, agar dapat saling menguatkan dan saling mengingatkan dalam kejujuran.

Dalam membentuk komunitas kejujuran, strategi yang dilakukan oleh Rasulullah adalah memulai dari diri sendiri, kemudian mengajak keluarga atau teman terdekat dan masyarakatnya. Jika komunitas kejujuran sudah terbentuk dalam masyarakat, maka setiap individu akan merasa mudah dalam menjalankan bisnisnya. Roda perekonomian akan bergerak dengan cepat. Karena seseorang tidak lagi curiga ketika menyerahkan pengelolaan modal kepada pihak lain yang kekurangan modal. Pihak yang menyerahkan akan selalu merasa aman karena pihak yang diserahi selalu bertindak jujur. Inilah, menurut penulis, salah satu isyarat yang terdapat dalam surat al-Lail, ayat 6-7, bahwa Allah akan memberikan kemudahan bagi orang yang memiliki karakter jujur.

Ketika seorang pelaku bisnis dapat berbuat jujur, sesungguhnya ia telah menanamkan modal saham terbesarnya dalam berbisnis. Berbagai kemudahan akan ia dapatkan dalam kehidupannya. Di samping itu, kejujuran akan membawa keberkahan hidup dan harta. Karena tanpa keberkahan, harta tidak akan banyak membawa manfaat bagi si empunya.

7. Kenapa Harus yang Halal?

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالشُّكْرُ لِلَّهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah yang berbahagia,

Mencari dan mengonsumsi rezeki yang halal adalah kewajiban setiap muslim. Karena ia menjadi salah satu syarat mutlak diterimanya semua amal ibadah. Sungguh, Allah tidak akan menerima kecuali sesuatu yang baik. Rasulullah bersabda, “Wahai para manusia, sesungguhnya Allah Mahasuci dan tidak akan menerima kecuali yang suci.” (HR. Muslim). Dalam kitab Jâmi’ul ‘Ulûm wal-Hikam karya Ibnu Rajab, disebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas berkata, “Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang di dalam perutnya ada sesuatu yang haram.” Disebutkan juga, bahwa salah satu ulama salaf yang bernama Wahb bin al-Ward berkata, “Sekalipun kamu berdiri bagaikan tiang, itu tidak ada gunanya bagimu sampai kamu memerhatikan apa saja yang kamu masukkan ke dalam perutmu, halalkah atau haramkah?”

Selain menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah, mengonsumsi rezeki yang halal juga menjadi penyebab terkabulnya doa. Sebaliknya, berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa. Walaupun dia dalam kondisi orang yang termasuk mudah terkabul doanya, misalnya seorang musafir. Rasulullah menyebutkan dalam sebuah hadits, tentang seorang lelaki yang berpergian jauh, hingga penampilannya menjadi kusut, lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa, “Ya Rabb, Ya Rabb,” sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dahulu ia diberi makan dari makanan yang haram, maka mana mungkin permohonannya dikabulkan? (HR. Muslim).

Jamaah yang berbahagia,

Mengonsumsi yang halal tentu membahwa manfaat yang besar baik di dunia maupun akhirat. Di akhirat, jelas akan terselamatkan dari api neraka. Karena tidak ada daging yang tumbuh dari harta haram kecuali daging tersebut lebih berhak masuk ke dalam neraka, sebagaimana Rasulullah sabdakan, “Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih layak baginya.” (HR. ath-Thabarâni).

Adapun manfaat di dunia, sebagaimana diterangkan oleh para ulama, di antaranya adalah, Pertama, harta halal akan melahirkan amal saleh dan amal yang bermanfaat bagi diri maupun sesama. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat:

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَ تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mu’minûn: 51). Beliau menjelaskan, “Pada ayat ini, Allah memerintahkan para rasul ‘alaihimussalâm agar makan makanan yang halal, dan beramal saleh. Disandingkannya dua perintah ini mengisyaratkan bahwa makanan halal adalah pembangkit amal saleh. Dan sungguh, mereka benar-benar telah menaati kedua perintah ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/477).

Berangkat dari pemahaman ini, sekiranya kita perlu introspeksi diri, jika suatu saat badan terasa berat dan malas untuk melakukan sebuah amal kebaikan, bisa saja hal tersebut karena makanan dan minuman yang kita konsumsi adalah dari harta yang haram.

Hadirin wal hadirat yang dimuliakan Allah,

Manfaat lain dari mengonsumsi rezeki yang halal adalah dapat menjadi obat berbagai penyakit. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Jarîr ath-Thabari ketika menafsirkan kalam Allah,

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang baik lagi baik akibatnya.” (an-Nisa: 4). Ibnu Jarîr mengatakan, “Makna kalam Allah: فَكُلُوهُ هَنِيْئًا مَرِيْئًا adalah: “Maka makanlah pemberian itu, niscaya menjadi obat yang menawarkan.” (Tafsir Ibnu Jarîr, 7/560). Adapun dalam tafsir al-Qurthubi dijelaskan bahwa: “Al-hanî ialah yang baik lagi enak dimakan dan tidak memiliki efek negatif, sedangkan al-mari ialah yang tidak menimbulkan efek samping pasca dimakan, mudah dicerna, dan tidak menimbulkan penyakit atau gangguan.” (Tafsir al-Qurthubi, 5/27).

Dengan alasan-alasan yang telah disebutkan, maka tidak ada alasan lagi bagi seorang mukmin untuk tidak mencari rezeki yang halal dan mengonsumsi rezeki yang halal. Karena yang halal itu berkah dan selalu memberikan ketenangan pada jiwa.

8. Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Islam

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى صَاحِبِ الْبُرْهَانِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ نَهَجَ مَنْهَجَهُ إِلَى يَوْمِ الْفُرْقَانِ، أَمَّا بَعْدُ:

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh,

Dalam surat ar-Rahmân, Allah menjelaskan bahwa diriNya adalah pengajar (‘allamahul bayân) bagi umat manusia. Sedang ayat pertama yang diturunkan Allah adalah surat al-‘Alaq, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang menjadikan.” Ayat inilah yang memastikan bahwa Muhammad adalah seorang nabi dan rasul. Ayat ini juga yang diperdengarkan pertama kali kepada telinga beliau. Wahyu pertama ini menegaskan kepada umat manusia tentang kedudukan ilmu dalam agama Islam. Kalau kita perhatikan bersama, dalam surat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk membaca dan belajar. Allah juga mengajarkan kita dengan qalam yang sering kita artikan sebagai ‘pena. Namun sebenarnya kata qalam juga dapat dipahami sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Termasuk di dalamnya adalah alat percetakan, komputer, internet, dan lain sebagainya. Di luar itu, surat al-‘Alaq juga mengisyaratkan tentang pentingnya ilmu dan kewajiban untuk mentransferkan ilmu tersebut kepada generasi berikutnya.

Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Al-Qur’an maupun hadits, ilmu pengetahuan memiliki kedudukan paling tinggi melebihi hal-hal lain. Bahkan salah satu sifat Allah adalah Dia memiliki ilmu, yang Maha Mengetahui. Asy-Syauqi, seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Bahkan orang yang tinggi derajatnya di hadapan Allah adalah mereka yang berilmu. Karena dengan ilmu itu seseorang dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dengan ilmu yang benar, seseorang mampu memperoleh keimanan yang benar. Tanpa ilmu yang benar, keimanan seseorang akan mudah untuk dipermainkan. Begitu pula ilmu yang tidak didasari keimanan yang benar, akan mudah membuat orang memperjualbelikan ilmunya dengan nilai-nilai materi yang tidak ada nilainya di sisi Allah. Antara iman dan ilmu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, apabila kita berharap dari ilmu tersebut lahir sebuah kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

Kaum muslimîn rahimakumullâh,

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad ﷺ menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatiannya kepada kewajiban menuntut ilmu sedetail Nabi Muhammad. Maka tidak heran jika sejarah mencatat masa keemasan peradaban Islam, di mana umat Islam telah mampu memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi para ulama Islam. Menyebar mulai kota Madinah, Baghdad, Kairo, sampai Spanyol, dan Cordova di benua Eropa. Berbagai perguruan tinggi dibangun untuk memperkuat pembelajaran dan penelitian keilmuan. Di masa itu, dunia Eropa masih dipenuhi dengan kegelapan dan tidak ada satu pun perguruan tinggi didirikan.

Tugas kita sekarang adalah mengembalikan kejayaan tersebut. Dengan kembali memupuk semangat belajar, penelitian dan pengembangan keilmuan yang berdasarkan kepada nilai-nilai AlQur’an dan As-Sunnah. Karena tanpa nilai tersebut, ilmu tidak akan mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk umat manusia, seperti yang terjadi sekarang. Secara materi, ilmu pengetahuan begitu pesat perkembangannya, namun ternyata ilmu tersebut tidak mampu ‘memanusiakan’ manusia secara jujur dan adil. Ketimpangan tersebut bermula dari ketimpangan niat yang dimiliki para ilmuwan ketika belajar.

Jamaah yang berbahagia,

Ada sementara orang yang niat mencari ilmu itu adalah: al-‘ilmu lil ‘ilmi, yaitu mencari ilmu karena ilmu semata-mata. Dia sangat senang dan mabuk dengan ilmu. Orang semacam ini cenderung menjadi budak ilmu dan tidak memerhatikan etika dan akhlak. Ada juga yang disebut dengan al-‘ilmu lillah, yaitu orang yang menuntut ilmu karena perintah Allah, dengan tujuan agar dapat mengamalkan ilmu sebagai bentuk pengabdian dan pendekatan diri kepada Allah. Ilmuwan semacam ini akan menggunakan ilmunya untuk membangun kehidupan manusia seutuhnya. Semuanya dengan tujuan agar dapat melindungi iman, memperkuat syariat, dan mengumandangkan kalimatullah. Mereka adalah ilmuwan yang bertakwa. Mereka akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah, sebagaimana Allah janjikan dalam Al-Qur’an yang artinya, “..niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujadilah: 11)

9. Pendidikan Generasi Muslim

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى، وَ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَي، وَ عَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمُصَفَّى أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah telah diberi misi dan tanggung jawab masing-masing untuk meneruskan kehidupan di atas muka bumi ini, di mana setiap tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Termasuk di dalamnya adalah memastikan terciptanya generasi muslim yang beriman, bertakwa, dan berkualitas. Tentunya menjalankan amanah bukanlah sesuatu yang mudah. Rasulullah bersabda, “Seberatberat agama ialah memelihara amanah. Sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang tidak memelihara amanah, bahkan tidak ada salat dan zakat baginya (tidak diterima).” (HR. al-Bazzar).

Jika kita perhatikan kehidupan anak-anak sekarang, banyak aspek akhlak dan moral anak-anak yang memprihatinkan. Seperti masalah aurat yang serba terbuka, kelahiran anak di luar nikah, pergaulan bebas, narkoba, serta budaya pornografi dan pornoaksi. Semua ini menunjukkan lemahnya pendidikan agama dan kendornya ikatan akidah dan akhlak pada diri anak, di samping sulitnya anak mendapatkan suri teladan yang benar dari lingkungannya.

Salah satu konsep hidup yang ditegaskan oleh Rasulullah adalah keteladanan dan pendidikan terhadap anak-anak. Pendidikan anak bermula dari individu-individu yang menjadi ibu dan bapak itu sendiri. Seorang bapak maupun ibu harus mengerti tujuan kita dihidupkan Allah di dunia ini, apa tugas dan kewajiban mereka, dan bagaimana pertanggungjawabannya kelak di sisi Allah? Tanpa memahami perkara-perkara ini, mustahil lahir sebuah generasi yang bertakwa dan mampu memiliki kecemerlangan di dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Ma’asyiral muslimîn rahimakumullâh,

Anak merupakan amanah dari Allah yang hendaknya dipelihara dan dibimbing sesuai dengan pesanan dan panduan syariat Allah dan Rasul-Nya. Jika ini tidak dilaksanakan dengan betul, maka ia bisa menjadi penyebab orang tuanya terseret ke lembah neraka di akhirat dan mendapat malu di dunia. Amaran ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surah atTahrim, ayat 6: “Peliharalah diri kamu dan ahli keluarga kamu dari neraka.”

Zaman telah berubah, perkembangan dan kemajuan kehidupan sedikit banyak telah mengubah nilai-nilai murni kehidupan dan keimanan kita. Maka sebagai ibu bapak, kita hendaklah banyak memberi bekal keimanan kepada anak-anak kita agar tidak hanyut dan lenyap ditelan perkembangan zaman. Sejak kecil, anak-anak seharusnya menerima asupan nutrisi pendidikan agama yang cukup. Mulai dari dalam kandungan, setelah lahir, hingga dewasa. Pendidikan agama sejak dini sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian anak. Hal ini diakui sendiri oleh ilmu pengetahuan modern yang mengatakan, bahwa masa yang paling dominan untuk membentuk kepribadian manusia adalah masa kanak-kanak. Rasulullah bersabda yang maksudnya, “Sesungguhnya setiap anak dilahirkan atas fıtrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri) sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. ath-Thabarâni).

Jamaah yang berbahagia,

Berbicara tentang bagaimana cara mendidik anak, kita dapat menengok pendidikan yang dilakukan Luqman kepada anaknya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, yaitu mencakup asas pendidikan tauhid, akhlak (norma dan etika), shalat (ibadah), pendidikan amar makruf nahi mungkar (kepekaan sosial), bersikap tabah dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat (interaksi sosial). Pokok-pokok pendidikan dasar ini harus ditanamkan orang tua kepada anak sejak dini. Sudah barang tentu, orang tua harus berusaha menjadi teladan yang bisa ditiru oleh anak. Karena inti utama pendidikan anak adalah keteladanan. Oleh karena itu, saleh atau tidaknya seorang anak menjadi pertanda berhasil atau gagalnya orang tua dalam mendidik anak. Sabda Rasulullah, “Dan bahwasanya anakanak itu termasuk hasil usahamu.” (HR. al-Bukhari).

Adalah menjadi harapan setiap orang tua agar dikaruniai anak-anak yang saleh. Anak saleh adalah investasi tanpa rugi bagi setiap orang tua. Di dunia ia memuliakan, dan di akhirat menyelamatkan dari siksaan Allah. Rasulullah bersabda, “Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

10. Seks dan Islam

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ

Saudaraku yang dimuliakan Allah,

Membahas masalah seks tidak akan pernah habis. Pembahasan masalah ini akan terus mengalir dan menarik selama manusia masih menghuni planet bumi ini. Hal ini karena kebutuhan manusia terhadap seks merupakan kebutuhan mendasar dan fitrah, seperti kebutuhan makan dan minum. Islam adalah agama yang sempurna (al-Ma’idah: 3). Tidak ada masalah dalam kehidupan manusia kecuali Islam telah mengaturnya. Tidak ada secuil permasalahan, termasuk masalah seksual, kecuali Islam telah membahasnya dan memberikan petunjuk yang benar bagi kehidupan manusia. Rasulullah menjelaskan dalam sebuah hadits, “Tidak bersisa satu hal pun yang dapat mendekatkan seseorang kepada surga dan menjauhkannya dari neraka, yang belum dijelaskan kepada kalian.” (HR. al-Haitsami dalam Majma’uz-Zawa’id).

Berbicara tentang seks, Islam sama sekali tidak pernah ragu-ragu, atau menolaknya, apalagi menutup-nutupinya. Permasalahan seks dalam Islam merupakan satu kesatuan dalam syariat. la tidak bisa dipisahkan dari akidah, ibadah, dan akhlak. Oleh karena itu, banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah yang secara gamblang telah membahas masalahmasalah seksualitas. Sebagai contoh, lihat saja kalam Allah dalam surat al-Baqarah, “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. (al-Baqarah: 187). Dalam hadits sahih, Rasulullah bersabda, “Apabila ia duduk di antara empat pangkal (kedua tangan dan kedua kaki) dan khitannya (alat kelamin) menyentuh khitan lainnya maka wajiblah mandi.” (HR. Muslim).

Jamaah yang berbahagia,

Ketika Islam memperbolehkan seseorang melakukan hubungan seksual, Islam tidak melepasnya seperti hewan tanpa kontrol. Karena yang akan terjadi adalah pengumbaran hawa nafsu serta merebaknya dekadensi moral. Di sisi lain, Islam juga tidak mencegah atau menghilangkan naluri seksual yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Islam memandang bahwa keberadaan naluri seksual sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan manusia di muka bumi sebagai khalifah. Dengan adanya naluri birahi inilah, manusia bisa menjaga eksistensinya di muka bumi. Oleh karenanya, Islam mengatur dan mendudukkan permasalahan kebutuhan seksual ini di bawah kebijaksanaan syariat dan kesucian jiwa. Maka disyariatkan pernikahan antara lakilaki dan perempuan dengan tujuan mendapatkan keturunan, di samping untuk memenuhi kebutuhan seksual secara halal. Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya “Pendidikan Anak Menurut Islam” menjelaskan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah untuk melindungi kelangsungan manusia. Dengan pernikahan, umat manusia akan semakin banyak dan berkesinambungan. Oleh karena itu, Islam tidak mengenal sistem kerahiban atau kepasturan. Karena hal ini bertentangan dengan fitrah, naluri, dan kecenderungan manusia normal. Sebagaimana Rasulullah terangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, “Sesungguhnya Allah telah mengganti pola hidup kerahiban (kependetaan) kita dengan ajaran agama yang lurus dan mudah.” Dalam hadits lain, Rasulullah menyabdakan, “Barang siapa mampu menikah, namun ia tidak menikah, maka tidaklah dia termasuk golonganku.” (HR. al-Baihaqi).

Kaum muslimin yang berbahagia,

Pandangan dan realita seksualitas dalam Islam, jauh berbeda dengan apa yang pernah dialami dan berkembang di dunia barat. Pada abad pertengahan masehi, di barat berkembang sebuah pemahaman di mana masalah seksual dianggap kotor, jijik, dan tidak pantas dibicarakan oleh agama. Maka muncul istilah “Rahbaniyyah” di mana seorang pastur atau pendeta tidak diperbolehkan menikah. Wanita dianggap sebagai makhluk yang kotor, jahat, hina, dan penyebab semua kerusakan di dunia. Akibat dari keengganan agama dalam membahas seksualitas, berbagai penyelewengan seksual dan dekadensi moral di barat berkembang pesat.

Pandangan semacam itu jelas berbeda dengan Islam. Islam sejak awal telah membicarakan seks dan meletakannya sesuai petunjuk Allah sebagai Pencipta fitrah manusia. Di samping itu, dalam pandangan Islam, hidup mati manusia adalah untuk pengabdian diri kepada Allah. Sebagaimana Allah firmankan “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (adz-Dzâriyât: 56). Oleh karena itu, sejak awal Islam memandang kegiatan seksual adalah bagian dari pengabdian dan ibadah kepada Allah. Dengan demikian, semua harus tunduk di bawah aturan Allah, sehingga kenikmatan itu membawa keberkahan di dunia dan akhirat.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Nasihat Orang Bijak



Jakarta

Orang bijak ditanya, “Apa yang paling dekat?”

Jawabnya, “Ajal.”
Ditanya lagi, “Apa yang paling jauh?”
Dijawab, “Angan-angan.”
Kematian pasti datang, keyakinan akan datangnya ajal menjadikan seseorang berhati-hati dalam menjalani kehidupan, ia selalu taat atas perintah Tuhan dan selalu berupaya menjauhi yang dilarang.

Aisyah ra. bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah kelak pada hari kiamat kami akan dikumpulkan dengan para syuhada?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, yaitu orang-orang yang mengingat kematian dalam sehari-semalam sebanyak dua puluh kali.” ( HR. as-Syaukani ).


Menurut Imam Ghazali manfaat mengingat kematian :
* Akan menjauhkan diri dari kenikmatan dunia yang serba menipu
* Akan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian
* Mengosongkan hati dari hal-hal keduniawian dan mengkonsentrasikan hati dan pikiran hanya untuk kematian
* Mengingat kematian akan membantu seorang muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan menjauhi larangan Allah SWT

Orang yang selalu mengingat kematian, In-Syaa’Allah akan terhindar dari perbuatan maksiat seperti korupsi memperkaya diri dengan hidup bermewah-mewahan. Dia sadar semua itu adalah tipuan setan karena kenikmatan dunia sifatnya fana.

Adapun angan-angan adalah suatu perbuatan yang sia-sia. Panjang angan, disebut juga thulul amal, adalah banyak mengangankan perkara dunia dan cinta dunia. Disebutkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, ” Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR. Bukhari).

Panjang angan-angan ini betul-betul berdampak buruk karena akan merusak hati, dan Sang Baginda Muhammad SAW. mengingatkan bahwa hati orang yang sudah tua akan seperti anak saat cinta dunia dan panjang angan-angan. Betapa beratnya ujian bagi orang yang sudah tua, semestinya mengumpulkan bekal perjalanan kekalnya masih bersikap ( hatinya ) seperti anak muda karena cintanya pada dunia.

Oleh sebab itu, selalu mengingat mati agar nantinya engkau pada hari kiamat dapat bersama-sama ( kumpul ) dengan para syuhada. Juga janganlah membuang-buang waktu dengan panjang angan karena ini perbuatan sia-sia.

Pada zaman dahulu, ada orang bijak yang biasa berkeliling kota setiap tahun. Ia mengajarkan enam kalimat berikut ini :
1. Barangsiapa tidak memiliki ilmu, ia akan terhina di dunia dan di akhirat.
2. Barangsiapa tidak memiliki sifat sabar, maka ia tak akan selamat dalam beragama.
3. Orang bodoh amalnya sia-sia.
4. Orang yang tidak bertakwa, tiada kemuliaan di mata Allah SWT.
5. Barangsiapa tiada memiliki kedermawanan, maka ia tidak akan mempunyai bagian apa-apa dari hartanya.
6. Barangsiapa tidak takwa, tiada daya di hadapan-Nya.

Perbuatan yang bermanfaat bisa diketahui dari hasil yang diraih dan berguna untuk sesama, maka muncullah kesucian jiwa dan pelaksanaannya bersih dari cela. Tahukah bahwa perbuatan yang bermanfaat dalam memperoleh kenikmatan agung dan abadi hendaknya berdasarkan ilmu. Karena ilmu itu yang pertama dan perbuatan itu yang kedua. Semua perbuatan yang berlandaskan ilmu akan sangat berguna dan berbeda dengan perbuatan dengan sedikit atau tanpa ilmu. Ibadah akan sah setelah mengetahui Dzat yang disembah. Beribadah dengan tidak tahu siapa yang disembah tentu pelaksanaannya tidak akan khusyu.’ Oleh karena itu, orang bodoh maka amalnya akan sia-sia.

Orang yang sabar akan terhindar dari kesalahan yang bersumber dari sikap emosional. Orang sabar akan memperoleh manfaat seperti, gugurnya dosa-dosa yang ada dalam dirinya, keutamaan sabar adalah diberikan kemenangan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa, sabar dapat mendatangkan kemenangan yang diimpikan umat Muslim.

Adapun hikmah utama dari sikap sabar adalah lebih mudah untuk melihat sisi baik dari sebuah kejadian. Mereka akan lebih bersyukur dengan apa yang terjadi. Jadi bersyukur tidak hanya saat berhasil tapi juga ketika mengalami kegagalan. Saat kegagalan, itu sebetulnya pilihan-Nya maka yakinlah bahwa pilihan-Nya lebih baik dari pilihanmu ( hamba ).

Sedangkan seorang yang mempunyai sifat kedermawanan, maka Allah SWT. akan selamatkan dari berbagai bencana dan musibah. Rasulullah SAW “Orang yang dermawan itu dekat dengan-Nya. Dekat dengan syurga, dekat dengan manusia dan jauh dari api neraka dan orang yang bakhil jauh dengan-Nya, jauh dengan syurga, jauh dengan manusia dan dekat dengan api neraka”.

Terakhir nasihat di atas adalah ketakwaan, ini pamungkas karena orang yang takwa adalah orang yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Syekh Abdul al-Jailani dalam bukunya FUTUHAL GHAIB mengatakan tiga hal yang wajib diperhatikan seorang mukmin dalam keadaan apa pun, yaitu melaksanakan perintah dan menghindari larangan-Nya, dan ridha atas segala ketetapan-Nya.

Semoga kita semua terhindar dari perbuatan maksiat dan selalu taat menjalankan perintah-Nya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Menjadi Orang Biasa



Jakarta

Menjelang kontestasi pilkada serentak yang diselenggarakan pada akhir bulan Nopember 2024, kondisi jagad politik riuh dan suhu meningkat di seluruh wilayah negeri. Pada bulan Desember 2024, sudah diketahui hasilnya ada yang mendapat amanah dan ada yang belum beruntung. Di sinilah mereka yang belum beruntung menjadi orang biasa yang berbaur dan bermasyarakat. Bagi yang beruntung mendapat amanah ( ujian ) bisa tetap menjadi orang biasa atau malah menjadi orang yang tidak biasa.

Tentang amanah ini jika peserta kontestasi orang yang beriman maka ia akan selalu ingat pada surah ali-Imran ayat 26, yang intinya adalah derajat manusia yang dimuliakan maupun dihinakan itu merupakan hak kewenangan-Nya. Menang dan kalah itu merupakan ketetapan-Nya, maka ingatlah bahwa pilihan Allah SWT. itu pasti terbaik dari pilihanmu ( keinginanmu ).

Penulis pertama kali menerima buku karya Sudirman Said yang berjudul “Bergerak dengan Kewajaran” dan saat membuka daftar isi, langsung tertuju pada bab ‘Menjadi Orang Biasa.’ Menurut penulis buku tersebut definisi orang biasa adalah : Orang yang tidak melanggar apalagi mencuri hak orang lain ( hak liyan ). Orang biasa taat aturan dan selalu mengenal kata “cukup” dan “secukupnya” tidak lebay dan karena itulah ia bahagia.


Sedangkan orang tak biasa, jauh dari kata “cukup” karena selalu merasa dahaga, lapar, sehingga mengambil, menumpuk. Secara sadar ia mengambil hak milik orang lain ( liyan ). Ia dikendalikan oleh sesuatu yang bukan dari dirinya dan tidak merdeka.

Ini merupakan pilihan bagi yang memperoleh amanah dalam kontestasi pilkada. Oleh karena itu, jika pilihanmu menjadi orang biasa maka engkau akan menjadi sosok pemimpin yang adil. Kehidupanmu akan bersahaja dengan selimut “sederhana.” Menjadi pemimpin yang adil itu merupakan perintah dari ajaran Islam. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah an-Nahl ayat 90 yang terjemahannya, “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.”

Ayat ini mengiringinya dengan petunjuk-petunjuk dalam Al-Qur’an bagi mereka. Adapun petunjuknya adalah perintah untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Allah SWT. menyatakan, “Sesungguhnya Allah selalu menyuruh semua hamba-Nya untuk berlaku adil dalam ucapan, sikap, tindakan, dan perbuatan mereka, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, dan Dia juga memerintahkan mereka berbuat kebajikan, yakni perbuatan yang melebihi perbuatan adil; memberi bantuan apa pun yang mampu diberikan, baik materi maupun nonmateri secara tulus dan ikhlas, kepada kerabat, yakni keluarga dekat, keluarga jauh, bahkan siapa pun. Dan selain itu, Dia melarang semua hamba-Nya melakukan perbuatan keji yang tercela dalam pandangan agama, seperti berzina dan membunuh; melakukan kemungkaran yaitu hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dalam adat kebiasaan dan agama; dan melakukan permusuhan dengan sesama yang diakibatkan penzaliman dan penganiayaan. Melalui perintah dan larangan ini Dia memberi pengajaran dan tuntunan kepadamu tentang hal-hal yang terkait dengan kebajikan dan kemungkaran agar kamu dapat mengambil pelajaran yang berharga.”

Pemimpin yang adil dan demokratis haruslah seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Iman dan takwa menjadi landasan utama yang mendorong seorang pemimpin untuk selalu bertindak sesuai dengan ajaran Islam. Dari Abi Hurairah, Nabi Muhammad Saw. telah bersabda, “Wahai Abu Hurairah, adil sesaat itu lebih utama dari pada ibadah enam puluh tahun. Yaitu bangun pada malamnya dan puasa pada siang harinya. Wahai Abu Hurairah, menyeleweng sesaat dalam memutuskan perkara itu lebih berat dan lebih besar dosanya di sisi Allah Azza wa Jalla dari pada kemaksiatan enam puluh tahun.” (HR. Al Ashbihani)

Orang biasa, tidak hidup dalam kemewahan karena falsafah “cukup” telah melandasinya. Ia sebagai pemimpin negeri akan berusaha untuk melunasi utang negara, tentu ia tahu dan mengerti mana yang boleh dan yang tidak. Sumber-sumber kekayaan dan pendapatan negara akan diefektifkan dengan prinsip keadilan. Pajak sebagai salah satu instrumen pendapatan, tentu kebijakannya memperhatikan unsur keadilan ( terhadap rakyat biasa dan rakyat yang kaya ). Sumber-sumber alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak hendaknya negara hadir untuk menguasainya. Tambang contohnya bisa diterapkan pola bagi hasil seperti gas dan minyak bumi. Tarif barang masuk diterapkan untuk melindungi industri dalam negeri dan tarif ini akan menjadi pendapatan negara.

Tabiat orang tak biasa hendaknya mulai dikurangi atau sekalian ditinggalkan. Tabiat ini menimbulkan ketimpangan dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi, hal ini berakibat pada kecemburuan dan berujung pada konflik. Sumber yang mendorong orang melakukan korupsi adalah kebutuhan hidup yang berlebihan. Ali bin Abi Thalib berkata, “Dengan sedikit kebutuhan maka engkau akan selamat.”

Namun kita tidak pungkiri bahwa godaan dan pesona dunia menggoyahkan keimanan, khususnya kekuasaan. Kenapa ? Kekuasaan inilah yang mendatangkan / menjadi sumber kenikmatan dunia. Orang berebut dengan mengeluarkan korbanan yang sangat besar untuk menggapainya dan hal itu kadang menjadi taruhan kehormatan. Engkau lupa bahwa kehormatan/kemulianmu tidak bisa kenakan baju kemewahan, ketenaran dan kuasa karena Allah SWT. hanya melihat ketakwaan hambanya.

Ya Allah, Engkau yang menjadi sandaran kami, mohon berilah petunjuk dan cahaya-Mu agar kami dan para pemimpin istiqomah memilih untuk menjadi orang biasa. Bukalah hijab golongan orang yang tidak biasa agar mereka kembali ke jalan-Mu.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Dari Materi Menjelma Cahaya



Jakarta

Saat Nabi Muhammad berusia 50 tahun, sekitar tahun ke 10 kenabian, ujian berat menghampiri. Dua sosok yang sepenuh jiwa raga menjaminkan perlindungan, isterinya, Siti Khadijah dan pamanda Abu Thalib, wafat. Dua orang yang berpengaruh sangat besar di kalangan puak Quraisy, meninggal tidak lama setelah dicabutnya blokade sosial ekonomi kepada kaum beriman. Boikot yang secara serius telah melemahkan jiwa raga para pengikut Nabi.

Pasca wafat Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang yang memusuhi Nabi di Mekkah, mulai berlaku kasar dan menyerangnya secara fisik.Seorang penduduk Mekkah, misalnya, melewati rumah Nabi dan membuang isi perut hewan yang sudah busuk ke makanannya saat keluarganya sedang memasak. Bahkan, ada juga seorang lain melemparkan usus domba bercampur darah dan kotoran saat Nabi sedang salat di halaman rumah.

Dalam kejadian lain, kepala Nabi ditaburi tanah kotor saat pulang dari Ka’bah. Ketika putrinya membersihkan tanah ini sambil menangis, ia menghibur dengan berkata “tidak usah menangis, putriku, Allah akan melindungi ayahmu ini”, dan menyebut bahwa sejak meninggalnya Abu Thalib, perlakuan orang-orang kepadanya semakin memburuk. Dalam situasi itulah, Allah SWT menghiburnya dengan mengundang “tamasya”, melintasi lapisan-lapisan langit dan menyeberangi samudera kekuasan-Nya. Penghiburan di Tahun Penuh Kedukaan.


***

Tiga makhluk itu bersicepat. Melesat tanpa meninggalkan jejak. Melebihi kecepatan pesawat ulang alik yang pernah digunakan Neil Amstrong menuju bulan. Kecepatan pesawat Discovery dan Columbia, baru mampu menembus angka 20.000 km per jam. Bisa jadi, jika melebihi itu, salah satu produk kehebatan otak manusia ini akan meledak menjelma zarah debu. Konon, untuk bisa sampai ke bintang terdekat saja, dua pesawat tersebut butuh waktu tempuh tidak kurang lebih 450 tahun!

Menurut riwayat, bintang terdekat ke bumi berjarak 8 tahun perjalanan cahaya. Dan cahaya memiliki kecepatan 300 ribu km per detik. Berapa lama kita akan tiba di bintang itu? Perkiraanya adalah 8 tahun x 365 hari x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 300.000 km = 75.686.400.000.000 km. Jika menggunakan pesawat Discovery atau Columbus yang berkecepatan 20.000 km per jam, maka kita baru akan sampai di bintang terdekat itu, setelah melalui perjalanan sekitar 450 tahun. Amboi. Alangkah lamanya!

Tapi, tiga makhluk itu melayang jauh. Sangat jauh. Di luar jangkauan ilmu pengetahuan. Di luar capaian sains paling canggih yang pernah ada. Di luar standar teknologi yang berhasil dibuat. Bahkah, tak terjangkau oleh produk digital paling mutakhir. Beribu-ribu kali lipat kecepatan Discovery dan Columbus. Menurut hitung-hitungan ilmu astronomi, kecepatan mereka 300 ribu km per detik. Jelas sekali, ketiga makhluk itu bukan dari jenis manusia.

Kalau sebangsa manusia atau yang yang sejenis, mereka akan meledak menjadi serpihan sub atomik. Sebab, tubuh manusia tersusun dari banyak organ. Seperti organ jantung, otak, lever, ginjal, usus, tangan, darah, kaki, kepala, kulit dan organ lainnya. Organ-organ itu, terbentuk dari zat yang lebih kecil, yaitu sel ; seperti sel jantung, sel otak, sel lever, sel ginjal, sel usus, sel kaki, sel tangan, sel darah, sel kepala, sel kulit dan sel-sel lain. Sel-sel itu pun tersusun dari molekul.

Dan, molekul-molekul yang jumlahnya miliaran, juga tersusun dari atom yang tiada terbilang jumlahnya. Atom-atom terdiri dari triliunan partikel sub atomik. Alhasil, tubuh manusia terbentuk dari organ, sel, molekul, atom dan partikel sub atomik yang sangat kompleks. Semua unsur tersebut meniscayakan tubuh memiliki massa. Karena punya massa, maka secara kodrati manusia tidak akan berkecepatan hingga 300 ribu km per detik ! Tubuhnya akan terburai!

***

Material tubuh manusia terbentuk dengan mekanisme tertentu serta sistem “energi ikat” yang sangat rumit. Karena adanya kekuatan saling ikat antarunsur, maka terbentuklah tubuh seperti yang dapat disaksikan saat ini. Partikel sub atomik berkumpul, dan membentuk atom. Atom-atom itu juga saling mengikatkan diri sehingga membentuk molekul. Demikian pula dengan molekul-molekul. Mereka saling ikat dan membentuk sel-sel.

Miliaran sel hasil bentukan molekul, juga saling ikat antar mereka sehingga terbentuklah semua organ. Terakhir; organ jantung, organ ginjal, organ otak, organ darah, organ tulang, organ lever, organ rambut, organ kulit, organ tangan, organ kaki, organ kuku, dan organ lainnya, saling ikat untuk membentuk sebuah tubuh manusia. Demikianlah ! Tubuh manusia akan terus seperti itu, sepanjang energi ikat masih bekerja alias sebelum ajal tiba.

Secara spesifik, konon terdapat tidak kurang dari 100 miliar sel membentuk kulit. Sebanyak 100 miliar neuron di otak memungkinkan manusia memproses hingga 60.000 pikiran berbeda setiap hari. Ada juga 127 juta sel retina yang dapat melihat dunia hingga 10 juta warna berbeda. Tubuh manusia memiliki 30 triliun sel darah merah, 42 miliar pembuluh darah, dan 6 liter darah.

Cairan ini membentuk sekitar 10% dari berat tubuh. Hidung memiliki 1.000 reseptor penciuman yang dapat membedakan 50.000 bau berbeda. Dengan paru-paru manusia bisa bernapas sebanyak 23.040 kali per hari, sementara jantung berdetak sekitar 115.200 kali per hari atau 42 juta kali per tahun. Tubuh memiliki 640 otot, 360 sendi, 206 tulang, dan 100.000 folikel rambut.

*

Lalu, siapa gerangan ketiga makhluk yang berkemampuan “beyond” manusia itu? Merujuk pada banyak riwayat, mereka adalah Jibril As, Buraq dan Baginda Nabi Muhammad. Ketiganya sedang mengarungi “samudera” alam semesta. Melintasi ruang dan waktu. Umat Islam wajib hukumnya beriman kepada Jibril. Ia bagian dari malaikat Allah. Sebagaimana juga kita wajib hukumnya mengimani Muhammad SAW sebagai bagian dari para nabi dan rasul-Nya.

Mengimani bahwa; penghuni alam malakut seperti Jibril, diciptakan dari material nur atau cahaya. Berbeda dari iblis yang dicipta dari material api. Kata ilmu fisika, di alam semesta, hanya cahaya yang memiliki kecepatan “tertinggi”. Ia adalah makhluk Tuhan dengan kecepatan 300 ribu km per detik. Jibril As dan Buraq adalah cahaya. Jibril dan Buraq adalah dua di antara tiga makhluk yang malam itu melesat dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Satunya?

Satunya lagi; dialah Sang Nabi. Sang Manusia. Yang badannya tersusun dari organ, sel, molekul, atom, partikel sub atomik. Tubuhnya sarat material. Karena itu, amat sulit dinalar, ketika Sang Nabi terbukti leluasa bermanuver di atas kecepatan supersonic. Jika tidak biasa, naik pesawat akan membuat gendang telinga tersiksa. Itu baru tipe pesawat komersial. Kecepatannya berkisar 800 hingga 900 km per jam. Bagaimana dengan Buraq yang 300 ribu km per detik?

*

Malam itu, Nabi Muhammad ditemani Jibril As berselancar di alam semesta menaiki cahaya bernama Buraq. Naik dari satu langit ke langit lain. Keluar dari tingkap langit pertama dan masuk ke tingkap langit kedua. Demikian seterusnya. Hingga rejim pengetahuan mencapai puncak saat ini, ilmu astronomi pun belum pernah menyangka bahwa langit berada dalam posisi bertingkat-tingkat. Dan, ketiga makhluk itu menyelami lelangit, lalu hinggap di batas Al Baytul Ma’mur.

Bagaimana ini bisa terjadi? Sebabnya adalah kehendak Allah SWT. Tanpa itu, maka peristiwa fenomenal dan kontroversial tersebut tak akan pernah ada. Semua karena campur tangan dan skenario-Nya. Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi dan diyakini tidak akan pernah terulang lagi di masa depan dalam sejarah kehidupan manusia. Rasul melakukan safar malam, karena diperjalankan. “Asraa bi ‘abdihi– Dia telah memperjalankan hamba-Nya.”

Ini kata kuncinya. Adalah Tuhan yang berkehendak memperjalankan Nabi Muhammad SAW, dan bukan karena atas kehendak sendiri. Perjalanan yang melintasi dimensi-dimensi di luar kebiasaan. Untuk kepentingan itu, maka Allah mengutus Jibril As dan mengirim Buraq. Menyiapkan kumparan energi dan gelombang elektromagnetik di dua masjid; Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa. Mengirim sejumlah ruh para rasul pada setiap tingkatan langit.

*

Syahdan, turunlah malaikat Jibril dari alam malakut, membawa amar Tuhan. Ketika tiba di Masjidil Haram, ia terus beranjak menuju Baginda Rasul yang tengah khusyu’ dalam munajat yang sublim. Jibril mendekat hingga sekitar jarak dua busur. Mendadak horison sekitar berkilau. Makhluk malakut tersebut membawa Nabi Muhammad ke sisi ka’bah. Membelah dadanya, membersihkan, dan mensucikannya. Lalu menyirami dengan air zamzam.

Ada yang membaca bahwa itulah isyarat yang menjelaskan bahwa Sang Jibril tengah melakukan tindakan modifikasi energi. Ia mengubah jasad Nabi yang memiliki massa dan terbentuk dari sejumlah unsur. Memodifikasinya menjadi makhluk berbadan cahaya, seperti dirinya dan Si Kilat alias Buraq. Adanya kumparan elektromagnetik yang tersedia di Masjidil Haram–medium ibadah selama puluhan ribu tahun, turut mempercepat proses modifikasi.

Adalah teori “annihilasi” yang dapat menjelaskan proses modifikasi yang dilakukan Malaikat Jibril terhadap badan Nabi. Menurut kaidah itu, tiap materi memiliki antimaterinya. Dan begitu materi dipertemukan dengan antimaterinya, maka kedua partikel tersebut akan lenyap dan berubah menjadi seberkas sinar. Dalil ini membuktikan bahwa dengan menggunakan teori tertentu, material badan Nabi diubah oleh Malaikat Jibril menjadi cahaya.

*

Penjuru para kaum malaikat ini, atas izin dan qudrat Allah, secara presisi merekonstruksi dan memanipulasi sistem energi dalam tubuh Rasulullah. Meng-annihilasi badan Nabi, dari yang semula bersifat material bermassa, berubah menjadi cahaya, unsur yang sangat ringan dan tanpa bobot. Sifatnya yang ringan tanpa bobot itulah yang menyebabkan cahaya memiliki tingkat kecepatan di angka 300 ribu km per detik. Kecepatan yang tiada tanding.

Teknologi transportasi modern dapat dengan mudah menjelaskan proses perjalanan Nabi dari Mekkah menuju Palestina yang berjarak sekitar 1500 km. Dengan pesawat komersial, satu jam adalah waktu yang cukup. Tapi melakukan perjalanan sejauh itu di era Nabi, bisa berbulan-bulan jika mengendarai unta apalagi jalan kaki. Dan isra’ Nabi adalah perjalanan tidak lebih dari 000,5 detik alias tak sampai sedetik. Alias hanya sekelebatan cahaya saja!

Menjelang subuh, Nabi sudah tiba kembali. Badan tetap utuh. Persis sebagaimana beliau sebelum berangkat. Tidak cedera sedikit pun. Tidak berkurang apalagi terburai. Nabi mengalami perjalanan isra dan mi’raj dalam kesadaran penuh. Dapat mengingat semua yang dialami. Sempat mengimami salat bersama sejumlah rasul dalam sekian kesempatan dan di semua tingkatan langit. Mampu merekam kisah-kisah di surga dan neraka. Bahkan dapat dengan mudah bercerita saat berpapasan dengan kafilah dagang Quraisy yang sedang dalam perjalanan.

Hanya karena izin Allah lewat ketebalan iman, seseorang akan menerima kisah isra’ dan mi’raj sebagai sebuah mukjizat. Menerima tanpa syarat. Mukjizat tidak butuh penjelasan. Ia akan menjelaskan dirinya sendiri dengan spektrum dan medium yang tersedia. Persis Sahabat Abu Bakar bin Abi Kuhafah yang mendapat dejarat “As Shiddiq”–yang membenarkan kisah Nabi soal perjalanan malamnya itu. Dengan ketebalan imannya, Abu Bakar selalu meyakini dan mengimani apa saja yang datang dari Baginda Rasul.

“Subhabakallah–Mahasuci Engkau ya, Allah”…

Selamat menyongsong Isra dan Mi’raj 2025 dan selamat menikmati kemuliaan bulan Rajab.

Ishaq Zubaedi Raqib
Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi dan Publikasi PBNU

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Susunan Bacaan Tahlil untuk Orang Meninggal dan Doanya



Jakarta

Membaca tahlil untuk orang meninggal dunia merupakan salah satu tradisi amaliah sebagian masyarakat muslim Indonesia. Susunan bacaan tahlil umumnya diawali dengan tawassul dan diakhiri doa.

Mengutip buku Al-Qur’an dan Kehidupan: Aneka Living Qur’an dalam Masyarakat Adat karya M. Rahmad Azmi dan Tafhajils, istilah tahlilan berasal dari kata dasar tahlil yang kemudian ditambah imbuhan -an sehingga menjadi tahlilan.

Dijelaskan, dalam bahasa Arab, kata tahlil adalah bentuk masdar yang berasal dari kata Hallala-Yuhallilu-Tahlil yang artinya lafaz Laa ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan kecuali Allah). Namun, setelah ditambahkan imbuhan menjadi tahlilan, artinya melebar dan bisa juga bermakna kalimat-kalimat thayyibah lainnya.


Disebutkan dalam buku Ahlussunnah Wal Jamaah karya A. Fatih Syuhud, acara tahlilan mengandung empat elemen. Pertama, tawassul atau menghadiahkan bacaan Al Fatihah kepada yang meninggal, mulai dari Rasulullah SAW, sahabat, tabi;in, para ulama, keluarga dekat, dan yang baru saja meninggal.

Kedua, membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan zikir. Bacaan ini dilantunkan bersama-sama dengan suara keras. Ketiga, membaca doa bersama dipimpin oleh seorang utaz atau kiai. Doa ini ditujukan kepada orang yang telah meninggal dan orang yang menghadiri tahlilan.

Terakhir, acara tahlilan umumnya ditutup dengan jamuan makanan dari keluarga yang meninggal atau yang mempunyai hajat. Menurut A. Fatih Syuhud, elemen keempat ini bermakna sedekah.

“Jadi, poin utama acara tahlil ada dua yaitu a) mengirim pahala bacaan Al-Qur’an dan zikir pada mayit; b) bersedekah yang pahalanya dihadiahkan pada yang meninggal,” terang A. Fatih Syuhud dalam bukunya seperti dikutip.

Susunan Bacaan Tahlil

Melansir detikHikmah, susunan bacaan tahlil untuk orang meninggal dunia adalah sebagai berikut:

  1. Bertawasul untuk Nabi Muhammad SAW, untuk para sahabat dan orang-orang yang dimuliakan lainnya.
  2. Membaca surah Al Ikhlas sebanyak tiga kali
  3. Membaca mu’awwidzatain atau surah Al Falaq dan An Nas
  4. Membaca surah Al Fatihah
  5. Membaca surah Al Baqarah ayat 1-5
  6. Membaca ayat kursi (surah Al Baqarah ayat 225)
  7. Membaca dua ayat terakhir surah Al Baqarah (ayat 284-286)
  8. Sholawat
  9. Istighfar
  10. Membaca tahlil sebagai berikut:

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

laa ilaaha illallah

Artinya: “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah.”

Setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa setelah tahlil. Berikut bacaan doanya.

Doa setelah Tahlilan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَالنَّاعِمِيْنَ، حَمْدًايُوَافِيْ نِعَمَه وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdu lillaahi robbil’aalamiin. Hamdasy syaakiriin, hamdan naa’imiin, hamdayyuwaafii ni’amahuu wa yukaafi’u mazzidah, yaa robbanaa lakalhamdu kamaa yan baghii lijalaali waj-hika wa ‘azhiimi sulthoonik. Allaahumma shalli wa shallim ‘alaa sayyidinaa muhammad, wa’alaa aali sayiidinaa muhammad.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Penguasa Alam Semesta, sebagaimana orang yang bersyukur dan orang yang mendapat banyak kenikmatan memuji-Nya dengan pujian yang sepadan dan nikmat-Nya dan memungkinkan pertambahannya. Wahai Tuhan kami, pujian hanyalah untuk-Mu, sebagaimana yang layak akan kemuliaan Zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad junjungan kami dan kepada keluarga baginda.”

Sebagian ulama berpendapat bahwa tahlilan merupakan sesuatu yang bid’ah karena tidak disyariatkan oleh Rasulullah SAW. Sementara itu, sebagian yang lain berpendapat bahwa bacaan tahlil memiliki dasar-dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits meskipun format acaranya tidak diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com