Tag Archives: nabi musa as

Doa Ketika Bertemu Musuh atau Orang Jahat agar Terhindar dari Kezaliman



Jakarta

Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim tidak akan terlepas dari kemungkinan adanya bahaya-bahaya yang mengintai. Agar senantiasa terlindungi dari musuh atau kejahatan, ada doa yang bisa dipanjatkan.

Ketika bertemu musuh atau orang yang jahat, hendaknya kita memanjatkan doa kepada Allah dan memohon diberikan pertolongan dan perlindungan. Bagaimanapun, manusia adalah makhluk yang lemah dan sebagai umat muslim, wajib hukumnya berserah diri kepada Allah.

Memohon Perlindungan hanya Kepada Allah Ta’ala

Allah telah menegaskan melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an bahwa apabila tengah dilanda kesulitan dan musibah, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah harus memanjatkan doa kepada-Nya.


Hal ini termaktub dalam surah Al-Mukmin ayat 60 yang berbunyi,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Adapun dalam Al-Qur’an surat Al Isra ayat 56, ditekankan tentang hal yang perlu diingat oleh umat muslim bahwa betapa besar kuasa Allah hingga Dia dapat menghilangkan bahaya dari setiap hamba-Nya.

قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ فَلَا يَمْلِكُوْنَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيْلًا

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (Tuhan) selain Dia. Mereka tidak akan mampu menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengalihkannya.”

Dalam ayat tersebut, yang dimaksud diyakini mereka sebagai Tuhan, yaitu berhala, malaikat, jin, dan sebagainya.

Selain dua ayat yang telah disebutkan, Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an surat Al A’raf ayat 197, terkait berhala-berhala yang disembah oleh penduduk zaman jahiliyah tidak dapat menolong mereka.

وَالَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَكُمْ وَلَآ اَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُوْنَ

Artinya: Berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.

Bacaan Doa Ketika Bertemu Musuh atau Orang Jahat

Doa ketika bertemu musuh atau orang jahat yang dapat diamalkan oleh umat muslim didasarkan dari HR. Al-Bukhari no. 4563 5/172.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma,

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Arab-latin: Hasbunallah wa ni’mal wakiil.

Artinya: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”

Doa tersebut juga pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim AS ketika dilemparkan ke api dan pernah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika manusia berkata kepadanya sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 173.

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.

Dilansir dari laman resmi NU Online (9/3/2023), doa di atas dianjurkan untuk dibaca sejumlah 119 kali dalam sehari untuk menghadapi orang-orang yang tidak suka, orang yang memusuhi, dan sebagainya. Kemudian, apabila musuhnya genting, maka dapat dibaca 450 kali.

Doa Nabi Luth

Dalam buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki oleh KH. Sulaeman Bin Muhammad Bahri, disebutkan bahwa doa Nabi Luth dalam Al Qur’an surat Al Ankabut ayat 30, dapat dipraktikkan umat muslim untuk memohon pertolongan Allah.

رَبِّ انْصُرْنِيْ عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.”

Nabi Luth meminta pertolongan kepada Allah dari kezaliman kaum sodom. Meskipun Nabi Luth telah memberi tahu bahwa perilaku mereka sesat dan tercela, kaum sodom malah menolak keras, mengancam, bahkan mengusir Nabi Luth.

Atas segala perbuatan zalim mereka kepada Nabi Luth, Allah kemudian mengabulkan doanya dengan dengan mengirimkan azab berupa gempa bumi disertai hujan batu.

Doa Nabi Musa

Adapun untuk memohon pertolongan dari Allah, umat muslim juga dapat mengamalkan doa Nabi Musa yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Qasas ayat 21.

رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Pada masa itu, Nabi Musa AS keluar dari kota Fir’aun dengan diliputi rasa takut, menunggu-nunggu adanya pengejaran yang dapat menyusulnya sehingga akan dapat menangkapnya.

Maka Nabi Musa pun berdoa kepada Allah supaya berkenan menyelamatkannya dari orang-orang yang zalim dan hendak mencelakainya, yakni Firaun dan para tukang sihir suruhannya.

Surat Al Ikhlas, An Nas, dan Al Falaq

Selain doa-doa di atas, membaca surat pendek Al Ikhlas, An Nas, dan Al Falaq juga dapat menjadi bacaan untuk memohon pertolongan dari Allah SWT dari orang-orang yang jahat dan zalim.

Julukan lain untuk surat Al Falaq dan An Nas adalah surat mu’awwidzat atau surat yang berisi permohonan perlindungan kepada Allah. Ketiga surat ini biasa dibaca sebagai bagian dalam rangkaian dzikir selepas sholat fardhu, sebagaimana hadits berikut ini.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,

أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku untuk membaca mu’awwidzat di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An-Nasa’i no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Demikian bacaan doa ketika bertemu musuh atau orang jahat. Semoga dapat menjadi pengetahuan dan kita semua bisa terhindar dari sifat orang-orang yang zalim.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Hadits Para Nabi Masih Hidup di Alam Kubur, Apa Maksudnya?



Jakarta

Salah satu riwayat shahih menyebutkan bahwa para nabi masih hidup di dalam kubur mereka. Para Nabi tersebut disebutkan sedang dalam keadaan mengerjakan salat.

Hadits yang menjelaskan hal itu bersumber dari sahabat Anas bin Malik RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW. Berikut bacaan hadits yang kemudian dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah,

الأنبياء أحياء في قبورهم يصلون


Artinya: “Para nabi itu hidup di dalam kubur mereka dalam keadaan mengerjakan salat.” (HR Abu Ya’ala dalam Kitab Masma’u Al Zawa’id)

Dalam riwayat lain juga disebutkan hal serupa sebagaimana Nabi Musa AS pernah disaksikan oleh Rasulullah SAW sedang mengerjakan salat dalam kuburnya. Dari sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda,

مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

Artinya: “Aku melewati Musa AS pada malam Isra di samping bukit pasir yang berwarna merah dalam keadaan berdiri mengerjakan salat dalam kuburnya.” (HR Muslim)

Berkenaan dengan amalan yang dilakukan para nabi tersebut, Anas bin Malik RA juga meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW yang pernah berkata pada sahabatnya, “Para nabi tidak dibiarkan di dalam kubur mereka setelah empat puluh hari, tetapi mereka bersembah sujud di hadapan Allah SWT hingga saat sangkakala ditiup (pada hari kiamat).”

Al Baihaqi berpendapat seperti diterjemahkan A. Shihabuddin dalam buku Membongkar Kejumudan bahwa hadits-hadits di atas bersanad shahih. Ia berkata bahwa kehidupan para nabi setelah wafat memang sudah banyak diberitakan oleh hadits shahih.

Selain itu, Ibnu Taimiyah menambahkan, Nabi Musa AS yang dilihat Rasulullah SAW mengamalkan salat di dalam kubur dan saat melewati lapisan langit ketika Isra Mi’raj bukanlah suatu fakta yang bertentangan. Sebab, sosok yang dilihat Rasulullah SAW itu adalah roh dari Nabi Musa AS yang disetarakan dengan keadaan malaikat.

“Roh itu kondisinya sama halnya dengan malaikat yang dalam sekejap dapat naik dan turun, kondisi roh itu tidaklah sama dengan kondisi badan,” terang Ibnu Taimiyah.

Senada dengan itu, dalam buku Tanya Jawab Islam yang disusun oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah KTB (PISS-KTB) menjelaskan, roh yang mendominasi keadaan para nabi di alam kubur sebagaimana jasad yang mendominasi saat dalam keadaan hidup di dunia. Mereka dapat berpindah dengan cepat seperti kasus Nabi Musa AS yang dilihat oleh Rasulullah SAW.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku Ibrahim menjelaskan, sudah sepatutnya bagi muslim cukup mengimani sabda Rasulullah SAW dalam hadits tersebut tanpa mempertanyakan caranya. Namun, keimanan tersebut perlu diiringi dengan keyakinan bahwa kehidupan para nabi yang dimaksud adalah kehidupan alam barzakh bukan alam dunia.

Sebab itu pula, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi menegaskan, tidak dibenarkan bila muslim meminta bantuan atau segala bentuk permintaan apapun kepada para nabi tersebut di dalam kubur. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Yunus ayat 106,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۚفَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Janganlah engkau sembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu, sebab jika engkau lakukan (yang demikian itu), sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.”

(rah/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Kelancaran Berbicara yang Dibaca Nabi Musa saat Hadapi Firaun


Jakarta

Doa kelancaran berbicara adalah bacaan yang dipanjatkan Nabi Musa AS kala menghadapi Firaun. Amalan ini dapat dibaca oleh muslim yang sedang merasa gugup saat berbicara.

Biasanya, rasa tegang muncul ketika seseorang ingin tampil di depan umum. Kondisi ini biasa disebut demam panggung.

Sebagai seorang muslim, memiliki rasa percaya diri menjadi hal yang penting. Mengutip buku Konservasi Sumber Daya Manusia dalam Ekosistem Pendidikan Islam, semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi pula kepercayaan dirinya.


Selain berusaha, muslim bisa membaca doa kelancaran berbicara untuk memohon kepada Allah SWT agar diberi kepercayaan diri. Berikut bacaan doanya yang termaktub dalam Al-Qur’an.

Doa Kelancaran Berbicara Nabi Musa AS

Menukil buku Adab dan Doa Harian karya Latif Ustman, doa kelancaran berbicara ini dibaca Nabi Musa AS ketika menghadapi Firaun. Doa tercantum dalam surah Thaha ayat 25-28,

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab latin: Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.

Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

Dikatakan, Nabi Musa AS saat itu diminta untuk menyampaikan dakwah kepada Raja Firaun. Perintah Allah SWT itu membuat sang nabi gugup, sebab dirinya tidak bisa berbicara dengan fasih dan sulit berbicara.

Lisan Nabi Musa AS memiliki kekurangan, sehingga orang lain sulit memahami apa yang dia katakan. Akhirnya, ia berdoa kepada Allah SWT agar saudaranya yaitu Nabi Harun AS menggantikan dirinya mendakwahi Firaun.

Atas kuasa Allah SWT, Nabi Musa AS secara tiba-tiba diberi kemudahan dalam melaksanakan dakwah kepada Firaun. Lisannya yang semula kaku tiba-tiba bisa berbicara dengan fasih, baik dan benar.

Waktu Mengamalkan Doa Kelancaran Berbicara

Menurut buku Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an oleh Suisyanto, doa kelancaran berbicara dapat diamalkan muslim sebelum melangsungkan ceramah atau pidato. Bacaan bisa dipanjatkan ketika muslim hendak berbicara di depan khalayak banyak.

Dengan membaca doa kelancaran berbicara diharapkan muslim mengucap kata-kata baik dan dihindarkan dari ucapan yang tidak bermanfaat. Doa ini dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri seseorang karena merasa ada Allah SWT yang membantunya.

Mengacu pada sumber yang sama, ada sejumlah adab dalam berbicara menurut Islam yang harus diperhatikan kaum muslimin, terutama ketika berbicara di depan orang banyak.

  1. Menjaga pandangan mata, terutama dengan lawan jenis
  2. Isi pembicaraan harus tentang hal-hal baik dan bermanfaat
  3. Pilihlah kata-kata yang baik agar tidak menyinggung orang lain
  4. Bersikap sopan dan santun
  5. Berbicara dengan jelas

Itulah doa kelancaran berbicara yang dipanjatkan Nabi Musa AS. Jangan lupa diamalkan, ya!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Rodhitu Billahi Robba dan 8 Bacaan Doa sebelum Belajar


Jakarta

Rodhitu billahi robba merupakan bacaan doa yang mengawali doa sebelum belajar yang cukup populer diajarkan. Doa ini dipanjatkan agar memperoleh kemudahan dalam belajar dan mendapatkan berkah ilmu.

Simak berikut ini bacaan lengkap doa rodhitu billahi robba dengan teks Arab, latin, dan artinya. Simak juga bacaan doa-doa lainnya yang bisa dipanjatkan sebelum belajar dan menuntut ilmu.

Bacaan Lengkap Rodhitu Billahi Robba: Teks Arab, Latin, dan Artinya

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُولًا، رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِي فَهْمًا.


Arab-Latin: Rodhitu billahi robba, wabil islami dina, wabimuhammadin nabiyya warosula, robbi zidniilma, warzuqni fahma.

Artinya: Aku ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad SAW nabi dan rasulku. Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik.

Selain mengiringi doa sebelum belajar, rodhitu billahi robba juga termasuk dalam kumpulan doa dan dzikir yang disunnahkan untuk dibaca pada pagi dan sore hari. Berikut bacaannya yang dikutip dari buku Dzikir Pagi oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas:

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُولًا

Arab-Latin: Rodhitu billahi robba, wabil islami dina, wabimuhammadin nabiyya warosula.

Artinya: Aku ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad SAW nabi dan rasulku. Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik.

Bacaan Doa sebelum Belajar

Selain doa rodhitu billahi robba yang dituliskan di atas, terdapat beberapa bacaan doa lainnya yang bisa diamalkan sebelum belajar agar proses menuntut ilmu dimudahkan oleh Allah SWT dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Berikut bacaan doanya yang dirangkum dari buku Kumpulan Doa Harian yang diterbitkan oleh Yayasan Pondok Pesantren Darul Hikmah Surabaya, repository Sistem Informasi Manajemen Bimas Islam (SIMBI) Kementerian Agama, dan buku Khasiat Dzikir dan Doa Terjemahan Al-Adzkar An-Nawawi.

1. Bacaan Doa Rodhitu Billahi Robba versi Lain

Selain bacaan doa rodhitu billahi robba yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula bacaan lainnya yang menggabungkan doa yang tercantum dalam surah Thaha ayat 25-28.

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُولًا، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا وَحُكْمًا. رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِي فَهْمًا .رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab-Latin: Rodhitu billahi robba, wabil islami dina, wabimuhammadin nabiyya warosula, wa bil qur’ani imamaw wahukma. Robbi zidniilma, warzuqni fahma. Rabbisy rahlii shadrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatan min lisaanii, yafqahuu qawlii.

Artinya: Aku ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad SAW nabi dan rasulku, dan Al-Qur’an sebagai pemimpin dan hakimku. Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik. Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskan kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti perkataanku.

2. Doa Memohon Kemudahan dalam Belajar

اللَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيْنَا حِكْمَتَكَ، وَانْشُرْ عَلَيْنَا مِنْ خَزَائِنِ رَحْمَتِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Arab-Latin: Allahummaftah ‘alainaa hikmataka, wansyur ‘alainaa min khazaaini rahmatika, yaa arhamar raahimiin.

Artinya: Ya Allah, bukakanlah hikmah-Mu kepada kami, dan limpahkanlah rahmat-Mu dari khazanah-Mu. Wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara yang pengasih.

3. Doa Nabi Musa AS sebelum Berdakwah

Dalam surah Thaha ayat 25-28 tercantum doa yang dipanjatkan oleh Nabi Musa AS untuk meminta kemudahan saat beliau ingin berdakwah. Doa ini juga bisa dipanjatkan untuk meminta kelancaran berbicara sebelum menyampaikan tausiah, pidato, mengajar, dan sebagainya.

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab-Latin: Rabbisy rahlii shadrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatan min lisaanii, yafqahuu qawlii.

Artinya: Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka memahami perkataanku.

4. Doa Memohon Ilmu yang Bermanfaat

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا.

Arab-Latin: Allahumma anfa’nii bimaa ‘allamtanii wa ‘allimnii maa yanfa’uunii wa zidnii ‘ilmaa.

Artinya: Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku dari apa yang telah Engkau ajarkan, ajarkanlah aku hal yang bermanfaat, dan tambahkanlah aku ilmu. (Hadis Riwayat Ibnu Majah No. 251)

5. Doa Menjadi Orang yang Berilmu dan Bermanfaat

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ

Arab-Latin: Allahumma aj’alnii mina alladziina yastami’uuna al-qawla fayattabi’uuna ahsanahu.

Artinya: Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik darinya.

6. Doa agar Memperoleh Ilmu yang Bermanfaat dan Harta yang Halal

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

Arab-Latin: Allahumma inni as-aluka ‘ilman nafi’an, wa rizqon thoyyiban, wa ‘amalan mutaqobala.

Artinya: Wahai Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan rizki yang baik serta ibadah yang diterima.

7. Doa agar Terhindar dari Ilmu yang Tidak Bermanfaat

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَقَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَدُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ، وَنَفْسٍ لَا تَشْبَعُ

Arab-Latin: Allahumma inni a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’u, wa qolbin laa yakhsya’u, wa du’aain laa yasma’u, wa nafsin latasyba’u

Artinya: Wahai Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusyuk, dan doa yang tidak diterima, dan nafsu yang tidak kenyang (puas)”

8. Doa Memohon Tambahan Ilmu dan Dilindungi dari Kesesatan

Diriwayatkan oleh Abu Daud, Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW membaca doa ini saat terbangun dari tidurnya di malam hari.

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ، اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا، وَلَا تُزِغْ قَلْبِي بَعْدَ إذْ هَدَيْتَنِي، وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْووَهَّابُ

Arab-Latin: La ilaha illa anta subhanaka alluhamma zidni ilman wa la tuzigh qolbi ba’da idzhadaitani wa habli min ladunka rahmatan innaka antal wahhab.

Artinya: Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, maha suci Engkau ya Allah, aku minta ampun kepada-Mu tentang dosa-dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu tentang dosa-dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu. Ya Allah, tambahlah ilmuku dan janganlah Engkau gelincirkan hatiku setelah Engkau memberi petunjuk kepadaku, dan karuniakanlah rahmat untukku dari-Mu, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Memberi.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tongkat Nabi Musa, Mukjizat yang Bisa Berubah Menjadi Ular



Jakarta

Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Musa berupa sebuah tongkat. Tongkat ini bisa berubah menjadi ular atas kehendak Allah SWT.

Salah sattu kisah yang menakjubkan tentang mukjizat Nabi Musa AS adalah ketika berhadapan dengan para tukang sihir Firaun. Nabi Musa melemparkan tongkat miliknya yang kemudian berubah menjadi seekor ular.

Kisah ini begitu terkenal dan bahkan terbilang istimewa karena tercatat dalam beberapa ayat Al-Qur’an yakni Surah Al-Qashash ayat 31, Surah An-Nam ayat 10-11, dan Surah Thaha ayat 17-21.


Tongkat yang Berubah Menjadi Ular

Dalam buku Hewan-Hewan yang Disebutkan dalam Al-Qur’an yang Mulia dan As-Sunnah yang Shahih oleh Zaki Yamani, disebutkan bahwa ular menjadi salah satu hewan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Adapun penyebutannya ada dalam kisah Nabi Musa AS.

Kisah Nabi Musa AS bertemu dengan Firaun dan para tukang sihirnya dari sikap Firaun yang sangat sombong sebagai orang yang telah membesarkan Musa, maka Firaun mendustakan ayat-ayat yang dibawa oleh Musa dari sisi Rabbnya serta menuduhnya telah melakukan sihir.

Firaun pun menantang Musa, maka Musa berkata kepadanya, “…. Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalan naik.) (dalam Al Qur’an Surat Thaha Ayat 59)

Firaun segera menyebar pasukannya mencari tukang sihir yang andal di seluruh pelosok negeri Mesir. Tak lama, terkumpullah puluhan ahli sihir yang terpandai di negeri itu. Pada hari yang telah disepakati itu, para tukang sihir pun datang membawa perlengkapan sihir mereka.

Musa tampil dengan menasihati dan mengingatkan dengan keras kepada mereka agar tidak membiasakan diri dengan perbuatan sihir. Para ahli sihir bermusyawarah dan sepakat untuk melayani Musa dengan pertarungan.

Mereka melemparkan tali dan tongkat, lalu mengelabui mata orang-orang dengan sihir. Lantas masing-masing dari tukang sihir itu melemparkan apa yang mereka pegang berupa tali-tali dan tongkat-tongkat mereka.

Tiba-tiba tongkat dan tali tersebut seolah berubah menjadi ular seperti gunung yang memenuhi lembah. Dan ular-ular itu kemudian saling tumpang tindih satu sama lain.

Bukti Kebesaran dan Kuasa Allah

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Qasas ayat 31:

وَاَنْ اَلْقِ عَصَاكَ ۗفَلَمَّا رَاٰهَا تَهْتَزُّ كَاَنَّهَا جَاۤنٌّ وَّلّٰى مُدْبِرًا وَّلَمْ يُعَقِّبْۗ يٰمُوْسٰىٓ اَقْبِلْ وَلَا تَخَفْۗ اِنَّكَ مِنَ الْاٰمِنِيْنَ

Artinya: Lemparkanlah tongkatmu!” Maka, ketika dia (Musa) melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah berfirman,) “Wahai Musa, kemarilah dan jangan takut! Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang aman.

Al Hafidz Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Adzhiem menjelaskan tentang kisah Mukjizat Nabi Musa AS yang melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar di hadapan para tukang sihir Firaun, “Ini merupakan bukti dari Allah bagi Nabi Musa AS, sebagai mukjizat yang besar, di luar kebiasaan lagi nyata, yang menunjukkan bahwasannya tidak ada yang mampu melakukan hal tersebut kecuali hanya Allah dan bahwasannya tidak ada yang membawanya kecuali Nabi yang diutus.

Allah memberi perintah kepada Nabi Musa AS agar ia melempar tongkatnya, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Ketika Firaun melihat ular itu berjalan menuju dirinya, ia segera melompat dari singgasananya dan lari minta tolong kepada Nabi Musa AS untuk mencegahnya.

Setelah menyaksikan hal itu, maka Nabi Musa AS berbalik tanpa melihat lagi ke belakang, kemudian ia pergi tanpa memperdulikan keadaan Firaun. Nabi Musa tidak menoleh ke belakang karena menghindari adanya bahaya.

Mukjizat Nabi Musa AS telah membuat mata para tukang sihir terbelalak dan kebingungan sebab sihir yang mereka bangga-banggakan selama ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan Nabi Musa AS.

Mereka pun menyadari bahwa apa yang dilakukan Nabi Musa AS bukanlah jenis sihir seperti yang biasa mereka perbuat, melainkan terjadi karena kehendak Allah SWT. Seketika itu para ahli sihir mengetahui bahwa yang dibawa oleh Nabi Musa AS bukanlah sihir.

Mereka pun bersujud dan berkata, “Kami beriman kepada Rabb semesta alam, Rabb Musa dan Harun) (dari Al Qur’an Surat Asy Syua’ra Ayat 47-48).

Hamka dalam Tafsir al-Azhar Jilid 5 menuliskan bahwa ketika itu Firaun sangat murka karena kekalahan tersebut. Para tukang sihir itu bukannya merasa malu tetapi justru menyatakan keimanannya. Bahkan mereka sudah tidak memedulikan amarah Firaun lagi.

Kisah ini dilanjutkan dalam firman Allah pada Al-Qur’an Surat An-Naml Ayat 10.

يٰمُوْسٰٓى اِنَّهٗٓ اَنَا اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya: (Allah berfirman,) “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Hal ini membuktikan bahwa kuasa Allah lebih besar dan tiada tandingnya. Sihir-sihir yang dilakukan oleh pesuruh Firaun tersebut hanya tipu daya syaitan yang tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Allah.

Diharamkannya Ilmu Sihir

Dari kisah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Nabi Musa AS pada dasarnya tidak mengetahui tentang mukjizat yang diberikan Allah kecuali setelah diwahyukan. Hal ini diketahui berdasarkan sikap Nabi Musa AS yang terkejut dan ketakutan ketika tongkatnya berubah menjadi ular yang besar dan khawatir ular tersebut akan menyerang dirinya.

Inilah yang kemudian menjadi pembeda antara mukjizat dengan sihir. Mukjizat terlihat sangat nyata akan tetapi sihir termasuk dalam tipuan yang memberikan ilusi pada penglihatan mata sehingga menjadi seakan-akan melihat sesuatu padahal hakikatnya tidak.

Mukjizat berasal dari Allah SWT secara langsung apabila Ia berkehendak dan hanya ditujukan sebagai bentuk pemuliaan terhadap Nabi-Nya, lain halnya dengan sihir yang berasal dari bisikan syaitan.

Dalam Al-Qur’an Surat Al Isra Ayat 88, Allah berfirman:

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا

Artinya: Katakanlah, “Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya.”

Demikian kisah dari tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular untuk membuktikan kuasa Allah kepada Firaun dan para tukang sihir. Semoga kisah ini dapat mengajarkan kita semua untuk semakin tunduk dan patuh kepada perintah-Nya

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kala Nabi Musa Salahkan Nabi Adam karena Dikeluarkan dari Surga



Jakarta

Allah SWT mengeluarkan Nabi Adam AS dari surga hingga akhirnya seluruh anak keturunan Nabi Adam AS hidup di bumi. Menurut sebuah riwayat, Nabi Musa AS pernah menyalahkan Nabi Adam AS terkait hal ini.

Hal tersebut diceritakan Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Qashash Al-Anbiyaa’ dengan bersandar pada riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda,

“Musa AS pernah mendebat Adam AS. Musa berkata kepada Adam, ‘Engkau telah mengeluarkan manusia dari surga hingga membuat mereka sengsara karena kesalahanmu.’ Adam menjawab, ‘Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah ditulis Allah sebelum Dia menciptakan aku atau yang telah ditakdirkan Allah terhadap diriku sebelum Dia menciptakan aku?'” Rasulullah SAW bersabda, “Maka Adam dapat membantah argumentasi Musa.” (HR Bukhari)


Imam Muslim turut mengeluarkan riwayat tersebut. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits itu dari az-Zuhri, dari Hamid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW.

Sementara itu, Imam Ahmad meriwayatkan dari A’masyi, dari Abu Salih, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda,

“Adam dan Musa pernah saling berdebat. Musa berkata kepada Adam, ‘Wahai Adam, engkau telah diciptakan Allah dengan tangan-Nya sendiri. Dia telah meniupkan roh-Nya ke dalam dirimu. Namun, engkau telah menyesatkan manusia dan mengeluarkan mereka dari surga.”

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Adam menjawab, ‘Adapun engkau Musa telah dipilih Allah dengan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu perbuatan yang tidak aku kerjakan? Padahal, Allah telah menetapkan hal itu atas diriku sebelum Dia menciptakan langit dan bumi?'” Beliau bersabda, “Akhirnya, Adam pun dapat membantah argumentasi Musa.” (HR Ahmad)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan redaksi yang lebih panjang. Dalam riwayat tersebut, Nabi Adam AS membantah argumentasi Nabi Musa AS dengan menanyakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepadanya, yakni Kitab Taurat.

Dikeluarkannya Nabi Adam AS dari surga termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 36. Allah SWT berfirman,

فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ

Artinya: ‘Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Menurut hadits yang terdapat dalam Kitab Shahih Muslim, peristiwa tersebut terjadi pada hari Jumat. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga.” (HR Muslim)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Musa yang Kisahnya Diterangkan dalam Al-Qur’an



Jakarta

Nabi Musa AS merupakan salah satu dari nabi yang perlu kita Imani dan kita pelajari. Nabi Musa AS termasuk ke dalam Ulul Azmi yang artinya memiliki mukjizat melalui kehendak Allah SWT.

Bisa dikatakan bahwa Nabi Musa AS adalah nabi dengan mukjizat yang banyak dan terkenal. Salah satu kisah mukjizatnya yang tersohor adalah ketika beliau membelah laut merah untuk menenggelamkan Firaun atas kehendak Allah SWT.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut adalah mukjizat dari Nabi Musa AS yang dikisahkan oleh Allah SWT melalui firmanNya dalam surah Al-Qur’an, yaitu:


Mukjizat Nabi Musa AS

1. Membelah Laut Merah

Mengenai mukjizat ini dijelaskan Allah SWT melalui firmanNya dalam Al-Qur’an Surah Taha ayat 77-79, bunyinya:

وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى(77

فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ(78 ۗ

وَاَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهٗ وَمَا هَدٰى(79

Artinya: “Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir (akan tenggelam).” Fir’aun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka (Musa dan pengikutnya), tetapi mereka (Fir’aun dengan bala tentaranya) digulung ombak laut (yang dahsyat) sehingga menenggelamkan mereka. Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi (mereka) petunjuk.” (QS. Taha: 77-79)

2. Diturunkan Kitab Taurat

Menurut Tafsir Quran Kemenag, Allah SWT menjelaskan bahwa Islam sebagai jalan kebenaran yang harus diikuti bukanlah sesuatu yang baru, tetapi telah dibawa oleh para nabi terdahulu, antara lain adalah Nabi Musa AS. Berikut ayatnya:

ثُمَّ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ تَمَامًا عَلَى الَّذِيْٓ اَحْسَنَ وَتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ بِلِقَاۤءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ(154 ࣖ

Artinya: “Kemudian, Kami telah menganugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, menjelaskan secara rinci segala sesuatu, serta memberi petunjuk dan rahmat agar mereka beriman kepada pertemuan dengan Tuhannya.” (QS. Al-An’am: 154)

3. Air Keluar Melalui Pukulan Tongkatnya

Mukjizat ini dikisahkan Allah SWT melalui firmanNya dalam Surah Al-Baqarah ayat 60, yaitu:

۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ(60

Artinya: “(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah: 60)

4. Tangan Nabi Musa AS Memancarkan Cahaya

Melalui Tafsir Quran Kemenag, dikisahkan Firaun meminta bukti yang lain, dan dia Nabi Musa AS mengeluarkan tangannya dari dalam lubang leher bajunya, tiba-tiba tangan yang sebelumnya berwarna hitam sesuai warna kulitnya yang kehitam-hitaman, menjadi bercahaya putih gemerlapan, yang tampak jelas bagi orang-orang yang melihatnya ketika itu, bukan karena belang atau penyakit, tetapi putih karena sangat bercahaya.

Hal ini dikisahkan melalui Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 108, yaitu:

وَّنَزَعَ يَدَهٗ فَاِذَا هِيَ بَيْضَاۤءُ لِلنّٰظِرِيْنَ(108 ࣖ

Artinya: “Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia (tangan itu) menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihat(-nya).” (QS. Al-A’raf: 108)

5. Tongkat Berubah Menjadi Ular

Mukjizat ini dikehendaki oleh Allah SWT ketika Nabi Musa AS melawan penyihir kerajaan milik firaun. Seperti dikisahkan dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 107, bunyinya:

فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ(107 ۖ

Artinya: “Maka, dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata.” (QS. Al-A’raf: 107)

Melalui tafsir quran kemenag dikisahkan bahwa Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya yang ada di tangan kanan ke hadapan firaun dan kaumnya. Seketika, tongkat tersebut melalui kekuasaan Allah SWT berubah menjadi ular raksasa yang bergerak dengan sangat cepat yang terlihat dengan mata kepala secara jelas.

6. Tanda-tanda yang diberikan Allah SWT kepada Umat Firaun

Dilansir melalui Tafsir Qashashi Jilid II: Nabi Yusuf AS dan Nabi Musa AS karya Syofyan Hadi melalui Surah Al-Baqarah: 63 & 93 serta An-Nisa: 154 dikisahkahkan, yaitu:

Allah SWT menurunkan tujuh tanda sebagai bentuk bencana kepada mereka sebelum kehancuran firaun. Tujuh tanda itu adalah:

  • Datang angin topan yang menghancurkan
  • Muncul gerombolan belalang yang menghabisi
  • Muncul kutu yang membuat tidak bisa tidur
  • Muncul katak yang mengganggu makanan mereka
  • Air minum bercampur dengan darah, tidak bisa dikonsumsi
  • Terangkatnya bukit Thursina di atas kepala mereka sebagai saksi sumpah setia mereka

Itulah mukjizat yang menjadi kelebihan Nabi Musa AS yang diberikan oleh Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Musa Dirawat Istri Fir’aun yang Dijamin Masuk Surga



Jakarta

Nabi yang dirawat oleh istri Fir’aun, Asiyah, di dalam istananya adalah Nabi Musa AS. Dikisahkan, Nabi Musa tidak dirawat langsung oleh ibu kandungnya. Hal ini, dikutip dari buku Cerita Terbaik 25 Nabi & Rasul karangan Wirawan Sukarwo, dilatarbelakangi dari kepemimpinan Fir’aun kepada Bani Israil yang kejam.

Awal Mula Nabi Musa Dirawat Istri Fir’aun

Bayi laki-laki yang dilahirkan pada tahun tertentu akan dibunuh, seperti satu tahun dibunuh, berikutnya tidak dan begitu seterusnya. Nabi Musa AS lahir bertepatan dengan tahun pembunuhan untuk semua bayi Bani Israil.

Hal ini membuat ibu Nabi Musa kebingungan. Sebelumnya, saudara Nabi Musa yaitu Harun sudah lahir di tahun sebelumnya sehingga berhasil selamat.


Melihat kebingungan ibunda Nabi Musa, Allah SWT memberikan petunjuk agar bunda Nabi Musa AS ini menghanyutkan beliau di sebuah peti kayu di Sungai Nil. Atas kehendak Allah SWT, istri Fir’aun menemukan peti kayu tersebut dan langsung membawanya masuk ke istana.

Ketika dibuka, alangkah senangnya istri Fir’aun bahwa di situ terdapat bayi yang tampan. Ia telah mendambakan untuk memiliki keturunan sejak sekian lama.

Fir’aun yang selalu bersikap kasar merasa tersentuh karena kebahagiaan yang dipancarkan oleh istrinya itu. Sudah lama ia tidak melihat senyuman dari istrinya, dengan alasan ini ia mengizinkan bayi peti kayu itu dirawat oleh istrinya.

Namun, Nabi Musa kecil tidak lama kemudian mulai kehausan dan menangis. Hal ini lantaran tidak ada satupun wanita yang bisa menyusui Nabi Musa sekaligus membuatnya berhenti menangis.

Pada momen tersebut, Allah SWT menyampaikan pesan kepada ibunda Nabi Musa untuk mengutus orang agar pergi ke istana. Tujuannya orang tersebut menawarkan ibu Nabi Musa agar bisa menyusui Nabi Musa kecil.

Singkat cerita, melalui utusan dan dialog yang cukup panjang, ibunda Nabi Musa berhasil masuk istana Fir’aun dan menyusui anaknya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan semua penghuni istana bahwa yang menyusui dan menenangkan Nabi Musa adalah ibunya sendiri.

Itulah kisah semasa Nabi Musa kecil yang dirawat oleh istana Fir’aun khususnya dari Asiyah istri Fir’aun.

Istri Fir’aun yang Dijamin Surga

Asiyah, wanita yang merawat Nabi Musa, merupakan salah satu dari empat wanita yang keberadaannya di surga telah dijamin oleh Allah SWT meskipun ia memiliki suami sekejam Fir’aun. Dalam sebuah hadits dijelaskan,

أَفْضَلُ نِسَاء أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ حُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَآسِيَةً بِنْتُ مُرَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ

Artinya: “Sebaik-baik wanita penghuni surga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim alias istri Fir’aun.” (HR An-Nasa’i)

Selain riwayat ini, penyebutan nama Asiyah secara langsung kurang dapat ditemui di dalam Al-Qur’an melainkan secara tersirat. Diabadikan oleh Allah SWT melalui firman-Nya bahwa Asiyah tetap berpegang teguh pada pendirian dan imannya meskipun mendapatkan berbagai tekanan oleh Fir’aun.

Keterangan diatas terdapat pada Al-Qur’an Surah At-Thamrin ayat 11, yaitu:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ١٢

Artinya: “Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir’aun (Asiyah), ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan juga selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.””

Dikutip dari tafsir Quran Kemenag bahwa dalam ayat ini dijelaskan oleh Allah SWT perumpamaan orang yang beriman dan hubungannya dengan orang kafir. Orang kafir tidak akan membahayakan sedikitpun terhadap orang mukmin kalau diri mereka murni dan suci.

Sebagai perumpamaan, disebutkan bahwa Asiyah yang merupakan istri Fir’aun yang kafir sekaligus musuh berbahaya Allah SWT selalu teguh seraya memohon dan berdoa seperti di ayat tersebut yaitu, “Ya Tuhanku! Bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Itulah pembahasan kali ini mengenai Nabi Musa yang dirawat oleh Asiyah yang merupakan istri Fir’aun. Semoga kita selalu diberi keteguhan dan petunjuk oleh-Nya dan termasuk orang-orang yang selalu mengikuti ajaran-Nya ya, detikers!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Musa AS yang Pemalu dan Sangat Setia



Jakarta

Nabi Musa AS memiliki seorang istri yang bernama Shafura. Ia merupakan perempuan yang pemalu lagi setia hatinya. Dirinya tidak segan dan mundur ketika harus berjuang dengan suaminya, sedangkan dirinya masih dalam keadaan mengandung.

Kisah Shafura RA ini diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul 29 Kisah Istri yang Dijamin Masuk Surga yang ditulis oleh Laila Ummul Janan. Berikut kisah istri Nabi Musa AS selengkapnya.

Pada suatu hari, Nabi Musa AS mendatangi sebuah kota yang sangat sepi. Di sana tidak ada seorang penduduk pun yang melakukan aktivitas.


Di tengah sunyinya kota tersebut, Nabi Musa AS mendengar ada orang yang sedang berselisih. Ia pun segera mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata orang yang berselisih tadi adalah dari kaum Bani Israil, kaumnya sendiri, dan kaum Firaun.

Kaum Nabi Musa AS tadi langsung meminta pertolongan kepadanya. Saat itu juga Nabi Musa AS memukul pengikut Firaun hingga tewas.

Melihat orang tersebut tewas tak berdaya, ia pun terkejut karena ia tidak bermaksud untuk membunuhnya. Maka dari itu, Nabi Musa AS langsung bertobat dan meminta ampun kepada Allah SWT.

“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah diriku…” (QS Al-Qashash: 16)

Beberapa hari kemudian, Nabi Musa AS menemui hal yang sama terulang kembali. Nabi Musa AS pun ingin kembali menolong kaumnya yang sesat itu. Tetapi lawannya berkata,

“Apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini (Mesir), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” (QS Al-Qashash: 19)

Setelah itu, ada kabar miring mengenai Nabi Musa AS yang tersebar ke seluruh penjuru Mesir. Dirinya pun menjadi “buronan” para algojo Firaun.

Tak lama, datanglah seorang lelaki yang menyarankan Nabi Musa AS untuk segera pergi dari Mesir. Akhirnya ia pun menuruti nasihat dari orang tersebut untuk mencari tempat lain yang aman.

Dalam perjalanan mencari tempat yang aman itu, Nabi Musa AS tiba di suatu tempat bernama Kota Madyan. Di sana, ia melihat orang-orang sedang berkerumun di dekat sebuah sumur untuk memberi minum ternak mereka.

Nabi Musa AS juga melihat dua orang wanita yang berdiri jauh dari kerumunan laki-laki itu dengan menahan hewan ternaknya. Mengisyaratkan keduanya tidak mau berdesakan dengan para lelaki itu.

Nabi Musa AS pun menghampirinya dan bertanya, “Apakah maksud kalian berdua dengan berbuat begitu?” (QS Al-Qashash: 23)

Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak bisa memberi minum ternak-ternak kami sebelum orang-orang itu memulangkan ternak mereka (setelah selesai dari memberi minumnya), sedangkan ayah kami adalah seorang yang telah lanjut usianya.” (QS Al-Qashash: 23)

Nabi Musa AS langsung membantu kedua wanita tadi dengan memberi minum ternak-ternaknya. Kemudian keduanya pulang ke rumahnya meninggalkan Nabi Musa AS yang belum mendapatkan tempat berteduh.

Nabi Musa AS lalu memohon kepada Allah SWT untuk diberikan tempat tinggal. Tak lama, salah satu dari dua orang wanita tadi datang menghampirinya dengan langkah yang malu-malu.

Ia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak kami…” (QS Al-Qashash: 25)

Sampailah Nabi Musa AS ke rumah wanita yang ditolongnya tadi. Ia pun menyadari ternyata ayah dari kedua wanita tadi adalah Nabi Syu’aib AS.

Salah satu putri dari Nabi Syu’aib AS berkata, “Wahai ayah! Jadikanlah ia sebagai pekerja kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26)

Mendengar usulan putrinya itu, Nabi Syu’aib AS lantas menawari Nabi Musa AS untuk menjadi menantunya dan bekerja untuknya selama 8-10 tahun. Nabi Musa AS pun setuju dan akhirnya menikah dengan salah satu wanita tadi yang bernama Shafura, dan tinggal di rumahnya.

Shafura adalah seorang istri yang sangat setia kepada suaminya, Nabi Musa AS. Ia bersedia mengikuti Nabi Musa AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk kembali ke Mesir untuk memerangi Firaun.

Shafura pun dengan sepenuh hati menemani suaminya itu walaupun saat itu dirinya sedang dalam keadaan hamil. Terlebih lagi, jarak dari rumahnya menuju Mesir sangatlah jauh.

Kesetiaan Shafura tak berhenti sampai di situ. Sesampainya di Mesir, ternyata masih banyak orang yang mengejar Nabi Musa AS meskipun berita itu sudah berlangsung sangat lama.

Namun hal itu tidak membuat Shafura gentar. Dirinya tetap setia berjalan bersama Nabi Musa AS dengan tak henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT agar selalu dilindungi.

Begitulah kisah istri Nabi Musa AS, Shafura, yang pemalu dan sangat setia.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Harun, Sosok Pendamping Nabi Musa yang Pandai Berbicara



Jakarta

Kisah Nabi Harun AS berkaitan dengan Nabi Musa AS. Keduanya merupakan saudara yang usianya tidak berbeda jauh.

Nabi Harun AS dianugerahi mukjizat pandai dalam berbicara. Kemampuannya ini juga ia gunakan untuk membantu Nabi Musa AS berdakwah.

Menukil dari buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi susunan Eka Satria dan Arif Hidayah, baik Musa AS maupun Harun AS sama-sama berjuang menyampaikan ajaran tauhid. Mereka juga memerangi Firaun, seorang raja yang mengingkari keberadaan Allah SWT.


Suatu hari, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk menemui Firaun. Ia lantas menyampaikan kepada sang Khalik agar dibantu oleh Harun AS sebagaimana termaktub dalam surah Thahaa ayat 29-34,

وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ ٢٩ هٰرُوْنَ اَخِى ۙ ٣٠ اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ ۙ ٣١ وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ ۙ ٣٢ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ ٣٣ وَّنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا ۗ ٣٤

Artinya: “Jadikanlah untukku seorang penolong dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengannya, dan sertakan dia dalam urusanku (kenabian) agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak berzikir kepada-Mu.”

Benar saja, kepandaian Nabi Harun AS dalam berbicara membuat Firaun kalah telak. Nabi Musa AS lalu membawa kaumnya bani Israil ke Mesir.

Walau begitu, setelah mereka dibebaskan dari perbudakan Firaun, bani Israil kembali mengingkari Allah SWT. Kala itu, Nabi Musa AS beribadah di Bukit Sinai selama 30 hari.

Pada periode itu, bani Israil mengikuti ajaran Samiri seorang penyembah patung sapi emas. Sekembalinya Musa AS, patung sapi emas itu lantas ia bakar dan bani Israil kembali beriman kepada Allah SWT.

Sebagai seorang nabi dan rasul, Nabi Harun AS juga dianugerahi mukjizat lainnya. Menurut buku Iman dan Takwa Peraih Muflihun tulisan Nasikin Purnama, Harun AS juga dimukjizati janggut yang terdiri atas dua warna yaitu putih dan hitam.

Dikatakan, mukjizat itu muncul setelah Musa AS melakukan perjalanan mengambil kitab Taurat. Ia menitipkan pengikutnya kepada Nabi Harun AS.

Sewaktu para pengikut Musa AS memilih untuk mendengarkan Samiri, Nabi Musa AS yang baru pulang dari perjalanannya menjadi marah. Ia menarik janggut Nabi Harun AS dan secara tiba-tiba, janggut yang ditarik itu berubah warna menjadi putih.

Selain itu, Nabi Harun AS juga memiliki mukjizat tongkat yang berbunga. Ini bermula ketika bani Israil melakukan pengangkatan pemimpin.

Pada saat itu, belum ada sosok yang dinilai pantas memimpin bani Israil yang mana berujung timbulnya perdebatan. Allah SWT lalu memerintahkan setiap pemimpin suku bani Israil meletakkan tongkatnya di tempat suci, begitu pula dengan tongkat Harun AS.

Esoknya, Musa AS melihat tongkat Nabi Harun AS bertunas dan berbunga. Hal tersebut menandakan Allah SWT memilih Nabi Harun AS sebagai pemimpin bani Israil.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com