Tag Archives: nabi musa

Rabbi Inni Lima Anzalta Ilayya Min Khairin Faqir, Doa Nabi Musa Minta Jodoh


Jakarta

Ada banyak amalan yang dapat dilakukan muslim agar segera dipertemukan dengan jodoh. Salah satunya yaitu doa Nabi Musa AS minta jodoh dalam Surat Al-Qasas ayat 24, yang bunyinya “Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir”.

Doa itu dibaca Nabi Musa ketika sampai di Kota Madyan dalam keadaan miskin dan tanpa pasangan. Setelah mengamalkannya, beliau dianugerahi jodoh dari Allah SWT yaitu putri Nabi Syu’aib AS, mengutip buku Doa dalam Al-Qur’an dan Sunnah oleh Quraish Shihab.

Oleh sebab itu, sebagian ulama menyebut doa Nabi Musa dalam satu ini sebagai doa memohon jodoh. Simak bacaan dan cara mengamalkan doa Nabi Musa minta jodoh di bawah ini.


Rabbi Inni Lima Anzalta Ilayya Min Khairin Faqir: Arab dan Artinya

رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ

Arab latin: Rabbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqiir.

Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan (rezeki) yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS Al-Qasas: 24)

Cara Mengamalkan Rabbi Inni Lima Anzalta Ilayya Min Khairin Faqir

Dikutip dari buku Kumpulan Doa Khusus Wanita karya Arina Milatal Haq, Syekh Muhdhar menganjurkan rutin membaca doa Nabi Musa minta jodoh sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan.

Doa dapat diamalkan kapan saja dalam sehari, tetapi lebih utama selepas menunaikan sholat fardhu dan di sepertiga malam. Sebab kedua waktu tersebut memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

عن أَبي أمامة رضي الله عنه قَالَ : قيل لِرسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أيُّ الدُّعاءِ أَسْمَعُ ؟ قَالَ : ((جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَواتِ المَكْتُوباتِ))

Artinya: Abu Umamah RA mengatakan: Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah doa yang berpotensi dikabulkan?” Maka Rasulullah SAW menjawab, “Doa di akhir malam, dan doa setelah shalat wajib.” (HR Tirmidzi).

Di samping rutin membacanya setiap hari, muslim hendaknya senantiasa berdoa khusus meminta jodoh kepada Allah SWT, beramal sholeh, serta menjauhi diri dari segala kemaksiatan.

Manfaat Lain Doa Nabi Musa AS Minta Jodoh

Selain memohon jodoh, mengutip buku Tadabbur Doa Sehari-Hari oleh Jumal Ahmad, doa tersebut dapat dipanjatkan ketika dalam kondisi sulit dan sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT. Niscaya Dia akan menolong hamba-Nya dan memenuhi kebutuhannya dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Cara mengamalkannya sama dengan sebelumnya, doa Nabi Musa dalam Surat Al-Qasas ayat 24 bisa rutin dibaca sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan setelah sholat fardhu atau di sepertiga malam.

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Golongan yang Jasadnya Tak Akan Hancur Dimakan Tanah


Jakarta

Jasad manusia umumnya akan mengalami pembusukan dan terurai ke tanah. Namun, ada golongan yang jasadnya tetap utuh hingga hari kiamat.

Menurut sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi, jasad manusia yang tak akan hancur adalah golongan nabi. Allah SWT mengharamkan tanah memakan jasad mereka. Diriwayatkan dari Aus bin Aus RA, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ، فَإِنْ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ» فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ يَقُولُ: بَلِيتَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيح.


Artinya: “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca sholawat untukku pada hari itu, karena sesungguhnya bacaan sholawatmu itu ditampakkan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana bacaan sholawat kami diperlihatkan kepadamu sedangkan engkau telah hancur dalam tanah?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi.” (HR Abu Dawud dengan sanad shahih)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam kitab Shalawat bab Keutamaan Hari Jumat dan Malam Jumat.

Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin, Musthafa Dib al-Bugha dkk, menjelaskan mutiara hadits tersebut bahwa jasad para nabi tidak hancur melainkan tetap dalam kondisi seperti mereka meninggal dunia.

Nabi Muhammad SAW Akan Dibangkitkan Pertama

Ahli hadits Ibnu Katsir dalam kitabnya An-Nihayah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan memaparkan hadits yang menyebut Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari kubur saat hari kebangkitan.

Abu Hurairah RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أنا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعِ وَأَولُ مُشفع

Artinya: “Aku adalah pemimpin anak cucu Adam di hari kiamat, orang yang pertama-tama dikeluarkan dari rekahan bumi, orang yang pertama-tama memberi syafaat, dan orang pertama-tama yang diterima syafaatnya.”

Dalam Shahih Muslim terdapat hadits serupa dengan redaksi,

أنا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُ عَنْهُ الْأَرْضِ فَأَجِدُ مُوسَى مُتَعَلِّقًا بِقَائِمَةٍ فَلَا أَدْرِي أَفَاقَ قَبْلِي ؟ أَمْ أَجْزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّورِ.

Artinya: “Aku adalah orang yang pertama-tama direkahkan bumi. Tiba-tiba aku melihat Nabi Musa berpegangan pada kaki ‘Arsy. Aku tidak tahu, apakah dia memang sudah siuman sebelum aku, ataukah itu merupakan balasan baginya atas pingsannya (dulu pada peristiwa di) Bukit Thur itu.”

Menurut Ibnu Katsir, kata-kata dalam hadits tersebut tentang apa yang dialami Nabi Muhammad SAW saat rekahnya bumi kemungkinan berasal dari perawi karena teringat hadits lain yang kemudian ia selipkan dalam redaksi hadits ini.

Sejumlah hadits turut menggambarkan kondisi manusia saat dibangkitkan. Ada yang tanpa alas kaki, telanjang, dan tidak dikhitan. Dikatakan pula, Nabi Ibrahim AS adalah orang yang pertama kali diberi pakaian.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Qarun, Orang Terkaya yang Tenggelam Bersama Hartanya



Jakarta

Dalam bahasa Indonesia, harta karun diartikan sebagai harta benda yang tidak diketahui pemiliknya. Harta karun identik dengan harta yang terkubur. Ternyata hal ini berkaitan dengan kisah Qarun yang tenggelam bersama harta kekayaannya akibat kekufuran dan kesombongannya.

Kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai bentuk peringatan sekaligus menjadi pengingat bagi manusia. Sungguh Allah tidak menyukai hamba-Nya yang sombong dan tidak mengakui nikmat pemberian-Nya. Bahkan, dalam sebuah hadits, nama Qarun dijejerkan bersamaan dengan nama-nama lain yang tercela perilakunya.

Abdullah bin Amr berkata bahwa suatu hari Nabi SAW menjelaskan tentang sholat. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang menjaganya (shalat), maka ia akan menjadi cahaya, hujjah, dan keselamatan baginya dari neraka pada hari kiamat.


Dan barangsiapa yang tidak menjaganya (shalat), maka ia tidak akan menjadi cahaya, tidak pula keselamatan dan hujjah baginya. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR Ad-Darimi).

Kekayaan Qarun yang Melimpah Ruah

Dalam Ensiklopedia Al-Qur’an dan Hadis per Tema yang diterbitkan oleh Alita Aksara Media, disebutkan bahwa Qarun adalah salah seorang sepupu Nabi Musa, anak dari Yashar yang merupakan adik kandung ayah Nabi Musa, Imran.

Baik Nabi Musa dan Qarun masih termasuk keturunan Nabi Ya’qub karena keduanya merupakan cucu dari Quhas bin Lewi. Adapun Lewi bersaudara dengan anak Nabi Ya’qub, Yusuf. Oleh karena itu apabila diurutkan nasabnya maka nama lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Sebelum menjadi hartawan yang bergelimang kekayaan, Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Ia bahkan sempat meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar diberikan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah.

Dikisahkan pula, dia sering mengambil harta dari Bani Israil yang lain dan memiliki ribuan gudang harta, penuh berisi emas dan perak. Saking kayanya, kunci-kunci harta bendanya harus dipikul oleh beberapa orang yang kekar karena terlampau berat untuk dibawa oleh satu orang.

Meskipun berkerabat dengan Nabi Musa, pada masa itu Qarun yang pandai berbisnis memihak Raja Fir’aun dengan mendukung dan menyokong pemerintahannya. Maka tak heran apabila hartanya melimpah ruah.

Sikap Sombong Qarun

Yana Adam (Abu Alwi bin Nasrudin bin Sudir) dalam bukunya yang berjudul Rahasia Dahsyat di Balik Kata Syukur menyebutkan bahwa Qarun sering disebut dengan julukan ‘Munawwir’ karena keindahan suaranya dalam membaca kitab Taurat. Qotadah, Muqotil dan al-Kalbi mengatakan bahwa Qarun adalah kaum Bani Israil yang paling bagus bacaan Tauratnya.

Ia bahkan merupakan ahli kitab Taurat setelah Nabi Musa dan Harun. Namun, di balik ilmu dan hartanya yang berlimpah, Qarun termasuk ke dalam golongan orang-orang yang munafik karena harta bendanya telah membutakan hatinya.

Banyak orang saleh yang mengingatkannya dan menasihati agar ia tidak bersikap berlebihan dan tinggi hati. Namun, Qarun mengabaikannya dan menganggap bahwa harta yang dimilikinya didapat dari ilmu dan usahanya tanpa campur tangan dari Allah.

Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al Qashash ayat 78,

قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ

Artinya: Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.

Bahkan, Qarun seringkali melewati kaum Bani Israil dengan pakaian beserta harta yang mewah. Ia diiringi oleh para pembantu dan juga budak yang siap sedia melayaninya. Tentu saja hal itu membuat orang-orang iri bahkan sampai berangan-angan memiliki kekayaan seperti Qarun.

Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Qashash ayat 79,

فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

Artinya: Maka, keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Andaikata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Qarun Mendapatkan Azab dari Allah

Pada akhirnya Qarun diazab oleh Allah, yakni dengan dibenamkan ke dalam tanah dalam waktu semalam. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah menurunkan gempa bumi yang dahsyat beserta tanah longsor.

Tempat Qarun ditenggelamkan bersama dengan harta dan pengikutnya telah menjadi danau yang dikenal sebagai Danau Qarun (Bahirah Qarun). Adapun yang tersisa hanya puing-puing istana Qarun yang terletak di daerah Al-Fayyum, Mesir.

Hal ini tercantum dalam firman Allah yakni Al-Qur’an surat Al Qashas ayat 81,

فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ

Artinya: Lalu, Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.

Qarun tenggelam bersama seluruh harta kekayaannya ke dalam perut bumi dan tidak ada satupun yang tersisa. Tidak ada pula satu orang saja dari keluarga, kerabat, teman, maupun pengikutnya yang mampu menyelamatkannya. Harta dan ilmu yang dimiliki dan diagung-agungkan olehnya justru menjadi malapetaka baginya.

Melihat apa yang telah menimpa Qarun, orang-orang yang tadinya merasa iri hati dan berandai-andai ingin memiliki harta seperti Qarun kemudian menjadi semakin beriman dan memperbanyak kesabaran.

Mereka juga memuji Allah atas peringatan yang telah disampaikan, sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al Qashash ayat 82,

وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ

Artinya: Orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan Dia (juga) yang menyempitkan (rezeki bagi mereka). Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar (terhadap nikmat).”

Demikian kisah dari Qarun, seorang kaya raya yang mendapatkan peringatan keras dari Allah berupa azab atas sikap sombongnya. Bagaimanapun, setiap rezeki dan nikmat yang didapatkan setiap manusia adalah atas izin dan karunia Allah. Semoga kita semua dapat mempelajari kisah ini untuk senantiasa bersyukur kepada Allah.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Mengapa Firaun Disebut dengan Raja yang Zalim?



Yogyakarta

Firaun dikenal sebagai raja yang zalim, kejam, dan kerap berbuat sewenang-wenang. Ia merupakan pemimpin di negeri Mesir pada zamannya. Rakyatnya hidup dalam rasa ketakutan dan selalu dalam keadaan gelisah.

Kekejaman Firaun disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 4, Allah SWT berfirman:

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَآئِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَآءَهُمْ وَيَسْتَحْىِۦ نِسَآءَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ


Artinya: “Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Firaun disebut dengan raja yang zalim sebab ia mengakui dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah oleh seluruh rakyat di kerajaannya. Sebagaimana disebutkan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan di Alquran oleh Ridwan Abqary, siapa pun yang tidak menganggap Firaun sebagai tuhan pada masa itu akan dibunuh tanpa ampun.

Selama berkuasa di negeri Mesir, Firaun juga telah menindas dan memecah belah rakyat. Rakyatnya dengan sengaja dibeda-bedakan berdasarkan strata sosial dan kelompok tertentu. Salah satu kelompok yang paling sering ditindas dan dilemahkan oleh Firaun, yaitu kaum Bani Israil.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ibu Nabi Musa saat Menghanyutkan Bayinya di Sungai Nil



Jakarta

Nabi Musa AS adalah salah satu nabi ulul azmi atau yang memiliki mukjizat dari kehendak Allah SWT. Namun, terdapat kisah unik ibu Nabi Musa saat menghanyutkan bayinya atau Nabi Musa ketika masih bayi.

Kisah ibu Nabi Musa menghanyutkan bayinya itu sendiri termaktub dalam Surah Thaha ayat 39,

أَنِ ٱقْذِفِيهِ فِى ٱلتَّابُوتِ فَٱقْذِفِيهِ فِى ٱلْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ ٱلْيَمُّ بِٱلسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِّى وَعَدُوٌّ لَّهُۥ ۚ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّى وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ


Arab Latin: Aniqżi fīhi fit-tābụti faqżi fīhi fil-yammi falyulqihil-yammu bis-sāḥili ya`khuż-hu ‘aduwwul lī wa ‘aduwwul lah, wa alqaitu ‘alaika maḥabbatam minnī, wa lituṣna’a ‘alā ‘ainī

Artinya: “Letakkanlah ia (Nabi Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,”

Dikutip dari Tafsir Kementerian Agama (Kemenag) RI, perintah untuk menaruh Nabi Musa di dalam peti yang rapi dan kuat dilaksanakan oleh ibu Nabi Musa. Dengan kuasa Allah, peti tersebut justru ditemukan istri Firaun.

Lebih jelas, cerita lengkap ini juga banyak diturunkan dan dikisahkan oleh berbagai sumber, salah satunya dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri.

Kisah Ibu Nabi Musa saat Menghanyutkan Bayi

Kisah ini diawali dengan latar belakang bahwa Firaun pada masa itu sangat berkuasa bahkan dianggap sebagai Tuhan. Namun, pada suatu hari terdapat ramalan bahwa akan datang saat di mana ada bayi laki-laki dari Bani Israil yang kelak akan menjadi musuh Firaun sekaligus mengalahkannya.

Seketika setelah mendengar ramalan yang sangat ia percaya itu, kemudian ia mengeluarkan perintah untuk membunuh semua bayi laki-laki pada tahun-tahun dimana ramalan itu akan terjadi. Semua aparat dan pasukan dari Firaun menggeledah dan memastikan bahwa tidak ada bayi laki-laki yang terlewat untuk dibunuh.

Namun, karena kehendak Allah SWT yang Maha Besar, tidak ada kemauan-Nya yang dapat ditahan atau ditolak oleh makhluknya, tidak terlepas juga firaun. Ibu Musa yang saat itu melahirkan bayinya, ia berhasil memohon dan meluluhkan hati bidan yang membantu persalinannya untuk tidak melapor kepada Firaun dan pasukannya.

Selama beberapa waktu, ibu Musa menyusui bayinya seperti biasa. Akan tetapi, perasaan tidak nyaman dan selalu gelisah pasti menghantui dirinya.

Allah SWT kemudian memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya dalam sebuah peti, kemudian menghanyutkan peti yang berisi bayinya itu di Sungai Nil. Allah memberikan petunjuk bahwa ibu Musa tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya lantaran Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutusnya sebagai salah seorang rasul.

Akhirnya ibu Nabi Musa pun mantap untuk melakukan apa yang telah diperintahkan kepadanya melalui ilham dari Allah SWT. Kemudian, kakak Nabi Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti tersebut untuk mengetahui dimana peti itu bersandar dan siapa yang mengambilnya.

Ternyata yang mengambil peti bayi Musa itu adalah istri dari Firaun sendiri yaitu Asiyah binti Muzahim. Asiyah yang dengan senang hati mengambil peti itu kemudian memberitakan kepada firaun mengenai bayi laki-laki tersebut kepadanya.

Firaun yang mendengar kabar tersebut kemudian berkata kepada istrinya, “Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.”

Kemudian istrinya menjawab, “Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil ia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu.”

Demikianlah, Allah Yang Mahakuasa menghendaki sesuatu maka jalan bagi terlaksananya takdir itu akan dimudahkan. Allah SWT telah menakdirkan bahwa nyawa bayi tersebut akan selamat dan Musa akan diasuh oleh keluarga Firaun.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Nabi Musa Menerima Wahyu di Gunung Sinai, Begini Kisahnya



Jakarta

Nabi Musa menerima wahyu berupa kitab Taurat pertama kali di Gunung Sinai (Thur Sinai). Gunung tersebut berada di Mesir, tepatnya di Semenanjung Sinai sebagaimana disebutkan dalam buku Quranku Sahabatku Jilid 2 oleh H Prof Dr Arif Muhammad.

Dalam Al-Qur’an, Gunung Sinai dikatakan sebagai tempat Nabi Musa AS berdialog dengan Allah SWT. Hal ini tercantum pada surat Al A’raf ayat 143,

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ


Arab latin: Wa lammā jā`a mụsā limīqātinā wa kallamahụ rabbuhụ qāla rabbi arinī anẓur ilaīk, qāla lan tarānī wa lākininẓur ilal-jabali fa inistaqarra makānahụ fa saufa tarānī, fa lammā tajallā rabbuhụ lil-jabali ja’alahụ dakkaw wa kharra mụsā ṣa’iqā, fa lammā afāqa qāla sub-ḥānaka tubtu ilaika wa ana awwalul-mu`minīn

Artinya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman,”

Menukil dari buku Fi Zhilal Al-Qur’an tulisan Sayyid Quthb, Gunung Sinai menjadi tempat yang penting dalam sejarah Nabi Musa. Bahkan, saking istimewanya Gunung Sinai, dalam surat At Tin disebutkan juga mengenai gunung tersebut.

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ

Arab latin: wat-tīni waz-zaitụn
Artinya: 1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,

وَطُورِ سِينِينَ

Arab latin: wa ṭụri sīnīn
Artinya: 2. dan demi bukit Sinai,

Kisah Nabi Musa Menerima Wahyu di Gunung Sinai

Kala itu Nabi Musa dipanggil Allah ke Gunung Sinai untuk menerima wahyu yaitu kitab Taurat seperti dikisahkan dalam buku Mengenal Tuhan susunan Bey Arifin. Selama 40 hari 40 malam di Gunung Sinai, Nabi Musa berdialog dengan Allah SWT hingga timbul keinginan untuk melihat wujud Allah SWT.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al A’raf ayat 143, Allah kemudian memperlihatkan diri-Nya. Namun, ketika wujud Allah muncul, justru gunung tersebut menjadi cair dan lenyap sepenuhnya dari permukaan Bumi.

Kejadian itu lantas membuat Nabi Musa AS pingsan. Setelah sadar, ia kemudian bersimpuh menyembah dan meminta ampun kepada Allah SWT seraya berkata, “Mahasuci Engkau Tuhan, aku tobat minta ampun, dan ya akulah orang yang benar-benar percaya kepada-Mu,”

Menurut buku Peradaban Prasejarah Nusantara Berdasarkan Kisah Para Nabi karya Ki Jambalawuh, setelah menerima wahyu di Gunung Sinai, Nabi Musa meminta agar Harun saudara sepupunya diangkat menjadi rasul untuk menemani dirinya berdakwah kepada Fir’aun karena ia lebih fasih dalam berbicara. Ini disebabkan Musa kecil sempat memakan bara api hingga lidahnya terbakar dan mengakibatkan dia tidak fasih dalam berbicara.

Isi dari Kitab Taurat

Kitab Taurat berisikan 10 pokok peraturan atau perintah. Perintah itu bertujuan untuk mengesakan Allah SWT, menghormati ayah ibu, dan menyucikan hari Sabtu.

Adapun larangan di dalamnya meliputi menyembah berhala, menyebut nama Allah SWT dengan sia-sia, membunuh manusia, berzina, mencuri, menjadi saksi palsu, dan mengambil hak orang lain. Berikut isi kitab Taurat seperti dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam oleh Tuti Yustiani:

  1. Jangan ada pada Tuhan lain di kehadirat-Ku
  2. Jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung karena Aku Tuhan Allahmu
  3. Jangan kamu menyebut Tuhan Allahmu dengan sia-sia
  4. Ingatlah kamu akan hari sabat (Sabtu), supaya kamu sucikan dia
  5. Berilah hormat kepada ibu bapakmu
  6. Jangan membunuh sesama manusia
  7. Jangan berzina
  8. Jangan mencuri
  9. Jangan menjadi saksi palsu
  10. Jangan berkeinginan memiliki hak orang lain

Cerita Singkat Nabi Musa dan Fir’aun

Kemudian, Nabi Musa meneruskan perjalanannya ke Mesir. Sesampainya di Mesir, beliau menemui ibu dan saudaranya yaitu Nabi Harun sambil menyampaikan bahwa Allah telah mengirim wahyu kepadanya. Selanjutnya, Musa dan Harun berangkat menemui Fir’aun untuk mengajaknya menyembah Allah.

Sayangnya, Fir’aun menolak dan mengajukan tantangan kepada Musa untuk menunjukkan mukjizat sebagai bukti akan kenabian dan kerasulan dirinya. Bahkan, Fir’aun menyuruh tukang sihir untuk melemparkan tali mereka dan seketika tali-tali itu berubah menjadi ular.

Allah lalu mewahyukan kepada Nabi Musa untuk melemparkan tongkatnya, atas izin Allah maka tongkat itu berubah menjadi ular besar dan memakan ular-ular tukang sihir Fir’aun. Kejadian itu membuat Fir’aun marah dan menyebut Musa sebagai penyihir.

Singkat cerita, Fir’aun meminta mukjizat yang lain, akhirnya Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan kembali. Dengan kuasa Allah, tangan Musa mengeluarkan cahaya yang amat menyilaukan pandangan Fir’aun dan bala tentaranya, sampai-sampai ia meminta Nabi Musa untuk memasukkan tangannya kembali.

Meski telah dibuktikan dengan berbagai mukjizat, tetap saja Fir’aun yang ingkar tidak percaya kepada Musa yang merupakan nabi sekaligus rasul Allah. Dalam buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul tulisan Lip Syarifah, akhirnya Nabi Musa mengajak para pengikutnya untuk keluar dari Mesir, hal itu sampai ke telinga Fir’aun dan bala tentaranya.

Mereka mengejar Nabi Musa dan kaumnya yang beriman hingga ke Laut Merah. Maha Suci Allah, Nabi Musa dan pengikutnya selamat karena mukjizatnya yang dapat membelah lautan ketika tongkat Musa dipukulkan ke Laut Merah. Sementara itu, Fir’aun dan tentaranya hanyut di Laut Merah karena mencoba menyebrangi lautan.

Itulah kisah mengenai Nabi Musa yang menerima wahyu di Gunung Sinai beserta informasi terkaitnya. Semoga bermanfaat.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa Membelah Laut Merah, Tenggelamkan Firaun dan Bala Tentaranya



Jakarta

Nabi Musa termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagai utusan Allah SWT, tentu Nabi Musa dikaruniai mukjizat.

Mukjizat diberikan oleh Allah SWT kepada utusan-Nya untuk membuktikan kenabian atau kerasulan mereka. Dalam bahasa Arab, mukjizat berasal dari kata a’jaza yang artinya melemahkan atau menjadikan tidak mampu, seperti dikutip dari buku Aqidah Akhlak susunan Taofik Yusmansyah.

Salah satu mukjizat Nabi Musa yang paling terkenal ialah membelah Laut Merah. Hal ini dijelaskan dalam surat Thaha ayat 77-79,


وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى (77

فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ (78 ۗ

وَاَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهٗ وَمَا هَدٰى (79

Artinya: “Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir (akan tenggelam).” Firaun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka (Musa dan pengikutnya), tetapi mereka (Firaun dengan bala tentaranya) digulung ombak laut (yang dahsyat) sehingga menenggelamkan mereka. Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi (mereka) petunjuk,” (QS. Taha: 77-79)

Dikisahkan dalam buku Agama Islam yang ditulis oleh Hj Hindun Anwar, wahyu yang pertama kali diterima Nabi Musa ialah langsung dari Allah. Wahyu tersebut menjadi tanda kenabian pada diri nabi Musa.

Bukit Thursina merupakan lokasi Musa berdialog dengan Allah SWT. Dalam surat Al Qashash ayat 31, Allah berfirman,

وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَٰمُوسَىٰٓ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ مِنَ ٱلْءَامِنِينَ

Artinya: “Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman,”

Mukjizat Nabi Musa sampai ke telinga Firaun. Ia lantas menentang sang nabi dan mengundang ahli sihir untuk melawan kekuatan Nabi Musa AS.

“Hai Musa, jika kamu memang benar, coba kamu buktikan pada ahli sihir ini,” kata Firaun.

Para ahli sihir memperlihatkan kemampuan mereka masing-masing. Mereka berhasil mengubah tali menjadi ular, namun Nabi Musa tidak takut dengan ancaman Firaun.

Tanpa ragu, Nabi Musa melemparkan tongkatnya. Atas izin Allah SWT, tongkat tersebut berubah menjadi ular yang besar dan memakan ular-ular kecil milik para ahli sihir.

Menyaksikan mukjizat Nabi Musa, para ahli sihir sangat terkejut. Setelah kejadian itu, mereka menjadi pengikut Musa dan beriman kepada Allah SWT.

Usai kejadian itu, pengikut Nabi Musa semakin banyak. Firaun semakin murka mengetahui hal tersebut hingga memerintahkan tentaranya untuk mengejar Musa sampai di Laut Merah.

Kala itu, Nabi Musa bingung. Sebab, tidak ada jalan selain melintasi Laut Merah, sementara bala tentara Firaun mengejar mereka di belakang.

Allah SWT segera memberi perintah kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya. Atas kuasa Allah, Laut Merah tersebut terbelah hingga membentuk jalan.

Nabi Musa dan pengikutnya segera berjalan melewati laut tersebut sampai tiba di seberang lautan. Bala tentara Firaun tidak menyerah, mereka terus mengejar Musa dan pengikutnya melalui jalan di laut yang muncul akibat pukulan tongkat Sang Nabi.

Setelah Nabi Musa dan pengikutnya sampai di seberang lautan, dipukulkan lagi tongkat itu ke laut. Seketika, Laut Merah kembali menutup dan menyebabkan Firaun beserta tentaranya tenggelam.

Kisah mengenai Nabi Musa yang membelah Laut Merah diabadikan dalam surat Al Baqarah ayat 50,

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ ٱلْبَحْرَ فَأَنجَيْنَٰكُمْ وَأَغْرَقْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan,”

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Musa yang Sempat Tampar Malaikat Maut


Jakarta

Kisah wafatnya Nabi Musa AS adalah salah satu peristiwa yang penting untuk dipelajari umat Islam. Nabi Musa AS wafat di usia 120 tahun. Sebelum wafatnya, Nabi Musa AS sempat menampar Malaikat Izrail hingga disebut matanya sampai terlepas.

Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam oleh Dwi Santosa Pambudi, Nabi Musa AS merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim AS dari nasab ayahnya. Nabi Musa AS memiliki istri bernama Shafura yang juga merupakan putri seorang nabi, yakni Nabi Syuaib AS.

Nabi Musa AS adalah nabi yang hidup di zaman kekuasaan raja Mesir, Fir’aun, di mana masyarakatnya penuh dengan kesesatan. Nabi Musa AS diutus oleh Allah SWT untuk menegakkan ketauhidan dan mengajarkan kitab Taurat.


Namun, atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS berhasil mengalahkan Fir’aun yang sombong dan sesat dengan mukjizat yang Allah SWT berikan kepadanya yakni, tongkat yang mampu membelah laut merah.

Hingga ajalnya tiba, ada kisah menarik saat menjelang wafatnya Nabi Musa AS yang dipertemukan dengan Malaikat Maut. Seperti apa kisahnya?

Kisah Wafatnya Nabi Musa AS

Kisah wafatnya Nabi Musa AS ini diambil dari buku Kisah-Kisah dalam Hadis Nabi oleh Muhammad Nasrulloh. Saat itu, Nabi Musa AS telah tiba waktunya untuk menghadap Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Musa AS.

Malaikat Izrail lantas diubah bentuknya oleh Allah SWT menjadi sesosok manusia ketika hendak mendatangi Nabi Musa AS. Kedatangan Malaikat Izrail yang tiba-tiba ini mengagetkan Nabi Musa AS. Sebab keterkejutannya itu, Nabi Musa AS pun memukul Malaikat Izrail hingga matanya juling dan terlepas. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Malaikat maut diutus kepada Musa AS. Ketika ia menemuinya, Musa AS mencungkil matanya. Malaikat maut lantas kembali kepada Tuhannya dan berkata, “Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak ingin mati.”

Rupanya, Nabi Musa AS mengira bahwa Malaikat Izrail yang menyamar sebagai manusia ini adalah seorang yang tidak dikenal yang hendak menyerangnya. Sehingga Nabi Musa AS berusaha melindungi diri.

Malaikat Izrail pun kembali untuk menghadap Allah SWT. Ia memberitakan bahwa Nabi Musa AS tidak ingin dicabut nyawanya. Kemudian Allah SWT mengutus Malaikat Izrail untuk turun kembali menemui Nabi Musa AS dan menanyakan perihal waktu kematiannya.

Lalu untuk kedua kalinya, Malaikat Izrail mendatangi Nabi Musa AS dalam wujud manusia lagi. Namun, kali ini Nabi Musa AS sudah mengenalinya.

Dalam pertemuan keduanya dengan Malaikat Maut, Nabi Musa AS dipersilakan Malaikat Izrail untuk memilih hidup lama atau dicabut nyawanya. Kemudian, Nabi Musa AS memilih untuk dicabut nyawanya saat itu juga.

Dikisahkan dari Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi, Nabi Musa AS kemudian bertanya kepada Malaikat Izrail. Nabi Musa AS bertanya, “Tanyakanlah kepada Tuhanku, apabila waktu itu telah habis bagaimana selanjutnya?”

Malaikat Izrail pun menjawab, “Kemudian ia harus mati.”

Maka Nabi Musa AS pun berkata, “Kalau begitu hari ini saja, karena waktu tersebut tidak terlalu lama.”

Begitulah kisah Nabi Musa AS wafat. Buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko menjelaskan bahwa Nabi Musa AS dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail ketika usianya 120 tahun.

Permintaan terakhir Nabi Musa AS sebelum meninggal adalah menginginkan untuk dimakamkan di dekat Baitul Maqdis. Nabi Musa AS pernah berdoa, “Ya Allah, dekatkanlah aku dengan tanah suci (Baitul Maqdis) hingga sampai sejauh lemparan batu saja.” Hingga Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Musa AS dengan memakamkan Nabi Musa AS tidak jauh dari Baitul Maqdis.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yaqub AS, Sosok Teladan yang Disebut Bapak Bani Israil



Jakarta

Nabi Yaqub AS termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan keturunan Ishaq AS sekaligus cucu dari Ibrahim AS.

Sosok Yaqub AS terkenal sebagai pribadi yang penyayang dan berbakti. Dijelaskan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Yaqub AS merupakan seorang anak yang sangat patuh terhadap perintah kedua orang tuanya.

Dirinya memiliki saudara kembar bernama Ish. Meski tumbuh besar bersama, sifat mereka ternyata bertolak belakang.


Pribadi Ish penuh iri dan dengki, bahkan tak segan berbuat maksiat. Berbeda dengan Nabi Yaqub AS yang baik hati, penyabar, menghindari keburukan, serta tenang.

Walau begitu, Yaqub AS tidak pernah sekalipun membalas perlakuan buruk Ish. Jika dirinya sudah tak tahan, maka ia melapor kepada sang ayah yaitu Nabi Ishaq AS.

Sikap Ish tidak berubah, bahkan setelah menikah sekalipun. Alih-alih menjadi pribadi yang lebih baik, Ish justru semakin sering menganiaya Nabi Yaqub AS hingga menyimpan dendam kepadanya. Ish merasa sang ibu lebih menyayangi Yaqub AS.

Akhirnya, Nabi Ishaq menitipkan Yaqub kepada saudara istrinya yang bernama Syekh Labban. Ia bertempat tinggal di Irak. Hal ini dimaksudkan agak Nabi Yaqub tidak lagi diganggu oleh Ish.

Masa kenabian Yaqub AS terjadi ketika Jibril berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah. Dalam surat Al Baqarah ayat 132, Allah SWT berfirman:

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: “Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dikisahkan bahwa Syekh Labban memiliki dua putri cantik yang bernama Layya dan Rahiel. Mulanya, Yaqub AS dijodohkan dengan Layya.

Namun, Nabi Yaqub lebih memilih Rahiel. Syekh Labban yang merupakan paman Nabi Yaqub AS lantas memintanya bekerja selama 7 tahun baru kemudian bisa menikahi Rahiel.

Usai 7 tahun menjadi penggembala kambing, Nabi Yaqub AS akhirnya dapat menikahi Rahiel. Setelahnya ia berniat menikahi Layya.

Lagi-lagi pamannya memberikan syarat padanya. Ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi untuk bisa menikahi Layya.

Yaqub AS pun menyanggupi. Hingga akhirnya ia bisa menikahi Layya. Selama 14 tahun ia harus berjuang untuk bisa menikahi putri dari pamannya itu.

Selain menikah dengan Layya dan Rahiel, Nabi Yaqub AS juga menikahi Zulfa dan Baihah yang kerap membantu Layya dan Rahiel.

Dari pernikahannya dengan 4 wanita itu Allah SWT mengaruniai 12 putra. Salah satu di antaranya kelak menjadi seorang nabi, yakni Nabi Yusuf AS.

Sementara itu, nama anak-anak lainnya ialah Bunyamin, Raubin, Syam’un, Lewi, Yahuda, Yasyzar, Zabulon, Dan, Neftalua, Jad, dan Asyir.

Menukil buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Thul Ihsan & Abu Azka, Nabi Yaqub AS juga disebut sebagai bapak kaum Bani Israil. Yaqub AS memiliki gelar Israil sehingga keturunannya disebut sebagai Bani Israil, yang termasuk ke dalamnya ialah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tongkat Nabi Musa Berubah Jadi Ular saat Hadapi Penyihir Firaun



Jakarta

Al-Qur’an menyajikan kisah para nabi dengan berbagai mukjizat dari Allah SWT. Salah satunya kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular.

Diceritakan dalam Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir, kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular berawal ketika Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk menghadap Fir’aun, raja Mesir yang menyembah berhala dan menindas Bani Israil. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meminta Fir’aun agar melepaskan Bani Israil dari perbudakan mereka.

Ketika Nabi Musa AS menginjak dewasa, ia mendapati perkelahian antara kaum Bani Israil dengan kaum Qibthi, kafir yang menyekutukan Allah SWT dan mendukung Fir’aun.


Nabi Musa AS memukul lelaki Qibthi tersebut dengan tongkat di tangannya dengan tujuan peringatan dan menakut-nakutinya. Namun, lelaki Qibthi tersebut meninggal. Nabi Musa AS pun ketakutan dengan Fir’aun dan bala tentaranya karena masyarakat mulai membocorkan informasi tersebut ke kalangan istana.

Fir’aun pun mengetahuinya dan mengutus orang untuk mencari dan menangkap Nabi Musa AS. Utusan Fir’aun tersebut memiliki hubungan dekat dengan Nabi Musa AS, sehingga ia memberitahukan Nabi Musa AS untuk segera keluar dari Mesir. Nabi Musa AS pun keluar dari Mesir dan menuju ke Kota Madyan.

Di Kota Madyan, Nabi Musa AS bekerja dan menikah dengan wanita penggembala kambing.

Setelah tugas Nabi Musa AS di Kota Madyan selesai, ia meninggalkan Kota Madyan bersama istrinya menuju Mesir. Di tengah perjalanan, Nabi Musa AS mendapati mukjizat Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat Nabi Musa AS tersebut berubah menjadi ular. Allah SWT memerintahkan mengulurkan tangan Nabi Musa AS dan mengambil ekor ular tersebut, ular tersebut berubah menjadi tongkat lagi.

Setibanya di Mesir, Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS (saudaranya) menghadap Fir’aun dan menyampaikan kerasulannya. Mereka juga menyampaikan perintah Allah SWT agar Fir’aun dan kaumnya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya serta melepaskan tahanan Fir’aun.

Fir’aun justru menyombongkan diri dan berbuat sewenang-wenang. Hingga terjadilah perdebatan antara Fir’aun dengan Nabi Musa AS.

Fir’aun meminta Nabi Musa AS untuk menunjukkan mukjizat Allah SWT. Atas permintaan tersebut, Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya dan tongkat Nabi Musa AS berubah menjadi ular raksasa yang sangat menyeramkan dengan mulut menganga mendekati Fir’aun. Fir’aun yang ketakutan lantas memerintahkan Nabi Musa AS menyingkirkan ular tersebut. Kejadian itu sampai membuat Fir’aun harus buang air besar 40 kali dalam sehari.

Kemudian, Nabi Musa AS menunjukkan mukjizat lainnya, yaitu dengan memulihkan keadaan tangannya yang putih bercahaya menjadi normal seperti semula di hadapan Fir’aun.

Nabi Musa AS pun meminta Fir’aun untuk mengumpulkan para penyihir. Ketika para penyihir hadir dan bersiap menghadapi Nabi Musa AS, beliau melemparkan tongkatnya kembali. Tongkat Nabi Musa AS berubah menjadi ular raksasa dan menyedot tongkat serta tali yang menyerupai ular hidup dari para penyihir itu.

Allah SWT telah menghancurkan kesombongan Fir’aun dan para pengikutnya dengan peristiwa yang mencengangkan tersebut.

Fir’aun pun berjanji kepada Nabi Musa AS bahwa dia akan melepaskan Bani Israil. Namun, Fir’aun tidak mau menanggapi dan memenuhi janjinya tersebut. Fir’aun mengatakan bahwa ia akan melepaskan Bani Israil jika Nabi Musa AS berhasil menghentikan wabah dan bencana di kerajaannya. Namun Fir’aun mengingkarinya.

Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meninggalkan Mesir bersama Bani Israil. Mengetahui hal itu, Fir’aun bersama pasukannya mengejar rombongan Nabi Musa AS.

Ketika akan tiba di lautan, Allah SWT memberikan menurunkan wahyu ke lautan agar membukakan jalan untuk Nabi Musa AS dan pengikutnya.

Setelah tiba di tepi lautan, Nabi Musa AS memukul tongkatnya dan terbukalah lautan hingga menjadi jalan untuk melarikan diri dari kejaran Fir’aun dan pasukannya.

Setelah Nabi Musa AS dan pengikutnya berhasil menyeberangi lautan, Nabi Musa AS pun memukul tongkatnya kembali dan lautan pun kembali menutup jalannya, hingga Fir’aun dan pasukannya binasa karena tenggelam di lautan.

Wallahu a’lam.

Hikmah dari Kisah Tongkat Nabi Musa Berubah Menjadi Ular

Dikutip dari buku Cerita-cerita Al-Qur’an Penuh Hikmah karya Albi Kustaman dan Anggit Kurniadi, hikmah dari kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular yaitu:

  • Menjauhkan diri dari sikap sombong dan keras kepala
  • Melembutkan hati agar mudah menerima kebenaran Allah SWT
  • Meyakinkan diri untuk menjalankan kebenaran Allah SWT dengan cara yang benar

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com