Tag Archives: Nabi SAW

Setiap Keburukan Pasti Ada Kebaikannya



Jakarta

Kebaikan dan keburukan merupakan dua hal yang berpotensi ada pada setiap diri manusia. Menurut Habib Ja’far, di balik suatu keburukan pasti ada kebaikannya.

Hal tersebut diungkapkan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (6/4/2023). Habib mengawalinya dengan mengatakan bahwa identitas umat Islam sebagaimana dibawakan Rasulullah SAW adalah selalu melihat kebaikan dan buta akan keburukan.

“Salah satu identitas umat Islam yang diproklamirkan oleh Nabi Muhammad itu adalah dia selalu melihat kebaikan dan buta akan keburukan. Sehingga dia selalu mengikuti jalan kebaikan dan tidak pernah ke-distract sama jalan keburukan,” ucap Habib Ja’far.


Habib Ja’far menjelaskan, seorang muslim sudah sepatutnya mencari hikmah di balik setiap keburukan. Sebab, kata Nabi SAW, pelajaran yang baik (al-hikmah) merupakan harta karun umat Islam yang harus kita cari.

Faktanya, kata Habib Ja’far, tidak ada manusia yang sepenuhnya buruk. Sebab, Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Hijr ayat 29,

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

Artinya: “Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya dan telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, menyungkurlah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Habib Ja’far menjelaskan, maksud roh dalam ayat tersebut adalah fitrah yang mana Nabi SAW katakan itu adalah suatu kesucian yang ada pada setiap manusia. Fitrah akan terus ada dan umat Islam sebaiknya melihat orang lain dengan fitrah tersebut.

“Nah, kita sebaiknya berfokus kepada fitrah itu sebagai kebaikan dalam melihat manusia lain. Sehingga kita selalu optimis untuk bisa membuat dia menjadi baik dan lebih baik,” ujar Habib Ja’far.

Allah SWT juga telah memerintahkan kepada umat manusia agar tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Dia berfirman,

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az Zumar: 53)

Bagaimana caranya melihat kebaikan dalam suatu keburukan? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Setiap Keburukan Pasti Ada Kebaikannya tonton DI SINI.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Allah Adalah Penjaga Terbaik



Jakarta

Allah SWT adalah sebaik-baiknya penjaga. Habib Ja’far menyebut, penjagaan Allah SWT ini disertai dengan kecintaan-Nya kepada hamba-Nya melebihi kecintaan seorang hamba terhadap dirinya sendiri.

Hal tersebut diungkapkan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Rabu (12/4/2023). Habib menyandarkan hal itu pada firman Allah SWT dalam surah Yusuf ayat 64,

قَالَ هَلْ اٰمَنُكُمْ عَلَيْهِ اِلَّا كَمَآ اَمِنْتُكُمْ عَلٰٓى اَخِيْهِ مِنْ قَبْلُۗ فَاللّٰهُ خَيْرٌ حٰفِظًا وَّهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ


Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Bagaimana aku akan memercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti halnya dahulu aku telah memercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu? Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”

Habib Ja’far menjelaskan bahwa Allah SWT begitu dekat dengan kita, hamba-Nya. Kedekatan ini mencakup pemeliharaan, pengawasan, dan sebagainya.

“Bukan berarti kedekatan itu yang bersifat tempat, tapi kedekatan itu dalam sifat pemeliharaan, penjagaan, pengawasan, dan lain sebagainya yang menurut sebagian ulama diwakili oleh para malaikat,” ujar Habib Ja’far.

Sebagaimana Allah SWT berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ ١٦

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS Qaf: 16)

Salah satu kisah yang menunjukkan betapa dekatnya Allah SWT kepada hamba-Nya dalam penjagaan adalah saat Abu Bakar Ash Shiddiq RA menemani hijrah Nabi Muhammad SAW dalam kejaran kaum kafir Quraisy. Habib Ja’far menceritakan, kala itu keduanya bersembunyi di Gua Tsur.

Abu Bakar Ash Shiddiq lantas bertanya kepada Nabi SAW, apakah musuhnya akan menemukan mereka. Lalu, Nabi SAW bersabda,

لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ

Artinya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Kisah ini Allah SWT abadikan dalam surah At Taubah ayat 40. Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Allah Adalah Penjaga Terbaik tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Etika dalam Berdoa



Jakarta

Doa merupakan permohonan seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam berdoa, ada etika yang perlu diperhatikan, tidak hanya sekadar memohon.

Pada detikKultum detikcom, Jumat (14/4/2023), Prof Nasaruddin Umar menerangkan mengenai etika berdoa sekaligus waktu mustajabnya saat Ramadan.

“Doa di dalam bulan suci Ramadan sangat ampuh bapak ibu, maka itu mari kita banya berdoa terutama pada detik-detik menjelang buka puasa dan imsak,” katanya menjelaskan.


Meski mustajab, dalam berdoa tentu harus ada etika dan akhlaknya. Prof Nasaruddin mengutip dari pendapat Imam Al-Ghazali terkait etika doa yang baik.

“Yang pertama disunnahkan berwudhu, kemudian kita juga menutup aurat, dan menghadap ke kiblat,” ujarnya.

Setelahnya, seorang hamba yang hendak berdoa jangan langsung memohon kepada Allah. Namun, pastikan bahwa batin sudah tenang agar tidak tergesa-gesa dalam berdoa.

Selanjutnya, angkatlah kedua tangan setinggi-tingginya. Rasulullah SAW sendiri setiap berdoa mengangkat tangannya hingga terlihat kedua ketiaknya.

“Lanjutkan dengan alhamdulillah hamdan syakirin, sesudah itu sholawat kepada Nabi SAW. Jangan langsung berdoa, lakukan dulu munajat,” urai Prof Nasaruddin.

Munajat, lanjutnya, merupakan sikap merendahkan diri di hadapan Allah. Usai bermunajat, barulah panjatkan doa.

“Tapi hati-hati, jangan sampai doa kita dipadati oleh doa-doa yang didikte pada hawa nafsu,” kata Prof Nasaruddin mengingatkan.

Maksud dari didikte hawa nafsu seperti doa yang hanya berlaku untuk jangka pendek, seperti meminta kekayaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Padahal, alangkah baiknya kita juga menyelipkan doa mengenai Allah dan Rasulnya.

Enggak ada tuh permohonan orang berdoa agar langgeng mencintai Allah, pernahkan kita berdoa seperti ini? Enggak. Doa kita terlalu didikte dengan hawa nafsu, banyak resikonya,” paparnya.

Prof Nasaruddin juga mengimbau agar kita berdoa dengan semestinya. Jangan sampai seorang hamba berdoa kepada Allah tapi melecehkan karena terkesan memerintah Tuhan. Dengan demikian, etika berdoa perlu diperhatikan.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kekuatan Doa bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Seseorang Tergantung Siapa Circle-nya, Selektiflah!



Jakarta

Lingkaran pertemanan, atau yang dalam bahasa Inggris disebut circle, turut mempengaruhi kepribadian seseorang. Hal itu juga memungkinkan akan menentukan puncaknya agama.

Hal tersebut dikatakan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Sabtu (15/4/2023). Habib menyebut, circle dapat menentukan berbagai hal. Mulai dari hobi, pekerjaan, kuliner yang disukai, nasib, hingga agama. Circle dalam hal ini bisa berupa teman atau lingkungan.

“Dan puncaknya adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad dalam riwayat Abu Hurairah, “Agama seseorang itu tergantung kepada teman dekatnya.” Maka selektiflah dalam memilih teman atau menentukan lingkungan di mana kita tinggal,” pinta Habib Ja’far.


Habib Ja’far menerangkan hal ini dengan memberikan perumpamaan sebagaimana disebut dalam sabda Nabi SAW bahwasanya seseorang dengan temannya itu adalah seperti pandai besi dan penjual minyak wangi.

Rasulullah SAW bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

Artinya: “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut Habib Ja’far, perumpamaan dalam hadits tersebut mengajarkan kepada kita agar berhati-hati dalam memilih lingkungan pertemanan supaya tidak membawa pengaruh buruk bagi kita.

Di sisi lain, kata Habib Ja’far, hadits tersebut juga mengajarkan bahwa ketika kita memiliki keimanan yang kuat, ekonomi yang mapan, dan kesadaran yang tinggi, seharusnya kita juga berkumpul dengan orang-orang yang lemah ekonominya, lemah imannya, dan lemah kesadarannya.

Mengapa demikian? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Seseorang Tergantung Siapa Circle-nya, Selektiflah! tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kemuliaan Salat Berjamaah



Jakarta

Salat lebih utama jika dilakukan secara berjamaah ketimbang sendirian. Meski terlihat sebagai amalan yang mudah, faktanya banyak yang lebih memilih salat sendiri dengan berbagai alasan, seperti ingin cepat menyelesaikan salat karena ada kesibukan.

Rasulullah SAW bersabda,

“Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendiri,” (HR Bukhari).


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Minggu (16/4/2023) menjelaskan bahwa salat berjamaah perbandingannya 1 : 27 jika di luar Ramadan.

“Tapi kalau dalam Ramadan itu dikali 10,” katanya menjelaskan.

Allah SWT pun kagum kepada hambanya yang mengerjakan salat berjamaah, ini sesuai dengan Imam Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Amru RA, beliau berkata:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh Allah Ta’ala kagum pada salat yang dikerjakan secara berjamaah,'” (HR Thabrani).

Selain itu, mereka yang menunggu salat berjamaah akan dianggap berada dalam salat. Para malaikat bahkan memohon ampunan baginya dan mendoakan rahmat untuknya. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Salah seorang di antara kalian jika duduk menunggu waktu sholat, selama tidak berhadats, maka malaikat akan berdoa baginya: ‘Wahai Allah, ampunilah ia, wahai Allah rahmatilah ia,'” (HR Muslim).

Pada bulan suci Ramadan, segala sesuatu dilakukan secara berjamaah atau bersama. Tidak hanya salat, bahkan buka puasa dan sahur sekali pun.

Karenanya, Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah. Sebab, ada kebahagiaan tersendiri dengan mengerjakan segala sesuatu secara bersama.

“Bulan suci Ramadan ini masyaAllah, bulan kebersamaan, bulan keberkahan,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholat Berjamaah dapat disaksikan DI SINI.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Sebesar Apapun Dosa, Jangan Berputus Asa



Jakarta

Sebagai manusia, tentulah kita tak luput dari segala kesalahan dan dosa. Meski begitu, kita tidak boleh berputus asa atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, pun dari rahmat Allah.

Dalam surat Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Arab latin: Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Berkenaan dengan itu Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (18/4/2023), menyampaikan kisah yang tertuang dalam sebuah hadits mengenai seorang pencuri kain kafan. Ia mengisahkan bahwa sang pemuda itu jatuh cinta terhadap kembang desa.

Sayangnya, tiap kali si pemuda yang tak lain pencuri kain kafan itu kerap ditolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Karena itu pula, pemuda tersebut frustasi.

Tiba-tiba tersiar kabar bahwa kembang desa itu meninggal. Mendengar hal itu, si pemuda makin frustasi dan sedih.

Namun, dia tak kehabisan akal. Setelah dikuburkan, jenazah si gadis desa itu diambil dari tanah kuburan dan diletakkan di pinggir makam.

“Bukan saja sampai di situ, tapi dia gauli (jenazah kembang desa) sampai sepuasnya. Setelah puas, kain kafannya pun juga diambil lalu ia pergi,” ujar Prof Nasaruddin menceritakan.

Semenjak kejadian itu, entah kenapa si pemuda merasa bersalah atas dosa yang ia perbuat. Sampai tiba-tiba, ia menangis sambil meraung-raung di dekat masjid Nabi SAW dan para sahabat.

Merasa terganggu, nabi dan para sahabat datang ke sumber suara sambil bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda tersebut. Ia lantas menjawab bahwa dirinya telah melakukan dosa yang sangat besar.

Pemuda itu menuturkan, saking besarnya dosa tersebut sampai-sampai melebihi Allah yang Maha Besar. Hal itu lantas membuat marah para sahabat, diusirnya lelaki itu.

Namun, Rasulullah SAW mendapat informasi dari Allah SWT untuk menyusul dan mencari pemuda itu. Sebab, dirinya tengah melakukan pertobatan yang luar biasa.

Setelah mendaki puncak gunung, bertemulah Nabi SAW dengan si pemuda yang sebelumnya diusir itu. Di sana, Rasulullah kembali bertanya agar lelaki itu mau memberi tahu dosa yang dikerjakannya.

Kisah selengkapnya dapat disaksikan dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Tidak Boleh Berputus Asa, klik DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Penyebab Jodoh Tak Kunjung Datang



Jakarta

Jodoh merupakan rahasia Allah SWT yang waktunya telah ditetapkan oleh-Nya. Ada beberapa hal yang menyebabkan jodoh tak kunjung datang.

Menurut Habib Ja’far, hal pertama yang harus kita sadari terkait hal ini adalah bahwa jodoh itu akan datang di waktu yang tepat, bukan di waktu yang cepat. Ia mengatakan, bisa saja jodoh yang tak kunjung datang ini adalah cara Allah SWT agar kita lebih siap mendapatkan jodoh terbaik.

“Dengan begitu bisa jadi apa yang kau sebut sebagai keterlambatan datangnya jodohmu itu adalah cara Allah untuk menyiapkan kamu guna mendapatkan jodoh terbaik atau menyelamatkan kamu dari terjebaknya pada hubungan yang toxic,” kata Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Rabu (19/4/2023).


Karena itu, kata Habib Ja’far, kita tidak boleh berprasangka buruk atas ketetapan Allah SWT terhadap jodoh kita. Kita perlu yakin bahwa tidak ada kata terlambat pada jodoh jika telah mengupayakan secara lahir dan batin.

Habib Ja’far menukil sabda Nabi SAW bahwasanya pernikahan itu adalah bagi yang mampu dan jika tidak mampu maka kita dianjurkan untuk berpuasa. Rasulullah SAW bersabda kepada seorang pemuda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

Artinya: “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).'” (HR Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi)

Habib Ja’far menjelaskan, mampu dalam hal ini bukan hanya secara fisik, tapi juga kemampuan dari segi finansial, terutama bagi laki-laki yang menjadi pemberi nafkah. Juga dalam hal kesiapan mental.

Kemungkinan yang kedua, kata Habib Ja’far, bisa saja Allah SWT telah memberikan petunjuk tentang siapa jodoh kita, tapi kita lalai dan akhirnya mengabaikan petunjuk tersebut.

Bagaimana agar kita peka terhadap petunjuk Allah SWT tentang jodoh kita? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Penyebab Jodoh Tak Kunjung Datang tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Materi Kultum Singkat yang Menarik Sebagai Renungan Kehidupan


Jakarta

Kultum merupakan singkatan dari “kuliah tujuh menit”. Setiap kegiatan ceramah yang dilakukan dengan durasi relatif sebentar dianggap sebagai kultum.

Dalam perkembangannya, kultum bukan hanya dilakukan saat bulan Ramadhan saja, tetapi juga dalam banyak acara keagamaan dengan durasi yang tidak membutuhkan waktu panjang.

Kultum merupakan salah satu variasi dalam menyampaikan dakwah atau bentuk ajakan kepada orang lain dalam hal kebaikan, seperti untuk mempelajari agama Islam. Allah SWT berfirman dalam surah Fussilat ayat 33,


وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

Maka, untuk mengamalkannya, ada baiknya jika kita mampu menyebarkan secara lisan melalui beberapa kultum singkat berikut ini, baik pada sebuah pertemuan secara langsung ataupun kita sebarkan melalui media-media digital saat ini.

5 Materi Kultum Singkat Menarik untuk Renungan

Berikut adalah beberapa kultum singkat yang bisa dijadikan renungan untuk kehidupan. Kultum singkat ini dirujuk dari buku Materi Kultum Ustadz Milenial yang disusun oleh Ust. Haidar Musthofa, dan buku Berkaca Pada Jiwa yang disusun oleh Prito Windiarto dkk.

1. Kekurangan Adalah Anugerah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah rabbil ‘alamin, wassalatu wassalamu ‘ala ashrafil anbiya’i wal mursalin, sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Hadirin yang dirahmati Allah, kali ini saya akan mengajak Anda belajar bersama-sama tentang kekurangan yang kita miliki yang sebenarnya adalah anugerah.

Alkisah, suatu hari, sebuah toko hewan peliharaan memasang iklan yang menarik perhatian anak-anak, bertuliskan “Dijual Anak Anjing.” Seorang anak laki-laki pun datang ke toko dan bertanya, “Berapa harga anak anjing yang dijual?”

Pemilik toko menjawab, “Harganya antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000.”

Anak itu merogoh saku dan mengeluarkan uang, “Aku hanya punya Rp 275.000. Bolehkah aku melihat anak anjing-anjing itu?”

Pemilik toko tersenyum dan memanggil anjing-anjingnya. Tak lama kemudian, muncul anjing bernama Lady dengan lima anak anjing yang berlari-lari di toko. Namun, ada satu anak anjing yang tampak tertinggal, berlari pelan.

Anak itu menunjuk anak anjing yang berbeda dari yang lain dan bertanya, “Kenapa anak anjing itu lambat?”

Pemilik toko menjelaskan bahwa anak anjing itu memiliki kelainan di pinggulnya dan akan tetap cacat seumur hidupnya.

Anak lelaki itu kemudian berkata, “Aku ingin membeli anak anjing yang cacat itu.”

Namun, pemilik toko mencoba menasehati, “Jangan beli anak anjing itu. Dia tidak bisa berlari cepat dan tidak bisa bermain seperti anak anjing lainnya.”

Tetapi anak laki-laki itu tetap teguh, “Aku tetap ingin membeli anak anjing itu. Saya akan bayar penuh. Saat ini saya hanya punya Rp 275.000, tapi setiap hari saya akan mengangsur Rp 5.000 sampai lunas.”

Pemilik toko menolak, “Aku rasa kamu tak perlu membeli anak anjing yang cacat itu. Dia tidak bisa bergerak seperti anak anjing lain.”

Anak itu terdiam, lalu ia menarik celana panjangnya. Ternyata, ia juga memiliki kaki yang cacat. Ia berkata, “Tuan, aku pun tidak bisa berlari cepat atau bermain seperti anak laki-laki lain. Jadi, aku tahu anak anjing ini membutuhkan seseorang yang memahami dan peduli terhadap keadaannya.”

Hadirin, Allah SWT tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya, laa yukallifullahau nafsan illaa wu’ahaa.

Jika kita diciptakan dengan kekurangan, itu berarti kita dipercaya oleh Allah untuk menghadapi tantangan tersebut. Karena pada hakikatnya, setiap manusia tentu menginginkan kesempurnaan, bukan?

Namun, ketika kita memiliki kekurangan, Allah pasti juga memberikan kelebihan lain kepada kita, meskipun mungkin kita belum menyadarinya. Terkadang, ada cara-cara yang mungkin terlihat aneh bagi akal manusia, tetapi ternyata bisa terbukti dan bermanfaat.

Jika kita belum menemukan kelebihan itu, mari terus menggali potensi yang ada dalam diri kita. Ingatlah, kekurangan yang kita miliki sebenarnya adalah bagian dari anugerah Allah yang harus kita syukuri.

2. Awas, Mulutmu Harimaumu!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Innalhamdalillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu wa nastahdihi wa na’udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyi’ati a’malina, man yahdihi Allahu fa la mudhilla lahu wa man yudhlil fa la haadiya lah. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh. Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala muhammad wa ‘ala aalihi wa sahbihi wa man iqtada bi hudaahu ila yawmil qiyamah. Amma ba’du.

Hadirin yang dirahmati Allah, kadang kala malapetaka bersumber dari lisan. Gara-gara mulut blak-blakan, bisa membuat orang nginep di penjara. Gara-gara mulut blak-blakan, bisa membuat muka hancur tidak karuan.

Gara-gara mulut blak-blakan, keluarga malah jadi taruhan. Makanya ada istilah “mulutmu harimaumu”, “lidah lebih tajam daripada pedang”, “lidah memang tak bertulang”, dan lain sebagainya.

Namun kalau dipikir-pikir, memang begitu kenyataannya. Lidah kita keseleo sedikit saja, bisa jadi urusan serius. Oleh karena itu, kita perlu menjaga lisan, kalau memang kita mengaku umat Nabi Muhammad SAW, kita harus ingat pesan Beliau,

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbicara hal-hal yang baik, yaitu menjaga lisan, atau kalau memang tidak bisa, lebih baik diam saja.”

Alat komunikasi yang satu ini memang harus dijaga dengan baik. Kalau tidak, bisa jadi rumit. Tapi kadang orang sering lupa, termasuk kita, kalau bicara asal saja, tidak dipikir dulu.

Padahal Islam telah mengajarkan etika bicara. Jika seseorang hendak berbicara, hendaklah dipikir terlebih dulu.

Kalau kita perhatikan, banyak hal yang berhasil tidaknya dan berjalan tidaknya, diukur oleh lisan dan kualitas komunikasi kita. Seorang marketer bisa mendapatkan nasabah, umumnya ditentukan oleh kualitas komunikasinya.

Semakin bagus kualitas komunikasi si marketer, semakin besar peluang keberhasilannya. Sebaliknya, jika kualitas komunikasi si marketer buruk, jangan harap ia akan mendapatkan nasabah.

Jika ada orang yang sakit hati karena lisan kita, sungguh kita telah berdosa. Untuk mendapatkan ampunan dosa tersebut, tidak cukup hanya memohon ampun kepada Allah SWT, karena selain berdosa kepada Allah SWT, kita juga berdosa kepada orang yang sudah disakiti hatinya.

Makanya jangan menganggap hal ini sepele. Lisan liar bisa membuat kebaikan terbakar. Lisan kotor bisa membuat hati juga gersang. Ingat pesan Nabi SAW, seorang hamba yang beriman hendaknya berkata/berbicara yang baik-baik, yang diridai oleh Allah SWT, karena dengan hal tersebut ia akan ditinggikan derajatnya.

Sebaliknya, seorang hamba yang suka berbicara dengan perkataan yang sangat dibenci oleh Allah, maka ia akan ditempatkan di neraka Jahanam. Terlebih lagi kalau orang sudah kebiasaan bicara yang kurang elok, seperti **lol, b***, dan lain sebagainya.

Perlu diketahui, bahwa alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, merespon apa pun yang dilakukan oleh manusia, termasuk ucapannya. Misalnya ada seseorang yang di halaman depan rumahnya ada satu pohon mangga, mangganya tidak pernah berbuah dan setiap hari hanya berhasil merontokkan daun-daunnya.

Oleh karena itu, orang tersebut setiap hari harus membersihkan rontokan daunnya. Sambil menyapu dia selalu mengumpat, “Kau ini tidak mau berbuah, bisanya cuma bikin cape saja.” Terus-terusan dia melancarkan umpatan-umpatannya.

Sampai akhirnya pohon tersebut malah lebih sering dan lebih banyak rontok daun-daunnya. Selanjutnya, rontoklah ranting-rantingnya dan satu cabang besarnya patah menimpa rumahnya.

Oleh karena itu, kita harus selalu ingat, bahwa “mulutmu harimaumu!”

3. Mencari Solusi dengan Memberi

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi hamdan kasiran kama amar, fantahuu ‘amma naha ‘anhu wa hazzara. Asyhadu alla ilaha illallahal wahid al-Qahhar, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu sayyidu al-abrar. Fasalawatu allahi wa salamuhu ‘alayhi wa ‘ala aalihi wa sahbihi wa man tabi’a hudahuu ila yawmil ba’thi wal nusyuuri. Amma ba’du.

Hadirin yang dimuliakan Allah, ternyata untuk mencari solusi dari rumitnya masalah yang menyelimuti kehidupan kita, tidak harus selalu dengan upaya dan kerja keras untuk mendapatkan semua yang kita inginkan untuk keluar dari masalah tersebut, tetapi juga bisa dengan memberikan sebagian dari apa yang dikaruniakan kepada kita.

Suatu hari, dua anak kecil yang bersaudara tampak sibuk di pojok halaman rumah. Salah satu dari mereka tampak membungkuk, seolah sedang mencoba mengambil sesuatu dari dalam sebuah lubang kecil, sementara adiknya tampak serius memperhatikan sambil sesekali menengok ke arah lubang itu. Tangan kanannya erat memegang ranting kecil.

“Dapat, Kak?” tanya sang adik dengan penuh rasa ingin tahu.

“Belum, Dik. Lubangnya dalam sekali,” jawab sang kakak, yang masih mencoba memasukkan tangannya lebih dalam ke dalam lubang.

Ternyata, kedua anak itu sedang berusaha mengambil bola pingpong yang terjatuh ke dalam lubang. Kini giliran sang adik yang mencoba mencari-cari dengan rantingnya, berharap bola pingpong itu bisa tersangkut di ujung ranting dan keluar dari lubang. Namun, selalu saja ia gagal.

Melihat kebingungan anak-anaknya, sang ibu mendekat dan bertanya dengan penuh perhatian. Setelah melihat mereka, sang ibu mengangguk pelan.

“Belum berhasil, Nak?” tanya sang ibu dengan lembut, memberikan isyarat kehadirannya.

“Belum, Bu. Lubangnya dalam sekali,” jawab kedua anak itu, tampak kecewa.

Dengan bijak, sang ibu berkata, “Nak, coba isikan air ke dalam lubang itu! Nanti bola itu akan keluar dengan sendirinya.”

Hadirin yang dirahmati Allah, dalam hidup kita, sering kali kita menghadapi masalah yang terasa seperti mencoba mengeluarkan sesuatu dari lubang yang dalam dan gelap. Dalam menghadapi masalah tersebut, kita memerlukan cara yang bijaksana agar apa yang kita inginkan bisa tercapai dengan lebih mudah.

Namun, tidak semua orang memahami bahwa solusi untuk masalah hidup tidak selalu terletak pada upaya kita untuk “mengambil” sesuatu, tetapi lebih kepada semangat untuk memberi.

Ketika kita memberikan sesuatu, baik itu waktu, perhatian, atau usaha, maka kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Dengan memberi, kita malah bisa memperoleh solusi yang lebih baik untuk masalah yang kita hadapi.

Tepat sekali apa yang diucapkan oleh sang ibu kepada kedua anaknya, “Penuhi lubang dengan air, maka ia akan memberimu bola!” Oleh karena itu, jangan pernah letih dengan pekerjaan memberi, karena dengan memberi, setiap langkah kita selalu diringi dengan solusi. Ingat sabda Nabi SAW:

“Salah satu hamba Allah yang akan diberikan keberkahan dan kebahagiaan hidup adalah mereka yang dermawan.” (HR. Ad-Darimi)

4. Jangan Pernah Abaikan Peran Orang Lain

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahilladzi khalaqal mawta wal-hayatal liyabluwakum ayyukum ahsanu’amala. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu la nabiyya ba’dahu. Allahumma salli wa sallim ‘alannabiyal alamiin sayyidina muhammad rasulin kariim wa ‘ala aalihi wa sahabatihi ajma’in, wa man ittaba’a hudahu ilayawmiddin. Amma ba’du.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Alkisah, ada dua orang lelaki yang selamat dari kapal karam dan terdampar di sebuah pulau kecil yang sepi setelah terjebak dalam badai besar. Mereka hanya memiliki satu cara untuk bertahan hidup, berdoa kepada Allah SWT. Mereka sepakat untuk tinggal terpisah di dua sisi pulau dan masing-masing akan berdoa untuk kebutuhan mereka sendiri.

Lelaki pertama mulai memanjatkan doa agar diberikan makanan, dan keesokan harinya ia mendapati sebuah pohon buah-buahan tumbuh di dekat tempat tinggalnya. Sementara itu, di sisi pulau tempat lelaki kedua tinggal, tidak ada perubahan sama sekali.

Beberapa hari kemudian, lelaki pertama berdoa agar diberikan seorang istri. Tak lama setelah itu, sebuah kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi tempat lelaki pertama tinggal. Sedangkan lelaki kedua, meski telah berdoa, tidak merasakan adanya perubahan dalam hidupnya.

Begitu seterusnya, lelaki pertama terus berdoa dan menerima beragam kenikmatan, mulai dari rumah, pakaian, hingga makanan. Semua doanya dikabulkan Allah SWT, sementara lelaki kedua tetap tidak mendapatkan apa-apa.

Pada akhirnya, lelaki pertama memutuskan untuk berdoa agar diberikan sebuah kapal, agar ia dan istrinya bisa meninggalkan pulau tersebut. Tidak lama kemudian, kapal tersebut memang muncul dan siap untuk mengantarkan mereka pergi.

Namun, ada sebuah rahasia yang belum diketahui oleh lelaki pertama. Anda tahu? Ternyata, doa yang dipanjatkan oleh lelaki kedua bukanlah doa untuk dirinya sendiri, melainkan doa untuk kebaikan lelaki pertama. Ia berdoa agar segala permintaan lelaki pertama dikabulkan.

Itulah kebanyakan dari kita, setelah kita telah meraih kesusksesan, kita kadang lupa bahwa ada peran orang lain yang mungkin tidak pernah kita sangka ternyata sangat berperan dalam langkah kita menuju kesuksesan.

Allah SWT telah mengajarkan kepada kita di dalam Al-Qur’an untuk berdoa, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk orang lain dan orang-orang terdahulu dari kita.

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.” (Al Hasyr: 10)

Hadirin yang dirahmati Allah, begitu indah dan dalam makna doa yang kita panjatkan. Jika kita teliti, doa untuk diri sendiri biasanya hanya berisi permohonan ampunan dari Allah SWT, sementara doa untuk orang lain, terutama bagi mereka yang lebih dahulu beriman, menunjukkan sebuah kedalaman hati yang luar biasa.

Dalam doa tersebut, kita juga meminta agar hati kita disatukan dalam kebersihan dan ketulusan, tanpa ada perasaan kedengkian atau iri hati terhadap sesama. Kebersihan hati ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kebaikan bersama.

Rasulullah SAW pun mengajarkan kepada kita untuk mendoakan saudara kita di saat tidak diketahui oleh orang lain, terutama untuk orang yang kita doakan. Lisan orang berdoa untuk saudaranya adalah wasilah agar doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

“Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya dalam kondisi tidak ada orang yang mengetahuinya, kecuali malaikat yang diutus mengatakan kepadanya, ‘Dan bagimu apa yang engkau minta untuk saudaramu.” (HR. Muslim)

Kehadiran malaikat yang mengaminkan permohonan seseorang sebagaimana permohonan orang tersebut kepada saudaranya, mengandung makna lain, bahwa doa tersebut diucapkan kembali kepada diri sendiri. Mendoakan orang lain, menunjukkan perhatian kita kepada orang lain.

Sikap kepedulian dan empati ini yang dianjurkan oleh Islam. Maka, mendoakan orang lain secara tidak langsung menghilangkan perasaan keegoisan dalam diri.

Seseorang yang kerap mendoakan orang lain akan lebih dekat dengan realita hidup dan lebih sadar dengan keterbatasan sebagai hamba-Nya. Mereka lebih merasakan syukur yang lebih dalam daripada kondisi diri yang dialami, karena melihat kondisi orang lain yang lebih berat.

5. Hargailah Waktu, Maka Waktu pun akan Memberi Penghargaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ya nabi salam alaika,
Ya Rasul salam alaika,
Ya habib salam alaika,
Shalawatullah alaika.

Sungguh sangat singkat Allah mengutus Rasul kita tercinta di muka bumi, baginda Nabi Muhammad SAW, tapi betapa luar biasanya yang beliau kerjakan dalam waktu yang sangat singkat itu, memberikan dampak perubahan yang besar bagi umat manusia.

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat menghargai waktu. Setiap detik dalam hidup beliau digunakan dengan penuh makna, tidak ada yang sia-sia. Setiap langkah dan perbuatan beliau bernilai ibadah, yang layak mendapatkan cinta dan penghargaan dari Allah SWT.

Sebagai umat yang mencintai Rasulullah, kita diajak untuk meneladani sikap beliau dalam mengelola waktu. Hidup di dunia ini sangat singkat, bahkan usia kita lebih singkat lagi.

Pernahkah kita merenung sejenak, untuk apa saja waktu yang telah berlalu? Apakah kita menggunakannya untuk beribadah kepada Allah, ataukah hanya untuk memuaskan keinginan duniawi semata?

Hidup kita di dunia ini hanya sementara, sebuah tempat persinggahan untuk mempersiapkan bekal menuju kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Jika kita diberi umur 63 tahun, dan dalam waktu itu kita mengisinya dengan amal kebaikan dan ibadah kepada Allah, maka nikmatilah surga yang penuh dengan kenikmatan sebagai ganjaran atas setiap amal yang kita kerjakan.

Ibadah kita di dunia ini mungkin terasa singkat, namun balasannya sangat luar biasa, berlipat ganda. Sebaliknya, jika kita menghabiskan waktu hidup dengan kemaksiatan, meskipun hanya dalam waktu yang singkat, itu bisa menjadi sebab kita terjerumus ke dalam azab neraka yang kekal.

Oleh karena itu, marilah kita bijak dalam memanfaatkan waktu yang telah diberikan Allah SWT, agar kita tidak termasuk dalam golongan yang merugi.

Benarlah firman Allah SWT dalam surat Al-Ashr,

وَالْعَصْرِۙ ۝١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ۝٣

Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali bagi orang- orang yang beriman dan beramal sholeh, dan nasihat menasihati dalam hal kebaikan, serta nasihat menasihati dalam kesabaran.”

Orang-orang yang merugi adalah mereka yang menyia-nyiakan waktu hidupnya dengan hal-hal yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka. Mereka seringkali tidak percaya bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan, atau bahkan lebih parah lagi, mereka yang menganggap bahwa tidak ada kehidupan setelah mati.

Banyak di antara kita yang terpedaya oleh kehidupan duniawi, menganggapnya sebagai tujuan utama, dan menghalalkan segala cara untuk meraih kesenangan sesaat. Dalam pengejaran kenikmatan dunia, mereka melupakan kematian dan kehidupan setelahnya.

Tidak sedikit pula yang merasa waktu mereka masih panjang, dengan alasan usia muda, sehingga menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Padahal, siapa yang bisa menjamin bahwa umur kita masih panjang? Kita mungkin merasa sehat dan bahagia saat ini, tetapi kematian bisa datang kapan saja, bahkan dalam keadaan yang tak terduga.

Seseorang bisa saja meninggal di usia muda, meskipun tampak sehat dan penuh energi. Ajal tidak mengenal usia atau kondisi fisik; ia bisa datang kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu, karena setiap detik yang berlalu begitu berharga.

Jika kita benar-benar memahami betapa berharganya waktu, tentu kita tidak akan menyia-nyiakannya. Harta bisa dicari, emas bisa dibeli, namun waktu yang telah terlewat tidak akan pernah bisa kembali. Kita tidak bisa mengulang waktu yang telah hilang, dan meskipun kita menangis dan memohon, masa lalu tidak akan terulang.

Oleh karena itu, mari kita renungkan betapa pentingnya untuk memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya, dengan beribadah kepada Allah SWT, dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Jangan tunda kebaikan, karena waktu yang telah berlalu tidak akan bisa kembali.

Dunia itu alam fana, janganlah terlena dengan gemerlapnya. Ada alam yang lebih gemerlap yang sedang menanti kita, yang kekal abadi. Allah SWT akan memanggil hamba yang dicintainya dengan kalimat cintanya,

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ۝٢٧ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًۚ ۝٢٨ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ ۝٢٩ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Arab Latin: “Ya ayyatuhannafsul muthmainnah irji’i ilaa rabbiki radiyatammardiyyah fadkhuli fii ‘ibadii wadkhuli janntii!”

Artinya: “Wahai jiwa-jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati ridho dan diridhoi-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (Al-Fajr: 27-30)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Awal Ramadhan Sesuai Sunnah agar Dapat Keberkahan



Jakarta

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Umat Islam bisa membaca doa awal Ramadhan agar senantiasa mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Seperti yang disampaikan dalam buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah karya Abdullah Zaedan, bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Ada banyak sekali doa dan amalan yang bisa kita lakukan untuk meraih keutamaan di bulan ini, misalnya saja dengan membaca doa awal Ramadhan.

Sementara itu, Yusuf Burhanudin dalam buku Misteri Bulan Ramadhan memaparkan mengenai makna dari bacaan doa tersebut. Doa awal Ramadhan atau doa menyambut Ramadhan ini mengandung lima permohonan. Permohonan tersebut antara lain:


  • Memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberi kesehatan sehingga bisa menyambut Ramadhan dengan stamina dan fisik yang prima.
  • Dijauhkan dari segala penyakit jasmani dan rohani sehingga bisa menyambut Ramadhan dengan sempurna.
  • Memohon kepada Allah SWT agar menjauhkan bulan Ramadhan dari segala bencana.
  • Supaya Ramadhan tetap dijaga kesucian dan keberkahannya.
  • Agar Allah SWT senantiasa menerima seluruh jerih payah amal perbuatan selama bulan Ramadhan.

Berikut bacaan doa awal Ramadhan sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW.

Doa Awal Ramadhan Arab, Latin, dan Artinya

1. Doa Awal Ramadhan Sesuai Sunnah

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـيْ رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلاً

Allahumma sallimni li ramadhaana wa sallim lii ramadhaana wa tasallamhu minni mutaqobbalan

Artinya: “Ya Allah, selamatkanlah aku untuk bulan Ramadhan dan selamatkanlah bulan Ramadhan untukku, serta selamatkanlah Ramadhan dariku demi amal ibadah yang diterima.” (HR Thabrani dan al-Dailami)

2. Doa Melihat Hilal Ramadhan

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ هِلَالُ رُشْدٍ وَخَيْرٍ

Allahumma ahillahu ‘alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah. Hilalu rusydin wa khairin

Artinya: “Ya Allah, perlihatkanlah hilal itu kepada kami dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, hilal petunjuk dan kebaikan.” (Dinukil dari Kitab Riyadhus Shalihin)

3. Doa agar Bertemu Bulan Ramadhan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan

Artinya: “Ya Allah berilah keberkahan pada kami di bulan Rajab, bulan Syaban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan.” (HR Ahmad)

Disebutkan dalam buku Kumpulan Tanya Jawab Islam yang disusun oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, doa menyambut Ramadhan tersebut sudah bisa dipanjatkan sejak bulan Rajab.

Dijelaskan dalam doa tersebut mengandung makna yang tersirat, di mana dua bulan sebelum Ramadhan kita sudah mengharap dan mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Ramadhan bulan yang suci dan mulia.

Penetapan Awal Ramadhan

Masih dalam buku yang sama dijelaskan bahwa para jumhur ulama sepakat penetapan awal Ramadhan dilakukan dengan salah satu dari dua cara, yaitu:

  • Dihitung dengan melihat hilal (tanggal) bulan Ramadhan bila tidak ada yang menghalangi pandangan seperti mendung, awan, asap, debu dan lain-lain.
  • Dengan menyempurnakan bulan Syaban menjadi 30 hari, bila tanggal 29 Syaban ada penghalang rukyatul hilal.

Hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW,

صُوْمُوا لِرُؤْيَتِهِ وَافْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا

Artinya: “Berpuasalah kalian apabila melihat bulan, dan berbukalah (berhari raya-lah) kalian, apabila telah melihat bulan. Namun, jika pandanganmu terhalang oleh awan, maka sempurnakan bulan Syaban itu sampai dengan 30 hari” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah penjelasan mengenai doa awal Ramadhan lengkap dengan artinya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Pembuka dan Penutup Majelis, Dibaca agar Meraih Keberkahan



Jakarta

Ketika seseorang menghadiri suatu majelis ilmu, maka hendaknya ia berdoa saat memulai hingga mengakhirinya kembali. Doa apa yang dapat dilafalkan?

Menukil buku Memaknai Kehidupan oleh Abdul Hamid, kata majelis berasal dari bahasa Arab ‘majlis’ yang artinya tempat duduk. Sementara dalam konteks ini, majelis ilmu atau sering disapa majelis taklim yang dimaksud.

Sehingga, majelis ilmu atau taklim didefinisikan sebagai tempat untuk mengadakan pengajaran atau pengajian keagamaan Islam.


Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr dalam bukunya Fiqih Doa & Dzikir Jilid 2 mengemukakan bahwa setiap muslim dianjurkan untuk menjaga majelis-majelisnya agar tidak sia-sia, hingga tak diisi dengan kebatilan dan hal-hal yang mampu mendatangkan mudarat kelak di akhirat.

Majelis sepatutnya digunakan dengan perkara bermanfaat dari urusan dunia dan agama. Yang demikian akan menjadi kebaikan bagi seseorang lantaran memelihara dan memakmurkannya dengan dzikir atau mengingat Allah SWT

Sebagaimana Nabi SAW melalui sabdanya riwayat Abu Hurairah menyebutkan perumpamaan bagi sebuah kalangan yang tidak berdzikir dalam majelisnya. Beliau SAW menuturkan:

“Tidaklah suatu kaum berdiri dari majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah SWT padanya, melainkan mereka berdiri dari seperti bangkai himar dan itu menjadi kerugian bagi mereka.” (HR Abu Dawud)

Maksud dari hadits tersebut dijelaskan oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, yang mana orang yang menghadiri majelis ilmu tanpa mengingat Allah SWT dengan berdzikir atau ibadah dan amalan lain, yang ada mereka hanya berbuat seperti ghibah, maka tak ada apa pun yang mereka peroleh kecuali dosa.

Agar majelis taklim berlangsung dengan dipenuhi manfaat, keberkahan serta ridha Allah SWT, hendaknya muslim memulai sampai mengakhirinya dengan bacaan doa memohon kepada-Nya.

Doa Pembuka Majelis

Mengutip buku Doa Para Nabi dan Rasul oleh Nurul Huda, untuk memulai majelis hendaknya melafalkan doa yang diambil dari Surat Al-A’raf ayat 43:

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ

Latin: Alhamdulillaahil ladzii hadaanaa lihaadzaa wa maa kunnaa linahtadiya laulaa an hadaanaa-Allaahu

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.”

Doa Penutup Majelis

Lafaz doa diajarkan langsung oleh Rasul SAW lewat sabdanya yang diriwayatkan Abu Hurairah, yang dikutip dari buku Fiqih Doa & Dzikir Jilid 2.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Latin: Subhaanaka allahumma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik

Artinya: “Maha Suci Engkau, Ya Allah Rabb kami, dan dengan pujian-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang haq kecuali Engkau. Aku mohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR Tirmidzi & Abu Dawud)

Itulah doa pembuka dan penutup majelis ilmu yang bisa muslim amalkan agar mendapatkan ridha Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com