Tag Archives: Nabi SAW

Doa Nabi Yunus untuk Apa? Benarkah dapat Mengabulkan Hajat?


Jakarta

Dalam Islam, doa adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Allah SWT. Melalui doa, kita dapat menyampaikan segala keluhan, harapan, dan permohonan kita.

Doa Nabi Yunus merupakan salah satu doa populer yang sering kita bacakan sebagai kaum Muslim. Lantas, doa Nabi Yunus untuk apa?

Bacaan Doa Nabi Yunus

Menurut buku Mutiara Doa Para Nabi dan Rasul dari Al-Qur’an dan Hadis karya Ahmad Suhendra, doa ini dibaca oleh Nabi Yunus AS ketika berada dalam perut ikan paus untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT.


Berikut ini adalah doa Nabi Yunus lengkap, Arab, Latin, dan artinya:

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazzaalimiin

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Doa Nabi Yunus ini merupakan potongan dari surat Al-Anbiya ayat 87. Allah SWT berfirman,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧

Artinya: “(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim’.”

Doa Nabi Yunus untuk Apa?

Dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi karya Syamsuddin Noor, dijelaskan bahwa dalam kitab Fathul Mu’in karya Imam Zainuddin bin Abdul ‘Aziz Al Malebari, disebutkan bahwa doa Nabi Yunus dapat diamalkan ketika seseorang memohon petunjuk saat menghadapi kesulitan.

Selain itu, doa ini juga dianjurkan untuk dibaca ketika seseorang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga mengungkapkan keistimewaan doa Nabi Yunus AS. Doa ini disebut dapat mengabulkan permohonan dari seorang muslim kepada Allah SWT.

دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Artinya: “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: ‘Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin’ Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR At Tirmidzi).

Keistimewaan Doa Nabi Yunus

Doa Nabi Yunus AS memiliki keutamaan yang luar biasa. Umat Muslim dianjurkan untuk mengucapkan doa Nabi Yunus AS agar mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Berdasarkan buku Tadabbur Doa Sehari-hari karya Jumal Ahmad, terdapat beberapa hadis yang menjelaskan keutamaan doa Nabi Yunus AS. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash RA, di mana Nabi SAW bersabda:

“Doa Nabi Yunus tatkala ia berada di dalam perut ikan: Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Sesungguhnya tak seorang muslim yang berdoa kepada Rabb-nya dengan doa tersebut dalam kondisi apapun kecuali Allah akan mengabulkan untuknya.” (HR Tirmidzi)

Selain itu, daram riwayat Al-Hakim, Rasulullah juga bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu sesuati jika kamu ditimpa suatu masalah atau ujian dalam urusan dunia ini, kemudian berdoa dengannya yaitu, doa Dzun Nun atau Nabi Yunus.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Warna Bendera Merah Putih, Benarkah Disebutkan dalam Hadits Nabi SAW?


Jakarta

Warna bendera Indonesia adalah merah dan putih yang mana melambangkan keberanian dan kesucian. Siapa sangka, ternyata pemilihan warna merah putih pada bendera Indonesia didasarkan dari hadits Nabi Muhammad SAW.

Hal ini disampaikan oleh KH Abdullah Habib Faqih dalam acara Langitan Bersholawat 2021 lalu. Ia mengatakan bahwa warna merah putih bendera Indonesia diilhami dari hadits Nabi SAW yang bersumber dari kisah Al Habib Husain bin Abu Bakar Al-Idrus Luar Batang.

Mengutip laman resmi Pondok Pesantren Langitan, KH Abdullah Habib Faqih adalah putra dari Syaikhina KH Abdullah Faqih yang merupakan pemimpin Ponpes Langitan terdahulu. Ponpes ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang basisnya dalam ormas Nahdlatul Ulama (NU).


Sementara itu, Al Habib Husain bin Abu Bakar Al-Idrus Luar Batang adalah pendatang dari Hadramaut, Jazirah Arab yang merupakan pendiri Masjid Luar Batang pada 1736 silam yang berlokasi di Jakarta Utara. Ia adalah pendakwah sekaligus ulama asal Hadramaut, Yaman.

Habib Husein terkenal sebagai sosok ulama zuhud yang disegani tentara kolonial Belanda dahulu kala.

Hadits Rasulullah SAW yang Menyebut Warna Merah dan Putih

Mengutip dari kitab Sunan At-Tirmidzi oleh Imam At-Tirmidzi yang diterbitkan Tim Gema Insani, berikut bunyi hadits Nabi SAW dari Tsauban,

“Sesungguhnya Allah mendekatkan jarak bumi untukku, lalu aku dapat melihat bumi dari ujung timur sampai ke ujung barat. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan meliputi bagian bumi yang telah diperlihatkan kepadaku. Aku juga dikaruniai dua macam harta simpanan, yaitu yang berwarna merah dan yang berwarna putih ….” (Sunan Ibnu Majah, Muttafaq ‘alaih).

Meski demikian, dalam beberapa tafsir dikatakan bahwa warna merah dan putih ini tidak diartikan secara gamblang melainkan ada makna tersirat. Imam Nawawi dalam buku Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan oleh Syaikh Fathi Ghanim yang diterjemahkan Yasir Maqosid menafsirkan bahwa para ulama mengatakan warna merah dan putih itu merujuk pada emas dan perak.

“Sedangkan yang dimaksud dalam hadits adalah harta simpanan Raja Kisra dan Raja Qaisar yang merupakan raja Iraq dan Syam,” bunyi keterangan dalam buku tersebut.

Wisnu Sasongko melalui karyanya yang bertajuk Armageddon 2: Antara Petaka dan Rahmat menjelaskan dalam catatan kakinya bahwa hadits di atas diucapkan Rasulullah SAW di Jazirah Arab pada abad 6-7 Masehi. Kala itu, Jazirah sebagai titik acuan arah, maka yang dimaksud sang rasul dengan ujung timur bumi adalah belahan bumi yang paling timur dari Arab, yaitu kepulauan Indonesia.

Sementara, yang dimaksud ujung barat bumi adalah belahan bumi paling barat dari Arab yang mana merupakan benua Amerika. Dikatakan pula bahwa kekuasaan umat nabi akan mencapai salah satu ujungnya. Bila ujung timur dan ujung barat dibandingkan dari segi jumlah umat Islamnya, maka ujung timurlah yang terbanyak. Berdasarkan fakta saat ini, salah satu komunitas Islam terbesar berada di ujung timur bumi, yaitu Indonesia.

Jumlah umat Islam yang banyak ini kemungkinan nantinya akan menjadi salah satu kebanggaan Rasulullah di antara umat nabi-nabi lain pada Hari Pengadilan. Saat ini, Indonesia menjadi penyumbang jumlah terbesar sebagai umatnya.

Walau begitu, beberapa ulama juga mengartikan bahwa merah dan putih dimaknai sebagai bangsa Persia dan Romawi. Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa dan Adab Bercermin, Amalkan agar Jadi Cara Bersyukur


Jakarta

Bercermin menjadi satu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Dalam ajaran Islam, ada doa yang dapat dibaca ketika bercermin.

Biasanya orang bercermin untuk melihat pantulan gambar diri dan memastikan sudah dalam keadaan terbaik. Bercermin umumnya dilakukan ketika hendak pergi, setelah berpakaian atau setelah mengenakan riasan wajah bagi perempuan.

Bercermin dapat menjadi salah satu cara untuk bersyukur karena bisa melihat gambaran diri yang sempurna. Dalam Al-Qur’an surat At-Tin ayat 4, Allah SWT berfirman,


لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Dengan melihat cermin, sebaiknya bisa menambah keimanan dan rasa syukur.

Doa Bercermin

Mengutip buku 63 Adab Sunnah yang ditulis Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, berikut doa bercermin yang bisa dibaca,

اَللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ

Artinya: Hai Tuhanku, sebagaimana telah Kau baguskan kejadianku, maka baguskanlah perangaiku.

Dalam hadits lain, disebutkan Rasulullah SAW juga membaca doa berikut ketika bercermin,

“Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan dan memperbaiki penciptaanku, memuliakan bentuk wajahku , maka Dia membaguskan dan menjadikan aku termasuk orang-orang Islam.” (HR Ibnu as-Sani)

Dua riwayat tersebut berstatus shahih. Tetapi para periwayat hadits dari kalangan sahabat tidak menyebutkan bahwa Nabi SAW mengucapkannya saat bercermin. Adapun riwayat yang menyebutkan Nabi SAW saat memegang kaca dan mengucapkan dia tersebut, maka riwayat tersebut sangat lemah.

Dalam hadits dari Ali bin Abi Thalib RA berkata bahwa Nabi SAW apabila melihat wajahnya di kaca berkata: “Alhamdulillah, Allahumma Kama Hassanta Khalqi fahassin Khuluqi.”

Adab Bercermin

Mengutip buku Living Hadis: Pola Hidup Nabi dalam Kegiatan Santri di Pondok Pesantren yang disusun Salim Rosyadi dkk, berikut beberapa adab bercermin:

1. Mengingat nikmat yang telah diberikan Allah SWT sambil berdoa
2. Tidak terlalu mengagumi kecantikan diri sendiri
3. Tidak terlalu lama berada di depan cermin
4. Tidak berlebih-lebihan dalam bercermin
5. Tidak mencela kekurangan fisik sendiri
6. Bersyukur dengan segala kelebihan diri
7. Bersabar dengan segala kekurangan diri

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Penenang Hati dan Pikiran yang Gelisah Arab dan Artinya


Jakarta

Salah satu cara yang bisa kita lakukan sebagai kaum muslim untuk mencapai ketenangan hati dan pikiran adalah melalui doa penenang hati dan pikiran. Doa ini juga termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Menurut buku Ampuhnya Fadhilah Dzikir & Doa Setelah Shalat Fardhu & Sunnah karya H.M Amrin Ra’uf, berdoa memiliki pengaruh positif pada kondisi psikis manusia. Ketika seseorang merasa resah, melaksanakan ibadah sholat dan berdoa kepada Allah SWT dapat membawa ketenangan.

Keutamaan berdoa saat menghadapi kecemasan dan kegelisahan dapat menenangkan hati serta membantu mewujudkan semua harapan, baik duniawi maupun ukhrawi. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kondisi hati dan pikiran yang sedang tidak tenang, disarankan untuk membaca doa penenang hati dan pikiran.


5 Doa Penenang Hati dan Pikiran

Dalam buku Doa Zikir Mohon Perlindungan & Ketenangan Hati yang ditulis oleh Darul Insan, terdapat berbagai doa yang bisa dipanjatkan untuk menenangkan hati dan pikiran.

1. Doa Supaya Hati Tenang dan Dimudahkan Urusan

لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Arab latin: La ilaha illa anta subhanaka innikuntu minadzolimin.

Artinya: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”

2. Doa Supaya Hati Tenang dari Berbagai Keburukan

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Arab latin: Allahumma inni a’udzubika minal ‘ajzi, walkasali, waljubni, walharomi, walbukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wamin fitnatil mahyaa walmamaat.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.”

3. Doa Kelapangan Hati

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab latin: Robbisrohlii sodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’

Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

4. Doa Agar Hati Ditetapkan dalam Hidayah

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Arab latin: Rabbana laa tuzigh quluu bana ba’da idz hadaitana wahablana milladunka rahmatan innaka antal wahhab.

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”

5. Doa untuk Kesedihan yang Mendalam

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّماَوَاتِ، وَرَبُّ اْلأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ

Arab latin: Laa ilaaha illallahul ‘adziim al haliim laa ilaaha illallah rabbul ‘arsyil ‘azhiim, laa ilaaha illallah rabbussamaawati warabbul ardhi warabbul arsyil kariim

Artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb (Pemilik) ‘Arsy yang agung. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb langit dan juga Rabb bumi, serta Rabb pemilik ‘Arsy yang mulia.”

Surat Al Insyirah untuk Penenang Hati

Selain membaca doa tertentu, membaca surat Al- Insyirah juga bisa menenangkan hati. Berikut ini adalah bacaan surat Al-Insyirah dan artinya:

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Arab Latin: A lam nasyraḥ laka ṣadrak wa waḍa’nā ‘angka wizrak allażī angqaḍa ẓahrak wa rafa’nā laka żikrak fa inna ma’al-‘usri yusrā inna ma’al-‘usri yusrā fa iżā faragta fanṣab wa ilā rabbika fargab

Artinya: Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad), meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu yang memberatkan punggungmu, dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu? Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!

Dirangkum dari Tafsir Al-Mishbah oleh M. Quraish Shihab, dalam surat ini, Rasulullah SAW dinasihati untuk tetap tenang dan tidak cemas menghadapi tugas dakwahnya yang terasa berat, karena Allah SWT selalu mendampingi dan mempermudah segala urusan, baik di masa lalu maupun di masa mendatang.

Kekhawatiran Nabi SAW terkait tugas mulia yang diembannya disebabkan oleh keyakinan beliau bahwa umatnya berada di ambang kebinasaan dan ketidaktahuan mengenai langkah yang harus diambil.

Dalam ayat 2-3, Allah SWT menyebutkan bahwa Dia akan menolong utusan-Nya dengan meringankan beban tugas kenabian yang dirasakannya berat.

Selain memberikan kemudahan dalam tugas Nabi SAW, Allah SWT juga mengangkat derajat dan mengagungkan rasul-Nya. Anugerah ini harus disadari sebagai pemberian dari Allah SWT.

Allah SWT menegaskan dalam ayat lima bahwa setelah setiap kesulitan akan ada kemudahan, dan hal ini ditekankan kembali dalam ayat enam dengan, “Sungguh beserta kesulitan ada kemudahan.”

Allah SWT juga tidak hanya menjanjikan kemudahan kepada utusan-Nya tetapi juga kepada semua hamba-Nya yang bertakwa. Oleh karena itu, orang mukmin tidak perlu merasa gelisah menghadapi cobaan atau perasaan yang gelisah.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ayat Kursi, Ini Waktu yang Disunnahkan untuk Membacanya


Jakarta

Ayat Kursi adalah penggalan dari surah Al-Baqarah ayat 255. Sebagian besar umat Islam umumnya sudah hafal dengan Ayat Kursi karena banyak keutamaannya.

Tafsir Ibnu Katsir terjemahan M. Abdul Goffar dkk menjelaskan bahwa sebutan Ayat Kursi untuk Al-Baqarah 255 merujuk pada kedudukannya yang tinggi. Hadits shahih yang mendukung penafsiran ini semakin menguatkan pandangan bahwa ayat ini adalah yang paling utama dalam Al-Qur’an.

Imam Ahmad meriwayatkan:


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعِيدٍ الْجَرِيرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أُبَيٍّ -هُوَ ابْنُ كَعْبٍ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ: “أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ”؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: “لِيَهْنك الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ”

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sa’id Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Abdullah ibnu Rabah, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Nabi SAW pernah bertanya kepadanya, “Ayat Kitabullah manakah yang paling agung?” Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, hai Abul Munzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya ayat Kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu menyucikan Tuhan Yang Mahakuasa di dekat pilar Arasy.”

Ayat Kursi: Arab, Latin dan Artinya

Berikut ini adalah bacaan ayat kursi:

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Arab latin: Allāhulaa ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm(u), lāta’khużuhū sinatuw walā naum(un), lahūmā fissamāwāti wamā fil-arḍ(i), mandżalladżī yasyfa’u ‘indahū illā bi’idżnih(ī), ya’lamumā baina aidīhim wamā khalfahum, walā yuḥīṭūna bisyai’im min ‘ilmihī illā bimāsyā'(a), wasi’a kursiyyuhussamāwāti wal-arḍ(a), walā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wahuwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).

Artinya: Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Waktu Disunnahkan Membaca Ayat Kursi

Sebenarnya, tidak ada larangan waktu bagi seseorang untuk membaca Ayat Kursi. Meski demikian, dalam buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al-Waqiah Untuk Kesuksesan Karier dan Bisnis karya Ustadz Ramadhan AM, ada beberapa waktu di mana kita disunnahkan membaca ayat kursi, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Usai Salat Fardhu

Hal ini bersandar pada hadits Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai mengerjakan salat, maka tidak ada yang akan menghalanginya memasuki surga kecuali kematian.” (HR an-Nasa’i)

2. Saat Akan Tidur

Hal ini dijelaskan secara eksplisit dalam hadits shahih yang berbunyi, “Jikalau engkau menghampiri tempat tidurmu, maka bacalah Ayat Kursi dari awalnya hingga akhir ayat, engkau akan selalu mendapat penjagaan dari Allah Ta’ala dan tidak akan didekati setan sampai pagi.” (HR Bukhari)

3. Menjelang Pagi dan Sore

Hal ini sesuai dengan hadits Ubay bin Ka’ab ra, bahwa ia memiliki kumpulan kurma dan jumlahnya terus berkurang karena diambil jin. Beliau berkata,

“Ayat ini yang terdapat dalam surah Al-Baqarah; Allahula ilaha illa huwalhayyul qoyyum. Barangsiapa yang mengucapkannya saat sore, maka ia akan mendapatkan pahala hingga pagi. Barang siapa yang mengucapkannya saat pagi, maka ia akan mendapatkan pahala hingga sore.” (HR an-Nasa’i)

Keutamaan Ayat Kursi

Ayat Kursi memiliki kedudukan yang agung dan tempat yang tinggi karena ia mengandung dzikir yang mulia dan pengetahuan yang utama berupa pengesahan Allah, keagungan dan sifat-sifat-Nya. Mengutip buku Fadhilah dan Tafsir Ayat Kursi karya Dr. Fadhl Ilahi, berikut keutamaan dari Ayat Kursi:

  • Ayat Kursi memiliki kedudukan yang sangat agung di antara seluruh ayat Al-Qur’an.
  • Di dalam Ayat Kursi terkandung nama-nama Allah yang maha indah dan agung.
  • Membaca Ayat Kursi secara rutin dapat melindungi diri dari gangguan dan godaan setan.
  • Allah SWT akan senantiasa melindungi orang yang membaca Ayat Kursi setelah salat fardhu hingga salat berikutnya.
  • Tidak ada jarak yang memisahkan antara orang yang membaca Ayat Kursi setelah salat fardhu dan surga kecuali kematian.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

4 Doa Berkendara dan Adabnya agar Selamat Sampai Tujuan


Jakarta

Doa berkendara diamalkan untuk memohon keselamatan kepada Allah SWT selama perjalanan. Selain itu, membaca doa berkendara menjadi anjuran yang bisa dikerjakan kapanpun.

Dalam Islam, doa orang yang sedang dalam perjalanan atau musafir termasuk salah satu yang mustajab. Diterangkan dalam Fiqih Do’a dan Dzikir Jilid 1 oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr terjemahan Amiruddin Djalil, semakin lama perjalanan maka semakin tinggi kemungkinan doa dikabulkan.

Hal itu dikarenakan waktu mereka dalam perjalanan bertepatan dengan luluhnya jiwa karena lama terasing di suatu tempat dan menanggung kesulitan. Disebutkan bahwa orang yang sedang dalam perjalanan dianggap mengemban beban berat sehingga kondisi itu menjadi penyebab dikabulkannya doa.


Bahkan, Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits mengatakan bahwa safar termasuk bagian dari azab karena kesulitan yang dihadapi musafir. Beliau bersabda,

“Safar adalah bagian dari azab (siksaan). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kumpulan Doa Berkendara bagi Muslim

Berikut beberapa doa berkendara perjalanan darat, laut dan udara yang bisa dibaca oleh muslim sebelum keberangkatan seperti dinukil dari Kumpulan Dzikir dan Doa Shahih: Tuntunan Hidup 24 karya Anshari Taslim.

1. Doa Berkendara Versi Pertama

Doa berkendara versi pertama ini dapat dibaca muslim sebelum berangkat menggunakan kendaraan darat, seperti mobil, motor, dan sebagainya.

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

Arab latin: Subhaanalladzii sakhkhoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahu muqriniin, wa innaa ilaa robbinaa lamun qolibuun

Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak akan mampu menguasainya, dan sungguh kami akan kembali kepada Tuhan kami.”

2. Doa Berkendara Versi Kedua

Selain doa di atas, ada juga bacaan yang bisa diamalkan muslim yang akan melakukan perjalanan laut. Berikut bacaannya,

بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا، إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Arab latin: Bismillaahi majreehaa wa mursaahaa, inna robbii laghofuurur rohiim

Artinya: “Dengan nama Allah, kami berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

3. Doa Berkendara Versi Ketiga

Selanjutnya, doa berkendara dapat dibaca muslim sebelum melakukan perjalanan udara.

اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِعَنَّابُعْدَهُ اَللّٰهُمَّ اَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِوَالْخَلِيْفَةُفِى الْاَهْلِ

Arab latin: Allaahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu allaahumma anta ashshoohibu fissafari walkholiifatu fil-ahl.

Artinya: “Ya Allah, mudahkanlah kami bepergian ini, dan dekatkanlah kejauhannya. Ya Allah yang menemani dalam bepergian, dan Engkau pula yang melindungi keluarga.”

4. Doa Berkendara Versi Keempat

Doa berkendara ini dapat dibaca bagi muslim yang melakukan perjalanan udara juga. Doa kali ini lebih panjang dibanding doa sebelumnya.

للهُ أَكْبَر، اللهُ أكْبر، الله أكْبَر، سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ

Arab latin: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Subhanalladzi sakkhoro lana hadza wa maa kunnaa lahu muqrinin, wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibun, allahumma inna nas’aluka fii safarinaa hadzal birro wat taqwa wa minal ‘amal maa tardho, allahumma hawwin ‘alaina safarona hadza wa athwi ‘annaa bu’dahu, allahumma antash shohibu fis safari wal kholifatu fil ahli, allahumma inni a’udzubika min wa’tsaais safari wa kaabatil mandzhori wa suuil munqolibi fil maali wal ahli.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Maha suci Allah yang telah menundukkan (pesawat) ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kepada Allah lah kami kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang buruk dalam harta dan keluarga.”

Adab Berkendara bagi Muslim

Menukil dari kitab Minhajul Muslim oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang diterjemahkan Fedrian Hasmand dan Syarah Riyadhush Shalihin terjemahan Bamuallim, berikut sejumlah adab bepergian.

1. Membaca Doa ketika Berkendara

Adab pertama dalam berkendara yaitu membaca doa sebelum memulai perjalanan. Hal ini dijelaskan dalam hadits dari Ibnu Umar RA. Ia berkata,

“Apabila Rasul SAW di atas punggung untanya untuk bepergian, beliau bertakbir tiga kali, kemudian mengucapkan doa:

سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ

Arab latin: Subhaanalladzii sakhkhara lanaa haadzaa wa maa kunna lahu muqriniina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun

Artinya: “Mahasuci Zat yang telah menundukkan (semua) ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami.” (HR Muslim)

Adab lainnya ketika berkendara adalah membaca takbir ketika menanjak dan tasbih ketika menurun. Dari Jabir bin Abdullah berkata,

“Ketika kami bepergian, kami bertakbir bila berjalan menanjak, dan bertasbih apabila berjalan menurun.” (HR Bukhari)

3. Bagi Perempuan yang Bepergian Jauh Harus dengan Mahram

Bagi perempuan muslim yang melakukan perjalanan jauh hendaknya disertai oleh mahram. Ini turut disebutkan dalam hadits Nabi SAW,

“Tidak boleh seorang perempuan melakukan safar yang jarak tempuhnya sehari semalam, kecuali jika bersama mahramnya.” (Muttafaq Alaih)

4. Membaca Doa ketika Kembali dari Bepergian

Setelah menyelesaikan perjalanan dan hendak pulang, muslim juga bisa membaca doa lagi untuk memohon perlindungan. Dari Anas bin Malik berkata,

“Kami tiba bersama Nabi SAW, yaitu aku, Abu Thalhah, dan Shafiyyah yang membonceng Rasulullah SAW, hingga ketika kami mendekati Madinah beliau mengucapkan:

‘Kita semua adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang bertaubat, dan orang-orang yang beribadah serta memuji kepada Allah.; Beliau senantiasa mengucapkannya hingga kami sampai di Madinah.’ (HR Muslim, An-Nasa’i, & Ahmad)

Adapun, doa pulang dari bepergian yang bisa diamalkan muslim seperti dikutip dari buku Kumpulan Doa Makbul tulisan Neni Nuraeni.

آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَاحَامِدُوْنَ

Arab latin: Aaibuuna taaibuuna ‘aabiduuna lirobbina haamiduun

Artinya: “Kami adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang bertaubat, orang-orang yang beribadah kepada Rabb kami, kami memanjatkan segala puji.” (HR Muslim)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kalimat Tammah, Bacaan Doa dari Malaikat Jibril untuk Usir Jin dan Setan


Jakarta

Muslim meyakini keberadaan jin dan setan yang senang menggoda manusia supaya terjerumus ke dalam keburukan. Tak jarang makhluk halus itu mengganggu dengan menampakkan diri hingga merasuki tubuh agar iman goyah dan muncul rasa takut.

Dalam kondisi tersebut, ada doa yang diajarkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW untuk mengusir jin dan setan pengganggu yaitu kalimat tammah. Dengan membacanya, muslim dapat terhindar dari nafsu dan godaan yang mampu melemahkan iman. Bagaimana bacaannya?

Kalimat Tammah: Arab, Latin, dan Artinya

Mengutip laman NU Online, berikut kalimat tammah yang dapat dibaca untuk mengusir jin dan setan penggoda:


أَعُوذُ بِوَجْهِ اللَّهِ الْكَرِيمِ، وَبِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا. وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الْأَرْضِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ

Arab latin: A’ûdzu biwajhillâhil karîm, wabikalimâtillâhit-tâmmâtil-latî lâ yujâwizuhunnâ barrun wa fâjirun, min syarri mâ yanzilu minas-samâ’i, wa min syarri ma ya’ruju fîhâ, wa min syarri mâ dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minhâ, wa min syarri fitanil-laili wan-nahâri, wamin syarri thawâriqil-laili, wamin syarri kulli thârinin illâ thâriqan yathruqu bi khairin, yâ rahmân.

Artinya: Aku berlindung dengan dzat Allah yang maha mulia, dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna, yang tidak ada orang baik dan juga orang durhaka yang melampauinya, dari keburukan yang turun dari langit dan keburukan apa pun yang naik ke langit; dari keburukan apa saja yang masuk ke bumi dan keburukan apa saja yang keluar dari bumi; dari keburukan fitnah-fitnah siang dan malam; dari keburukan petaka-petaka malam; dari keburukan setiap petaka yang datang, kecuali petaka yang datang membawa kebaikan, wahai Dzat yang Maha Penyayang.” (HR Malik, Nasa’i, dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud RA)

Peristiwa di Balik Kalimat Tammah

Kalimat tammah diajarkan Malaikat Jibril saat Rasul SAW didatangi jin ifrit yang membawa obor api pada suatu malam. Ada ulama yang berpendapat bahwa Nabi SAW diikuti oleh ifrit pada malam isra, sebagaimana dikutip dari Panduan Praktek Ibadah oleh Yudi Irfan Daniel dan Shabri Shaleh Anwar.

Mengetahui dirinya didatangi jin, Rasulullah SAW kemudian membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Namun ayat yang dibaca beliau tidak mempan dan ifrit justru kian mendekat.

Malaikat Jibril pun berkata kepada beliau, “Maukah ku ajarkan beberapa kalimat yang jika engkau membacanya maka ia (jin) akan jatuh tersungkur dan obornya padam?”

Malaikat Jibril pun mengajarkan kalimat tammah seperti di atas. Setelah Rasul SAW membacanya, jin ifrit lalu tersungkur jatuh dan api obornya lantas mati.

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ayat Kursi Lengkap dengan Teks Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya


Jakarta

Ayat Kursi adalah salah satu ayat yang sangat istimewa dalam Al-Qur’an dan kerap dibaca oleh umat Islam untuk mendapatkan perlindungan serta ketenangan batin. Ayat kursi terdapat dalam surah Al-Baqarah tepatnya pada ayat 255.

Ayat Kursi memuat pesan mendalam tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas. Ayat ini diyakini memiliki banyak keutamaan, mulai dari penjagaan diri dari gangguan setan hingga peningkatan keimanan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lengkap bacaan Ayat Kursi dalam teks Arab, latin, terjemahannya, serta keutamaan-keutamaannya yang luar biasa. Yuk, simak hingga akhir!


Bacaan Lengkap Ayat Kursi: Teks Arab, Latin, dan Artinya

Sebagai salah satu ayat paling mulia dalam Al-Qur’an, Ayat Kursi memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Untuk mempermudah dalam menghafal dan memahami, berikut ini kami sajikan bacaan lengkap Ayat Kursi dalam tulisan Arab, latin, beserta terjemahannya.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Latinnya: Allāhulaa ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm(u), lāta’khużuhū sinatuw walā naum(un), lahūmā fissamāwāti wamā fil-arḍ(i), mandżalladżī yasyfa’u ‘indahū illā bi’idżnih(ī), ya’lamumā baina aidīhim wamā khalfahum, walā yuḥīṭūna bisyai’im min ‘ilmihī illā bimāsyā'(a), wasi’a kursiyyuhussamāwāti wal-arḍ(a), walā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wahuwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”

Mengapa Dinamakan Ayat Kursi?

Tafsir Ibnu Katsir, dalam terjemahan oleh M. Abdul Goffar dkk., menjelaskan bahwa penyebab dinamakan Ayat Kursi untuk surah Al-Baqarah ayat 255 merujuk pada keagungan dan tingginya kedudukan ayat ini.

Pendapat ini didukung oleh hadits-hadits shahih, yang memperkuat pandangan bahwa Ayat Kursi merupakan ayat paling utama dalam Al-Qur’an.

Imam Ahmad meriwayatkan:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعِيدٍ الْجَرِيرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أُبَيٍّ -هُوَ ابْنُ كَعْبٍ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ: “أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ”؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: “لِيَهْنك الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ”

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sa’id Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Abdullah ibnu Rabah, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Nabi SAW pernah bertanya kepadanya, “Ayat Kitabullah manakah yang paling agung?” Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, hai Abul Munzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya ayat Kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu menyucikan Tuhan Yang Mahakuasa di dekat pilar Arasy.”

Keutamaan Membaca Ayat Kursi

Keutamaan Ayat Kursi memang tak diragukan lagi, terutama karena kandungan maknanya yang begitu dalam dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya.

Menurut buku Fadhilah dan Tafsir Ayat Kursi tulisan Dr. Fadhl Ilahi, Rasulullah SAW telah menjelaskan keistimewaan Ayat Kursi melalui berbagai hadits, yang dapat dikelompokkan ke dalam lima poin utama.

1. Ayat Paling Agung

Ayat Kursi disebut sebagai ayat paling agung di dalam Al-Qur’an.

2. Mengandung Nama Allah SWT yang Agung

Di dalam Ayat Kursi, terdapat asma Allah SWT yang sangat mulia, yakni Al-Hayyu dan Al-Qoyyum.

3. Setan Menjauh

Bagi yang rutin membaca Ayat Kursi, setan akan menghindarinya. Ayat ini menjadi tameng yang kuat dalam melindungi diri dari gangguan makhluk halus dan energi negatif.

4. Perlindungan setelah Shalat Fardhu

Membaca Ayat Kursi setelah shalat fardhu memberikan perlindungan yang luar biasa dari Allah SWT hingga waktu shalat berikutnya tiba. Hal ini seakan memberikan rasa aman dan ketenangan batin bagi yang mengamalkannya.

5. Dekat dengan Surga

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang yang membaca Ayat Kursi setelah shalat wajib tidak akan terhalang menuju surga kecuali oleh kematian. Artinya, amal ini mempererat kedekatan dengan surga dan menghindarkan dari halangan kecuali ajal.

Waktu Sunnah Mengamalkan Ayat Kursi

Pada dasarnya, tidak ada batasan waktu khusus untuk membaca Ayat Kursi, karena setiap waktu dianggap baik untuk melafalkan ayat yang mengandung firman Allah SWT ini. Mengingat bahwa membaca Ayat Kursi adalah perbuatan mulia, kapan pun dilaksanakan, tetap menjadi ibadah yang berpahala.

Namun, menurut pandangan para ulama, ada waktu-waktu tertentu yang lebih dianjurkan atau afdhal untuk mengamalkan Ayat Kursi, sehingga sangat disarankan bagi seorang Muslim untuk membaca Ayat Kursi pada saat-saat tersebut.

Berikut adalah waktu sunnah yang dianjurkan oleh para ulama mengutip buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Al-Waqiah untuk Kesuksesan Karier dan Bisnis tulisan Ramadhan AM.

  1. Setelah shalat wajib. Dianjurkan untuk membaca Ayat Kursi setiap kali selesai melaksanakan shalat fardhu.
  2. Sebelum Tidur. Disarankan membaca Ayat Kursi ketika hendak beristirahat di malam hari.
  3. Saat pagi dan sore. Membaca Ayat Kursi menjelang pagi dan sore disunnahkan sama seperti dzikir di pagi dan petang.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Rasulullah SAW tentang Anak, Panduan bagi Orang Tua


Jakarta

Islam menempatkan anak-anak pada posisi yang sangat mulia. Anak dianggap sebagai anugerah yang besar dan sumber kebahagiaan bagi orang tua. Bahkan, Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak anak melalui pernikahan, karena banyaknya anak dianggap membawa berkah, rezeki, dan kegembiraan.

Dalam Al-Qur’an, keberadaan anak-anak juga dijelaskan dalam berbagai ayat. Namun, tidak hanya Al-Qur’an yang berbicara tentang pentingnya anak, tetapi juga hadits Rasulullah tentang anak, yang memberikan petunjuk bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Para orang tua wajib simak hadits Rasulullah tentang anak berikut ini.

Hadits Rasulullah SAW tentang Anak

Mengutip buku Mendidik Buah Hati ala Rasulullah, berikut adalah hadits Rasulullah tentang anak yang wajib ditanamkan oleh orang tua pada anak-anaknya.


1. Menanamkan Nilai Tauhid pada Anak

Rasulullah SAW mengajarkan agar orangtua menanamkan nilai-nilai tauhid kepada anak-anak mereka. Salah satu cara untuk memulainya adalah dengan mengajarkan salat.

Dari Amar bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan).” (HR. Abu Daud)

2. Keutamaan Memiliki Anak Perempuan

Dalam Islam, perempuan wajib dihormati, baik itu anak-anak, remaja, maupun dewasa. Untuk itu, para orang tua wajib memuliakan anak perempuan mereka, karena anak tersebut memberikan keutamaan untuk kedua orang tuanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa 2 anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apa pun kecuali satu buah kurma. Kemudian aku berikan kurma itu padanya. Wanita tersebut menerima kurmanya dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Lalu wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu, Nabi SAW datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau. Maka Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang bagi siksa api neraka.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” (HR. Muslim)

3. Larangan Berbohong pada Anak

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kebohongan itu tidak pantas dilakukan dengan sungguh-sungguh ataupun main-main. Dan seorang ayah berjanji kepada anaknya, kemudian janji itu tidak dipenuhi,” (HR. Al-Hakim).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah! Ambillah ini!’ Tetapi ia tidak memberikannya (walaupun anak tersebut sudah mendatanginya), maka itu termasuk perbuatan dusta,” (HR. Ahmad)

4. Memperlakukan Anak dengan Kasih Sayang

Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang. Orang tua dilarang membentak, memberi hukuman yang terlalu keras, atau melakukan tindakan kasar yang berlebihan. Meskipun anak berbuat kesalahan, orang tua tetap tidak boleh berlaku sewenang-wenang terhadap mereka.

Dalam sebuah hadits disebutkan, suatu hari, datang seorang Arab kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,

“Apakah kalian mencium anak laki-laki?” Lalu orang Arab tersebut menjawab, “Kami mencium mereka.” Maka Nabi saw berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rahmat/sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain juga disebutkan, Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro bin Haabis At-Tamim yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata,

“Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium.” Maka Rasulullah SAW melihat kepada Al-Aqro dan berkata,

“Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu? Barangsiapa yang tidak mempunyai kasih sayang kepada orang lain, dia tidak akan mendapat kasih sayang dari Allah.” (HR. Bukhari)

5. Berlaku Adil pada Anak

Dalam kitab Bulughul Maram-nya, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengutip sebuah hadits dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata “Ayahku berangkat kepada Nabi untuk mempersaksikannya atas pemberiannya kepadaku. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Apakah kamu telah melakukan ini kepada anakmu semuanya?” Ayahku menjawab, ‘Tidak.’ Rasulullah SAW bersabda,

‘Bertakwalah kepada Allah, dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Maka ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu.” (Muttafaq’alaih.)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com