Tag Archives: nabi sulaiman

3 Mukjizat Nabi Sulaiman AS: Bisa Mengendarai Angin


Jakarta

Nabi Sulaiman AS merupakan salah satu nabi yang dianugerahi banyak keistimewaan luar biasa oleh Allah SWT. Sebagai putra Nabi Daud AS, beliau tidak hanya dilimpahkan tahta kerajaan dan kekuasaan, tapi juga dikaruniai mukjizat-mukjizat yang menakjubkan.

Meski demikian, Nabi Sulaiman AS tidak menghendaki kerajaan atau kekuasaannya untuk bertindak sewenang-wenang, atau memperlihatkan kesombongan, serta menebarkan kerusakan.

Mengutip buku Sulaiman: Raja Segala Makhluk yang ditulis oleh Human Hasan Yusuf, kekuasaan dan kerajaan yang Nabi Sulaiman miliki hanya bertujuan untuk menyebarkan agama Allah SWT dan membawa kemakmuran bagi umat manusia di bawah naungan-Nya.


Kerajaan itu bukan untuk tujuan duniawi, melainkan sebagai sarana untuk memperlihatkan nikmat Allah SWT, mengingat-Nya, dan menyeru untuk beribadah kepada-Nya. Itulah mengapa Nabi Sulaiman AS dianugerahi keistimewaan yang berlimpah oleh Allah SWT atas ketaatan-Nya, seperti 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS berikut ini yang Allah SWT anugerahkan khusus untuknya.

3 Mukjizat Nabi Sulaiman AS

Dari banyaknya keistimewaan yang dimiliki Nabi Sulaiman AS, inilah 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS yang dianugerahkan Allah SWT, yang dirangkum dari Qashash Al-Anbiya Ibnu Katsir.

1. Menguasai Bahasa Hewan

Salah satu dari 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS adalah kemampuannya dalam memahami bahasa hewan. Mukjizat ini diabadikan dalam sebuah kisah ketika Nabi Sulaiman dan pasukannya melewati lembah semut.

Dalam perjalanan tersebut, seekor semut bernama Jarsa dari kabilah Bani Syaishaban, memberikan peringatan kepada pasukannya agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman AS dan pasukannya. Allah SWT berfirman dalam surah An-Naml ayat 18:

حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۝١٨

Artinya: “Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Sulaiman AS sedang memimpin parade militer dengan menunggangi kendaraan, yang diikuti oleh pasukan berkuda. Kemampuan Nabi Sulaiman AS dalam memahami bahasa semut ini merupakan bukti nyata mukjizat yang Allah SWT berikan kepadanya secara khusus.

Menariknya, Nabi Sulaiman AS tidak hanya sekadar memahami bahasa hewan, tetapi juga dapat menangkap makna dari percakapan semut tersebut. Beliau tersenyum gembira melihat hal ini sebagai wujud syukur atas ilmu istimewa yang Allah SWT karuniakan kepadanya.

2. Ditundukkannya Angin sebagai Kendaraan

Mukjizat selanjutnya yang Allah SWT anugerahkan kepada Nabi Sulaiman AS adalah kemampuan menundukkan angin sebagai kendaraannya.

Mukjizat ini diberikan setelah beliau meninggalkan kuda-kudanya demi mencari rida Allah SWT. Sebagai gantinya, Allah SWT memberikan sarana transportasi yang jauh lebih cepat, lebih kuat, lebih besar, dan tidak menguras tenaga dalam penggunaannya.

Mukjizat Nabi Sulaiman AS ini diabadikan dalam firman Allah SWT surah Sad ayat 36:

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ اَصَابَۙ ۝٣٦

Artinya: “Maka, Kami menundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang ia kehendaki.”

Disebutkan pula bahwa Nabi Sulaiman AS memiliki hamparan yang terbuat dari papan, untuk menyimpan apa pun yang diperlukan, mulai dari rumah, istana, tenda, perabotan, kuda, unta, alat-alat berat, pasukan dari golongan manusia dan jin, hewan, dan juga burung.

Ketika Nabi Sulaiman AS hendak bepergian, rekreasi, atau menghadapi perang melawan raja, maupun musuh di negeri mana pun yang dikehendaki Allah SWT, beliau membawa semua itu di atas hamparan papan lebar tersebut, lalu beliau memerintahkan angin untuk membawanya terbang, dan angin pun dengan cepat menyelinap ke bawah papan dan mengangkatnya ke udara.

Setelah berada di atas langit, Nabi Sulaiman AS memerintahkan angin untuk terbang membawanya dengan cepat, lalu meletakkannya di tempat mana pun seperti yang ia kehendaki.

Seperti ketika Nabi Sulaiman AS pergi pada pagi hari dari Baitul Maqdis, angin tersebut membawanya terbang hingga ke Istakhar. Jarak yang jika ditempuh melalui perjalanan darat akan memakan waktu satu bulan.

3. Ditundukkannya Bangsa Jin untuk Bekerja

Mukjizat terakhir dari 3 mukjizat Nabi Sulaiman AS adalah kemampuan menundukkan dan memerintah bangsa jin. Berdasarkan firman Allah SWT, bangsa jin diperintahkan untuk bekerja di bawah kekuasaan Nabi Sulaiman AS dengan tanpa lelah, dan mereka tidak menyimpang dari ketaatan. Jika di antara mereka menyimpang dari perintahnya, ia akan disiksa dan dihukum.

Allah SWT berfirman dalam surah Saba ayat 12-13:

وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ ۝١٢
يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًاۗ وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ ۝١٣

Artinya: “Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi,” yaitu tempat-tempat yang baik dan bagian-bagian depan majelis, “Patung-patung,” yaitu gambar-gambar di dinding. Ini dibolehkan dalam syariat dan agama mereka, “Piring-piring yang (besarnya) seperti kolam.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Burung Elang, Nabi Sulaiman AS dan Pemilik Pohon



Jakarta

Para nabi diberikan mukjizat oleh Allah SWT, termasuk Nabi Sulaiman AS yang dapat mengerti bahasa hewan. Ia pernah mendengar keluhan dari seekor burung elang.

Kisah ini diceritakan dalam buku Dahsyatnya Taubat: 42 Kisah orang yang Bertobat karya Isnaini Fuad.

Diceritakan, seekor burung elang mengadu kepada Nabi Sulaiman AS. Ia berkata, “Seorang pemilik pohon bernama Fulan telah merampas anak-anakku di tempat aku bersarang di pohon miliknya itu.”


Pengaduan burung elang ini diterima oleh Nabi Sulaiman AS. Selanjutnya, pemilik pohon tersebut dipanggil serta diberi peringatan untuk tidak lagi mengganggu anak-anak burung elang yang bersarang di pohonnya.

Nabi Sulaiman AS juga memerintahkan dua setan untuk menjaga anak-anak burung elang itu dari gangguan pemilik pohon. Jika pemilik pohon mengulangi perbuatannya dengan mengambil anak-anak burung elang tadi, kedua setan ini hendaknya tidak segan-segan untuk membantingnya ke tanah dan membelah tubuhnya menjadi dua. Satu bagian dibuang ke arah timur sedangkan bagian tubuh yang lain dibuang ke arah barat.

Untuk sementara waktu, peringatan Nabi Sulaiman ini dipatuhi si pemilik pohon. Namun, pada tahun berikutnya pria tersebut melanggar peringatan Nabi Sulaiman. Ia kembali mengambil anak-anak burung elang yang bersarang di pohonnya. Tiap kali sebelum ia melaksanakan niatnya, tiba-tiba datang seorang fakir miskin yang meminta sedekah darinya.

Si pemilik pohon ini merasa kasihan kepada fakir miskin itu. Akhirnya, ia memberikan sepotong roti kepada fakir miskin tadi. Setelah memberikan sedekah, si pemilik pohon kembali melaksanakan niatnya untuk mengambil anak-anak burung elang itu hingga selesai.

Akibat perbuatannya ini, untuk kedua kalinya burung elang mengadu kepada Nabi Sulaiman tentang perampasan anak-anaknya oleh si pemilik pohon.

Berdasarkan laporan burung elang itu, Nabi Sulaiman memanggil dua setan yang disuruhnya menjaga anak-anak burung elang yang bersarang dipohon tersebut. Ia heran mengapa mereka sampai teledor berjaga, sehingga si pemilik pohon dapat mengambil anak-anak burung elang.

Dengan teguran keras Nabi Sulaiman berkata kepada kedua setan itu,”Kenapa kalian mengabaikan tugas dariku?”

Kedua setan menjawab, “Wahai Khalifah Allah, maafkanlah kami. Kami telah melihat perbuatan si pemilik pohon itu dan hendak melaksanakan tugas untuk membunuh orang itu. Namun, sebelum melaksanakannya, kami keburu ditangkap oleh dua malaikat yang disuruh Allah SWT.

Kedua malaikat ini melemparkan kami secara terpisah, satu dilemparkan ke timur dan yang lain dilempar ke barat. Rencana kami untuk membelah tubuh si pemilik pohon pun jadi gagal.

Ini semua akibat sepotong roti yang disedekahkan si pemilik pohon kepada seorang fakir miskin sebelum ia memanjat pohon yang ada sarang burungnya.”

Nabi Sulaiman lalu memanggil si pemilik pohon itu dan menceritakan kejadian yang diceritakan dua setan tadi. Setelah mendengar keterangan dari Nabi Sulaiman, dengan penuh penyesalan si pemilik pohon menyatakan tidak akan mengulangi perbuatannya mengambil anak burung dari sarangnya.

Ia baru menyadari tentang hikmah yang terkandung dalam sedekah yang begitu agung. Dengan kejadian tersebut ia semakin dermawan dan banyak bersedekah untuk jalan yang makruf, juga semakin menyayangi binatang.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman dan Semut yang Diabadikan dalam Al-Qur’an


Jakarta

Dalam perjalanan hidup Nabi Sulaiman AS, terdapat banyak mukjizat yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT, salah satunya adalah kemampuan beliau untuk berbicara dengan hewan. Namun, mukjizat ini beliau gunakan untuk melakukan hal-hal baik terhadap makhluk lain yang berinteraksi dengannya.

Mukjizat Nabi Sulaiman AS tersebut terbukti dalam kisahnya dengan semut, yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an. Salah satu bukti nyata dari mukjizat tersebut dapat dilihat dalam kisah Nabi Sulaiman dan semut berikut ini.

Kisah Nabi Sulaiman Mengengar Percakapan Semut

Dikisahkan dalam buku Rahasia Kekayaan Nabi Sulaiman yang disusun oleh Muhammad Gufron Hidayat bahwa suatu ketika, Nabi Sulaiman AS beserta rombongan yang terdiri dari manusia, jin, dan bala tentaranya melewati sebuah lembah. Di lembah tersebut, ada sekawanan semut yang sedang beraktivitas sesuai dengan tugas masing-masing.


Sebagian semut bertugas membangun sarang, sebagian lainnya mengangkut material, sementara beberapa semut lagi bekerja menempelkan material satu sama lain hingga membentuk sarang. Semut-semut yang bertanggung jawab mengumpulkan makanan bekerja tanpa kenal lelah, mengangkut makanan di pundaknya untuk disimpan dalam sarang.

Begitu juga semut-semut prajurit, dengan penuh waspada dan teliti mengawasi setiap sudut wilayah untuk mencegah segala gangguan yang mungkin muncul tiba-tiba.

Sebelum iring-iringan Nabi Sulaiman sampai di lembah tersebut, seekor semut penjaga sudah melihat kedatangan rombongan itu. Ia segera melapor kepada pimpinan semut, memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman AS dan bala tentaranya akan melewati lembah ini. Semut penjaga menggambarkan bagaimana besar iring-iringan tersebut, serta kemungkinan kehancuran yang dapat menimpa sekawanan semut.

Mendapatkan laporan dari prajuritnya, pimpinan semut pun langsung mengumumkan kepada semua semut untuk segera menyingkir, menyelamatkan diri dari bahaya terinjak oleh rombongan Nabi Sulaiman. Jika tidak, mereka akan hancur.

Salah satu kelebihan Nabi Sulaiman AS adalah kemampuan untuk mengerti bahasa binatang. Oleh karena itu, ketika pemimpin semut memerintahkan para semut untuk menyingkir, Nabi Sulaiman AS yang sudah sangat dekat dengan mereka langsung memberi perintah kepada pasukannya untuk berhenti.

Nabi Sulaiman AS kemudian tersenyum dan berkata, “Tuhanku, tetapkanlah aku untuk selalu bersyukur atas nikmat-Mu dan selalu melakukan perbuatan yang Engkau ridhoi.”

Nabi Sulaiman AS bersyukur karena dianugerahi kemampuan untuk mengerti bahasa binatang oleh Allah SWT. Ia juga bersyukur karena dengan kemampuan tersebut, ia tidak sengaja menginjak atau membinasakan sekawanan semut.

Kisah Nabi Sulaiman dan semut ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 18-19,

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُون . فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’ Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: ‘Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Kisah Nabi Sulaiman dan Seekor Semut yang Membawa Kurma

Selain itu, ada pula kisah Nabi Sulaiman dan semut yang diceritakan dalam buku 365 Kisah Teladan Islam karya Ariany Syurfah.

Suatu hari, Nabi Sulaiman AS sedang berjalan-jalan dan bertemu dengan seekor semut kecil yang sedang membawa sebutir buah kurma.

Nabi Sulaiman AS pun bertanya kepada semut itu, “Hai semut kecil, untuk apa kamu membawa sebutir buah kurma itu?”

Semut itu menjawab, “Kurma ini adalah pemberian Allah SWT untuk persediaan makan saya selama setahun.”

Nabi Sulaiman AS pun berkata, “Kemarilah, hai semut!” Semut itu lalu mendekat kepada Nabi Sulaiman.

Setelah dekat, Nabi Sulaiman AS berkata lagi, “Hai semut, aku akan membelah buah kurma ini menjadi dua bagian. Separuhnya akan aku bawa, dan separuhnya lagi untuk persediaanmu selama setahun. Aku ingin melihat apakah kamu dapat bertahan hidup dengan separuh buah kurma.”

Nabi Sulaiman AS kemudian mengambil sebuah botol dan berkata, “Sekarang, masuklah ke dalam botol ini dengan membawa separuh buah kurma yang aku berikan.”

Semut itu pun menuruti perintah Nabi Sulaiman AS dan masuk ke dalam botol. Setelah itu, Nabi Sulaiman AS meninggalkan semut tersebut.

Waktu pun berlalu selama setahun, dan Nabi Sulaiman AS merasa penasaran dengan keadaan semut kecil itu, apakah ia dapat bertahan hidup hanya dengan separuh buah kurma atau tidak. Nabi Sulaiman AS pun pergi untuk menemui semut itu.

Betapa takjubnya Nabi Sulaiman AS ketika melihat semut kecil itu masih hidup dan dalam keadaan segar. Sementara itu, separuh buah kurma masih tersisa.

Nabi Sulaiman AS pun bertanya, “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup hanya dengan separuh buah kurma? Padahal, biasanya kamu memerlukan sebutir kurma untuk makanan selama setahun?”

Semut itu menjawab, “Saya banyak berpuasa dan hanya mengisap sedikit airnya. Biasanya, Allah SWT memberikan sebutir kurma untuk makanan saya selama setahun. Ketika Anda mengambil separuhnya, saya takut tahun depan Allah SWT tidak memberikan kurma lagi kepada saya, karena saya tahu, Anda bukanlah sang Pemberi Rezeki.”

Demikianlah dua kisah Nabi Sulaiman dengan semut. Semoga kisah-kisah ini dapat diambil pelajarannya agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com