Tag Archives: nabi syuaib

Rabbi Inni Lima Anzalta Ilayya Min Khairin Faqir, Doa Nabi Musa Minta Jodoh


Jakarta

Ada banyak amalan yang dapat dilakukan muslim agar segera dipertemukan dengan jodoh. Salah satunya yaitu doa Nabi Musa AS minta jodoh dalam Surat Al-Qasas ayat 24, yang bunyinya “Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir”.

Doa itu dibaca Nabi Musa ketika sampai di Kota Madyan dalam keadaan miskin dan tanpa pasangan. Setelah mengamalkannya, beliau dianugerahi jodoh dari Allah SWT yaitu putri Nabi Syu’aib AS, mengutip buku Doa dalam Al-Qur’an dan Sunnah oleh Quraish Shihab.

Oleh sebab itu, sebagian ulama menyebut doa Nabi Musa dalam satu ini sebagai doa memohon jodoh. Simak bacaan dan cara mengamalkan doa Nabi Musa minta jodoh di bawah ini.


Rabbi Inni Lima Anzalta Ilayya Min Khairin Faqir: Arab dan Artinya

رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ

Arab latin: Rabbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqiir.

Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan (rezeki) yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS Al-Qasas: 24)

Cara Mengamalkan Rabbi Inni Lima Anzalta Ilayya Min Khairin Faqir

Dikutip dari buku Kumpulan Doa Khusus Wanita karya Arina Milatal Haq, Syekh Muhdhar menganjurkan rutin membaca doa Nabi Musa minta jodoh sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan.

Doa dapat diamalkan kapan saja dalam sehari, tetapi lebih utama selepas menunaikan sholat fardhu dan di sepertiga malam. Sebab kedua waktu tersebut memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

عن أَبي أمامة رضي الله عنه قَالَ : قيل لِرسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أيُّ الدُّعاءِ أَسْمَعُ ؟ قَالَ : ((جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَواتِ المَكْتُوباتِ))

Artinya: Abu Umamah RA mengatakan: Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah doa yang berpotensi dikabulkan?” Maka Rasulullah SAW menjawab, “Doa di akhir malam, dan doa setelah shalat wajib.” (HR Tirmidzi).

Di samping rutin membacanya setiap hari, muslim hendaknya senantiasa berdoa khusus meminta jodoh kepada Allah SWT, beramal sholeh, serta menjauhi diri dari segala kemaksiatan.

Manfaat Lain Doa Nabi Musa AS Minta Jodoh

Selain memohon jodoh, mengutip buku Tadabbur Doa Sehari-Hari oleh Jumal Ahmad, doa tersebut dapat dipanjatkan ketika dalam kondisi sulit dan sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT. Niscaya Dia akan menolong hamba-Nya dan memenuhi kebutuhannya dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Cara mengamalkannya sama dengan sebelumnya, doa Nabi Musa dalam Surat Al-Qasas ayat 24 bisa rutin dibaca sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan setelah sholat fardhu atau di sepertiga malam.

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Syuaib dan Mukjizatnya saat Dakwah pada Kaum Madyan



Jakarta

Nabi Syuaib AS adalah seorang yang memiliki julukan “Khatib al-Anbiya” atau juru bicaranya para nabi. Ia memiliki kisah terkait mukjizatnya ketika melaksanakan perintah Allah SWT untuk membimbing kaumnya yaitu Madyan.

Dikutip dari Qashash al-Anbiyaa tulisan Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa masyarakat Madyan merupakan suku Arab yang menetap di Madyan, sebuah kota yang terletak di wilayah Mu’an tepatnya di perbatasan negeri Syam dan Hijaz. Wilayah ini berdekatan dengan danau kaum Luth.

Ibnu Katsir menjelaskan, Madyan adalah nama sebuah kabilah keturunan dari Madyan bin Madyan bin Nabi Ibrahim. Nabi yang diutus kepada mereka adalah Syuaib bin Misykal bin Yasyjan, seperti yang dikatakan Ibnu Ishaq.


Kisah Nabi Syuaib dan Mukjizatnya

Masih dalam sumber yang sama diceritakan, penduduk Madyan adalah orang-orang kafir yang memiliki kebiasaan buruk. Mereka gemar merampok di tengah jalan dan menakut-nakuti orang yang sedang dalam perjalanan.

Mereka adalah contoh kelompok masyarakat dengan karakter yang paling buruk dalam interaksi sosial. Mereka melakukan kecurangan dalam jual beli, seperti mengurangi timbangan dan mengambil tambahan ketika membeli.

Kaum Madyan menyembah sebatang pohon yang dikelilingi kebun-kebun yang dikenal dengan Aikah. Allah SWT mengutus seorang laki-laki dari kalangan mereka, yakni Nabi Syuaib AS. Dia mengajak kaum Madyan untuk hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

Nabi Syuaib AS juga melarang perbuatan keji dan tercela. Sebagian dari kaumnya beriman, tetapi kebanyakan tetap dalam kekafiran. Hingga akhirnya Allah SWT menimpakan azab yang sangat pedih kepada kaum Madyan.

Berkaitan dengan ini, Allah SWT berfirman,

“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, yaitu Syuaib. Ia berkata: ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Sesungguhnya, telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian.'” (QS Al-A’râf: 85)

Ibnu Katsir menjelaskan, melalui ayat tersebut Allah SWT telah memberikan bukti kebenaran melalui mukjizat yang diberikan kepada Nabi Syuaib AS. “Walaupun berita tentang mukjizat beliau tidak sampai kepada kita secara detail, ayat di atas telah membuktikan adanya mukjizat itu meskipun bersifat umum,” lanjut Ibnu Katsir.

Diceritakan dalam buku Mukjizat Isra Mi’raj dan Kisah 25 Nabi-Rasul karya Winkanda Satria Putra, kaum Madyan tidak mengindahkan peringatan Nabi Syuaib AS bahkan mencemoohnya. Mereka menganggap Nabi Syuaib AS sudah gila dan perkataannya dusta belaka. Mereka juga menantang Nabi Syuaib AS agar Allah SWT menyegerakan azab-Nya seperti yang dikisahkan oleh Nabi Syuaib AS.

Kemudian, Nabi Syuaib AS berdoa kepada Allah SWT agar menurunkan azab kepada kaum Madyan. Akhirnya, Allah SWT mengabulkan doa tersebut dan menurunkan azab yang pedih kepada kaum Madyan sebagai balasan atas dosa dan keingkaran mereka.

Dikatakan, azab tersebut mulanya diturunkan dalam beberapa tahap, seperti hembusan udara panas yang kering dan membuat mereka dahaga, terjadinya gempa dahsyat, hingga akhirnya membinasakan kaum Madyan.

Sementara itu, Nabi Syuaib AS dan orang-orang yang beriman diberi perlindungan oleh Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,

“Ketika putusan Kami tiba, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sementara orang-orang yang berbuat zalim dihancurkan oleh suara yang menggelegar, sehingga mereka mati berserakan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah tinggal di sana. Ingatlah, begitulah binasa penduduk Madyan, dan seperti yang telah terjadi pada kaum Tsamud juga.” (QS Hud: 94-95)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Ashabul Aikah, Penduduk Zaman Nabi Syu’aib yang Dibinasakan Allah



Jakarta

Al-Qur’an menceritakan berbagai kisah dari kaum yang tinggal pada zaman nabi terdahulu. Salah satunya tentang Ashabul Aikah yang disebut hidup pada zaman Nabi Syu’aib AS.

Allah SWT berfirman dalam surah As Syu’araa ayat 176-177,

كَذَّبَ اَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ الْمُرْسَلِيْنَ ۖ ١٧٦ اِذْ قَالَ لَهُمْ شُعَيْبٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ ١٧٧


Artinya: “Penduduk Aikah telah mendustakan para rasul. Ketika Syu’aib berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”

Ulama tafsir dan pengarang kitab tarikh Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa memaparkan sejumlah pendapat terkait penduduk Aikah atau Ashabul Aikah dalam firman Allah SWT tersebut. Ada yang berpendapat Aikah adalah Madyan dan ada pula yang menyebut bahwa keduanya berbeda karena azab yang diturunkan berbeda.

Menurut Qatadah dan beberapa ulama tafsir, Ashabul Aikah adakah nama sebuah kaum yang berbeda dengan penduduk Madyan. Mereka berpendapat bahwa firman Allah SWT dalam surah Asy Syu’araa hanya dikatakan Syu’aib dan tidak disertakan akhuhum Syuaib (saudara mereka sendiri) seperti penduduk Madyan. Mereka juga berpendapat Ashabul Aikah mendapat azab berupa hari yang gelap, sedangkan penduduk Madyan ditimpa gempa dan suara dahsyat.

Ibnu Katsir menilai pendapat Qatadah itu lemah. Ada dua dalil yang membantah hal ini. Pertama, tidak disebutkannya kata “saudara pada firman Allah, “Penduduk Aikah telah mendustakan para Rasul: ketika Syu’aib berkata kepada mereka…” karena penisbatan mereka kepada berhala yang bernama Aikah.

Sebaliknya, jika firman tersebut dinisbatkan kepada nama kabilah (penduduk Madyan) maka, kata Ibnu Katsir, tidak ada salahnya jika Syu’aib disebutkan sebagai saudara mereka karena berasal dari kota yang sama.

Dalil kedua yang menyangkal pendapat Qatadah itu adalah jika hanya bersandar pada dua azab yang berbeda, maka itu tidak realistis karena tidak ada ulama lain yang berpendapat demikian. Apalagi ada dua azab lain yang berbeda yang menimpa penduduk Madyan. Demikian penjelasan Ibnu Katsir.

Kemudian, untuk riwayat yang disampaikan Al-Hafizh Ibnu Asakir saat menuliskan biografi Nabi Syu’aib AS melalui jalur sampai Abdullah bin Amru secara marfu, yang menyebut penduduk Madyan dan Aikah adalah dua umat yang berbeda namun Allah SWT hanya mengutus Nabi Syu’aib untuk dua kaum itu, adalah pendapat yang lemah. Hadits ini dinilai gharib karena terdapat sanad yang lemah.

Ada juga pendapat yang menyebut bahwa Aikah adalah nama sebuah pohon. Diceritakan dalam Qishash Al-Anbiyaa lil Athfal karya Hamid Ahmad Ath-Thahir, Allah SWT mengutus Nabi Syu’aib AS. Nabi Syu’aib AS kemudian mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, melarang menyembah pohon Aikah, dan memerintahkan mereka untuk berbuat adil dan tidak berbuat zalim.

Dari beberapa pendapat tersebut, Ibnu Katsir sendiri meyakini bahwa Ashabul Aikah dan penduduk Madyan adalah umat yang sama. Hanya saja mereka dibinasakan dengan sejumlah azab yang berbeda-beda.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kaum Aikah yang Mendapat Azab Pedih di Zaman Nabi Syuaib AS



Jakarta

Kaum Aikah hidup di zaman Nabi Syuaib AS. Azab pedih menimpa mereka karena sikap dan perbuatan zalim yang dilakukan.

Nabi Syuaib AS hadir sebagai utusan Allah SWT yang membawa ajaran kebenaran. Sayangnya, kaum ini enggan menyembah Allah dan bersikap buruk. Azab pedih kemudian menimpa kaum ini dan kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an.

Mengutip buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa Allah SWT menimpakan gempa yang sangat dahsyat kepada mereka sehingga semua aktivitas kehidupan menjadi terhenti seketika.


Azab bagi kaum Aikah ini berupa gempa dahsyat yang menghancurkan seluruh negeri.

Ketika bencana datang dalam bentuk guncangan dan suara yang menggelegar dahsyat, semua kehidupan menjadi terhenti dan semua makhluk-Nya menjadi binasa.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 91,

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

Artinya: Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.

Azab dan hukuman yang ditimpakan kepada kaum Nabi Syuaib itu merupakan balasan atas kedurhakaan dan permusuhan yang telah mereka lakukan kepada Nabi Syuaib dan para pengikut beliau.

Azab bagi kaum Aikah ini terjadi karena mereka mengingkari ajaran yang dibawa Nabi Syuaib AS. Hal ini diterangkan dalam surat Hud ayat 87,

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ

Artinya: Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”.

Allah SWT menurunkan azab berupa suara keras yang menggelegar itu untuk menghentikan mulut mereka yang senantiasa melontarkan hinaan dan ejekan kepada Nabi Syuaib AS.

Sebagian ahli tafsir seperti Qatadah beranggapan bahwa penduduk Aikah berbeda dengan kaum Madyan.

Dalam buku Situs-situs dalam Al-Qur’an karya Syahruddin El-Fikri disebutka Nabi Syuaib AS diutus kepada kaum Aikah dan juga Kaum Madyan. Dua penduduk ini sama-sama ingkar pada ajaran Allah SWT sehingga azab pedih menimpa keduanya.

Allah SWT menyebut azab bagi penduduk Aikah dengan sebutan yaum azh-zhillah (azab pada hari mereka dinaungi awan), sedangkan azab bagi penduduk Madyan disebut ar-rajfah (gempa) atau ash-shaihah (suara keras menggelegar).

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir ketika menjelaskan tentang biografi Nabi Syuaib melalui jalur riwayat Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, dari ayahnya, dari Mu’awiyah bin Hisyam, dari Hisyam bin Sa’ad, dari Syafiq bin Abi Hilal, dari Rubaiah bin Saif, dari Abdullah bin Amr yang diriwayatkan secara marfu’ disebutkan: “Sesungguhnya, kaum Madyan dan penduduk Aikah merupakan dua umat (yang berbeda). Allah mengutus Nabi Syuaib kepada kedua umat itu.”

Allah SWT menyebutkan perbuatan tercela yang dilakukan oleh penduduk Aikah sebagaimana Allah SWT menyebutkan perbuatan buruk kaum Madyan, yaitu mengurangi takaran dan timbangan.

Wallahu a’lam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com