Tag Archives: Nabi

Kisah Nabi Musa AS dan Dua Pemuda yang Berkelahi


Jakarta

Kisah Nabi Musa tak mungkin dilepaskan dari penguasa sombong Raja Fir’aun. Raja Firaun yang mabuk kuasa tersebut mengangkat dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah rakyatnya. Dia juga memerintahkan semua bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh.

Di tengah kekacauan tersebut lahirkan Nabi Musa dari orang tua yang terus mengkhawatirkan keselamatannya. Sejarah mencatat, bayi tersebut selamat dan menjadi Nabi pemegang gelar ulul azmi. Dia juga berhasil menyelamatkan kaumnya dari cengkeraman Fir’aun.

Kisah Nabi Musa AS Menjadi Anak Asuh Fir’aun

Mengutip website Darunnajah, Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Yaqub tengah melahirkan bayinya, Musa dengan selamat. Namun, dia merasa sedih dan khawatir kalau bayinya akan dibunuh oleh orang-orang Firaun. Bidan yang membantu kelahirannya pun menjaga kerahasiaan persalinannya.


Sampai bayinya berusia tiga bulan, Allah memberikan ilham kepadanya untik menyembunyikan bayiya dalam sebuah peti yang tertutup rapat. Kemdan membiarkan peti yang berisi bayinya terapung di atas Sungai Nil. Dia pun bertawakal dan melepaskan bayinya di dalam peti dengan memerintahkan kakak Musa untuk mengawasi dan mengikuti peti itu.

Bayi itu pun sampai di puteri raja yang berada di tepi sungai Nil. Kemudian diserahkanlah ia pada ibunya yang bernama Asiah isteri Firaun. Aisah pun lalu memberitahu Firaun tentang bayi laki-laki yang ditemukan dalam peti di atas permukaan sungai nil tersebut.

Firaun segera mengeluarkan perintah untuk membunuh bayi tersebut. Dia khawatir, bayi itu yang diramalkan akan menjadi musuhnya kelak. Namun, Asiah yang sudah terlanjur sayang dengan bayi tersebut meminta Firaun untuk tidak membunuhnya. Maka, selamatlah nyawa putera Yukabad tersebut.

Nama Musa pun diberikan kepada bayi itu yang berarti air dan pohon, sesuai dengan tempat ditemukannya. Dicarikanlah beberapa inang untuk menjadi ibu susuannya. Namun setiap inang ingin menyusuinya, bayi musa menolak dan tidak ingin menyusu.

Hingga pada akhirnya, atas izin Allah, Yukabad yang menjadi ibu susuan bayi Musa. Berbeda dengan sebelumnya, bayi Musa langsung menerima air susu dari ibu kandungnya tersebut dengan lahap. Bayi Musa diserahkan kepada Yukabad selama masa menyusui.

Setelah selesai, dikembalikanlah Musa ke istana. Kisah Nabi Musa ini tercatat dalam QS Al Qashash ayat 7

وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ

Artinya: “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”

Kisah Nabi Musa dan Dua Pemuda yang Berkelahi

Selama menjadi putra Fir’aun, Nabi Musa hidup dalam lingkungan kerajaan. Mengutip buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, terdapat sebuah peristiwa yang membuat Musa membunuh orang Mesir yang mana adalah kaum Firaun.

Kala itu Musa melihat dua orang laki-laki berkelahi dengan saling pukul. Satu dari golongan Bani Israil, satunya lagi dari kaum Firaun. Pihak yang berasal dari Bani Israil, yang juga dari golongan Nabi Musa meminta pertolongannya.

Nabi Musa lantas menolong orang dari golongan Bani Israil dengan meninju lawannya. Musa pun sama sekali tidak bermaksud membunuhnya. Dia hanya ingin menakut-nakuti dan membuatnya jera. Namun orang yang dipukulnya meninggal dunia.

Kisah ini tercantum dalam QS Al Qashash ayat 15

وَدَخَلَ ٱلْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَٰذَا مِن شِيعَتِهِۦ وَهَٰذَا مِنْ عَدُوِّهِۦ ۖ فَٱسْتَغَٰثَهُ ٱلَّذِى مِن شِيعَتِهِۦ عَلَى ٱلَّذِى مِنْ عَدُوِّهِۦ فَوَكَزَهُۥ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَٰذَا مِنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّهُۥ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

Artinya: “Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).”

Peristiwa serupa terulang, namun Nabi Musa memilih jalan lain seperti tercantum dalam QS Al Qashash ayat 18

فَأَصْبَحَ فِى ٱلْمَدِينَةِ خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا ٱلَّذِى ٱسْتَنصَرَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُۥ ۚ قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰٓ إِنَّكَ لَغَوِىٌّ مُّبِينٌ

Artinya: “Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya.” Musa berkata kepadanya: “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya).”

Nabi Musa tetap berupaya membantu orang Israil tersebut. Saat akan memukul orang Mesir yang menjadi musuh orang Israil itu, dia berkata, “Wahai Musa, apakah engkau bermaksud membunuhku? Sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini) dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.”

Firaun pun pada akhirnya mengetahui bahwa Musa-lah yang menyebabkan satu orang Mesir terbunuh. Maka, dia mengutus ajudannya untuk menjemput Musa. Akan tetapi, utusan tersebut didahului seseorang yang menghampiri Musa.

Dia berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu. Maka, keluarlah dari kota ini. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu.”

Akhirnya keluarlah Musa dari Mesir dengan rasa takut. Dia pun berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.” Nabi Musa pergi ke negeri Madyan sampai waktu yang ditentukan. Di sana Musa mendapatkan kehormatan dan keistimewaan, di antaranya berbicara langsung kepada Allah.”

Itulah sepenggal kisah kelahiran Nabi Musa dan tentang Nabi Musa yang tak sengaja membunuh orang Mesir. Semoga infomasi ini membantumu ya.

(elk/row)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah Beri Syafaat di Padang Mahsyar


Jakarta

Kiamat adalah sebuah peristiwa di mana alam semesta ini hancur dan menjadi awal bagi kehidupan yang abadi. Setelah kiamat, manusia akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT dan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menjalani pengadilan.

Ketika berada di Padang Mahsyar, semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, khawatir dengan nasib dan mencoba mencari perlindungan. Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa pun angkat tangan saat dimintai syafa’at oleh orang-orang mukmin di Padang Mahsyar.

Syekh Ibrahim Al-Bajury dalam kitabnya “Tijanud Darary” mengisahkan, sekelompok manusia beriman berinisiatif mendatangi Nabi Adam dengan suatu permohonan. “Wahai Nabi Adam! Engkau bapak segala manusia dan tercipta dengan kekuasaan Allah. Mohonkan kepada Allah agar mempercepat proses ini dan meringankan beban kita ini”.


Nabi Adam menjawab: “Aku tidak berani berbicara di hadapan Allah karena waktu dahulu pernah bersalah sehingga dikeluarkan dari surga. Saat ini aku hanya berpikir untuk diriku”.

Nabi Adam kemudian mengarahkan agar manusia mendatangi Nabi Nuh sebagai rasul pertama.

Manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh dan berkata: “Wahai Nuh, bermohonlah kepada Allah agar mempercepat proses ini”.

Nabi Nuh menjawab: “Aku tidak berani berbicara di hadapan Allah saat ini, karena dulu aku pernah bermohon agar Allah menenggelamkan penduduk bumi sehingga banjir melanda”.

Nabi Nuh merasa bersalah dan malu berbicara kepada Allah, dia hanya mengarahkan agar para manusia menghadap Nabi Ibrahim sebagai kekasih Allah.

Berikutnya sekelompok manusia menghadap Nabi Ibrahim. Ternyata Nabi Ibrahim juga mengaku pernah bersalah. Karena kepandainnya bersilat lidah beliau mengaku telah berdusta tiga kali, walaupun sebenarnya beliau bukan berdusta.

Pertama mengatakan “inni saqiim/aku sedang sakit”, maksudnya bukan sakit fisik tapi sakit perasaan karena banyak yang melakukan kemusyrikan. Kedua ketika mengatakan isterinya sebagai saudara “innaha ukhti”, maksudnya saudara seagama. Ketiga ketika menjawab pertanyaan Raja Namrud tentang siapa yang menghancurkan berhala setelah beliau melakukannya. Beliau mengatakan “kabiiruhum hadza”, yang besar ini. Maksudnya bukan yang besar ini penghancurnya, tapi ini yang paling besar ukuran berhalanya.

Nabi Ibrahim tidak bisa memberi syafa’at dan mengarahkan kepada Nabi Musa yang pernah berdialog langsung dengan Allah.

Nabi Musa juga tidak bisa karena pernah melakukan pembunuhan yang tidak semestinya. Beliau tidak sengaja hanya melakukan pukulan sedikit tanpa berniat membunuh ternyata orang itu mati.

Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa. Dalam dialognya, Nabi Isa tidak bisa juga memberi syafa’at karena Isa dan ibunya Maryam telah manusia jadikan sebagai Tuhan selain Allah. Nabi Isa malu meminta sesuatu kepada Allah.

Lantas siapa yang bisa memberikan syafa’at kepada manusia? Siapa yang akhirnya menjadi manusia paling sibuk di akhirat?

Akhirnya mereka mendatangi Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi. Nabi Muhammad saja yang berani merespon. “Ayo umatku. Ayo umatku. Ayo umatku. Mari datang ke sini. Ini memang wewenangku”. Beliau sujud di bawah ‘arsy’ seperti salat.

Sampai ada suara “Angkat kepalamu Muhammad, jika kamu meminta sesuatu Aku berikan dan jika kamu meminta syafa’at ini Aku serahkan”. Nabi Muhammad kemudian memberikan syafa’at terbesar kepada umat beriman di padang mahsyar.

Rasulullah Jadi Manusia Pertama yang Dibangkitkan dari Kubur

Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” Orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur di hari kiamat nanti adalah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam”.

Saat itu, malaikat Jibril datang ke hadapan Rasulullah dengan membawa buraq. Lalu, malaikat Israfil membawa bendera dan mahkota, sedangkan malaikat Izrail datang dengan membawa pakaian-pakaian.

Israfil berkata “Wahai Roh yang baik, kembalilah ke tubuh yang baik” , maka kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mulai terbongkar.

Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdiri, Sang Nabi membersihkan tanah dari atas kepala dan janggutnya. Kemudian dilihatnya kondisi di sekitar yang sudah rata dengan tanah. Nabi Muhammad kemudian menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.

Beliau bersabda, “Kekasihku Jibril, gembirakanlah aku”. Jibril berkata, “Lihatlah apa yang ada di hadapanmu”. Rasulullah bersabda, “Bukan seperti itu pertanyaanku” .Jibril kembali berkata “Adakah kau tidak melihat bendera kepujian yang terpasang di atasnya”.

Rasulullah SAW bersabda, “Bukan itu maksud pertanyaanku, aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka? Niscaya akan kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafa’atkan umatku”.

Rasulullah Beri Syafa’at di Padang Mahsyar

Rasulullah SAW menjadi satu-satunya nabi yang menyanggupi permintaan dari para mukmin untuk memberikan syafa’at. Bahkan, ketika sudah berada di dalam surga sekalipun beliau masih sibuk memikirkan umatnya dengan terus memohon kepada Allah agar bisa menolong umatnya.

Hal ini bukan sebuah kebetulan, Rasulullah SAW memang rasul yang sangat memperhatikan keselamatan para umatnya. Bahkan saat diberikan pilihan oleh Allah, antara memilih separuh umatnya masuk surga dengan syafa’at, maka Rasulullah SAW memilih syafa’at. Sebab cakupan syafa’at lebih luas dan menjadi hak setiap muslim yang beriman.

Mengutip dari laman NU Online, diungkapkan dalam sebuah hadits beliau bersabda. “Apakah kalian tahu apa yang dipilihkan Tuhanku malam ini?” Para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya Dia memberi pilihan kepadaku antara separuh umatku masuk surga dengan syafaat, maka aku memilih syafaat,” (HR ath-Thabrani).

Bahkan, ketika nabi lain menggunakan doa mustajabnya untuk di dunia, Rasulullah SAW mempersiapkan doa mustajab untuk mensyafaati umatnya. Sebagaimana dalam hadits berikut:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ

Artinya, “Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakannya. Namun, aku ingin menyimpan doa (mustajab)-ku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat,” (HR Al-Bukhari).

Syarat Mendapat Syafaat dari Rasulullah saat Kiamat

Berikut 3 syarat agar mendapat syafaat dari Rasulullah SAW ketika di akhirat kelak:

1. Meninggal dalam Keadaan Tidak Menyekutukan Allah

Hal itu seperti yang ditandaskan dalam sabdanya:

أُشْهِدُكُمْ أَنَّ شَفَاعَتِي لِكُلِّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Artinya, “Aku bersaksi kepada kalian bahwa syafaatku diperuntukkan bagi setiap muslim yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan apapun,” (HR Abu Dawud).

2. Meninggal Membawa Keimanan Walau Sebesar Biji Sawi

Hal itu seperti yang digambarkan dalam haditsnya:

أَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ فَيُفْتَحُ بَابٌ مِنْ ذَهَبٍ وَحِلَقُهُ مِنْ فِضَّةٍ، فَيَسْتَقْبِلُنِي النُّورُ الْأَكْبَرُ، فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَأُلْقِي مِنَ الثَّنَاءِ عَلَى اللَّهِ مَا لَمْ يُلْقِ أَحَدٌ قَبْلِي، فَيُقَالُ لِي: ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ، قَالَ: ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ أُلْقِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، وَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ،

Artinya, “Aku mengunci pintu surga. Tiba-tiba dibukakan satu pintu dari emas dan lengkungnya dari perak. Kemudian aku disambut oleh cahaya yang agung. Aku pun langsung bersujud seraya menyampaikan pujian kepada Allah dengan pujian yang belum pernah disampaikan seorang pun sebelumku. Disampaikanlah kepadaku, ‘Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Meminta syafaatlah, niscaya engkau akan diberi syafaat.’ Aku pun berkata, ‘Umatku…!’ Lantas dijawab, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walau seberat biji gandum.’ Aku pun bersujud kedua kalinya dan menyampaikan pujian yang sama dan disampaikan lagi kepadaku jawaban yang sama. Lalu terus memohon lagi, ‘Umatku…!’ Disampaikan kepadaku, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walaupun sekecil biji sawi.'”

3. Meninggal Mengucapkan Kalimat Thayyibah atau Lailahaillah dengan Ikhlas

Sebagaimana yang disampaikan dalam lanjutan hadits di atas:

ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّالِثَةَ، فَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، ثُمَّ أَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا

Artinya, “Aku bersujud ketiga kalinya dan disampaikan kepadaku jawaban yang sama. Setelah itu, aku mengangkat kepala dan memohon lagi, ‘Umatku…!’ Lalu disampaikan kepadaku,’Engkau berhak menolong orang yang mengucap ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas,'” (HR Abu Ya’la).

Itulah sepak terjang seorang Rasulullah SAW saat hari akhir nanti. Sungguh beliaulah manusia paling sibuk dan paling peduli dengan keselamatan umatnya.

(hnh/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Cinta Khadijah dan Rasulullah, Paling Romantis dalam Islam


Jakarta

Kisah cinta Sayyidah Khadijah RA dengan Nabi Muhammad SAW tidak kalah romantis dari Romeo dan Juliet. Kecintaan Rasulullah SAW kepada istri pertamanya itu sangat dalam, hingga saat kepergian Khadijah RA membuat dirinya bersedih dan menjadi Amu al-Huzn (tahun kesedihan) bagi Rasulullah SAW.

Muhammad Ibnu Saad dalam bukunya The Women of Madina, Khadijah binti Khuwailid merupakan istri pertama Rasulullah SAW dan merupakan satu-satunya istrinya yang tidak ia poligami. Sebelum menikahi Rasulullah SAW, Khadijah RA telah berhasil membangun bisnisnya sendiri dan menjadi wanita sukses.

Khadijah RA dikenal sebagai perempuan yang lahir dari keluarga yang terhormat dan mulia. Masyarakat pada zaman Jahiliyah bahkan memberinya julukan at-Thahirah, yaitu seorang wanita yang suci.


Dalam beberapa riwayat menyebutkan, Khadijah RA berstatus janda sebelum menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau dikatakan sudah menikah dua kali dan kedua suaminya meninggal dunia.

Awal Pertemuan Khadijah RA dan Rasulullah SAW

Dalam Kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menjelaskan, Sayyidah Khadijah RA adalah seorang wanita yang pandai berbisnis dalam masyarakat patriarki sehingga beliau membutuhkan laki-laki untuk membantunya. Lalu, Khadijah RA mencari pemuda yang jujur dan mampu menjalankan bisnisnya.

Pada masa itu, Rasulullah SAW yang belum diangkat menjadi nabi mendatangi Khadijah RA untuk melamar posisi tersebut. Tanpa ragu, Khadijah RA memberikan posisi itu kepada Rasulullah SAW.

Beliau memerintahkan Rasulullah SAW agar menjajakan barang dagangannya ke negeri Syam dengan ditemani seorang pelayan bernama Maisarah. Beliau juga dibekali modal yang cukup besar dibanding pekerja lain.

Di negeri Syam, Rasulullah SAW mulai menjual barang-barang dagangannya. Keuntungan yang diperoleh Rasulullah SAW berlipat ganda, sehingga Khadijah RA memberi bonus dari hasil penjualan tersebut.

Pernikahan Khadijah RA dengan Rasulullah SAW

Berdasarkan buku Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kisah Istri-Istri Nabi Muhammad SAW karya Herwanti Subekti dan Sutarman, saat menikah Khadijah RA berusia 40 tahun sedangkan Rasulullah SAW berusia 25 tahun. Tapi perbedaan usia yang sangat jauh ini tidak menghalangi cinta mereka.

Sepulang dari negeri Syam, Khadijah RA bertanya kepada pelayannya mengenai sikap Rasulullah SAW. Maisarah bercerita bahwa Rasulullah SAW adalah pria paling baik dan lembut yang pernah ia temui.

Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga sangat mumpuni dalam menjalankan tugasnya sebagai mitra dagang. Khadijah RA pun mulai terkesan dan menaruh perhatian pada Rasulullah SAW.

Kemudian, Khadijah RA mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau mengutus sahabatnya, Nafisah, untuk menyampaikan berita ini ke Rasulullah SAW.

Setelah melalui berbagai perbincangan, Rasulullah SAW bersedia menerima tawaran Nafisah untuk menikahi Khadijah RA. Kabar gembira ini disampaikan kepada kedua pihak keluarga.

Rasulullah SAW dan pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib RA bersiap untuk mendatangi rumah Khuwailid bin Asad RA selaku wali dari Khadijah RA. Dua bulan setelah perjalanan bisnis pertamanya, Rasulullah SAW resmi menikah dengan Sayyidah Khadijah RA.

Kehidupan Pernikahan Khadijah RA dengan Rasulullah SAW

Selain menjadi istri pertama, Sayyidah Khadijah RA adalah satu-satunya istri Rasulullah SAW yang tidak dipoligami. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang putra dan empat orang putri. Mereka adalah Abdullah, Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Saat Rasulullah SAW menerima wahyu dan diangkat menjadi nabi, Khadijah RA menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah SWT dan rasul beserta ajaran-ajarannya. Khadijah RA juga senantiasa menemani Rasulullah SAW saat berdakwah.

Hubungan suami-istri Sayyidah Khadijah RA dengan Rasulullah SAW berlangsung selama kurang lebih 25 tahun. Ketika Rasulullah SAW berusia 50 tahun, Khadijah RA wafat pada usianya yang menginjak 65 tahun.

Mengutip buku Pengantin Al-Quran karya Quraish Shihab, meskipun Khadijah RA telah meninggal, cinta Rasulullah SAW kepadanya tidak pernah hilang. Rasulullah SAW bahkan pernah menangis ketika tak sengaja melihat kalung yang biasa digunakan oleh almarhum istrinya.

Sungguh indah ketika dua insan memadu cinta, melewati susah senangnya kehidupan bersama, dalam bahtera rumah tangga. Kisah kesetiaan keduanya dapat menjadi inspirasi bagi pasangan suami istri.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ayyub yang Sabar Diuji dengan Penyakit Kulit Bertahun-tahun


Jakarta

Nabi Ayyub AS adalah sosok nabi dikenal sabar dalam menghadapi setiap musibah yang mendatanginya. Sepanjang perjalanan hidupnya, ia pernah mendapat ujian berupa kehilangan harta dan keluarga, hingga penyakit kulit yang mendera tubuhnya bertahun-tahun.

Ibnu Katsir mengisahkan dalam bukunya Qashash Al-Anbiyya, Nabi Ayyub AS mulanya termasuk seseorang yang sangat kaya raya. Di antara harta kekayaan yang dimilikinya, yakni berupa hewan ternak serta tanah pertanian yang terbentang luas di daerah Hauran.

Tak hanya itu, Nabi Ayyub AS juga memiliki seorang istri yang melahirkan anak-anak baik dan saleh. Namun, Allah SWT kemudian mengujinya dengan mengambil seluruh kenikmatan yang dimilikinya saat itu.


Banyak musibah kian berdatangan menimpa Nabi Ayyub AS mulai dari anak-anaknya yang meninggal dunia, harta kekayaan yang habis tak tersisa, serta beliau mengalami penyakit kulit selama 18 tahun yang sangat sulit disembuhkan.

Meski demikian, Nabi Ayyub AS senantiasa sabar dan tidak pernah mengeluh terhadap segala ujian yang menerpanya. Ia selalu berbaik sangka dan bertawakal atas kehendak Allah SWT.

Diuji Penyakit Kulit hingga Diusir dari Kampung Halaman

Ujian berupa penyakit kulit yang menimpa Nabi Ayyub AS berlangsung selama bertahun-tahun. Kondisi tersebut membuatnya semakin lama dikucilkan oleh masyarakat hingga diusir dari kampung halamannya.

Bahkan, Anas meruwayatkan bahwa Nabi Ayyub AS dibuang di tempat sampah milik bani Israil hingga tubuhnya dikerumuni lalat dan berbagai macam serangga lainnya.

Kala itu, tak ada seorang pun yang merasa kasihan kepada Nabi Ayyub AS, kecuali istrinya sendiri yang selalu memuliakan dan mengurus segala kebutuhannya.

As-Saddiy menceritakan, “Daging yang melekat pada tubuh Ayyub mulai berjatuhan hingga tidak ada yang tersisa di tubuhnya, kecuali tulang belilang dan otot-ototnya saja. Sementara itu, istrinya tiada henti menemui beliau sembari membawa abu gosok sebagai alas untuk berbaring.”

Usai kondisi yang sangat memprihatinkan itu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, istrinya berkata, “Duhai Ayyub, seandainya engkau berdoa memohon kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan menyembuhkanmu.”

Kemudian Nabi Ayyub AS menjawabnya, “Aku telah menjalani hidup dalam keadaan sehat walafiat selama tujuh puluh tahun. Oleh sebab itu, tidak sewajarnyakah jika aku bersabar kepada Allah dalam menjalani ujian yang lebih pendek dari tujuh puluh tahun?”

Betapa terkejutnya istri Nabi Ayyub AS tatkala mendengar ucapan suaminya itu. Selanjutnya, ia bekerja pada orang lain agar dapat mencukupi kebutuhan hidup bersama suaminya.

Ketika tidak mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya bekerja, istri Nabi Ayyub AS lantas menjual salah satu dari dua kepang rambutnya kepada putri seorang pejabat dan ditukarkan dengan makanan yang sangat banyak.

Saat Nabi Ayyub AS mengetahui kepala istrinya yang sudah tidak berambut, beliau berdoa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 83,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.

Dikabulkannya Doa Nabi Ayyub Sembuh dari Penyakit Kulit

Dikutip dari buku Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah oleh Syafi’ie el-Bantanie, penyakit kulit yang diderita Nabi Ayyub AS akhirnya sembuh atas pertolongan dari Allah SWT dengan mengabulkan doa-doanya.

Pada saat itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ayyub AS agar menghentakkan kakinya ke tanah hingga terpancarlah air yang dapat digunakannya untuk mandi dan meminumnya. Perintah ini termaktub dalam surah Shad ayat 42, Allah SWT berfirman,

ٱرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

Artinya: (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

Setelah Nabi Ayyub AS mandi dan minum dengan air tersebut, seketika penyakit kulit yang menimpanya sembuh, badannya sehat kembali, dan wajahnya pun tampak lebih segar dan berseri.

Tak hanya itu, Nabi Ayyub AS juga kembali dianugerahi dengan harta kekayaan seperti sedia kala, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Ia pun hidup bahagia bersama istrinya dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yahya yang Tidak Menikah dan Menentang Pernikahan Terlarang



Jakarta

Nabi Yahya AS adalah putra semata wayang dari Nabi Zakaria AS. Saat beliau dilahirkan, kedua orang tuanya telah berusia senja sehingga tidak mungkin baginya memiliki anak. Kelahiran Nabi Yahya AS menunjukkan mukjizat dan wujud kebesaran Allah SWT.

Mengutip dari buku Cerita 25 Nabi & Rasul karya Irsyad Zulfahmi, Nabi Yahya AS sejak kecil telah dikaruniai hikmah oleh Allah SWT. Hal ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 12, Allah SWT berfirman:

يَٰيَحْيَىٰ خُذِ ٱلْكِتَٰبَ بِقُوَّةٍ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْحُكْمَ صَبِيًّا


Artinya: “Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.” (QS Maryam: 12).

Di masa kecilnya, Nabi Yahya AS sudah tampak lebih pandai dan tajam pemikirannya dari kebanyakan anak-anak seusianya.

Beliau kemudian tumbuh menjadi anak yang cerdas, berperilaku baik, pandai menahan hawa nafsu, hingga diangkat menjadi nabi untuk menggantikan tugas dakwah ayahnya kepada Bani Israil yang kala itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Nabi Yahya Tidak Menikah Semasa Hidupnya

Disebutkan dalam beberapa tafsir ayat Al-Qur’an, Nabi Yahya termasuk salah satu nabi yang tidak menikah semasa hidupnya. Hal ini mengacu pada firman Allah SWT yang termaktub dalam surat Ali Imran ayat 39:

فَنَادَتْهُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٌ يُصَلِّى فِى ٱلْمِحْرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًۢا بِكَلِمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya: “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya, Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (QS Ali Imran: 39).

Melalui ayat tersebut, Allah SWT memuji Nabi Yahya AS dengan empat sifat terpuji, yakni sebagai panutan, seorang yang hashur, seorang nabi, dan orang yang soleh. Kata ‘hashur’ yang disebutkan dalam ayat ini, yaitu bermakna orang yang menahan diri dari hawa nafsu atau hubungan seksual.

Disebutkan dalam buku Para Ulama dan Intelektual yang Memilih Menjomblo, KH Husein Muhammad mengartikan kata hashur sebagai orang yang tidak tertarik kepada perempuan, meskipun ia sehat secara seksual.

Namun, hashur bukan berarti menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Nabi Yahya AS. Sebab, dalam agama tidak diperbolehkan menyematkan suatu aib dalam pujian.

Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni dalam buku Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an menerangkan bahwa sifat Nabi Yahya AS yang mampu menahan diri dari hawa nafsu tersebut bukan berarti tidak menginginkan wanita, tetapi ia terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.

Wafatnya Nabi Yahya Kala Menentang Pernikahan Bersaudara

Dalam kisah hidupnya, wafatnya Nabi Yahya AS disebabkan karena menegakkan syariat dengan menentang pernikahan bersaudara.

Selama mengemban risalah Allah SWT untuk menyadarkan kaum Bani Israil, Nabi Yahya AS ikut merasakan sengitnya pertentangan dari kaumnya. Terlebih, ketika para pemuka kaum Bani Israil bersekutu dengan Raja Herodes selaku wakil kekaisaran Romawi di Palestina untuk melawan dakwahnya.

Dikisahkan dalam buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko, kegemparan kala itu terjadi di kalangan kaum Bani Israil ketika terdapat kabar yang menyatakan Raja Herodes hendak menikahi anak tirinya yang bernama Herodia.

Pernikahan yang hendak dilakukan Raja Herodes tersebut merupakan bentuk perkawinan yang terlarang di dalam kitab taurat. Nabi Yahya AS pun dengan lantang menyatakan apa yang akan diberbuat Herodes termasuk sebuah kesalahan.

Raja Herodes tentu murka mendengar kecaman dari Nabi Yahya hingga berniat menangkap dan menjatuhkan hukuman terberatnya. Ia kemudian memerintahkan kepada para prajuritnya untuk menangkap dan membunuh Nabi Yahya AS.

Para prajurit Romawi bergerak cepat memenuhi perintah sang raja. Mereka berhasil menemukan keberadaan Nabi Yahya AS ketika tengah melaksanakan sholat. Tanpa menunggu lama, pedang algojo Romawi berkelebat memenggal kepala Nabi Yahya AS.

Saat itu pula Nabi Yahya AS dinyatakan wafat sebagai syuhada, yakni orang-orang yang meninggal saat sedang membela agama Allah SWT.

Azab pedih pun menimpa Raja Herodes dan para pengikutnya, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 21

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلنَّبِيِّۦنَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ ٱلَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِٱلْقِسْطِ مِنَ ٱلنَّاسِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Dibunuh 70 Kali tapi Masih Hidup, Ini Sosok Nabi Utusan Allah



Jakarta

Allah SWT mengutus nabi-Nya kepada seorang raja zalim penyembah berhala yang bernama Dardiyanah. Salah satu kisah yang populer dari nabi tersebut adalah tatkala ia dibunuh 70 kali tapi masih hidup.

Nabi yang dibunuh 70 kali tapi masih hidup ini adalah Nabi Jirjis AS. Ia tidak masuk dalam daftar 25 nabi dan rasul yang wajib diimani umat Islam. Namun, beberapa riwayat menceritakan tentang kisahnya.

Diceritakan dalam buku Diabadikan Qur’an Dipelihara Bumi karya TGH. Lalu Ibrohim, Nabi Jirjis AS diutus Allah SWT kepada penduduk sebuah kerajaan di Ba’labakka. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Dardiyanah.


Dardiyanah merupakan penyembah berhala bernama Ba’l. Berhala tersebut dikatakan terbuat dari emas yang tingginya mencapai sekitar 10 m. Berhala ini memiliki empat wajah yang masing-masing menghadap tiap penjuru mata angin.

Saat Nabi Jirjis AS diutus, tentu ia enggan sujud kepada berhala itu. Dengan tegas ia mengatakan, “Hai raja kenapa kau menyembah benda mati yang tidak bisa melihat ataupun mendengar?”

Dengan bangga raja itu menjawab, “Sejak aku menyembah berhala ini, aku bisa menjadi raja. Aku menjadi kaya raya dan memiliki nikmat yang tak terhitung banyaknya. Tetapi engkau menyembah Tuhan yang tidak pernah kelihatan, apa yang kamu peroleh dari Tuhanmu itu sebagai imbalannya?”

“Kekayaan dan kesenangan dunia akan sirna. Allah akan memberiku nikmat akhirat yang kekal di surga,” ujar Nabi Jirjis AS.

Hingga akhirnya terjadilah perdebatan antara Dardiyanah dan Nabi Jirjis AS. Karena lawannya adalah utusan Allah SWT, Dardiyanah kalah berdebat. Dia lantas menggunakan kekuasaannya untuk menyiksa Nabi Jirjis AS dengan 70 macam siksaan yang pedih–ada juga riwayat yang menyebut 100 siksaan.

Setiap mendapat satu siksaan hingga meninggal, Allah SWT menghidupkan kembali Nabi Jirjis AS. Lalu, Nabi Jirjis AS datang lagi kepada Dardiyanah dengan seruan yang sama untuk menyembah Allah SWT.

Kisah Nabi Jirjis AS ini tidak banyak dibahas di kalangan ulama tafsir seperti Ibnu Katsir. Para ulama tafsir dan sejarah menyebutkan banyak nama nabi dengan menukil dari bani Israil atau berpegang pada sejumlah pendapat. Dalam kitab Fathu al-Bari sebagaimana dinukil Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam Al-Madkhal ila Dirasal Al-Akidah Al-Islamiyyah, dikatakan Jirjis adalah nabi setelah Nabi Isa AS.

Namun, Umar Sulaiman Al-Asyqar menolak pendapat ini. Ia berdasar pada hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang menyebut bahwa antara Nabi Isa bin Maryam dan Rasulullah SAW tidak ada seorang nabi.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Jari Rasulullah SAW Bisa Mengeluarkan Air?



Jakarta

Mukjizat adalah karunia yang Allah SWT berikan kepada nabi dengan tujuan untuk mempermudah utusan-Nya mengemban tugas. Rasulullah SAW adalah salah satu yang dikaruniai mukjizat memancarkan air dari sela-sela jarinya.

Kisah pertama mukjizat Nabi Muhammad SAW ini terabadikan dalam riwayat hadits pada Kitab Fadha’il ash Shahabah yang diceritakan Anas bin Malik. Berikut bunyi haditsnya:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِمَاءٍ فَأُتِيَ بِقَدَحٍ رَحْرَاحٍ فَجَعَلَ الْقَوْمُ يَتَوَضَّؤُونَ فَحَزَرْتُ مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى الثَّمَانِينَ. قَالَ: فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَى الْمَاءِ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ. رواه مسلم


Artinya: “Dari Anas RA bahwasannya Nabi SAW pernah meminta air, lalu diberikan kepada beliau sebaskom air. Maka berwudhulah kaum muslimin dengan air itu. Aku memperkirakan jumlah mereka berkisar antara enam puluh sampai delapan puluh orang. Dan aku menyaksikan sendiri air itu keluar dari sela-sela jari beliau.” (HR. Muslim).

Dikutip dari buku Mukjizat Nabiku Muhammad karya Muhammad Ash-Shayyim, ada berbagai kisah menyebutkan mukjizat Rasulullah SAW yang mampu mengeluarkan air dari celah jarinya. Berikut hadits lain yang menceritakan kisah tersebut:

عن أنس رضي الله عنه قال: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وحانت صلاة العصر وهو بالزوراء (موضع بسوق المدينة) فالتمس الناس الوضوء فلم يجدوه فأتى رسول الله صلى الله عليه وسلم بوضوء في إناء فوضع يده في ذلك الإناء. فأمر الناس أن يتوضؤوا منه فرأيت الماء ينبع من بين أصابعه صلى الله عليه وسلم. فتوضأ الناس حتى توضؤوا عن آخرهم. قيل لأنس: كم كنتم فقال: كنا زهاء ثلاثمئة.

Artinya: Dari Anas bin Malik RA, dia mengatakan mengatakan: “Aku melihat Rasulullah SAW ketika waktu Ashar, beliau berada di dekat pasar Madinah, telah tiba dan orang-orang sedang mencari air wudhu, namun mereka belum mendapatkannya. Lantas dibawakan air wudhu kepada Rasulullah SAW maka Rasulullah SAW meletakkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Beliau pun memerintahkan orang-orang untuk berwudhu darinya. Anas berkata: Aku melihat air mengalir dari bawah jari-jari beliau (Nabi SAW), sehingga mereka berwudhu sampai orang yang terakhir.” Anas ditanya, berapa jumlah mereka ketika itu. Anas menjawab, “Kurang lebih 300 orang.” (HR Muslim).

Dikisahkan Nabi Muhammad SAW ketika itu berada di Zawra atau tempat yang agak tinggi di Masjid Nabawi. Beliau diketahui memasukkan tangannya ke dalam sebuah ember.

Atas izin Allah SWT, air secara tiba-tiba memancar dari jari-jemari beliau. Para kaum muslimin saat itu pun berwudhu dari air tersebut.

Qatadah yang mendengar kisah ini pun bertanya pada Anas, “Berapa jumlah kalian saat itu?”

Anas menjawab, “Sekitar tiga ratus orang,” (HR Bukhari dan Muslim).

Bukti lainnya terangkum dalam sejumlah kitab shahih terutama dari shahih Bukhari dan Muslim. Dalam sebuah riwayat yang berasal dari Salim bin Abi al Ju’d dari Jabir bin Abdillah al Anshari RA yang berkata,

“Pada saat melakukan perjalanan Hudaibiyah, para sahabat mengalami kehausan. Sementara, di hadapan Nabi Muhammad SAW terdapat kantong dari kulit. Kemudian beliau berwudhu.”

Melihat Nabi Muhammad SAW berwudhu lewat kantong tersebut, para sahabat pun menghampiri beliau. Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya, “Ada apa dengan kalian?”

Kemudian, para sahabat menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan untuk minum kecuali yang ada di depanmu ini.”

Lantas, Nabi Muhammad SAW pun memasukkan tangannya ke dalam kantong air tersebut. Seketika air memancar dari jari jemari layaknya sumber mata air. Para sahabat pun mengambil air untuk wudhu dan minum dari pancaran air tersebut.

Salim bertanya pada Jabir, “Berapa jumlah kalian waktu itu?”

Jabir berkata, “Andaikan jumlah kami 100 ribu tentu masih cukup. Namun, ketika itu, jumlah kamihanya seribu lima ratus orang.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Bab al Manaqib, al Maghzai, dan al Imarah).

Peristiwa serupa juga disaksikan oleh Ibnu Abbas RA. Saat itu, Rasulullah SAW dan para sahabat tengah melakukan perjalanan pada suatu pagi dan ternyata, mereka telah kehabisan persediaan air.

Seseorang pun mengadukan hal itu pada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, persediaan air di kalangan para prajurit telah habis,”

Kemudian beliau bertanya, “Apakah kamu mempunyai sedikit air?”

“Ya,” jawab orang itu.

“Kalau begitu bawa air itu padaku,” Setelahnya, orang tersebut membawa sebuah wadah kepunyaannya yang berisi sedikit air.

Nabi Muhammad SAW pun terlihat meletakkan jari jemari tangannya di bibir wadah sambil merenggangkannya. Tiba-tiba, ada sumber air memancar dari sela-sela jarinya.

Lalu, beliau pun meminta Bilal bin Rabbah untuk menyerukan panggilan wudhu pada muslim yang lain, “Panggilah orang-orang untuk berwudhu dari air yang diberkahi ini.” (HR Ahmad dan Al Baihaqi).

Wallahu’alam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman Menggauli 100 Istrinya dalam Semalam


Jakarta

Nabi Sulaiman adalah salah satu nabi yang diberi mukjizat kekayaan dan kekuasaan. Dengan statusnya sebagai raja, tak ada satu pun yang tak bisa ia lakukan termasuk dalam memiliki istri yang banyak.

Mengutip buku Sulaiman Raja Segala Makhluk karya Human Hasan Yusuf Shalom, Nabi Sulaiman disebut memiliki 1.000 istri. Hal ini telah dikaji oleh Ahmad Abdul Wahab dalam kitab-kitab ahlul kitab. (Ta’adud Nisa’ Al-Anbiya, hlm 93)

Sedangkan dalam buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, 1.000 istri Nabi Sulaiman itu terdiri dari 700 wanita merdeka yang dinikahi dengan mahar, sedangkan 300 lainnya adalah hamba sahaya. Namun ada pula yang mengatakan sebaliknya.


Dari sebanyak itu, Nabi Sulaiman pernah menggauli 100 istrinya dalam semalam. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

‘Sulaiman pernah berkata: ‘Sungguh aku akan menggilir seratus istriku dalam satu malam sehingga masing-masing mereka melahirkan anak laki-laki yang berjihad dengan pedang mereka di jalan Allah.’ Akan tetapi, ia tidak mengucapkan insyaallah. Kemudian ia menggilir seratus istri dalam satu malam, tetapi tidak ada seorang pun di antara para istrinya yang melahirkan anak, kecuali hanya satu istrinya yang melahirkan setengah anak manusia (lahir dalam keadaan cacat).’

Setelah itu Rasulullah bersabda: ‘Kalau saja ia mengucapkan insyaallah, niscaya setiap istrinya akan melahirkan seorang anak laki-laki yang berjuang dengan pedangnya di jalan Allah ‘Azza wa Jalla’.” (HR Abu Ya’la).

Namun pada hadits lain ada perbedaan angka jumlah istri Nabi Sulaiman yang digaulinya dalam semalam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Sulaiman berkata: ‘Sungguh, aku akan menggilir 70 istriku dalam satu malam sehingga nantinya masing-masing mereka akan melahirkan seorang ahli berkuda yang berjihad di jalan Allah SWT.’

Sahabat Nabi Sulaiman (malaikat) berkata: ‘(Ucapkanlah): Insyaallah.’ Akan tetapi, Sulaiman tidak mengucapkannya sehingga tidak seorang pun di antara istrinya yang melahirkan, kecuali hanya satu istrinya yang melahirkan seorang anak yang cacat.”

Kemudian Rasulullah bersabda: “Kalau saja ia melafalkan Insyaallah, niscaya ia akan mempunyai banyak putra yang berjihad di jalan Allah’.” (HR Bukhari)

Bagaimana Nabi Sulaiman Menggauli 100 Istrinya dalam Semalam?

Mungkin pertanyaan seperti ini yang terlintas dipikiran kalian. Bagaimana cara Nabi Sulaiman menggauli 100 istrinya dalam waktu semalam? Apakah waktu dan kekuatannya cukup untuk melakukan hal itu?

Dari hadits yang telah disebutkan di atas, bisa dipahami bahwa hal itu adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Sulaiman. Sebagaimana kita ketahui, Allah menganugerahkan kekuatan dan kemampuan kepada para nabi lebih besar daripada manusia biasa.

Para sahabat pernah berkata bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kekuatan 30 kali dalam bersetubuh (HR. Bukhari, Al-Jami’ Ash-Shahih, No.265)

Imam An-Nawawi berkata, “Ini menjelaskan tentang keistimewaan yang dimiliki para nabi, yaitu kekuatan bersetubuh dalam waktu semalam” (An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, hlm. 11/120)

Sementara Al-Munawawi menyebut, “Bisa saja malam pada zaman itu waktunya sangat panjang sehingga Nabi Sulaiman mampu menyetubuhi seratus istrinya sekaligus sholat tahajud dan tidur. Bisa saja Allah memberinya hal-hal yang luar biasa sehingga Nabi Sulaiman mampu bersetubuh, bersuci, lalu tidur. Sementara malam itu lebih panjang daripada malam sekarang. Sebagaimana hal-hal luar biasa yang dimiliki ayahnya, Nabi Dawud dalam membaca kitab Zabur. Di mana Nabi Dawud membaca Zabur selama memasang pelana tunggangannya. Sekarang hal ini banyak terjadi pada wali-wali Allah. (Al-Munawi, Faidh Al-Qadir, hlm. 4/305)

wallahualam

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ibrahim Sunat Menggunakan Kampak di Usia 80 Tahun


Jakarta

Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi yang memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai “Khalilullah,” yang berarti “Sahabat Allah” atau “Temannya Allah”.

Tak hanya itu, Nabi Ibrahim juga dianggap sebagai salah satu nabi ulul azmi, yaitu kelompok nabi pilihan yang memiliki keteguhan dan keberanian luar biasa dalam menyampaikan ajaran Allah. Pengajaran dan contoh kehidupan Nabi Ibrahim sangat dihormati dalam agama Islam dan menjadi inspirasi bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan yang taat kepada Allah dan penuh kesabaran serta keimanan.

Selain kurban, Nabi Ibrahim juga mengajarkan umat Islam untuk melaksanakan khitan atau sunat. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits yang diceritakan oleh Abu Hurairah, beliau berkata:


“Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali memakai celana panjang, membersihkan rambut yang kotor, mencukur bulu kemaluan, dan orang yang pertama kali melakukan khitan dengan qadum saat beliau berusia 80 tahun. Beliau dikenal sebagai orang yang pertama kali menjamu tamu dan orang yang pertama kali rambutnya beruban.” (HR Ibnu Hibban).

Mengutip buku Kisah Para Nabi oleh Imam Ibnu Katsir, beberapa pendapat mengatakan bahwa qadum ini adalah sebuah alat yang digunakan oleh tukang kayu berupa kampak. Ada juga yang menyebut bahwa qadum adalah nama sebuah tempat (yakni, ia disunat di daerah Qadum).

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keterangan dari ahli kitab itu semuanya benar. Meskipun sedikit berbeda dari hadits nabi, namun bisa saja keduanya digabungkan.

Lantas, mengapa menggunakan kampak? bisa saja pada saat itu perintah Allah SWT datang kepada Nabi Ibrahim secara mendadak. Ibrahim yang tidak ingin menundanya akhirnya mengambil kampak yang ada di sekitarnya dan langsung berkhitan.

Tak hanya Ibrahim, Allah SWT juga memerintahkannya untuk mengkhitan Ismail dan juga semua hamba sahayanya. Begitu pun setiap laki-laki yang ada pada keluarganya. Kala itu Nabi Ismail dikhitan pada usia 13 tahun.

Nabi Ibrahim Sunat Usia 80 Tahun

Dalam riwayat lain, usia Nabi Ibrahim AS saat disunat juga disebutkan sama. Ia khitan di umur 80 tahun.

اختتن إبراهيم عليه السلام وهو ابن ثمانين سنة بالقدوم

“Rasulullah SAW bersabda, “Ibrahim al Khalil berkhitan setelah mencapai usia 80 tahun dan beliau berkhitan menggunakan kampak.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sedangkan dalam riwayat Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Usia Ibrahim ketika dikhitan telah mencapai 120 tahun. Kemudian setelah itu Ibrahim masih menjalani kehidupannya selama 80 tahun.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Dalam kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa tidak menutup kemungkinan jika Nabi Ibrahim dikhitan pada usia lebih dari 80 tahun. Wallahu a’lam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Singkat 25 Nabi dan Rasul yang Wajib Diketahui



Jakarta

Islam mengenal 25 nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia. Setiap nabi dan rasul memiliki kisah dan mukjizatnya sendiri yang menjadi teladan bagi umat Muslim.

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, berikut adalah kisah singkat dan mukjizat dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui.

1. Nabi Adam AS

Nabi Adan AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Adam diberi tugas oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi, mengajarkan nama-nama segala sesuatu, dan beribadah kepada-Nya.


Mukjizat ataupun keistimewaan yang diberikan kepada Nabi Adam AS yaitu diciptakan langsung melalui Tangan-Nya, ditiupkan langsung roh ciptaan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya, lalu diajarkan langsung oleh Allah SWT nama-nama segala sesuatu.

2. Nabi Idris AS

Nabi Idris AS merupakan orang pertama yang menulis dengan menggunakan alat tulis. Beliau juga merupakan manusia pertama yang diberikan tanggung jawab kenabian setelah Nabi Adam dan Seth.

3. Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS adalah nabi yang diutus Allah SWT untuk memperingatkan kaumnya tentang kemusyrikan mereka.

Mukjizat Nabi Nuh AS adalah membuat bahtera atau kapal besar untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari banjir besar yang diturunkan Allah SWT sebagai hukuman atas perbuatan orang-orang yang ingkar.

4. Nabi Hud AS

Allah SWT mengutus Nabi Hud AS untuk menjadi seorang nabi yang membimbing kaumnya yang tinggal di daerah yang dikenal sebagai Ad agar kembali ke jalan Allah SWT. Kaum Ad merupakan penyembah berhala pertama setelah bencana banjir.

Mukjizat Nabi Hud AS yaitu selamat dari azab yang Allah SWT berikan kepada kaum Ad.

5. Nabi Saleh AS

Kaum Nabi Saleh AS yang bernama Kaum Tsamud merupakan kaum penyembah berhala. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nabi Saleh AS untuk menjadi seorang nabi dan mengajak kaumnya untuk beribadah kepada-Nya.

Mukjizat Nabi Saleh AS yaitu mengeluarkan unta betina dari dalam batu besar dengan izin Allah SWT.

6. Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim AS menjadi salah satu nabi yang paling dihormati dalam Islam. Allah SWT menguji kesetiaannya dengan berbagai ujian, termasuk perintah untuk mengorbankan putranya, Ismail. Namun Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba sebagai pengorbanan.

Mukjizat Nabi Nuh AS yaitu kebal ketika dibakar api oleh Raja Namrud.

7. Nabi Luth AS

Allah SWT mengutus Nabi Luth AS untuk menyampaikan ajarannya kepada kaum Sodom, kaum yang dikenal dengan perbuatan buruk mereka termasuk homoseksual. Karena kaum Sodom ini menentang ajaran Nabi Luth AS, maka Allah SWT memberikan azab kepada kaum Sodom dan menjadikan tempat tinggal mereka menjadi danau berbau yang tidak bermanfaat.

Mukjizat Nabi Luth AS adalah diamankan dari kehancuran ketika Allah SWT menghancurkan kaumnya yang terlibat dalam perbuatan homoseksual.

8. Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS merupakan putra dari Nabi Ibrahim AS yang hampir dikorbankan sebagai tanda ketaatan Ibrahim kepada Allah SWT. Namun Allah SWT telah menggantinya dengan seekor domba.

Mukjizat Nabi Ismail AS yaitu kakinya mengeluarkan mata air zamzam dan kisahnya merupakan perintah untuk berkurban.

9. Nabi Ishaq AS

Nabi Ishaq AS adalah putra Nabi Ibrahim AS yang menikah dengan Ribka dan memiliki dua putra kembar dalam usia lebih dari 40 tahun.

Mukjizat Nabi Ishaq AS yaitu mendapat keturunan dalam usia tua.

10. Nabi Yaqub AS

Nabi Yaqub AS merupakan putra kedua Nabi Ishaq AS. Yaqub AS memiliki saudara kembar yang bernama Esau, dimana Esau sangat iri kepada Yaqub AS karena lebih dimanja oleh ayahnya, Nabi Ishaq AS. Karena ibu mereka tau bahwa Esau ingin mencelakai Ishaq AS, maka beliau meminta Ishaq AS untuk pergi ke Harran.

Namun, setelah kembali dari Harran, Esau membawa 400 bala tentara guna melawan Yaqub AS. Nabi Yaqub pun berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Ketika Yaqub AS berhadapan dengan Esau, Esau langsung menghampirinya, memeluknya, dan menciumnya. Mereka pun larut dalam tangisan.

Mukjizat Nabi Yaqub AS adalah memiliki umur panjang (180 tahun).

11. Nabi Yusuf AS

Nabi Yusuf AS merupakan salah satu putra Nabi Yaqub AS yang diutus oleh Allah SWT menjadi nabi. Beliau dimusuhi oleh sebelas saudaranya karena hanya dia lah yang tertampan, mendapatkan wahyu dari Allah SWT, dan diutus menjadi nabi.

Karena itulah saudara Nabi Yusuf AS membuangnya ke dalam sumur, namun dia diselamatkan oleh para sahabat.

Mukjizat Nabi Yusuf AS adalah memiliki doa yang mustajab dan berwajah tampan.

12. Nabi Ayub AS

Nabi Ayub AS merupakan nabi yang diuji Allah SWT dengan penyakit kulit yang sangat parah. Namun beliau dengan sabar dan tabah dengan ujian tersebut. Akhirnya Allah SWT pun mengangkat ujian tersebut dan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada Nabi Ayub AS.

Mukjizat Nabi Ayub AS adalah memiliki kesabaran yang besar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Ketika Nabi Ayub AS menghentakkan kaki ke tanah, keluarlah mata air yang dingin dan menyembuhkan penyakitnya itu.

13. Nabi Syu’aib AS

Allah SWT mengutus Nabi Syu’aib AS untuk mengajak kaum Madyan agar mengikutinya dan meyakini Allah SWT sebagai tuhan untuk disembah. Nabi Syu’aib juga memerintahkan kaum Madyan agar menghentikan penipuan dalam perdagangan dan menghormati hak-hak orang lain.

Nabi Syu’aib AS memiliki mukjizat seperti mampu mendatangkan azab atas izin Allah SWT.

14. Nabi Musa AS

Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk membebaskan para budak Bani Israel dari Fir’aun.

Nabi Musa AS memiliki mukjizat yang berupa tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular dan membelah Laut Merah. Dengan itu, Nabi Musa AS dan budak Bani Israel dapat terbebas dari kejaran Fir’aun.

15. Nabi Harun AS

Nabi Harun AS merupakan sepupu Nabi Musa AS yang menemaninya melawan Fir’aun. Nabi Harun AS juga membersamai Nabi Musa AS dan kaum Bani Israel ketika dikejar Fir’aun.

Allah SWT telah mengkaruniai Nabi Harun AS kemampuan bahasa yang baik.

16. Nabi Zulkifli AS

Dikutip dari buku Kisah Teladan dan Inspiratif 25 Nabi & Rasul karya Anita Sari, dkk,, Nabi Zulkifli AS merupkan nabi yang selalu jujur dan menepati janji sehingga doanya selalu dikabulkan. Nabi Zulkifli AS merupakan satu-satunya orang yang mampu memenuhi persyaratan yang diminta rajanya untuk berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.

17. Nabi Daud AS

Nabi Daud AS merupakan seorang nabi yang menjadi raja yang adil dan bijaksana. Nabi Daud AS memiliki bahasa yang baik dan mampu berdakwah dengan gemilang. Beliau juga pandai dalam mengolah besi.

18. Nabi Sulaiman AS

Nabi Sulaiman AS merupakan seorang raja yang adil dan bijaksana. Beliau memiliki mukjizat mampu berdialog dengan hewan seperti burung dan semut.

19. Nabi Ilyas AS

Allah SWT mengutus Nabi Ilyas AS untuk mengajak penduduk Ba’labak agar kembali ke jalan Allah SWT dan meninggalkan berhala.

20. Nabi Ilyasa AS

Nabi Ilyasa AS mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk berdakwah kepada umatnya, Bani Israel, agar kembali ke jalan Allah SWT.

21. Nabi Yunus AS

Allah SWT mengutus Nabi Yunus AS untuk mengajak kaumya di Ninawi (wilayah Mosul) agar beriman kepada Allah SWT. Namun karena tidak ada yang mendengar Nabi Yunus, maka Allah SWT memberikan azab kepada kaum Nabi Yunus AS tersebut.

Nabi Yunus berlayar ke lautan. Namun karena kapal tersebut kelebihan beban, maka Nabi Yunus terjun ke laut karena undian yang dilakukan oleh para penumpang kapal itu.

Allah SWT pun mengutus seekor ikan paus untuk menelan Nabi Yunus AS tanpa memakan atau meretakkan tulangnya. Nabi Yunus AS masih hidup ketika sudah berada di perut ikan paus tersebut dan beliau senantiasa bertasbih.

Ikan paus tersebut lalu melemparkan Nabi Yunus AS ke daratan hingga ia merasa kesakitan.

22. Nabi Zakaria AS

Nabi Zakaria merupakan seorang nabi yang belum memiliki keturunan dalam usia yang tua. Karena itulah, Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan. Allah SWT pun mengabulkan doanya dan menganugrahkan seorang putra yang saleh.

23. Nabi Yahya AS

Nabi Yahya AS adalah putra Nabi Zakaria AS yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah SWT telah memerintahkan Nabi Yahya AS untuk menjalankan lima perintah.

Perintah tersebut yaitu selalu menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukannya, selalu melaksanakan sholat, selalu melaksanakan puasa, selalu membayar zakat, dan selalu mengingat Allah SWT dan berdzikir.

24. Nabi Isa AS

Nabi Isa AS dilahirkan oleh Maryam tanpa ayah. Maryam merupakan seorang perempuan yang tidak pernah menikah atau bersentuhan dengan laki-laki. Hal ini merupakan mukjizat.

Nabi Isa AS berjuang menyiarkan agama yang benar dan membongkar kesalahan serta kesesatan pendeta-pendeta Yahudi yang telah menyimpang.

25. Nabi Muhammad AS

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nabi Muhammad AS merupakan nabi terakhir dan penutup dari para nabi. Sejak kecil, beliau telah menjadi seorang yatim piatu. Setelah tumbuh besar, beliau diutus Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dalam menyebarkan agama Islam, beliau menghadapi segala cobaan namun beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Nabi Muhammad menjadi panutan dari seluruh umat Islam di seluruh dunia.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com