Tag Archives: nasaruddin umar

Jemput Ramadan dengan Persiapan yang Matang



Jakarta

Ramadan merupakan bulan suci yang paling dinantikan oleh seluruh umat Islam. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya, pahala yang didapatkan seorang muslim pada bulan Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Ketika bulan Ramadan tiba, kita harus menjemputnya dengan baik. Saking mulianya Ramadan, para nabi bahkan merasa iri terhadap Nabi Muhammad SAW.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa ada sebuah hadits yang menyebutkan jika nabi-nabi sebelum Muhammad diberi kesempatan hidup kembali, maka mereka ingin menjadi umat Rasulullah karena terdapat bulan penuh ampunan, yaitu Ramadan.


Sebagai umat Rasulullah SAW, rasanya sayang apabila kita tidak bersungguh-sungguh untuk memanfaatkan bulan Ramadan. Terlebih pada bulan tersebut ada malam lailatul qadar, sebuah malam yang lebih istimewa dari seribu bulan.

“Angka yang paling tinggi pada saat turunnya Al-Qur’an adalah seribu. Seandainya ada angka triliun, mungkin ayat itu berbunyi malam lailatul qadar lebih mulia daripada satu triliun tahun,” tutur Prof Nasaruddin dalam detikKultum detikcom, Kamis (23/3/2023).

Ia menjelaskan, pada bulan Ramadan hampir semua peristiwa-peristiwa penting terjadi di bulan tersebut, seperti pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang ditandai dengan nuzulul Qur’an. Bahkan, dari segi sejarah pun banyak momen-momen yang terjadi di bulan Ramadan.

“Kita bisa lihat dalam sejarah, Perang Badar terjadi dahsyat sekali dan dimenangkan Rasulullah pada bulan suci Ramadan,” tambah Prof Nasaruddin.

Tak hanya itu, peristiwa kemerdekaan Indonesia juga berlangsung ketika bulan suci, tepatnya pada tanggal 9 Ramadan. Kemenangan kerajaan-kerajaan lokal di Indonesia juga banyak ditaklukan di bulan Ramadan.

“Contohnya kerajaan Bone di Indonesia bagian timur, kerajaan besar, itu ditaklukan terakhir pada bulan suci Ramadan,” paparnya.

Menurut Prof Nasaruddin, bulan Ramadan menentukan warna sejarah Islam. Karenanya, ia mengajak seluruh umat Islam untuk lebih melakukan persiapan yang matang dalam menyambut bulan suci.

Apalagi, di tahun ini kita bisa beribadah dengan maksimal karena pandemi COVID-19 telah usai. Untuk itu, Prof Nasaruddin mengimbau kaum muslimin untuk lebih memakmurkan masjid di bulan suci Ramadan 2023.

“Mari kita menjadikan bulan suci Ramadan ini bulan penyelamat, saya sungguh sangat yakin bapak ibu sekalian sudah siap menjalani Ramadan tahun ini. Tidak ada Covid-19 yang menghalangi seperti tahun-tahun sebelumnya,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum bersama Prof Nasaruddin Umar: Menjemput Ramadan DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Alasan di Balik Keistimewaan Ibadah Malam Ramadan



Jakarta

Ramadan adalah bulan suci yang penuh keberkahan dan kemuliaan, terutama di malam hari. Bahkan pada bulan Ramadan terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar.

Prof Nasaruddin Umar menjelaskan, peristiwa-peristiwa penting dalam Islam pun banyak yang terjadi di malam Ramadan, seperti turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Kejadian penting itu terjadi di malam ke-17 bulan Ramadan.

“Pertanyaannya kenapa bukan di siang hari? Nah, itulah rahasia Allah SWT,” ujarnya dalam detikKultum detikcom pada Jumat (24/3/2023).


Waktu malam, lanjut Prof Nasaruddin Umar, dalam Islam sangatlah esensial. Terlebih, manusia dianjurkan untuk bersujud di malam hari bukan siang hari.

Allah SWT menetapkan malam hari untuk mendaki langit, sedangkan siang hari sebagai tempat menjadi khalifah yang baik. Ini disebabkan malam hari merupakan waktu yang paling baik untuk beribadah kepada Allah.

Bahkan, salat pun banyak yang disyariatkan pada malam hari, seperti waktu Maghrib, Isya, hingga Tarawih. Ini disebabkan jika salat lebih banyak dilakukan di siang hari, maka kaum muslim lebih sulit fokus.

“Coba kalau salatnya lebih banyak di siang hari, pasti jadi tidak khusyuk,” tambah Prof Nasaruddin Umar.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Muzzammil ayat 6,

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Arab latin: Inna nāsyi`atal-laili hiya asyaddu waṭ`aw wa aqwamu qīlā

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan,”

Prof Nasaruddin Umar mencontohkan ketika waktu Dzuhur tak jarang kaum muslim sulit fokus untuk salat karena pekerjaannya, seperti melihat tumpukan map di meja. Oleh karenanya, malam hari menjadi waktu yang paling bagus untuk beribadah.

“Kapasitas manusia paling nikmat itu menjadi hamba di malam hari. Bisa basah sajadah karena air mata tobat, mengenang dosa-dosa di malam hari dan melakukan muhasabah,” paparnya.

Muhasabah pun paling baik dilakukan di malam hari, sebab ketika malam emosi kita yang aktif. Lain halnya di siang hari yang lebih banyak mengandalkan akal.

Selain itu, Prof Nasaruddin Umar juga mengimbau umat Islam untuk memanfaatkan momentum malam-malam di bulan Ramadan dengan meratapi dosa-dosa lampau.

Simak selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Keutamaan Malam Suci Ramadan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Tingkatan Iman Seorang Muslim, Kamu yang Mana?



Jakarta

Iman merupakan kepercayaan bagi pemeluk agama Islam. Pengertian iman juga dijelaskan dalam sebuah hadits dari Umar bin Khatthab RA, ia berkata Rasulullah SAW didatangi oleh malaikat Jibril. Beliau bertanya kepada Rasulullah,

“Beritahukanlah kepadaku apa itu iman,” Rasulullah menjawab, “Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk,” (HR Muslim).

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa iman memiliki tiga tingkatan, yaitu Ahlul Tho’a, Ahlul Ibadah, dan Ahlullah. Lebih lanjut, ia menerangkan makna masing-masing dari tingkatan tersebut.


“Ahlul Tho’a adalah menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah namun sebatas formalitas,” ujarnya dalam detikKultum detikcom, Sabtu (25/3/2023).

Muslim yang memiliki tingkatan iman Ahlul Tho’a menjalankan ibadah secara terpaksa. Semua dilakukan hanya semata-mata takut terjerumus ke dalam neraka tanpa memaknai tiap-tiap ibadah yang dikerjakan.

Lain halnya dengan Ahlul Ibadah yang beribadah kepada Allah karena cinta. Segala sesuatu ia kerjakan karena mencintai ibadah.

“Tapi kalau meningkat lagi, ada yang disebut Ahlul Ibadah. Menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah karena cinta. Kenapa kamu berpuasa? Karena aku mencintai puasa,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Naik satu tingkat lagi, yakni Ahlullah. Tingkatan iman yang paling tinggi tersebut melakukan ibadah kepada Allah karena semata-mata untuk mengharapkan keridhaan-Nya.

Lantas, apa saja ciri-ciri dan contoh nyata dari pemilik masing-masing tingkatan iman? Selengkapnya saksikan detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Tiga Tingkatan Iman DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Jauhi Ghuluw, Sikap Berlebihan dalam Beragama



Jakarta

Berlebih-lebihan dalam beragama disebut dengan ghuluw dan dilarang oleh Islam. Allah SWT bahkan tidak menyukai tindakan tersebut.

Larangan sikap ghuluw ini tercantum dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh An Nasa’i dan Ibnu Majah.

“Jauhkan diri kalian dari berlebih-lebihan (ghuluw) dalam agama. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian,” (HR An Nasa’i & Ibnu Majah).


Dalam Al-Qur’an pun ghuluw tersemat pada surat An Nisa ayat 71, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ

Artinya: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar,”

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin mengatakan bahwa beribadah yang melampaui batas akan menyiksa diri seseorang.

“Orang beribadah tapi melampaui batas, menyiksa diri,” katanya dalam detikKultum detikcom pada Minggu (25/3/2023).

Prof Nasaruddin mencontohkan sifat ghuluw yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW, seperti tidak pernah makan siang karena berpuasa setiap hari, tidak pernah tidur malam karena selalu melaksanakan salat, serta tidak menggauli sang istri.

Hal tersebut tentu dilarang. Memang sudah semestinya kita memberikan yang terbaik kepada Allah SWT, namun dalam batas-batas yang wajar. Jangan sampai terjadi pemaksaan dalam beribadah hingga melampaui batas.

“Jadi mari kita beragama secara wajar,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Di akhir, ia mengimbau para umat muslim untuk tidak beribadah secara berlebihan. Sebab, hal itu dapat merusak badan hingga menzalimi diri sendiri.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Jangan Melampaui Batas dalam Beragama DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Tobat Nasuha, Cara Terbebas dari Dosa



Jakarta

Manusia merupakan ladangnya dosa, tak jarang kita terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Karenanya, untuk mendapat ampunan Allah SWT, seorang muslim diminta bertobat.

Tobat bukan hanya sekedar mengucap istighfar, tetapi juga disertai dengan usaha meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela. Dalam kaitannya, ada yang disebut dengan tobat nasuha.

Tobat nasuha merupakan tobat yang dilakukan dengan ikhlas serta jujur. Hal tersebut dijelaskan dalam surat At Tahrim ayat 8, Allah SWT berfirman:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhah (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu,”

Bersamaan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar menuturkan bahwa sebagai hamba Allah, janganlah kita takut dan khawatir ketika berbuat dosa. Apabila kita bertobat nasuha, tentu Allah SWT akan mengampuni segala kesalahan yang kita perbuat, sebab Allah Maha Pengampun.

“Jadi sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan, lalu kita datang (untuk) tobat nasuha, insyaAllah kita akan menjumpai Tuhan yang Maha Pengampun, Pemaaf, Pengasih dan Penyayang,” ujarnya dalam detikKultum detikcom, Senin (27/3/2023).

Dalam hal ini, Prof Nasaruddin Umar mencontohkan kisah nyata seorang algojo yang telah melakukan dosa besar yakni membunuh hingga 99 orang. Kala itu, ia bertanya kepada seorang kyai apakah dosanya bisa diampuni atau tidak oleh Allah SWT.

Sang kyai yang terkejut lantas berkata bahwa membunuh satu orang saja bisa masuk ke dalam neraka, bagaimana sampai 99.

“Dengan ringan tangan, si algojo ini menghunus pedangnya dan menebas leher sang kyai. Jadilah total 100 orang yang telah ia bunuh,” cerita Prof Nasaruddin.

Setelah itu, sang algojo bertanya kepada warga sekitar mengenai keberadaan ulama terkenal lainnya. Salah satu warga mengatakan bahwa banyak ulama terkenal lainnya yang berada di kampung seberang.

Naasnya, ketika algojo tersebut sampai di perbatasan desa ia terjatuh dan meninggal. Datanglah malaikat penjaga neraka dan surga, keduanya berdebat siapa di antaranya yang akan membawa si algojo.

Simak kelanjutan kisah lengkapnya dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Pentingnya Tobat DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Menolak Satu Mudharat Lebih Utama dari Mengejar Manfaat



Jakarta

Secara bahasa, mudharat diartikan sebagai kondisi yang sangat berbahaya. Dalam Al-Qurthubi disebutkan bahwa mudharat berarti pelarangan yang sifatnya mutlak karena membahayakan atau menderitakan.

Sementara itu, ahli ushul fikih menyebut pengertian mudharat sebagai perbuatan yang tidak mengandung manfaat dan bahkan bisa melukai seseorang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mudharat merupakan perbuatan yang tidak berarti dan cenderung berbahaya.

Berkenaan dengan mudharat, Prof Nasaruddin Umar menerangkan bahwa menolak suatu mudharat lebih utama daripada mengejar satu manfaat. Ia mencontohkan perihal pandemi COVID-19 yang sempat merebak di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.


“Kalau orang yang tidak mengerti ushul fikih itu bisa memprovokasi dan menimbulkan salah paham. Seperti pelarangan ke masjid saat pandemi COVID-19 oleh pemerintah,” kata Prof Nasaruddin dalam detikKultum detikcom, Selasa (28/3/2023).

Ia menerangkan, langkah yang diambil pemerintah melakukan pelarangan dinilai tepat, karena ada kaidahnya. Sebab, apabila umat muslim diizinkan pergi ke masjid kala COVID-19 merebak, tentu penularan akan semakin meluas.

“Misal nekat, tidak peduli dan tetap pergi ke masjid saat COVID-19 mengamuk. Dia sehat, tapi begitu sampai rumah, orang tuanya yang rentan terkena virus. Apa yang terjadi? Bapak ibunya meninggal karena dia sholat di masjid,” papar Prof Nasaruddin Umar.

Mencegah musibah lebih penting daripada mengejar manfaat. Contoh lainnya seperti pelaksanaan sholat Jumat. Meskipun wajib, apabila ada sesuatu seperti sakit, musafir, maka boleh diganti menjadi sholat Dzuhur biasa, begitu pun ketika pandemi COVID-19.

Menurut Prof Nasaruddin, hal tersebut tidak melanggar syariat agama dan boleh dilakukan dalam keadaan darurat. Ia mengimbau kaum muslim untuk beragama secara benar, bukan secara nekat.

Lebih lanjut ia memaparkan tentang dua macam hukum yang harus diikuti, yaitu hukum alam (takwini) dan hukum syariah (tasyri’i). Apabila keduanya bertentangan, kita diminta memilih salah satu yang menguntungkan kehidupan kita.

“Contohnya, ulama mengatakan rapatkan shafnya ketika sholat. Tapi dokter mengatakan social distancing, mau ikut dokter atau hadits? Kita harus menyelamatkan tubuh, maka prioritaskan hukum takwini,” kata Prof Nasaruddin.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Menolak Satu Mudharat Lebih Utama dari Mengejar Satu Manfaat klik DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tabungan Spiritual sebagai Upaya Penolak Bala



Jakarta

Dalam Al-Qur’an, kata bala diartikan sebagai ujian dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Setiap manusia yang hidup di dunia, tidak terlepas dari hal tersebut.

Bala datangnya mutlak dari Allah SWT, ujian tersebut diberikan agar Allah mengetahui mana orang-orang yang bersabar dan mana yang tidak.

Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom Rabu (29/3/2023) menyampaikan bahwa tolak bala bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui spiritual saving atau tabungan spiritual.


“Amal kebaikan yang kita lakukan dapat menjadi tolak bala bagi kita dan salah satu jalan pertolongan dari Allah SWT,” katanya menerangkan.

Tabungan spiritual tersebut dapat dijadikan kekuatan untuk memohon kepada Allah SWT. Terlebih di bulan Ramadan, momentum tersebut dapat dimanfaatkan dengan amal istimewa yang nantinya akan menjadi tabungan spiritual bagi masing-masing muslim.

Contoh dari spiritual saving sendiri seperti taat kepada kedua orang tua, jujur terhadap pekerjaan, hingga bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Berkaitan dengan tabungan spiritual sebagai upaya penolak bala, Prof Nasaruddin mencontohkan kisah yang pernah disampaikan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW.

Terdapat tiga orang pemuda yang bekerja sebagai pencari kayu bakar. Kala itu, mereka tengah melakukan pekerjaan seperti biasanya di hutan.

Tiba-tiba terjadi hujan lebat, bersembunyilah mereka di dalam sebuah gua. Sayangnya, hujan tersebut tiba-tiba disertai dengan gempa bumi dan longsor, akibatnya sebuah batu besar menutupi pintu gua tersebut.

Salah satu pemuda yang paling tua berkata bahwa mereka tidak mungkin bisa selamat dari sini, karena batu tersebut terlalu besar dan tidak bisa disingkirkan dengan tangan kosong. Menurutnya, hanya Allah yang bisa menyelamatkan mereka di sana.

Lantas ia bertanya kepada dua pemuda lainnya, adakah di antara mereka yang memiliki amalan istimewa? Saling bertatapan, mereka menjawab tidak ada. Lalu, si pemuda yang paling tua itu memohon kepada Allah SWT.

“Ya Allah, hambamu adalah orang awam yang tidak punya kelebihan apapun, tidak punya maal istimewa, kecuali pernah suatu saat ibu saya sakit keras dan meminta dibelikan susu segar tengah malam,” kata Prof Nasaruddin menceritakan.

Karena waktu itu tengah malam, tentu tidak ada penjual yang bisa dibeli dagangan susu segarnya. Akhirnya si pemuda yang paling tua tersebut mengunjungi satu-satu rumah tetangganya hingga terkumpul satu gelas susu.

Setelahnya, ketika ingin memberikan susu tersebut kepada sang ibu ternyata beliau sudah lebih dulu tidur. Barulah keesokan Subuh ia berikan susu kepada ibunya.

Pemuda tersebut memohon, apabila hal yang ia perbuat waktu itu kepada sang ibu ada manfaatnya, maka tolonglah dibukakan pintu gua tersebut dari batu yang menghalanginya. Atas izin Allah, pintu gua tersebut terbuka sedikit, muncullah celah kecil namun tetap tidak bisa digunakan untuk keluar.

Simak kisah lengkapnya mengenai tiga pemuda tersebut dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Tolak Bala DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Baca Basmalah Sebelum Memulai Kegiatan



Jakarta

Ketika seorang muslim hendak melakukan sesuatu, Allah SWT menganjurkan kita untuk membaca basmalah. Bahkan, hal ini diterangkan dalam sebuah hadits,

“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim amalan tersebut terputus berkahnya,” (HR Al Khatib)

Begitu pun saat kita akan menyantap makanan, kita diminta untuk mengucapkan bismillah. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Kamis (30/3/2023) menjelaskan terkait dua jenis makanan yang dikonsumsi manusia, yaitu makanan lahiriyah dan makanan rohani.


“Makanan lahiriyah itu seperti nasi, kopi, teh dan makanan rohani itu seperti ilmu pengetahuan. Makanan lahiriyah mengenyangkan perut, makanan rohani mengenyangkan batin,” ujarnya memaparkan.

Prof Nasaruddin menerangkan, apabila kita makan tanpa diawali dengan bismillah maka setan akan masuk melalui sela-sela makanan. Ini berlaku untuk makanan lahiriyah maupun rohani.

Tidak hanya makan, ketika hendak berkendara muslim dianjurkan membaca basmalah, memakai baju baca basmalah, menyembelih hewan, hingga ketika hendak melakukan hubungan suami istri.

“Mohon maaf bapak ibu, apabila yang sudah berumah tangga. Apabila ingin melakukan hubungan suami istri, itu juga harus diawali dengan basmalah,” tutur Prof Nasaruddin.

Selain itu, seluruh surat dalam Al-Qur’an juga diawali dengan bismillah, kecuali surat At Taubah. Karenanya, kita diimbau untuk mengawali segala sesuatu dengan basmalah.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Awali Semua dengan Basmalah bisa disaksisan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Jangan Mudah Terkecoh oleh Penampilan Orang



Jakarta

Sebagai seorang manusia, sudah sepantasnya kita tidak menilai seseorang hanya dari penampilannya saja. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Jumat (31/3/2023) mencontohkan sebuah kisah menarik yang didasarkan dari hadits shahih mengenai Abu Hurairah dan seorang pencuri.

Suatu hari, Abu Hurairah selaku penjaga Baitul Mal dipanggil oleh Rasulullah SAW. Beliau mengingatkan Abu Hurairah untuk lebih berhati-hati nanti malam karena sepertinya akan ada pencuri.

Benar saja, seusai tengah malam Abu Hurairah memergoki seorang pemuda yang ingin mencuri harta kekayaan di Baitul Mal. Tertangkap basah, sang pemuda mengaku dirinya bukan pencuri, melainkan terpaksa melakukan hal tersebut karena anaknya menderita sakit keras dan sang istri kelaparan.


Merasa kasihan, dilepaskanlah pencuri tersebut asalkan ia berjanji akan mencari nafkah yang halal. Ketika ditanya oleh Rasulullah keesokan harinya, Abu Hurairah menjelaskan keadaan sang pencuri.

Rasulullah kembali memperingatkan Abu Hurairah untuk berhati-hati di malam berikutnya. Benar saja, pencuri tersebut datang kembali.

Kali ini, pencuri tersebut beralasan anaknya telah pingsan. Kemudian ia mengatakan jika Abu Hurairah bersikeras menangkapnya maka anak dan istrinya akan mati karena ia tidak bisa mencari nafkah.

Kembali merasa iba, lagi-lagi Abu Hurairah melepaskan pencuri tersebut asalkan ia berjanji tidak mencuri lagi. Keesokan malamnya, pencuri itu kembali datang dan tertangkap basah oleh Abu Hurairah.

Si pencuri mengaku bersalah, namun ia ingin memberi hadiah sebagai tanda terimakasih kepada Abu Hurairah yang telah melepaskannya dua hari berturut-turut.

“‘Saya akan mengajarkan kamu wirid, kalau kamu belajar dan baca wirid ini, kamu tidak akan diganggu iblis, setan akan lari terbirit-birit, ‘ Abu Hurairah mau,” ujar Prof Nasaruddin menceritakan.

Setelahnya, Abu Hurairah kembali melepaskan si pencuri dengan syarat ia harus bersumpah tidak akan datang lagi untuk mencuri. Pergilah si pencuri tersebut.

Esoknya, Rasulullah bertanya kepada Abu Hurairah akan keberadaan pencuri tersebut. Betapa terkejutnya beliau ketika tahu bahwa pencuri yang ia lepaskan ternyata adalah iblis.

“Rasulullah bilang, ‘tahu tidak siapa yang kamu tangkap tiga malam berturut-turut? Itu adalah iblis,'” lanjut Prof Nasaruddin mengisahkan.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Jangan Terkecoh oleh Penampilan Orang dapat disaksikan DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Amal Kebaikan Menghapus Dosa di Masa Lampau



Jakarta

Allah SWT amat menyukai hamba-Nya yang bertobat. Tobat nasuha berarti upaya meninggalkan perbuatan dosa dan diiringi keinginan kuat untuk tidak mengulanginya lagi.

Dalam surat At Tahrim ayat 8, Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, ‘asā rabbukum ay yukaffira ‘angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma’ah, nụruhum yas’ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka ‘alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Allah SWT adalah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun, segala dosa yang dikerjakan akan diampuni jika manusia benar-benar bertobat. Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Sabtu (1/4/2023) mengatakan bahwa amal kebaikan yang kita perbuat bisa menjadi penghapus dosa di masa lalu.

“Ada sebuah kisah yang sangat menarik dari sebuah hadits,” ujarnya.

Prof Nasaruddin mengisahkan tentang seorang penjahat yang sudah jadi buronan internasional. Saking jahatnya, orang tersebut bahkan dijatuhkan hukuman in absentia, siapa saja yang bertemu dengannya diizinkan untuk membunuh sang penjahat.

Secara tiba-tiba, penjahat itu muncul di majelis Rasulullah. Para sahabat dan orang yang menghadiri majelis refleks mengeluarkan pedang dari sarungnya, mereka berbondong-bondong ingin menghunuskan benda tajam tersebut kepada pemuda itu.

Sebagai seorang rasul utusan Allah, Nabi Muhammad SAW meminta orang-orang untuk tenang dan membiarkan si penjahat untuk berbicara. Betapa terkejutnya, ia mengungkap maksud kedatangannya ke majelis Rasulullah untuk menyerahkan diri.

Penjahat tersebut menyadari ajalnya sudah dekat, sebab dimana pun ia berada semua orang berlomba-lomba untuk membunuhnya. Jadi, sebelum ia meninggal pemuda itu ingin menghibahkan amal kebajikan yang pernah dilakukannya di masa lampau.

“‘Saya kesini untuk menghibahkan amal kebajikan saya tanpa pamrih. Percuma menempel kebajikan itu padaku, karena aku adalah orang jahat, kebaikan itu akan saya hibahkan kepada yang kau tunjuk,’ Bingung sahabat-sahabat, orang seperti itu harus diapakan?” ujar Prof Nasaruddin mengisahkan.

Bersamaan dengan itu, turunlah surat Hud ayat 114, berikut bunyinya:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ

Arab latin: Wa aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-laīl, innal-ḥasanāti yuż-hibnas-sayyi`āt, żālika żikrā liż-żākirīn

Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat,”

Dengan turunnya ayat tersebut, muncullah pengampunan. Semua orang yang menghadiri majelis Rasulullah SAW sangat terkesan.

Dengan demikian, melalui kisah tersebut Prof Nasaruddin mengimbau agar kita mengakui kesalahan dan berlaku jujur dengan menyerahkan diri secara total. Niscaya Allah SWT juga akan memberi pengampunan, bukan hanya penghargaan dari hakim saja.

“Mari kita meniru pemuda yang sangat gentleman ini, jangan kita sibuk menyembunyikan diri,” katanya.

Selanjutnya, Prof Nasaruddin juga memaparkan sejumlah hal tentang tobat nasuha dari kacamata Imam Al-Ghazali. Simak pembahasan lengkap detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Amal Kebaikan Menghapus Dosa Masa Lalu

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com