Tag Archives: nasaruddin umar

Pahami Konsep Silaturahmi, Tidak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Silaturahmi artinya menyambung tali cinta dengan keluarga dan kerabat. Selain itu, silaturahmi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (12/4/2023), menuturkan bahwa bulan suci Ramadan menjadi momentum yang paling pas untuk menjalin tali silaturahmi. Dia mencontohkan, kegiatan buka bersama keluarga, salat berjamaah hingga tadarus bersama termasuk ke dalam silaturahmi yang terjalin antar kerabat.

Adapun, dalil silaturahmi tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-anshari yang berbunyi:


تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ

Artinya: “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara,” (HR Bukhari).

“Konsep silaturahmi ini bukan hanya terbatas kepada sesama umat Islam juga. Apapun agamanya, berapa pun umurnya mari kita silaturahmi,” tuturnya.

Bahkan, menjalin tali silaturahmi tidak hanya dilakukan kepada yang masih hidup saja. Mendoakan orang yang sudah wafat juga tergolong ke dalam silaturahmi.

“Hubungan interaktif antara orang hidup dan orang mati itu tidak diingkari dalam Al-Qur’an dan hadits,” kata Prof Nasaruddin menjelaskan.

Menurutnya, konsep silaturahmi sangat luas. Tidak hanya kepada sesama manusia bahkan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain seperti binatang dan tumbuhan juga bisa kita jalin silaturahminya.

Menyiram bunga di pagi dan sore hari hingga tersenyum kepada binatang peliharaan termasuk ke dalam silaturahmi. Prof Nasaruddin juga menyebutkan, silaturahmi tidak hanya dalam bentuk komunikasi verbal antara manusia, melainkan sesuatu dengan niat yang tulus.

“Jadi inilah yang perlu kita sampaikan kepada jemaah sekalian bahwa silaturahmi itu betul-betul harus ditujukan kepada siapa saja makhluk Allah. Jadi, binatang, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya itu perlu kita lakukan (silaturahmi),” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Mari Bersilaturahmi bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Dahsyatnya Keutamaan Sholawat



Jakarta

Sholawat merupakan wujud cinta seorang muslim kepada Rasulullah SAW. Melalui sholawat, umat Islam memberi pujian sekaligus doa kepada nabi yang bernilai pahala.

Dalam detikKultum detikcom pada Kamis (13/4/2023), Prof Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa orang yang rajin bersholawat akan diberi syafaat oleh Nabi Muhammad SAW kelak.

“Jadi jangan memandang enteng sholawat nabi. Sholawat itu adalah bentuk komunikasi batin dengan Rasulullah SAW,” katanya menjelaskan.


Pada sebuah hadits, disebutkan juga bahwa keutamaan bersholawat, yaitu:

“Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya 10 kali,” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca sholawat kepadaku,” (HR Tirmidzi).

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menjelaskan, ketika kiamat dan Matahari hanya beberapa jengkal di atas kepala maka tidak ada yang bisa membantu manusia selain nabi. Bagaimana cara mendapatkan bantuannya? Yakni dengan rajin bersholawat dan membiasakan diri untuk melantunkan sholawat nabi.

Ruhnya Rasulullah tidak pernah mati, dia tahu. Dia (Nabi Muhammad SAW) tergetar hatinya manakala ada yang menyebutkan namanya (bersholawat),” bebernya.

Dalam surat Al Ahzab ayat 56 disebutkan bahwa yang bersholawat tidak hanya manusia, bahkan para malaikat sekalipun. Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Arab latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna ‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ ‘alaihi wa sallimụ taslīma

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya,”

Di Indonesia sendiri, lantunan sholawat berkisar hingga 100 lebih. Saking banyaknya, jumlah sholawat ini melebihi yang ada di Timur Tengah.

“Umat yang paling rajin bersholawat ini kayaknya Indonesia nih. Ada 100 lantunan sholawat di Indonesia,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholawat bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Etika dalam Berdoa



Jakarta

Doa merupakan permohonan seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam berdoa, ada etika yang perlu diperhatikan, tidak hanya sekadar memohon.

Pada detikKultum detikcom, Jumat (14/4/2023), Prof Nasaruddin Umar menerangkan mengenai etika berdoa sekaligus waktu mustajabnya saat Ramadan.

“Doa di dalam bulan suci Ramadan sangat ampuh bapak ibu, maka itu mari kita banya berdoa terutama pada detik-detik menjelang buka puasa dan imsak,” katanya menjelaskan.


Meski mustajab, dalam berdoa tentu harus ada etika dan akhlaknya. Prof Nasaruddin mengutip dari pendapat Imam Al-Ghazali terkait etika doa yang baik.

“Yang pertama disunnahkan berwudhu, kemudian kita juga menutup aurat, dan menghadap ke kiblat,” ujarnya.

Setelahnya, seorang hamba yang hendak berdoa jangan langsung memohon kepada Allah. Namun, pastikan bahwa batin sudah tenang agar tidak tergesa-gesa dalam berdoa.

Selanjutnya, angkatlah kedua tangan setinggi-tingginya. Rasulullah SAW sendiri setiap berdoa mengangkat tangannya hingga terlihat kedua ketiaknya.

“Lanjutkan dengan alhamdulillah hamdan syakirin, sesudah itu sholawat kepada Nabi SAW. Jangan langsung berdoa, lakukan dulu munajat,” urai Prof Nasaruddin.

Munajat, lanjutnya, merupakan sikap merendahkan diri di hadapan Allah. Usai bermunajat, barulah panjatkan doa.

“Tapi hati-hati, jangan sampai doa kita dipadati oleh doa-doa yang didikte pada hawa nafsu,” kata Prof Nasaruddin mengingatkan.

Maksud dari didikte hawa nafsu seperti doa yang hanya berlaku untuk jangka pendek, seperti meminta kekayaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Padahal, alangkah baiknya kita juga menyelipkan doa mengenai Allah dan Rasulnya.

Enggak ada tuh permohonan orang berdoa agar langgeng mencintai Allah, pernahkan kita berdoa seperti ini? Enggak. Doa kita terlalu didikte dengan hawa nafsu, banyak resikonya,” paparnya.

Prof Nasaruddin juga mengimbau agar kita berdoa dengan semestinya. Jangan sampai seorang hamba berdoa kepada Allah tapi melecehkan karena terkesan memerintah Tuhan. Dengan demikian, etika berdoa perlu diperhatikan.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kekuatan Doa bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Keistimewaan Salat Tahajud



Jakarta

Sholat tahajud tergolong ke dalam sholat sunnah yang dikerjakan oleh muslim. Biasanya, ibadah ini dilaksanakan seusai salat Isya hingga terbitnya fajar setelah bangun dari tidur.

Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Sabtu (15/4/2023), salat tahajud sangatlah penting. Ia mengimbau, kaum muslimin untuk lebih memanfaatkan waktu saat terbangun di tengah malam.

“Seandainya ada kemampuan untuk bangun salat tahajud pemirsa, terutama bapak ibu yang tidak punya pekerjaan apapun, manfaatkanlah waktu-waktu yang bagus itu untuk bangun di tengah malam,” ujarnya.


Perintah mengenai salat tahajud disematkan dalam surat Al Isra ayat 79, Allah SWT berfirman:

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Arab latin: Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka ‘asā ay yab’aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,”

Kekuatan tahajud sangatlah dahsyat. Salah satunya, lanjut Prof Nasaruddin, yaitu bisa menggantikan posisi salat fardhu yang lalai kita kerjakan.

“Mari kita perbanyak salat tahajud. Salat tahajud itu gunanya banyak antara lain juga untuk menggantikan posisi salat fardhu yang di masa muda kita pernah lalai, absen, batal. Nah, sekarang dengan salat tahajud ini, salat-salat fardhu (yang lalai) bisa ditutupi,” ujarnya memaparkan.

Lebih lanjut, Prof Nasaruddin mengatakan salat di tengah malam juga menjadi upaya kita untuk bertaubat dengan meratapi dosa-dosa masa lampau. Aktivitas tersebut dapat menghapus dosa yang telah lalu.

“Ingat, meratapi dosa masa lampau di malam hari itu akan membakar dosa-dosa masa lampau kita. Air mata taubat itu nanti yang akan memadamkan api neraka kita,” tuturnya menjelaskan.

Prof Nasaruddin juga mengimbau kaum muslim untuk tidak lebih memanfaatkan malam hari dengan bermuhasabah. Dengan demikian, hidup akan terasa lebih bermakna.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kekuatan Tahajud dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Kemuliaan Salat Berjamaah



Jakarta

Salat lebih utama jika dilakukan secara berjamaah ketimbang sendirian. Meski terlihat sebagai amalan yang mudah, faktanya banyak yang lebih memilih salat sendiri dengan berbagai alasan, seperti ingin cepat menyelesaikan salat karena ada kesibukan.

Rasulullah SAW bersabda,

“Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendiri,” (HR Bukhari).


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom pada Minggu (16/4/2023) menjelaskan bahwa salat berjamaah perbandingannya 1 : 27 jika di luar Ramadan.

“Tapi kalau dalam Ramadan itu dikali 10,” katanya menjelaskan.

Allah SWT pun kagum kepada hambanya yang mengerjakan salat berjamaah, ini sesuai dengan Imam Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Amru RA, beliau berkata:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh Allah Ta’ala kagum pada salat yang dikerjakan secara berjamaah,'” (HR Thabrani).

Selain itu, mereka yang menunggu salat berjamaah akan dianggap berada dalam salat. Para malaikat bahkan memohon ampunan baginya dan mendoakan rahmat untuknya. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Salah seorang di antara kalian jika duduk menunggu waktu sholat, selama tidak berhadats, maka malaikat akan berdoa baginya: ‘Wahai Allah, ampunilah ia, wahai Allah rahmatilah ia,'” (HR Muslim).

Pada bulan suci Ramadan, segala sesuatu dilakukan secara berjamaah atau bersama. Tidak hanya salat, bahkan buka puasa dan sahur sekali pun.

Karenanya, Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah. Sebab, ada kebahagiaan tersendiri dengan mengerjakan segala sesuatu secara bersama.

“Bulan suci Ramadan ini masyaAllah, bulan kebersamaan, bulan keberkahan,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholat Berjamaah dapat disaksikan DI SINI.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Pentingnya Menghargai Tamu



Jakarta

Menghargai tamu merupakan satu dari sekian banyak adab yang diatur dalam Islam. Saking pentingnya, menghargai tamu termasuk ciri dari orang yang beriman kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya,” (HR Bukhari dan Muslim).


Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Senin (17/4/2023), menghargai tamu menjadi bentuk respect kita terhadap Allah SWT. Tamu yang datang bukanlah hanya sekadar tamu, tapi juga tamu Allah.

“Jika memelihara tamu, menjemput tamu, memberikan fasilitas, respect terhadap tamu, berarti kita respect terhadap Allah SWT,” ujarnya.

Semakin rajin dan aktif kita menerima tamu, semakin aktif juga Allah akan berbuat baik kepada kita. Menghargai tamu tidak hanya dianjurkan kepada sesama kaum muslim, melainkan juga non muslim sekali pun.

Saking mulianya tamu, Allah SWT membawa rezeki melalui tamu yang datang. Jatah makan dan minum yang diberikan kepada tamu akan dilipatgandakan oleh Allah dan diberi pahala yang berlimpah.

“Nah inilah saya ingin menyadarkan diri saya dan kita semuanya bapak ibu, mari kita jadikan tamu itu tamunya Allah. Bukan tamu kita. Mari kita menghormati, menghargai, berikan apa yang ada pada diri kita sendiri tanpa harus memaksakan diri,” ujar Prof Nasaruddin.

Lebih lanjut ia menjelaskan, semakin rajin seseorang menerima tamu maka Allah SWT akan memberikannya rezeki dan berkah. Karenanya, ia mengimbau kaum muslimin untuk menghargai dan menerima tamu sebaik mungkin.

Tetapi, apabila kita masih merasa tamu sebagai beban, merepotkan, hingga menyita waktu maka kita tergolong orang yang belum bersahabat dengan Allah. Sebab, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk menjamu memelihara tamu yang berkunjung.

Rasulullah SAW sendiri mencontohkan kepada para sahabat dan umatnya dalam memperlakukan tamu sebaik-baiknya karena menghormati dan memuliakan orang lain adalah adab dalam Islam wajib diamalkan oleh semua umat muslim. Terlebih, apabila tamu tersebut datang dari tempat yang sangat jauh.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Adab Menghargai Tamu dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sebesar Apapun Dosa, Jangan Berputus Asa



Jakarta

Sebagai manusia, tentulah kita tak luput dari segala kesalahan dan dosa. Meski begitu, kita tidak boleh berputus asa atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, pun dari rahmat Allah.

Dalam surat Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Arab latin: Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Berkenaan dengan itu Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (18/4/2023), menyampaikan kisah yang tertuang dalam sebuah hadits mengenai seorang pencuri kain kafan. Ia mengisahkan bahwa sang pemuda itu jatuh cinta terhadap kembang desa.

Sayangnya, tiap kali si pemuda yang tak lain pencuri kain kafan itu kerap ditolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Karena itu pula, pemuda tersebut frustasi.

Tiba-tiba tersiar kabar bahwa kembang desa itu meninggal. Mendengar hal itu, si pemuda makin frustasi dan sedih.

Namun, dia tak kehabisan akal. Setelah dikuburkan, jenazah si gadis desa itu diambil dari tanah kuburan dan diletakkan di pinggir makam.

“Bukan saja sampai di situ, tapi dia gauli (jenazah kembang desa) sampai sepuasnya. Setelah puas, kain kafannya pun juga diambil lalu ia pergi,” ujar Prof Nasaruddin menceritakan.

Semenjak kejadian itu, entah kenapa si pemuda merasa bersalah atas dosa yang ia perbuat. Sampai tiba-tiba, ia menangis sambil meraung-raung di dekat masjid Nabi SAW dan para sahabat.

Merasa terganggu, nabi dan para sahabat datang ke sumber suara sambil bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda tersebut. Ia lantas menjawab bahwa dirinya telah melakukan dosa yang sangat besar.

Pemuda itu menuturkan, saking besarnya dosa tersebut sampai-sampai melebihi Allah yang Maha Besar. Hal itu lantas membuat marah para sahabat, diusirnya lelaki itu.

Namun, Rasulullah SAW mendapat informasi dari Allah SWT untuk menyusul dan mencari pemuda itu. Sebab, dirinya tengah melakukan pertobatan yang luar biasa.

Setelah mendaki puncak gunung, bertemulah Nabi SAW dengan si pemuda yang sebelumnya diusir itu. Di sana, Rasulullah kembali bertanya agar lelaki itu mau memberi tahu dosa yang dikerjakannya.

Kisah selengkapnya dapat disaksikan dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Tidak Boleh Berputus Asa, klik DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Mahabbah, Bentuk Cinta Sejati kepada Allah SWT



Jakarta

Mahabbah merupakan bentuk cinta yang sangat sejati kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT. Kata mahabbah berasal dari bahasa Arab.

Dalam kajian tasawuf, mahabbah dimaknai mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya serta membenci sikap apapun yang melawan Allah SWT. Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (19/4/2023), mahabbah merupakan cinta yang paling memuncak kepada Allah.

“Nah apa itu mahabbah? Cinta yang paling sejati kepada Allah SWT. Mahabbah ini adalah cinta yang paling sejati, cinta yang paling memuncak kepada Allah,” katanya.


Apabila seseorang telah sampai di tahap mahabbah, maka ia akan lebih mencintai Allah daripada makhluk-makhluk lainnya. Prof Nasaruddin mencontohkan salah seorang sosok sufi wanita yang telah mencapai tingkat mahabbah, yaitu Rabi’ah al-Adawiyah.

Cinta Rabi’ah kepada Allah SWT diungkapkan dalam sebuah syair yang berbunyi,

“Ya Allah kalau kami menyembah engkau karena ingin masuk surga, jangan masukkan aku ke dalam surga. Ya Allah kalau aku menyembah engkau karena takut masuk neraka, masukkan aku ke neraka. Aku menyembah engkau karena aku mencintaimu ya Allah,”

Lebih lanjut, Prof Nasaruddin menerangkan apabila seseorang beribadah karena cinta maka ia disebut ahlullah. Namun, jika seseorang beribadah hanya karena takut masuk neraka, mengharapkan surga dan pahala, maka tingkat ibadahnya disebut dengan ahlul ibadah.

“Kalau sudah ahlullah, mahabbah, dia melakukan sesuatu karena dia sadar bahwa Tuhan itu siapa. Nah pemirsa, mari kita menjadi ahlullah,” imbaunya.

Prof Nasaruddin mengajak para kaum muslimin untuk belajar mencintai Allah semaksimal mungkin. Jangan hanya mencintai Tuhan hanya karena ditempa musibah atau menginginkan sesuatu.

“Cintailah Allah dalam keadaan apapun, maka insyaAllah kita akan berada pada posisi yang benar-benar diridhai Allah SWT,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Cinta Sejati kepada Allah SWT dapat disaksikan di SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Ikrar Kesetiaan AS: One Nation Under God



Jakarta

Setiap negara mempunyai simbol dan ikrar kesetiaan yang dijunjung tinggi bagi setiap warganya. Indonesia juga memiliki simbol-simbol kebanggaan negara seperti NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika. AS serikat juga sama, mereka juga memiliki Ikrar Kesetiaan Kebangsaan (The Pledge of Allegiance), yaitu: “I pledge allegiance to the Flag of the United States of America, and to the Republic for which it stands, one Nation under God, indivisible, with liberty and justice for all”. (“Saya berjanji setia kepada Bendera Amerika Serikat, dan kepada Republik tempatnya ditegakkan, satu Bangsa di bawah Tuhan, tak terpisahkan, dengan kebebasan dan keadilan untuk semua).

Kata “under God” mulai ditambahkan pada tanggal 12 Februari 1948, yang pertama kali disarankan oleh Louis Albert Bowman, seorang pengacara dari Illinois dengan alasan menyesuaikan semangat Gettysburg Lincoln. Penambahan kata itu semula memang agak kontroversi, apakah itu constitusional atau tidak. Adada sejumlah pertanyaan warga AS terkait kata itu, misalnya siapa yang dimaksud “Tuhan” dalam kata itu? Apa arti frase “under God” itu sendiri? Pada akhirnya, Presiden Eisenhower dan Kongres menyetujui penambahan itu dalam bentuk undang-undang pada tanggal 14 Juni 1954. Hingga saat ini frase itu sudah diabadikan di dalam sejumlah lagu kebangsaan AS dan dihafalkan kepada murid-murid sekolah.

Kata One Nation Under God mendapatkan pembenaran oleh para tokoh agama dan politisi AS. Mereka menyadari bahwa keajaban AS terjadi atas perkenan Tuhan. Banyak sekali peristiwa yang terjadi di AS sulit dijelaskan secara akl pikiran melainkan sudah menjadi kenyataan. Termasuk deklarasi kemerdekaan AS tidak pernah dibayangkan akan secepat itu dan dampaknya pun juga sangat minim. Hingga saat ini, meskipun sejarah AS relatif masih muda dibanding sejumlah negara di Eropa tetapi prestasi AS sudah jauh melampai negara-negara tersebut, termasuk negara yang pernah menjajahnya. Sama dengan Indonesia, tidak masuk akal bisa mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Bagaimana mungkin bambu runcing bisa melawan moncong tank dan amunisi pesawat tentara sekutu. Atas dasar itu pula muncul frase: “Atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa…” di dalam preambul UUD 1945.


Frase one Nation under God, indivisible, with liberty and justice for all sesungguhnya sebuah kalimat yang sangat islami. Bukankah dalam Islam juga mengajarkan segalanya tercipta dengan dan oleh Allah Swt? Setelah tercipta dengan berbagai bentuk realitas, kembali kita diingatkan, janganlah perbedaan itu menjadi faktor munculnya kemudharatan dan musibah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (Q.S. A-Hujurat/49:13).

Frase ini juga membuat kita berfikir lebih jauh, benarkan AS sebagai sebuah negara sekuler? Dengan frase itu sesungguhnya mengisyaratkan bahwa AS bukanlah sebuah negara sekuler murni, yang tidak memberi ruang dan tempat untuk membicarakan Tuhan di dalam mengurus bangsa, negara, dan masyarakat. Mungkin dalam konstitusi tidak tampil sebagai sebuah negara agama tetapi dalam kenyataan dan praktek sehari-hari, jelas AS adalah sebuah negara yang sangat religius.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Faktor Indonesia



Jakarta

Seperti apapun Indonesia di mata AS, kultur dan moderasi Islam Indonesia menjadi factor yang diperhitungkan di dalam penataan dan pembinaan umat Islam di AS. Semenjak Indonesia merdeka yang dipelopori oleh tokoh prokmator Indonesia Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta, Indonesia di mata AS sangat luar biasa.

Tidak ada Presiden AS setelah Indonesia merdeka yang tidak pernah menyebut Indonesia. AS sangat tahu keberadaan Islam di Indonesia sebagai salahsatu kekuatan bangsa Indonesia. Yang menarik di mata AS, sebagaimana diwakili oleh para ilmuan AS yang meneliti Indonesia, berkesimpulan bahwa antara Islam dan kebangsaan Indonesia berjalan parallel. Kenyataan ini sulit ditemukan di negara-negara lain.

Puluhan bahkan ratusan islamolog dari AS meneliti dan menulis tentang Islam dan Indonesia, termasuk di antaranya Clifford Geertz, yang pernah di daulat sebagai mbahnya antropolog di AS, menakjubi keindahan konfigurasi antara Islam, adat istiadat, dan kearifan lokal di Indonesia. Di antara imam paling berpengaruh di AS juga berasal dari Indonsia.


Di AS bagian selatan (Seatle) sampai ke bagian tengah (Huston) di situ ada Ust. Jobhan, orang Jawa barat alumni UIN Jakarta, ia memiliki reputasi keluar masuk penjara berdakwah. Di AS bagian utara (NY) sampai ke tengah (Texas) ada Ust Syamsi Ali, orang Makassar yang memiliki Pesantren pertama di AS). Indonesian Islamic Center di berbagai tempat di AS ramai dikunjungi orang karena dianggap lebih compatible dengan keseharian AS.

Para Kepala Negara AS mengakui keberadaan Islam di Indonesia bukan sebagai penghalang untuk menjadi negara demokrasi. Bahkan Presiden Obama paling ekslusif memuji Indonesia sebagai sebuah negara model untuk persemaian antara agama dan nasionalisme. Indonesia disebutkan berkali-kali di dalam pidato Obama dalam pidatonya di Cairo University tgl. 4 Juni 2009. Selain karena negeri ini telah memberikan warna tersendiri di dalam memori kepribadiannya, dimana ia pernah hidup selama empat tahun di tengah perkampungan masyarakat muslim di Menteng Jakarta pusat, Indonesia juga menurutnya adalah negara muslim terbesar dan terluas penduduknya dan merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia. Ia mengagumi Indonesia karena pada satu sisi negara muslim terbesar tetapi pada sisi lain Indoneisia juga menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dengan segala keunikan-keunikannya.

Obama menegaskan: “Dan kami menyambut gembira semua pemerintahan terpilih dan damai – asalkan mereka memerintah dengan menghormati rakyatnya. Di manapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua fihak yang memegang kekuasaan, Butir ini penting karena ada yang memperjuangkan demokrasi hanya pada saat mereka tidak berkuasa; setelah berkuasa, mereka secara keji memberangus hak-hak orang lain. Di manapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua pihak yang memegang kekuasaan.”
Kebebasan beragama dan kedudukan perempuan juga disinggung Obama. Ia berpendapat bahwa: “Islam memiliki sebuah tradisi toleransi yang patut dibanggakan. Kita menyaksikan hal ini dalam sejarah Andalusia dan Kordoba. Saya menyaksikan hal itu langsung ketika masih kanak-kanak di Indonesia, di mana warga Kristen yang saleh bebas beribadah di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Itulah semangat yang kita butuhkan kini. Orang di setiap negara harus bebas memilih dan menjalankan keyakinan mereka berdasarkan keyakinan pikiran, hati dan jiwa. Toleransi ini penting agar agama bisa berkembang, tetapi juga ditantang dengan berbagai cara”.

Dalam pendidikan, Obama menyatakan akan memperluas program pertukaran dan memperbanyak bea siswa, seperti yang mengantar ayah saya ke Amerika, sementara juga mendorong lebih banyak warga Amerika untuk belajar di tengah masyarakat Muslim. Dan kami akan menempatkan siswa-siswa Muslim yang menjanjikan di tempat-tempat magang di Amerika; melakukan investasi dalam pembelajaran online untuk guru-guru dan anak-anak di seluruh dunia; dan menciptakan jaringan online baru, sehingga seorang remaja di Kansas mampu berkomunikasi langsung dengan remaja di Kairo. Inilah saat dan momentum yang paling tepat Indonesia memainkan peran di Timur-Tengah dan AS. Keterlibatan Indonesia di dalam menyelesaikan berbagai persoalan global sangat diharapkan. Kebijakan AS tentang Islam di AS sering dijadikan Indonesia sebagai model untuk sebuah keharmonisan dan keselarasan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com