Tag Archives: nasaruddin umar

Mengenal Ormas Islam di AS: Americam Muslim Youth (AMY)



Jakarta

American Muslim Youth (AMY) adalah organisasi paguyuban atau nirlaba yang ada di sejumlah negara bagian AS. Dalam sebuah survey menemukan negara bagian yang paling padat umat Islamnya di AS ialah New Jersey, New York, Virginia, Maryland, Michigan, California, Illinois, Indiana, Texas dan Ohio. Namun negara-negara bagian lain tidak berarti tidak mempunyai warga muslim. Tidak ada satu pun negara bagian di AS yang tidak punya komunitas muslim. Bahkan di setiap negara bagian memiliki masjid atau Islamic Center, walaupun tidak sebesar dan tidak sebanyak di negara-negara bagian lain.

Populasi muslim AS berkisar 7 juta orang, separuh di antaranya adalah kaum muda yang sebagian tergabung di dalam AMY. Kehadiran AMY sangat penting bagi komunitas muslim di AS karena kelompok ini menjadi cikal bakal berlanjut generasi muslim yang datang lebih awal di AS. AMY sepertinya menjadi rebutan yang diperebutkan oleh ormas-ormas Islam. Oleh para orang tua mereka dirasakan adanya semacam ancaman krisis identitas Pasca 9/11 ada sejumlah muslim kelahiran AS enggang menonjolkan identitasnya sebagai seorang muslim, bukan hanya mereka kecewa karena tindakan konyol segelintir orang mengebom obyek-obyek vital di sejumlah negara besar, akan tetapi sebagian di antaranya mempertanyakan eksistensi agama sebagai sarana untuk memanusiakan manusia.

Mereka ada yang menilai agama termasuk Islam dalam mewujudkan cita-cita luhur kemanusiaannya. Seharusnya di mana kelompok agama itu dominan di situ keamanan dan keadilan serta kesetaraan gender lebih baik. Namun sering kali terjadi kebalikannya, di mana suatu daerah muslimnya lebih besar di situ ada potensi letupan sosial.


Krisis yang sering para orang tua pailit dari usahanya karena tertantang untuk menyelamatkan karakter dan identitas atribut biologisnya dari budaya millenial yang ada di Eropa dan AS. Para orang tua seringkali dibingungkan bagaimana membesarkan anak di negara-negara yang maju, perlu penelitian dan pendalaman yang lebih terukur. Kehadiran AMY juga bisa memberikan kontribusi positif bagi anak-anak yang lebih doyan untuk belajar seni dan agama yang di luar obyek materi ajar. Krisis identitas yang sering menggelisahkan para orang tua murid ialah bagai mana diupayakan ketenangan dan ketertiban menciptakan sekolah-sekolah bagi orang-orang berkebutuhan khusus. AMY juga mendorong progresifitas calom mahasiswa Luar Negeri yang ingin belajar di ASA atau Eropa.

Di antara usaha para senior muslim ialah menghimpun dana yang lumayan besar untuk acara berikutnya, seperti memperkenalkan seniniman-seniman dan qari’-qari’ah searah dengan jarum jam yang pernah dihubungkan dengan generasi baru muslim yang lahir di AS, tidak pernah merasakan pahitnya perjuangan yang harus ditempuh di dalam mencari ilmu, tentu tidak faham betapa sulitnya mendapatkan ilmu di daerah-daerah terpencil, terutama ilmu-ilmu yang berkanjuan sebagai bangsa dan hal-hal yang konstruktif lainnya. Anak-anak muda kelahiran AS merasa sangat sulit melakukan pembauran dengan warga substantif. Yang penting bagi kita bukan lagi mencetak secara instant pemimpin umat Islam yang berwibawa tetapi semua Nabi pernah menjadi faktor yang konstruktif. Tugas para orang tua dan senior ialah bagaimana mempertahankan identitas keislaman di dalam para anggota AMY agar tetap terpelihara akidah dan syari’ah generasi muda kita di sana.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Multi Fungsi Masjid di AS



Jakarta

Di banding masjid-masjid di Indonesia atau di negara-negara muslim lainnya, masjid di AS umumnya tidak terlalu besar, bahkan di antaranya tadinya adalah ruko kemudian dibeli atau disewa secara gotong royong oleh warga muslim di sekitarnya. Semula masjid (lebih tepat disebut mushalah) hanya diperuntukkan untuk shalat Jum’at bagi komunitas muslim di sekitar tempat itu. Bagi umat Islam tahu akibatnya jika seseorang absen tidak shalat Jum’at selama tiga Jum’at berturut-turut kata Rasulullah akan mati dalam keadaan mati jahiliah, sebuah kematian yang dianggap hina atau su’ al-khatimah. Supaya terhindar dari ancaman hadis itu, umat Islam mengupayakan untuk menghadirkan masjid terutama untuk digunakan shalat Jum’at agi kaum laki-laki, karena kaum perempuan tidak wajib shalat Jum’at, mereka hanya wajib untuk shalat dhuhur.

Lama kelamaan, masjid yang sudah hadir di tengah komunitas muslim berangsur-angsur dipadati kegiatan oleh warga muslim setempat, misalnya digunakan sebagai tempat pengajian Al-Qur’an yang di sekolah-sekolah publik di AS pelajaran agama tidak diajarkan.Sambil mengantar anak-anak ,mereka mengaji Al-Qur’an di masjid, orang tua anak-anak tersebut berinisiatif mengadakan pengajian khusus untuk para orang tua murid. Lama kelamaan, pengajian itu dilembagakan menjadi “Majlis Ta’lim” (MT) seperti halnya MT yang ada di masjid-masjid Indonesia. Mereka mendatangkan guru (ustaz) tetap untuk membina diri dan anak-anak mereka tentang soal keagamaan. Berikutnya masjid lambat laun menjadi pusat kegiatan umat Islam setempat. Apapun urusan dan masalah komunitas muslim setempat dicoba diselesaikan di masjid. Misalnya ada warga yang meninggal lalu tidak sanggup membayar aparat yang bertugas untuk memakamkan jenazah, para warga bergotong royong membantu saudara-saudara mereka sesuai dengan kemampuan mereka masing-masih.

Jika ada warga yang kesulitan mengakses lapangan pekerjaan, maka pengurus masjid bersama aktifis lainnya secara ikhlas mencarikan peluang kerja bagi saudaranya yang seagama Islam. Termasuk di antaranya ialah saling menginformasikan jika ada peluang kerja yang lebih memungkinkan untuk diakses oleh kaum imigran muslim di AS yang berasal dari berbagai negara asal. Bahkan masjid sering juga digunakan oleh para pelajar, makhasiswa, dan TKI yang selama ini berdomisili di luar kota atau di pinggir kota, masjid juga sering digunakan untuk menginap sambil menunggu esok paginya untuk melanjutkan tour kotanya. Di masjid biasanya dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi sehingga para warga satu sama lain sama-sama akrab. Sebaliknya jika orang-orang kota ingin mencari ketenangan lalu berlibur di kota-kota kecil, maka mereka juga banyak dibantu oleh komunitas setempat untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di sekitar tempat tinggalnya.


Masjid-masjid di AS, sebagaimana dijelaskan dalam artikel kemarin, mempunyai banyak fungsi, bukan hanya sebagai wadah untuk berkomunikasi spiritual denga Sang Pencipta tetapi juga menjadi arena silaturrahim dengan sesama umat Islam dari berbagai latar belakang negara dan aliran mazhab yang dianut. Mungkin karena tantangan eksternalnya lebih kuat maka suasana batin secara internal sesama umat Islam lebih akrab. Bahkan dalam satu masjid bisa melayani berbagai aliran mazhab. Jika mereka beraliran sunni maka mereka dibiarkan beribadah menurut mazhab yang dianutnya. Sebaliknya jika mereka bermazhab syi’ah maka mereka juga bebas menggunakan masjid itu berdasarkan mazhab atau alirannya. Tidak heran jika di beberapa tempat di AS banyak komunitas menanyakan kepada dirinya tentang berbagai hal, namun pada akhirnya ia juga menyelamatkan keluarganya. Sering dijumpai sang suami penganut agama Islam dengan mazhan Syi’ah sementara isterinya menganut azhab Sunny. Tidak heran jika di antara mereka banyak menyebut dirinya sebagai Islam “Susi” (yakni Islam dengan mazhab Sunny-Syi’ah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sahur Bersama Nasaruddin Umar Selama Ramadan, Hanya di detikKultum



Jakarta

Bulan Ramadan 2024 kali ini ditemani lagi oleh kajian-kajian Islam kaya manfaat melalui detikKultum. Setiap hari selama bulan Ramadan, detikers bisa menyaksian kajian gratis dari Nasaruddin Umar.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

detikKultum dibuka oleh kajian dari Nasaruddin Umar yang akan ditayangkan setiap hari pukul 04.20 WIB. detikers bisa memanfaatkan waktu sahur untuk mendengar tausiyah yang kaya ilmu bermanfaat sebagai pengawal hari sebelum menjalankan ibadah puasa.

Nasaruddin Umar adalah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Selain berdakwah, Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga sudah banyak berkiprah di bidang akademik sebagai peneliti kepustakaan di beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Nasaruddin Umar setiap hari selama bulan Ramadan hanya di detikcom dan detikHikmah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Jadikan Ramadan Momen untuk Tingkatkan Kualitas Ibadah



Jakarta

Sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita beribadah kepada Allah SWT. Perintah beribadah dan menyembah-Nya termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 21,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”


Nah, bulan suci ini bisa dijadikan sebagai momentum meningkatkan kualitas ibadah kita. Terlebih, Ramadan menjadi bulan yang baik untuk membersihkan diri.

“Pada kesempatan ini izinkan saya mengingatkan kembali bahwa bulan suci Ramadan ini adalah bulan paling bagus untuk mensucikan, membersihkan diri,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detik Kultum Lazada, Kamis (14/3/2024).

Lebih lanjut ia mengajak umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadahnya sampai bisa disebut ahlul ibadah. Menurutnya, apabila kita masih merasa terbebani dengan ibadah yang dikerjakan sehari-hari maka kualitas ibadah kita baru sampai ahlul tha’ah.

“Apa bedanya ahlul tha’ah dan ahlul ibadah? Kalau ahlul tha’ah (itu) kita yang masih memaksakan diri untuk melaksanakan ibadah,” terang Prof Nasaruddin menjelaskan.

Ia mengibaratkan muslim yang kualitas ibadahnya telah mencapai ahlul ibadah maka beribadah atas dasar cinta. Ada perbedaan antara ibadah yang dilakukan sebatas kewajiban dan ibadah yang dilakukan karena seseorang mencintai ibadah itu sendiri.

“Kalau kita melakukan sesuatu (beribadah) dengan cinta, tidak terasa beban,” tambah Prof Nasaruddin.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Keutamaan Meningkatkan Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan bisa ditonton DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Jaga Kebersihan Lahir dan Batin



Jakarta

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Ungkapan ini menggambarkan betapa pentingnya kebersihan dalam ajaran Islam.

Bahkan, kebersihan menjadi bagian dari ibadah. Ketika hendak mendirikan salat, salah satu syarat sahnya ialah wudhu yang mana bersuci dari najis.

Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Senin (18/3/2024), turut menjelaskan terkait pentingnya kebersihan. Menurutnya, kebersihan ditinjau dari dua sisi yaitu bersih lahiriah dan bersih batin.


“Jadi yang kita maksudkan di sini kebersihan, bersih secara lahiriah. Jangan pakai pakaian yang bernajis, jangan pakai pakaian yang berbau, jangan memakai pakaian salat ke masjid (dengan) pakaian tidur,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut dalam kultumnya.

Menjaga kebersihan lahiriah dalam Islam bisa dengan memakai pakaian yang pantas dan bersih dari najis saat akan melangsungkan ibadah. Sementara itu, bersih batin seperti beristigfar ketika melakukan dosa.

Beristigfar merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan batin. Segala dosa yang kita lakukan hendaknya segera ditobatkan.

“Semua harus segera kita tobatkan, jangan membiarkan tanpa melakukan pertobatan. Dengan kata lain jangan membiarkan dosa itu bermalam tanpa segera ditobatkan,” jelas Nasaruddin Umar.

Seluruh anggota badan yang sering berdosa hendaknya dibersihkan di bulan suci ini. Ramadan menjadi momen untuk membersihkan diri.

“Kalau kita tidak mampu membersihkan diri di bulan suci Ramadan ini, bulan apalagi yang akan bersihkan kita?” ujar Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Keindahan dan Hukum Menjaga Kebersihan dalam Islam bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Menghargai Waktu bagi Seorang Muslim



Jakarta

Pentingnya memanfaatkan waktu dijelaskan dalam surah Al Asr ayat 1-3. Bahkan ada pepatah yang menyebut orang sukses ialah mereka yang menghargai waktu.

Prof Nasaruddin Umar dalam kultumnya yang tayang pada Selasa (19/3/2024) menyampaikan betapa pentingnya waktu bagi seorang muslim.

“Orang yang tidak menghargai waktu itu pasti terancam gagal. Maka itu Allah SWT menjadikan salah satu alat sumpah itu (surah Al Asr) adalah demi masa, demi waktu,” terangnya dalam detikKultum detikcom.


Terkait pentingnya waktu ini, Prof Nasaruddin Umar mengisahkan tentang tiga pemuda yang terjebak di gua tanpa ada tali pengaman. Tiba-tiba ada suara yang memerintahkan ketiga pemuda itu untuk mengambil batu-batuan.

Pemuda pertama mengambil satu buah batu ke kantongnya, sedangkan pemuda kedua memenuhi kantongnya dengan batu. Sementara itu, pemuda yang ketiga mengambil banyak batu hingga memenuhi kantong dan ranselnya.

Setelah keluar dari gua, tiba-tiba batu itu berubah menjadi berlian. Ketiga pemuda itu lantas menyesal.

Pemuda pertama menyesal karena hanya memungut satu batu, pemuda kedua menyesal karena tidak memenuhi ranselnya dengan batu, dan pemuda ketiga menyesal karena tidak memenuhi kantong bajunya dengan batu meskipun saku celana serta ranselnya sudah dipenuhi oleh batu.

“Yang (paling) sedikit penyesalannya adalah yang ranselnya penuh dan celananya penuh. Itu adalah orang yang menghargai waktu,” jelas Prof Nasaruddin Umar.

Lebih lanjut ia mengajak kaum muslimin untuk lebih menghargai dan memperbaiki manajemen waktu. Cara memanfaatkan waktu itu bisa dengan beribadah kepada Allah SWT seperti beriktikaf dan mengaji.

“Sekali lagi mari kita menghargai waktu terutama waktu yang sedang kita lakukan karena kita masih sehat ini,” pesan Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Pentingnya Memanfaatkan Waktu dapat ditonton DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04:20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Penuhi Masjid di 10 Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

10 malam terakhir di bulan Ramadan menjadi hari-hari yang istimewa di antara hari lainnya. Di antaranya ialah terdapat malam Lailatulqadar.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom mengimbau agar kaum muslimin meningkatkan ibadahnya di 10 malam terakhir. Terlebih, banyak keutamaan yang terkandung pada momen itu dibanding dengan malam-malam awal Ramadan.

“Nah kita tahu bahwa semakin tua bulan suci Ramadan itu semakin Allah SWT melimpahkan pahalanya,” katanya dalam detikKultum yang tayang Jumat (22/3/2024).


Prof Nasaruddin Umar menuturkan bahwa momen 10 malam terakhir menjadi waktu yang tepat untuk melakukan berbagai amalan, terutama iktikaf. Walau begitu, pada praktiknya justru 10 malam terakhir masjid yang awalnya penuh semakin sepi mendekati akhir Ramadan.

“10 terakhir Ramadan ini seharusnya masjid itu penuh. Tapi selama ini kita bisa menyaksikan masjid justru 10 hari pertama penuh, tapi 10 keduanya mulai berkurang, 10 terakhir tinggal finalnya,” tambahnya.

Meski demikian, Imam Besar Masjid Istiqlal itu turut menyampaikan fenomena unik mengenai salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut. Ia menuturkan, 10 malam terakhir Ramadan banyak muslim dari berbagai daerah berbondong-bondong melakukan iktikaf di Masjid Istiqlal.

“Justru Istiqlal 10 (malam) terakhir itu penuh dengan orang sampai lantai 5. Nah jadi saya berharap InsyaAllah mudah-mudahan kesadaran beragama kita itu makin meningkat,” urainya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Peran Imam di AS



Jakarta

Gelar imam di AS bukan sekedar orang yang ditunjuk sebagai imam masjid yang mengimami para makmun yang hendak melaksanakan salat berjamaah di masjid, bukan juga sekaligus menjadi khatib Jum’at yang menyampaikan nasehat dan pesan formal kepada jamaah salat Jum’at, tetapi imam di AS lebih dari sekedar itu.

Imam di AS seringkali mendapatkan beban ekstra lebih kompleks karena ia juga berfungsi sebagai representasi pemimpin umat yang mengawinkan atau mendampingi seorang wali untuk melaksanakan akad nikah sebuah perkawinan. Bahkan imam-imam di AS terkadang ditunjuk sebagai representase wali hakim bagi mereka yang tidak memiliki wali.

Selain urusan fikih ibadah dan fikih munakahah sebagaimana disebutkan tadi, imam-imam di AS juga sering mendapatkan tugas tambahan untuk mengislamkan atau menuntun dan membimbing orang-orang muallaf yang jumlahnya terus bertambah dari waktu ke waktu, khususnya dekade terakhir ini.


Selain itu, imam-imam masjid di AS sering diundang oleh pemerintah vederal dan lokal untuk interfaith meeting/dialog. Ketika penulis menjadi imam di IMAAM Center di Washington DC dan sekitarnya, meliputi Maryland dan Virginia, penulis disibukkan dengan berbagai undangan, baik dari warga jamaah maupun menjalankan joint program dengan masjid- atau Islamic Center lain.

Ketika bulan suci Ramadan, secara rutin diajak oleh beberapa komponen pemerintah untuk buka puasa bersama, termasuk imam-imam juga diundang ke Gedung Putih buka puasa Bersama di tempat itu yang dihadiri oleh Presiden AS, mulai zaman Bush, Obama, hingga belum lama ini Donald Trump juga mengundang para imam dalam acara buka puasa bersama di White House.

Jenis visa yang diberikan kepada seorang imam yang berasal dari negara lain seringkali mendapatkan visa khusus yang meningkatkan yang bersangkutan lebih longgar keluar-masuk dan bekerja di AS. Tidak sedikit di antara para imam yang tadinya pemegang visa tokoh agama ditingkatkan menjadi Green Card, bahkan Citizen, tergantung reputasi dan prestasi yang ditampilkan yang bersangkutan selama bertugas di AS. Jika prestasinya baik maka mereka direkam oleh pemerintah dengan prestasi baik.

Sebaliknya jika seorang imam melakukan kekeliruan apalagi kesalahan fatal maka biasanya yang bersangkutan tidak lagi diperpanjang visanya, bahkan pernah ada yang diusir karena melakukan kegiatan yang terlarang sebagaimana ia fahami ketika mereka diajari wawasan keamerikaan di masa-masa awal.

Tentu saja imam selain di AS harus menyampaikan kegiatannya secara reguler (tergantung kebijakan setiap negara bagian), hal ini dimaksudkan demi kelancaran kehidupan berbangsa dan bernegara di AS. Ketika pada saatnya tiba hari-hari raya keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha, atau hari-hari raya keagamaan lainnya, sebaiknya imam melaporkan kepada pemerintah setempat agar mereka tidak curiga dengan kehadiran massa yang berjumlah besar. Bagi kita, memberikan laporan kegiatan keagamaan kepada pemerintah bukanlah suatu masalah besar, karena selama ini kegiatan keagamaan atau hari raya Nasional lai seperti peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, juga sebaiknya dilaporkan. Pemerintah AS jarang bahkan tidak pernah melarang umat Islam di AS untuk melaksanakan kegiatan peribadatan. Inilah keunikan AS.

Siapapun yang yang bertugas menjadi salah satu imam di AS langka yang sebaiknya dilakukan pertama ialah menyampaikan segenap program kerja tahunan dan kemungkinannya membutuhkan pengawalan atau pengamanan dari pihak keamanan. Semoga kerjasama umat Islam dari berbagai kalangan bisa bersambung rasa secara positif dengan komunitas masyarakat AS lainnya.

***

Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Nasaruddin Umar: Cegah Musibah dengan Bersedekah



Jakarta

Pada dasarnya, sedekah merupakan amalan yang paling dicintai Allah SWT. Bahkan, sedekah jariyah termasuk ke dalam satu dari tiga amalan yang tidak terputus pahalanya meski seseorang telah wafat.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 245,

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ٢٤٥


Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Dia akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Dalam detikKultum detikcom yang tayang pada Minggu (24/3/2024), Prof Nasaruddin Umar mengatakan bahwa sedekah dapat mencegah musibah. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang berbunyi,

“Bersegeralah kamu bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (HR Imam Baihaqi)

Karenanya, ia mengimbau agar kaum muslimin bersedekah sedini mungkin. Hal ini bisa dilakukan dengan cara sedekah Subuh.

“Jadi kalau ingin mencegah musibah, lakukanlah sedekah sedini mungkin. Sepagi mungkin. Supaya musibah yang akan tadinya turun ke kita itu tidak jadi turun,” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Sedekah tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, melainkan juga diri sendiri. Selain membantu fakir miskin yang membutuhkan, kebaikan sedekah juga berbalik kepada diri kita.

“Selain mendapat pahala, (sedekah) juga berfungsi sebagai proteksi terhadap musibah yang akan menimpa kita,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selengkapnya mengenai fadhilah sedekah dapat disaksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Tadabur Al-Qur’an di Momen Nuzulul Qur’an



Jakarta

Peristiwa turunnya Al-Qur’an dikenal dengan istilah Nuzulul Qur’an. Secara bahasa, Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata.

Pertama, nazzala-yunazzilu dengan makna konotatif turun secara berangsur-angsur. Kedua, dari kata anzala-yunzilu dengan makna denotatif menurunkan.

Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum turut mendefinisikan Nuzulul Qur’an secara istilah. Menurutnya, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an dari lauhul mahfuz ke bumi melalui Malaikat Jibril.


Waktu pertama kali diturunkannya itu ketika Nabi Muhammad SAW berada di Gua Hira. Saat itu, usia beliau menginjak 40 tahun.

“Karena Al-Qur’an itu kan turun dua kali. Turun dari Allah transit di file raksasa di Lauhul Mahfuz. Kemudian dari lauhul mahfuz itu dicicil turun ke bumi melalui jibril selama 23 tahun,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Senin (25/3/2024).

Surah sekaligus wahyu pertama yang diturunkan pada waktu itu adalah surah Al Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini juga menjadi awal kenabian Nabi Muhammad SAW.

Beliau bersabda dalam sebuah hadits,

“Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan hari di mana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku.” (HR Muslim, Ahmad, Baihaqi, dan Al-Hakim)

Berkaitan dengan momen Nuzulul Qur’an itu, Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengajak agar umat Islam memaknai peristiwa mulia tersebut.

“Semoga kita lebih mencintai Al-Qur’an lebih dalam. Jangan hanya baca Arabnya, baca terjemahnya. Jika tidak paham artinya insyaallah kita akan dapat hakekatnya, kenapa? Karena Al-Qur’an itu menyimpan segudang rahasia,” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Tadabur Al-Qur’an di Momen Nuzulul Qur’an saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com