Tag Archives: nasaruddin umar

Istimewanya Waktu Malam saat Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Saking istimewanya malam itu, Allah SWT mengabadikannya dalam surah Al Qadr di Al-Qur’an.

Banyak umat Islam bertanya-tanya alasan di balik mulianya malam Lailatul Qadar. Sebagian berpikir, kenapa hanya pada waktu malam?

Dalam kaitannya, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Sabtu (30/3/2024) menerangkan alasan di balik itu.


“Malam itu memang jarak antara hamba dengan Tuhannya lebih dekat. Kemudian malam itu lebih terbuka langit, malam itu yang aktif batin kita,” katanya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 6,

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menuturkan, pembagian waktu siang dan malam memiliki fungsinya masing-masing. Pada siang hari rasionalitas manusia lebih aktif, sedangkan ketika malam hari manusia lebih melibatkan emosi keagamaan.

“Itulah yang dimaksud bahwa malam itu sangat penting karena energi spiritualnya lebih kencang naik ke langit,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Prof Nasaruddin menjelaskan, aktifnya emosi keagamaan seseorang di malam hari juga menjadi sebab banyak salat dan ibadah yang disyariatkan ketika matahari terbenam. Mulai dari salat Magrib, Isya, witir, Tarawih, tahajud, dan qiyamul lail.

“Maknai malam Lailatul Qadar dengan memperbanyak ibadah seperti salat dan itikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa disaksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Ketentuan Melakukan Iktikaf pada Akhir Ramadan



Jakarta

Pada malam-malam akhir Ramadan, kaum muslimin dianjurkan untuk melakukan iktikaf di masjid. Ibadah ini rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Aisyah RA,

“Bahwasanya Nabi SAW beriktikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla. Kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beriktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Ibadah iktikaf ini wajib dikerjakan di masjid, bukan di rumah atau musala. Tujuan dari iktikaf ini agar umat Islam fokus beribadah kepada Allah SWT.


“Selama kita melakukan iktikaf itu yang kita lakukan adalah mengingat Allah SWT sesekali diselingi dengan membaca Qur’an, baca zikir, salat, zikir (lagi), baca Qur’an (lagi),” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Jumat (5/4/2024).

Ketika melakukan iktikaf, kaum muslimin harus dalam keadaan bersih dan suci. Karenanya, dianjurkan pula untuk mempertahankan wudhu saat beriktikaf.

Menurut Nasaruddin Umar, iktikaf tidak harus bermalam dan menginap di masjid. Beriktikaf seusai salat tarawih meski hanya dua sampai tiga jam diperbolehkan.

“Dua jam juga sudah iktikaf kok. Maka itu kalau kita pergi tarawih, begitu kita masuk ke masjid langsung niat iktikaf, walaupun hanya dua jam, tiga jam (lalu) balik ke rumah sudah selesai iktikafnya,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Beriktikaf juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus kepada Allah SWT semata. Muslim sebaiknya memelihara pandangan dan mulutnya saat melakukan amalan tersebut agar khusyuk.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Lebaran Segera Tiba, Manfaatkan Momen Akhir Ramadan dengan Bertakbir



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki penghujung Ramadan. Dalam hitungan hari, lebaran segera tiba.

Sudah sepantasnya para mukminin menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan suka cita. Meski demikian, berakhirnya Ramadan juga menjadi kesedihan tersendiri.

Pada malam Idul Fitri, umat Islam menggaungkan takbir hari raya secara beramai-ramai. Takbir tak hanya sekadar ucapan, melainkan juga penyempurna pahala puasa seseorang.


“Sempurnakanlah pahala puasanya dengan melakukan takbir pada malam takbiran, sempurnakan pahala puasanya dengan menunaikan salat Idul Fitri, ajak keluarganya, pakai pakaian baru,” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (9/4/2024).

Menurutnya, momen jelang Idul Fitri itu hendaknya dimanfaatkan oleh seorang muslim untuk tetap beribadah kepada Allah SWT. Sebab, Ramadan akan berakhir dan belum tentu di tahun selanjutnya kita dipertemukan kembali dengan bulan mulia tersebut.

“Sujud terakhir kita pada Idul Fitri itu nanti jadi agak panjang sedikit. Ya Allah, saya berikrar seandainya aku bisa dapat Idul Fitri tahun depan, mohon di situ (kepada Allah),” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, Nasaruddin Umar juga mengingatkan agar umat Islam senantiasa membayar zakat fitrah pada malam Idul Fitri. Amalan ini wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang masih hidup.

Tak lupa, ia mengimbau kaum muslimin melantunkan takbir sampai malam. Ini dimaksudkan agar malaikat melaporkan amalan kita di penghujung Ramadan saat sedang bertakbir.

“Jangan laporkan kemalasan kami kepada Allah, wahai Ramadan kembalilah menjumpai kami pada tahun depan. Selamat jalan Ramadan,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/dvs)



Sumber : www.detik.com

Ini Cara Merayakan Lebaran sesuai Syariat Islam



Jakarta

Perayaan Idul Fitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Setelah berpuasa sebulan penuh, kaum muslimin melangsungkan lebaran yang juga jadi ajang silaturahmi terhadap sesamanya.

Meski berakhirnya Ramadan menyimpan kesedihan tersendiri, hendaknya muslim merayakan Idul Fitri dengan sukacita. Mengenai hal itu, Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan sejumlah hal yang dapat dikerjakan muslim untuk merayakan Idul Fitri.

“Poin yang perlu untuk kita ingat bersama bagaimana caranya merayakan Idul Fitri, bagaimana menjemput Idul Fitri ini sangat penting,” katanya dalam detikKultum yang tayang Selasa (9/4/2024).


Pertama, lanjut Nasaruddin Umar, umat Islam hendaknya mengeluarkan zakat fitrah di malam Idul Fitri. Amalan ini menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang masih hidup.

Kedua, pada malam terakhir Ramadan usahakan untuk berdoa di sujud terakhir salat Witir. Permohonan yang bisa dipanjatkan ialah agar dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun depan.

“Kita berdoa, ya Allah panjangkanlah umurku supaya bisa aku salat Witir lagi di akhir Ramadan tahun depan,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, seorang muslim hendaknya mandi sunnah sebelum atau sesudah salat Subuh. Lalu, kenakan pakaian terbaik serba putih yang bersih.

“Kemudian pada saat itu kita disunnahkan untuk makan dulu, baru pergi (silaturahmi),” lanjut Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Imam sebagai Mediator Umat



Jakarta

Sebagai agama dan umat minoritas Islam di AS, keberadaan Imam di sana menjadi sangat penting. Bukan hanya panting karena terus-menerus harus memberikan pelayanan kepada warga muslim yang umumnya mereka adalah orang awam, tetapi juga penting karena menjadi mediator, negosiator, dan moderator dengan para pihak yang ada di lingkungan umat Islam.

Pemerintah AS seringkali mengundang tokoh-tokoh agama, dan untuk umat Islam seringkali diwakili oleh Imam, untuk membicarakan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Sebagai negara demokrasi, AS selalu mendialogkan setiap persoalan untuk diselesaikan secara adil dan fair. Jika ada kunjungan tokoh-tokoh agama dunia, pemerintah AS sering mengundang para imam untuk hadir dalam jamuan makan tamu penting itu. Yang paling tepat menjadi representasi umat Islam di AS ialah para imam.

Keberadaan imam di AS bukan bentukan pemerintah, karena pemerintah tidak berhak mengintervensi urusan kepemimpinan internal umat beragama. Nanti jika muncul persoalan khusus, misalnya muncul konflik yang bisa mempengaruhi ketenangan dan keamanan warga masyarakat barulah negara terlibat di dalamnya. Penunjukan imam sepenuhnya ditentukan oleh komunitas muslim. Berapa lama periodenya menjadi imam, juga ditentukan oleh persepakatan warga lokal muslim setempat.


Ada yang tidak ditentukan masa jabatannya, sampai imam itu masih sehat saja dan ada ditentukan lama masa jabatannya berdasarkan periode tententu, misalnya per lima tahunan. Mereka masih bisa dipilih lagi jika masih memenuhi syarat dan belum ada orang yang lebih capable dari imam sebelumnya. Ada imam uang diimpor dari luar AS seperti sejumlah tenaga imam dari Mesir, Saudi Arabia, dan dari negara-negara mayoritas muslim lainnya yang fasih bacaan Al-Qur’annya serta bisa berdakwah ke dalam bahasa Inggris.

Jika ada kasus keagamaan terjadi di lingkungan komunitasnya maka imam selalu harus hadir sebagai mediator atau negosiator dengan para pihak. Misalnya ada kasus pembangunan rumah ibadah yang diprotes oleh masyarakat setempat atau ada rumah ibadah (masjid) sulit mendapatkan izin pembangunan, maka biasanya imam tampir sebagai faktor penting untuk menyelesaikan persoalan itu.

Pihak pemerintah, khususnya pihak keamanan (police) selalu berkomunikasi dengan imam jika ada masalah di lingkungan keberadaan mereka. Pemerintah juga secara rutin mengundang para imam untuk memberikan ceramah dan pencerahan untuk narapidana muslim di penjara yang jumlahnya tidak sedikit. Demikian pula jika ada di antara narapidana itu yang ingin pindah agama (Islam), kalangan imam juga diminta hadir untuk mengislamkan mereka.

Pemerintah AS, khususnya pemerintah di tingkat negara bagian (states) mempunyai struktur sendiri dimana tokoh-tokoh agama untuk berbagai agama termasuk Islam, diberi ruang atau forum antar para tokoh lintas agama untuk bersidang secara periodik guna membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan agama. Terkadang huga diinisiatifi oleh kelompok agama-agama lain. Seperti kelompok agama Protestan atau Katolik mengundang tokoh-tokoh agama lain untuk berdiskusi tentang persoalan kemanusiaan yang sedang menjadi sorotan atau isu dalam masyarakat.

Meskipun AS sering disebut negara sekuler tetapi kehidupan dan nuansa agama bagi para penduduknya sangat kuat. Simbol-simbol keamaan sering ditampilkan. Doa bersama sering dilaksanakan dalam beberapa acara dan upacara. Hari-hari besar agama-agama juga sering diperingati. Termasuk hari-hari besar Islam seperti hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Anak-anak saya ketika masih duduk dibangku sekolah dasar di Masryland diharuskan melantunkan lagu yang bernuansa keislaman, seperti lagi “Happy Idul Fthr”, yang dinyanyikan bukan hanya anak-anak muslim tetapi seluruh murid yang dipimpin oleh gurunya.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Mitos tentang Muslim Amerika



Jakarta

Menurut Imam Faisal Abdur Rauf, pengarang buku: What’s Right With Islam Is What’s Ringht With America, ada lima mitos tentang muslim Amerika. Yang dimaksud mitos menurut beliau bukan fakta. Sebaliknya muslim AS tidak berbeda dengan warga AS lainnya. Bahkan sebagian besar muslim AS paling taat hukum, anti kriminal, dan disiplin dan jujur membayar pajak.

Kelima mitos tersebut ialah, Pertama, muslim AS diimejkan sebagai pendatang dari luar negeri (foreigners). Ini tidak benar karena lebih banyak warga muslim yang hidup di AD adalah penduduk asli AS (citizens) yang dapat dibuktikan kartu-kartu identitas dan paspor. Warga muslim AS bukan hanya dari kulit berwarna tetapi juga kulit putih dan kulit hitam. Apalagi saat ini sudah banyak sekali yang tadinya orang tuanya poregners tetapi anak-anaknya lahir dan besar di AS, ahkan di antaranya sudah banyak berkiprah di pemerintahan dan militer AS. Bagaimana mereka bisa dikesankan foreignes?

Kedua, muslimAS ersifat etnik, berbudaya khusus, dengan gaya politik monolitik. Ini juga tidak sepenuhnya benar, karena seperti umat beragama lainnya di AS, muslim AS tidak menonjolkan etnik dan budaya secara ekslusif. Mereka bergaul bebas tanpa beban etnik dan budaya serta tidak juga membebani orang lain dengan ciri khasnya. Seorang muslim sulit dibedakan antara non muslim American dan non-American, terutama di musim dinigin, umumnya orang menggunakan penutup kepala untuk mencegah hawa dinginn yang menyengat. Aliran politik muslim AS juga menyebar ke berbagai partai politik, tidak berkumpun pada satu partai. Jadi tidak benar muslim AS pandangan politiknya monolitik.


Ketiga, muslim AS menekan perempuan (oppress women). Faktanya kaum perempuan muslim AS lebih otonom dan lebih mandiri. Soal resspek terhadap suami memang ia karena kultur Islam memang menganjurkan suami isteri harus saling menghargai dan bersama-sama memelihara anak dan bertanggung jawab di dalam urusan rumah tangga. Jika perempuan menunjukkan begitu loyal terhadap suami dan keluarga itu bukan karena ditekan oleh kaum laki-laki tetapi perempuan shalehah ditandai dengan respektifnya terhadap keluarga. Keunggulan masyarakat Islam terletak pada terciptanya harmonisasi di dalam keluarga. Pembagian kerja secara seksual terkadang memang tidak bisa dihindari, tetapi itu bukan berarti oppressed women. Ada sebuah kerelaan yang tulus yang dilakukan kaum perempuan melakukan hal demikian itu karena pada saat yang bersamaan anggota keluarga laki-lakinya, apakah itu suami, atau ayah, juga melakukan hal yang sama dalam bidang lain. Dengan demikian, terjadi relasigender yang paralel antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga Islam. Hanya saja kita sering melihatnya secara sepihak, tidak komperhensif, sehingga kelihatan ada bias gender dalam lingkungan keluarga muslim.

Keempat, muslim AS sering menjadi alamat kelompok teroris (homegrown terrorists), ini juga tidak sepenuhnya benar. Bahkan yang umat Islam seringkali menjadi sasaran korban kelompokm teroris. Soal ada teroris beralamat di alamat yang sama dengan orang-orang Islam secara sosiologis itu wajar, karena memang mungkin anggota keluarga mereka di sana. Namun tidak identik antara komunitas muslim dengan kelompok teroris. Yang paling aktif bahkan pro-aktif terlibat dalam pencegahan teroris adalah komunitas muslim AS. Umat Islam AS paling tidak nyaman terhadap aksi teroris di mana-mana, karena pasti sasaran opini publik adalah umat Islam, termasuk dirinya.

Kelima, muslim AS selalu membawa-bawa hokum Syari’ah. Ini juga tidak sepenuhnya benar. Syari’ah yang bersifat hukum privat dan Fikih Ibadah, memang ia tetapi Syari’ah dalam aspek Fikih Siyasah (politik) tidak pernah digagas di AS. Muslim AS tahu diri sebagai kelompok minoritas, secara logika dan secara demokratis sulit mengusung Fikih Siyasah Ifikih Politik) di AS. Bagi umat Islam di AS, hukum positif AS tidak menghalangi umat Islam untuk menjadi muslim sejati.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Buka Bersama di White House



Jakarta

Dekade terakhir kita sering menyaksikan Presiden AS mengundang tokoh-tokoh muslim atau imam berbuka bersama di Istana Kepresidenan AS, Gedung Putih, atau yang lebih populer dengan White House. Beberapa kali pernah dilakukan Presiden George Bust, Obama, dan bulan Ramadhan lalu Presiden Donald Trump juga melakukan hal yang sama. Dalam acara buka bersama ini, Presiden juga mengundang tokoh-tokoh agama lain untuk meramaikan acara buka bersama ini.

Apa maksud pemerintah AS melakukan acara keagamaan Islam di Gedung Putih? Tentu kita masing-masing bisa memiliki interpretasi. Yang pasti bahwa buka puasa di Gedung Putih (White Hose Ramadhan Dinner), bagian dari upaya positif AS untuk merangkul seluruh warganya, termasuk warga muslim, jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Acara ini juga sekaligus digunakan untuk mengakrabkan antara sesama tokoh-tokoh antar umat beragama dan tokoh agama dengan pemerintah. Hal ini mengingatkan kita dengan trilogi kerukunan di Indonesia, yaitu kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Kerukunan internal umat beragama di AS sangat kondusif. Meskipun di sana banyak Syi’ah dan Sunny serta Ahmadiyah tetapi tetap rukun satu sama lain. Bahkan di beberapa negara bagian ada istilah Islam Susyi, yakni Islam Sunny dan Syi’ah. Mereka bisa menggunakan masjid yang sama dan sama-sama menjalankan keyakinan agamanya masing-masing menurut mazhab yang dianutnya, tanpa ada permasalahan. Demikian pula dengan agama-agama lain, denominasi dalam satu agama tidak menimbulkan persoalan. Dari segi ini negara-negara muslim perlu belajar di AS.


Dalam acara buka puasa bersama itu tentu saja disuguhkan makanan halal, karena acara itu diperuntukkan kepada komunitas muslim. Waktu makan makan malamnya pun mengikuti waktu magrib, pertanda bolehnya seorang shaimin membuka puasa. Siapapun yang datang dalam acara itu tidak disuguhi makanan dan minuman sebelum waktu azan magrib. Otomatis di Gedung Putih pun sudah disiapkan ruang khusus untuk shalat dan salahseorang di antara umat Islam melantunkan azan. Pemandangan yang indah di Gedung Putih ini semakin menambah indahnya Gedung Putih. Meskipun AS bukan negara Islam, dan umat Islam minoritas di AS tetapi komunitas muslim bisa mendengarkan suara azan dan bersujud di hadapan kebesaran Allah di Gedung Putih.

Sebetulnya Presiden ke tiga AS, Thomas Jefferson (1743-1826), sudah pernah melakukan hal yang sama, yaitu ketika ia mengundang negara-negara sahabatnya dari Afrika yang tentunya banyak di antaranya beragama Islam, menunda makan malamnya di Gedung Putih, sampai jam menunjukkan waktu buka puasa bagi umat Islam. Thomas Jefferson ini juga pernah diisukan sebagai seorang muslim, sebagaimana dikatakan oleh seorang penulis AS, Michael Rieger, yang mengatakan bukanlah hanya Obama orang pertama yang dituduh sebagai Muslim saat mencalonkan presiden, 200 tahun sebelumnya juga pernah terjadi pada Thomas Jefferson. Ia sudah memiliki sebuah Al-Qur’an yang dibelinya di sebuah toko buku saat ia masih menjadi mahasiswa di di Williamsburg, Virginia. Ia secara pribadi memiliki sejumlah sahabat intelektual dari warga muslim. Salah satu di antaranya yang tercatat dalam sejarah ialah Duta Besar Tunisia dan Duta Besar Tripoli, Sidi Haji Abdul Rahman Adja.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Produk Halal dan Kosher di AS



Jakarta

Ada dua produk yang sering dicari oleh dua komunitas umat beragama di AS, produk Halal untuk komunitas muslim dan produk Kosher untuk komunitas Yahudi. Halal dan Kosher masing masing mempunyai label di dalam kemasan makanan dan minuman. Kadang-kadang juga sebuah produk mempunyai label ganda, yaitu Halal dan Kosher. Dekade terakhir ini, kedua label ini semakin populer, hal ini boleh jadi disebabkan karena semakin berkembangnya populasi penduduk atau semakin meningkatnya kesadaran beragama kedua komunitas beragama ini.

Yang dimaksud produk halal ialah segala produk yang terbebas dari unsur haram, baik makanan, minuman, maupun barang gunaan seperti tas, sepatu, dan aksesoris. Sedangkan kosher berasal dari bahasa Hewbrew yang berarti makanan halal, yaitu produk-produk yang dianggap halal oleh orang-orang Yahudi. Islam dan dan Yahudi dua agama yang memang sangat disiplin terhadap berbagai jenis produk dan konsumen bagi para umatnya. Kedua-duanya sama-sama mengharamkan untuk memakan produk yang terkontaminasi dengan daging babi. Tidak heran jika dalam sebuah restoran yang tidak menyuguhkan babi seringkali berjumpa antara komunitas muslim dan komunitas Yahudi.

Jaminan produk halal tidak identik dengan kosher. Dalam Islam, jaminan produk halal termasuk alkohol dan wine, sedangkan dalam konsep kosher tidak termasuk, dengan kata lain, Yahudi membenarkan untuk mengkonsumsi alkohol dan wine. Sebaliknya banyak produk yang oleh orang-orang Yahudi dianggap haram tetapi dianggap boleh oleh orang Islam. Bahkan dalam konsep kosher jauh lebih ketat daripada konsep jaminan produk halal dalam beberapa hal.


Di AS kelompok agama-agama Yahudi sangat aktif melakukan penelitian di berbagai supermarket untuk meneliti produk-produk yang tidak halal atau tidak kosher untuk dikonsumsi. Paling tidak, ketika penulis masih tinggal di AS, ada empat Negara Bagian yang memberikan kewenangan formal terhadap umat Islam untuk mengakses tempat-tempat penyembelihan, produksi, dan distributor, dan supermarket untuk memastikan kehalalan sebuah produk. Negara-negara tersebut ialah California, Illinoi, New Jersey, dan Chicago.

Di AS sudah lama terbentuk sebuah lembaga yang disebut dengan Center for American Muslim Reseach and Information (CAMRI) yang bertugas untuk melakukan penelitian cermat dan mendalam tentang berbagai produk dan ingredients, mengecek ingredient melalui korespondensi dengan perusahaan makanan, menyelidiki berbagai produk dan ingredients langsung ke perusahaan makanan. Demikian pula kelompok pemerhati produk kosher juga melakukan hal yang sama. Di tempat-tempat yang umum sering dijumpai informasi secara gratis berbagai jenis produk yang tidak layak dikonsumsi oleh orang-orang Islam dan orang-orang Yahudi.

Dalam penerbangan internasional, perusahaan penerbagan seringkali menyediakan jenis hidangan produk halal untuk penumpang muslim dan produk kosher bagi para penumpang Yahudi. Mungkin karena Indonesia termasuk Negara mayoritas muslim sehingga sepertinya tidak dianggap penting menyuguhkan informasi jaminan produk halal seperti halnya di negara-negara minoritas muslim.
Namun karena pasar global sudah tak terbendung, banyak sekali peroduk makanan dan minuman serta barang gunaan menyerbu pasaran tanah air yang berasal dari luar negeri, bahka produk itu sudah sampai di pelosoik desa, maka sudah saatnya negeri ini segera memiliki kelengkapan dari UU Jaminan Produk halal demi melindungi warga terbesarnya yang beragama Islam.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengapa Abrahamic Religions di AS Kompak?



Jakarta

Fenomena Abrahamic Religions atau agama-agama yang lahir dari anak-anak cucu Nabi Ibrahim, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam, kelihatannya sangat kompak. Bahkan mungkin paling kompak di antara negara-negara lain. Kalau di tempat lain, Yahudi dan Islam atau Yahudi dan Kristen sering terjadi konflik bahkan perang terbuka, maka di AS penampilan ke tiga agama yang biasa disebut dengan Semitic Religions (agama-agama Semit) ini sangat akur. Ketiga agama ini sering saling mengundang satu sama lain jika ada acara khusus atau momen-momen penting. Tokoh-tokoh ketiga agama ini, tentu saja dengan tokoh-tokoh agama lain, sangat akrab satu sama lain. Secara pribadi kadang saling mengunjungi dan sering berkomunikasi lewat telpon.

Sering ditemukan satu keluarga tetapi mempunyai agama yang berbeda-beda. Ada yang beragama Yahudi, Kristen, dan Islam. Di kantor-kantor tidak sedikit karyawan bekerja dengan akrab satu sama lain tanpa risih dengan perbedaan agama yang dianutnya. Bahkan ketiga agama ini memiliki hubungan emosional (chemistry) satu sama lain. Mungkin karena mereka sebagai masyarakat yang gemar membaca, sehingga mereka tahu kalau agama-agama yang mereka anut bersumber dari satu nenek moyang yang sama yaitu Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahi melahirkan dua anak dari dua ibu yang berbeda. Isteri pertamanya bernama Siti Sarah melahirkan Nabi Ishak yang kemudian turunannya melahirkan nabi Musa yang di tangannya agama Yahudi diturunkan dengan Kitab Sucinya Taurat, dan Nabi Isa, di sana disebut Yesus Kristus, yang ditangannya lahir agama nashrani atau Kristen dengan Kitab Sucinya Injil. Dari Isteri keduanya, Sitti Hajar, lahir dari turunannya Nabi Muhammad SAW yang di tangannya lahir agama Islam dengan Kitab Sucinya Al-Qur’an. Ketiga agama ini sesungguhnya memiliki titik persamaan (encounters) lebih banyak dari pada perbedaan.

Dalam Alkitab terutama dalam Kitab Kejadian (Genesis) yang terdiri atas sekitar 5000 ayat banyak sekali mengungkap persamaan antara Al-Qur’an dan Hadis. Hanya saja terjadi perbedaan secara linguisti-semantik karena faktor jarak waktu yang yang sangat berjauhan satu sama lain. Sebagai contoh, dalam Bibel disebut Adam-Eva, Noh, Loth, Yosep, David, Salomom, Abraham, Moses, Yesus Kristus, Fir’an, Gabril, tetapi dalam Al-Qur’an dan Hadis dikenal Adam-Hawa, Nuh, Lut, Daud, Sulaiman, Ibrahim, Musa, Isa, Fir’aun, dan Jibril.


Substansi kisah-kisah di dalamnya banyak persamaannya. Bahkan seringkali ditemukan dalam kitab-kitab tafsir populer (al-mu’tabarah) seperti kitab Tafsir Al-Thabari, Tafsir Al-Qurthubi, dan kitab-kitab Tafsir lainnya mengintrodusir riwayat-riwayat Israiliyyat yang sesungguhnya berasal dari sumber-sumber tradisi Al-Kitab, khususnya dari kitab Talmud, yaitu kitab tafsirnya kitab Taurat. Kitab Talmud Babilonia lebih dari 10 jilid paling banyak berisi sumber-sumber Israiliyat. Contoh penafsiran kitab Talmud tentang kitab Kejadian (Genesis) banyak sekali persamaannya dengan riwayat-riwayat Israiliyat tentang asal-usul kejadian Adam dan Hawa. Dalam Kitab Kejadian pasal 1-23 sangat bersesuaian dengan tentang kisah penciptaan Adam dan Hawa dilam kitab-kitab Tafsir Mu’tabarah. Adam diciptakan dari tanah dan Hawa diciptakan dari tulang rusuk kiri paling bawah dan bengkokdari Adam. Demikian pula drama kosmos, kisah jatuhnya Adam-Hawa dari langit kebahagiaan ke surga penderitaan, dalam kitab-kitab kuning sering kali sangat bersesuaian dengan kitab-kitab Talmud, baik Talmud Babilonia maupun talmu Palestina.

Adalah wajar secara konsepsional jika umat ketiga kelompok Abrahamic Religions ini akur satu sama lain, karena sesuangguhnya “bersepupuan”. Yang tidak wajar jika antara ketiga kelompok agama ini berkonflik, apalagi berperang satu sama lain. Pola pembinaan AS tentang antar umat beragama perlu menjadi referensi buat kita semua. Allahu a’lam.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Fenomena Mark A.Gabril dan AS



Jakarta

Tentu saja ada sekelompok orang yang tidak senang melihat Islam berkembang di AS. Mereka selalu mem-blow-up setiap kasus yang menjelekkan Islam, termasuk dalam tahun 2000-an karya-karya murtad Ibn Warraq (nama samaran) yang pindah ke agama Keristen (atau ateis?) memublikasikan banyak buku yang menohok keaslian Kitab Suci Al-Qur’an. Akan tetapi provokasinya menjadi absurd setelah karya-kaya kemukjizanan Al-Qur’an bermunculan di AS yang ditulis oleh orang-orang Barat sendiri yang tadinya non-muslim menjadi muslim. Banyak orang yang tadinya membenci Islam dan menyerang kitab suci Al-Qur’an kemudian berubah pikiran. Di antaranya ialah Garry Wills, mantan pendukung berat Presiden Donald Trump, menulis sebuah buku yang mengejutkan dan kini menjadi penyandang The New York Times Bestselling. Buku itu ialah What the Qur’an Meant and It Matters. Tadinya begitu negative pandangannya terhadap Al-Qur’an tetapi setelah membaca secara keseluruhan Al-Qur’an maka lahirlah buku ini yang begitu kuat simpatinya terhadap kandungan isi Al-Qur’an.

Jika Allah SWT akan memberi hidayah kepada hamba-Nya maka sekeras apapun anti keislaman Umar ibn Khattab, yang pernah berencana membunuh Nabi Muhammad Saw tiba-tiba menjadi pembela setia ajaran Islam. Sebaliknya jika Allah SWT membutakan hati seseorang, sekalipun dari TK sampai DR dan Gurubesar di Universitas Al-Azhar tetap saja tergelincir, seperti yang menimpa Mark A.Gabriel, yang sekarang menjadi fenomenal di AS. Ia lahir sebagai muslim dari keluarga fanatik, mengecap pendidikannya sejak taman kanak-kanak sampai ke jenjang S3 Fakultas Adab di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia sempat menjadi profesor Sejarah Peradaban Islam di Universitas terkemuka ini. Ia termasuk pemikir muda yang moderat.

Suatu saat ia diculik kelompok garis keras dan ditahan di tahanan bawah tanah di Mesir. Ia disiksa dengan berbagai macam siksaan, termasuk kukunya dicopot satu persatu. Ia dianggap sebagai kelompok liberal dan antek Barat. Suatu ketika ia berhasil lolos di malam hari dan kembali ke rumahnya. Bukannya mendapat sambutan dari ayahnya, ia pun didamprak oleh ayahnya dan diusir karena pikirannya dianggap terlalu “maju”. Ibunya memberi kunci mobil dengan uang seadanya agar lari sejauh-jauhnya. Ia pun menancap gas tanpa tujuan dan tidak terasa memasuki jalur lintas Afrika. Terakhir ia terdampar di salah satu kota di Afrika Selatan. Di sana ia berkenalan dengan seorang pendeta Kristen dan di sana ia memutuskan untuk pindah. Entah bagaimana caranya akhirnya ia sampai ke AS dan di sana ada sekelompok orang memberi peluang untuk menulis dan berbicara di berbagai forum, meskipun kalangan intelektual AS tidak langsung merespon positif mental-kepribadian orang seperti Max Gabrill, karena masih sangat labil.


Ia menulis buku yang pernah menjadi The Best seller di AS dengan judul: “Islam and Terrorism” diterbitkan oleh Charisma House A Srang Company (2002). Kesimpulan dalam buku itu ialah Islam berada di balik terorisme, bukan orang Islam. Teroris muslim hanyalah korban dari agamanya yang menganjurkan terorisme. Di antara pokok-pokok pikiran Mark dalam buku ini antara lain: Surat al-Qital (Muhammad) sebagai Legitimator Perang. Surah ini seperti genderang perang untuk kaum kafir. Ia juga menilai Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk lebih memprioritaskan membunuh musuh ketimbang menjadikannya tawanan perang.

Hal demikian tersebut dalam Q.S. al-Anfal [8]: 67. Ia tidak mau tahu kalau ayat-ayat itu memiliki sabab nuzul tersendiri. Pandangan Mark ini sangat berlebihan karena doktrin jihad dalam al-Qur’an tidak pernah bersifat pre emptive, mendahului dalam memerangi. Fakta sejarah membuktikan bahwa masyarakat Islam di Madinah tetap bersahabat dengan pemeluk agama lain dari kalangan Yahudi dan Kristen. Sungguh tidak berdasar jika menyebut al-Qur’an memusuhi ahl al-kitab. Bukankah al-Qur’an juga menceritakan bahwa di antara ahl al-kitab tersebut terdapat orang yang dapat diamanati harta yang banyak, akan menjaga keutuhannya hingga dikembalikan kepada pemiliknya (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 75). Konon Mark Gabrill saat ini sedang bingung dengan keputusannya sendiri dan banyak menutup diri.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com