Tag Archives: -Nya

Puasa Jadi Ajang Latih Kejujuran



Jakarta

Ceramah singkat Ramadan dapat digunakan ketika mengisi kultum atau ceramah lainnya ketika dalam nuansa bulan suci Ramadan. Contoh ceramah singkat Ramadan kali ini bertema tentang Ramadan sebagai latihan kejujuran dan moral.

Dalam bulan Ramadan tentunya kita berlomba-lomba dalam mencari pahala serta menuai kebaikan agar mendapatkan ridha-Nya. Oleh karena itu, ceramah dapat menjadi salah satu jembatan untuk bersama-sama saling membantu dalam memberikan pengetahuan baru sekaligus ajakan untuk berbuat baik.

Berikut ini adalah contoh teks ceramah singkat Ramadan mengenai bulan Ramadan sebagai ajang latihan kejujuran dan moral kemanusiaan yang dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag).


Contoh Teks Ceramah Singkat Ramadan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Para hadirin jemaah yang berbahagia.

Manusia dikenal sebagai makhluk moral yang perilakunya menggambarkan keyakinan hidup yang dianut. Dalam ajaran Islam, iman dan amal, keyakinan dan perilaku, harus sejalan. Moral kemanusiaan yang tinggi merupakan manifestasi dari keimanan dalam hati manusia. Tidak ada pondasi moral yang lebih kokoh daripada keimanan kepada Allah. Salah seorang Filsuf Jerman mengatakan, “Barangsiapa mencari sistem moral yang paling kokoh, dia tidak akan menemukannya, kecuali dalam ajaran agama.”

Puasa Ramadan salah satu fungsinya adalah bisa dijadikan ajang melatih umat Islam akan pentingnya sifat jujur dan kejujuran. Secara universal, kejujuran diakui sebagai jantung moralitas kemanusiaan. Siapa saja, bangsa mana pun, dan apapun keyakinannya pasti menghargai kejujuran dan memandang kebohongan sesuatu yang buruk dan tercela. Kejujuran akan tetap bersinar walau di tengah tumpukan kebohongan dan kepalsuan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah An Nisa ayat 9 yang berbunyi,

فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا …

Artinya: … Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).

وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ …

Artinya: … Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hadid: 4)

Dalam sebuah hadits, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا ؟ فَقَالَ: ( نَعَمْ ) ، فَقِيلَ لَهُ: أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا ؟ فَقَالَ: ( نَعَمْ ) ، فَقِيلَ لَهُ: أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا ؟ فَقَالَ: ( لَا ).

”Mungkinkah seorang mukmin itu pengecut?”

”Mungkin,” jawab Rasulullah.

”Mungkinkah seorang mukmin itu bakhil (kikir)?”

”Mungkin,” lanjut Rasulullah.

”Mungkinkah seorang mukmin itu pembohong?”

Rasulullah SAW menjawab, ”Tidak!’

Sayyid Sabiq, ulama besar dari Universitas Al-Azhar Cairo dalam bukunya Islamuna ketika menukilkan hadits di atas menulis bahwa iman dan kebiasaan berbohong tidak bisa berkumpul di dalam hati seorang mukmin. Rasulullah SAW berwasiat, agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Sebab, Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.

Para jemaah yang dirahmati Allah,

Dalam sejarah, pribadi besar Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi rasul dengan menerima wahyu pertama dari Allah, telah dikenal lebih dulu sebagai pribadi yang jujur hingga di lingkungannya di Makkah dengtan diberi gelar Al-Amin.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata: Rasulullah bersabda,

”Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan. Kebaikan akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan jauhilah kebohongan. Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan. Kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.” (HR Bukhari & Muslim).

Kisah sahabat nabi, yaitu Khalifah Umar bin Khattab ketika menguji kejujuran seorang anak gembala kambing di Madinah lima belas abad yang lampau menarik direnungkan. “Juallah kepadaku seekor anak kambingmu ini, toh tuanmu di balik bukit sana tidak tahu. Katakan saja kepada tuanmu, anak kambing itu telah dimakan serigala”

Si anak gembala menjawab, “Kalau begitu, fa ainallah!” artinya di mana Allah? Khalifah Umar langsung mengajak anak gembala yang telah lulus ujian kejujuran itu untuk bersama-sama menemui tuannya. Khalifah Umar menebus kemerdekaan anak itu dari perbudakan dan menjadikannya manusia merdeka.

Umar berpesan, “Kalimat ini, fa ainallah (di mana Allah), telah memerdekakanmu di dunia. Semoga kalimat ini (pula) akan memerdekakannmu di akhirat kelak.”

Pemerintahan yang bersih dan berwibawa untuk kesejahteraan rakyat membutuhkan tegaknya kejujuran dan mental kenegarawanan pada semua aparatur penyelenggara negara. Kejujuran para ilmuwan sangat dibutuhkan sebagai penunjuk arah kemajuan bangsa dan negara.

Negara hukum yang cita-citakan oleh para pendiri bangsa membutuhkan kejujuran para penegak hukum untuk mewujudkannya. Kehidupan demokrasi yang konstitusional takkan terwujud tanpa kejujuran. Kesepakatan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia membutuhkan kejujuran pada semua elemen bangsa agar mendatangkan keberkahan dalam kemajuan.

Kaum muslim yang dimuliakan Allah,

Dalam upaya membangun masyarakat yang jujur sebagai landasan terbentuknya bangsa dan negara yang memiliki budaya kejujuran, diperlukan pembentukan pribadi-pribadi jujur sejak dari dalam keluarga. Perbaikan akhlak bangsa haruslah dimulai dari penguatan keimanan dan membudayakan kejujuran.

Krisis kejujuran akan berdampak luas di tengah masyarakat. Krisis kejujuran menyuburkan praktik korupsi yang merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Karena kelihaian membuat lingkaran kebohongan, sebagian perbuatan korupsi, kolusi dan suap tidak tersentuh hukum. Akan tetapi orang beriman yakin bahwa di akhirat, di Yaumul Mahsyar, semua kebohongan dan kepalsuan akan dibuka di hadapan Mahkamah Allah dan disaksikan oleh sekalian umat manusia.

Salah satu misi dakwah ialah memperbaiki moral kemanusiaan dan akhlak bangsa. Perbaikan moral kemanusiaan dan akhlak bangsa dilakukan dengan memperkuat keimanan dan membangun kultur kejujuran. Setiap orang seyogyanya merasa malu melakukan kejahatan dan pelanggaran, meski tidak diketahui orang lain. Dalam kaitan ini, pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan basis terbentuknya karakter manusia yang beriman dan jujur.

Pembudayaan kejujuran bukan hanya membutuhkan pengetahuan, tetapi perlu keteladanan, keberanian dan integritas yang konsisten. Kejujuran tidak cukup sekadar slogan, tapi harus tertanam menjadi karakter dan kultur masyarakat. Kejujuran tidak selalu berbanding lurus dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan, tetapi menyangkut kualitas pribadi dan karakter.

Ibadah mahdhah yang diwajibkan dalam Islam mendidik setiap muslim menjadi pribadi yang jujur kepada Allah, jujur dengan diri sendiri dan jujur kepada masyarakat sekeliling. Salat, zakat, puasa, dan haji mendidik manusia agar menjadi pribadi yang jujur dan ikhlas.

Sejalan dengan misi kerisalahan Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki akhlak manusia, mari budayakan kejujuran dalam membangun masa depan yang lebih tentram, lebih maju dan lebih sejahtera dari yang dirasakan selama ini.

Sebuah pesan dari sahabat nabi, khalifah Usman bin Affan patut direnungkan, “Tidak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia di dalam hatinya, kecuali Allah akan menampakkan pada raut wajahnya atau melalui perkataan yang terlontar dari lidahnya.”

Semoga ceramah hari ini bermanfaat bagi diri pribadi sendiri dan bagi kita semua. Aamiin yaa Rabbalalamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Itulah contoh ceramah singkat Ramadan yang bisa dijadikan sebagai referensi ketika mempersiapkan teks ceramah di bulan Ramadan. Semoga ibadah kita semua diterima Allah dan semakin digiatkan di bulan Ramadan ini ya, detikers!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Jangan Pilih-pilih dalam Menghargai Orang



Jakarta

Islam mengajarkan manusia untuk saling menghargai dan memuliakan satu sama lain. Jika kita ingin dihargai, tentu kita juga harus melakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Menurut Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Minggu (2/4/2023), menghargai orang lain bisa dengan cara tidak memandang enteng orang lain. Terlebih, hanya melihat dari penampilan yang sederhana.

“Jangan memandang enteng orang-orang yang tidak muncul tanda kewibawaannya. Boleh jadi Allah SWT menyembunyikan wajah kekasih-Nya pada wajah yang kumuh,” ujarnya.


Bisa-bisa seseorang yang dianggap lusuh, pengemis, tidak berwibawa dan berpenampilan sederhana ternyata merupakan seorang malaikat. Sebab, malaikat bisa mengubah wujudnya untuk menguji manusia.

“Jangan hanya menerima orang-orang yang rapi, sopan, santun. Siapa tau itu iblis di dalamnya,” lanjut Prof Nasaruddin.

Berkenaan dengan itu, ia mencontohkan sebuah kisah mengenai lelaki tua yang berkunjung ke istana raja, cerita ini disampaikan dalam kitab Irsyadul Ibad. Saat itu, lelaki tersebut berpenampilan lusuh, bau dan menggunakan tongkat.

Ketika ia lewat di depan istana, lantas penjaga segera menghalaunya. Mereka menganggap orang tua itu merusak pemandangan karena penampilannya yang kurang layak.

Secara tiba-tiba, lelaki lusuh itu dipukul beramai-ramai oleh para penjaga. Anehnya, ia sama sekali tidak roboh dan kebal.

Penjaga yang heran lantas bertanya kepada lelaki tua itu, siapa dia sebenarnya. Orang tersebut lantas menjawab bahwa dirinya adalah seorang malaikat maut dan hendak mencabut nyawa seseorang di dalam istana.

Mendengar pengakuan sang malaikat maut, para penjaga terbirit-birit lari ketakutan. Akhirnya, lelaki tua itu segera masuk ke pintu gerbang istana yang kedua.

Sayangnya, di gerbang tersebut ia juga diadang oleh penjaga istana yang bertugas. Mereka heran, bagaimana bisa seseorang dengan penampilan kumuh dan lusuh masuk ke dalam istana, diusirlah lelaki tua itu.

Meski diusir, malaikat maut itu enggan untuk pergi. Akhirnya, penjaga istana yang lain lagi-lagi memukuli lelaki tua itu, namun mereka tidak bisa melumpuhkannya.

Merasa heran, penjaga istana bertanya siapa sebenarnya lelaki tua tersebut. Dia kembali mengaku bahwa dirinya adalah seorang malaikat maut, pergilah para penjaga ketakutan dan membiarkan si lelaki tua masuk ke dalam istana.

Lagi-lagi, di dalam istana ada seorang bodyguard. Ia menghadang malaikat maut dengan sigap namun tetap saja tidak bisa dikalahkan.

Sampai akhirnya tibalah si lelaki tua ke dalam kamar raja. Raja yang kaget melihat seseorang berpenampilan kumuh berhasil masuk ke kamarnya, segera mendorong lelaki itu dan dipukulinya menggunakan besi.

Tetap saja, malaikat maut tersebut masih berdiri dengan sigap dan tidak luka sedikitpun akibat pukulan raja. Setelah sang raja mengetahui bahwa malaikat maut itu ingin mengambil nyawanya, ia lantas ketakutan dan memohon agar tidak dicabut.

Kisah selengkapnya dapat disaksikan dalam detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Mari Hargai Semua Orang DI SINI.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Sombong Itu Jubah Allah, Jangan Dipakai



Jakarta

Sombong merupakan sifat yang seharusnya tidak dimiliki manusia. Menurut Habib Ja’far, kesombongan hanya milik Allah SWT.

Hal tersebut diungkapkan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (11/4/2023). Habib mengatakan, segala sesuatu yang ada di dunia, baik harta, jabatan, termasuk keluarga, merupakan milik Allah SWT.

“Semua yang lu miliki, harta, jabatan, anak, istri, suami, bahkan diri lu sendiri itu bukan milik lu. Dia hanyalah milik Allah, kita cuman dipinjemi sama Allah. Suatu hari yaitu ketika dunia ini berakhir atau diri kita berakhir dengan kematian akan kembali semuanya kepada Allah,” ujar Habib Ja’far.


Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 156,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”

Karena itu, kata Habib Ja’far, mestinya tidak ada sesuatu untuk kita sombongkan. Mengingat, segala sesuatu hanya milik Allah SWT yang kelak kembali pada-Nya.

Allah SWT juga melarang hamba-Nya untuk berlaku sombong. Dia berfirman,

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا ٣٧

Artinya: “Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS Al Isra: 37)

Habib Ja’far menjelaskan, melalui ayat tersebut, Allah SWT juga memberikan perumpamaan bagi kita bahwa kita tidak akan bisa menembus bumi atau menyundul langit.

Lebih lanjut Habib Ja’far menguraikan, sombong merupakan jubah Allah SWT. Ini akan menjadi hal yang paling parah apabila manusia mengenakan pakaian-Nya.

“Dan yang paling parah dari orang sombong adalah karena dia memakai pakaiannya Allah. Sombong itu adalah pakaiannya Allah jangan pakai oleh lu. Sombong itu jubahnya Allah kalau lu pakai bisa celaka hidup lu,” ujarnya.

Bagaimana cara agar tidak sombong? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Sombong Itu Jubah Allah, Jangan Dipakai tonton DI SINI.

(kri/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kultum Malam 27 Ramadan: Keistimewaan Lailatul Qadar



Jakarta

Umat Islam akan memasuki malam 27 Ramadan bakda Magrib nanti. Malam ke-27 adalah malam yang istimewa dalam bulan Ramadan karena termasuk malam ganjil waktu datangnya lailatul qadar.

Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk mencari malam lailatul qadar, pada malam ini Allah SWT melipatgandakan pahala bagi hamba-Nya yang khusyuk beribadah.

Menurut riwayat paling kuat, sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah, lailatul qadar terletak pada malam 27 Ramadan. Menyambut datangnya malam penuh kemuliaan tersebut, penceramah Tarawih bisa menyampaikan kultum malam 27 Ramadan.


Berikut contoh kultum malam 27 Ramadan bertema Keistimewaan Malam Lailatul Qadar sebagaimana dinukil dari buku Kumpulan 101 Kultum tentang Islam karya M Quraish Shihab.

Kultum Malam 27 Ramadan

Lailat al-Qadr merupakan kata majmu yang secara harfiah, kata lailat berarti malam, sedangkan qadr artinya kemuliaan, sempit, atau takdir.

Malam lailatul qadar dapat diartikan sebagai malam yang mulia, hal itu dikarenakan malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu Al-Qur’an pertama kali ditampakkan Allah SWT melalui kehadiran Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira.

Kalau qadar diartikan sempit, maka hal itu oleh sebagian ulama dipahami bahwa ilustrasi dari banyak dan silih bergantinya malaikat-malaikat yang turun pada malam itu sehingga bumi “seakan-akan sempit” karena kehadiran makhluk-makhluk suci tersebut.

Sedangkan, apabila qadar diartikan ukuran dan ketetapan, maka itu dipahami dalam arti pada malam itu Allah SWT menetapkan ukuran dan takdir setiap makhluk untuk setahun atau mengisyaratkan bahwa turunnya Al-Qur’an menjadi ketetapan Allah SWT untuk menjadikan manusia yang “ditemui” lailatul qadar memperoleh keselamatan dan kedamaian sepanjang hayatnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua makna mengenai lailatul qadar bisa jadi benar.

Banyak sekali uraian dan riwayat yang berkaitan dengan malam lailatul qadar, baik mengenai maknanya, tanda-tandanya, maupun dugaan waktu kehadirannya.

Namun, satu hal yang harus digarisbawahi bahwa hakikat malam itu dan keistimewaannya amat sangat agung sehingga tidak dapat terjangkau oleh nalar manusia. Hal ini oleh pakar-pakar tafsir Al-Qur’an yang dipahami sebagai “pertanyaan” yang diajukan Al-Qur’an ketika membahas mengenai malam lailatul qadar.

Pada ayat kedua surah al-Qadr, وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ (Wa mā adrāka mā lailatul-qadr(i)). Kalimat ma adraka ini diartikan sebagai hal-hal yang tidak terjangkau oleh nalar manusia, kecuali menyangkut hal-hal yang tidak dapat dinalar oleh manusia. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa lailatul qadar dan keistimewaan-keistimewaannya tidak dapat terjangkau, kecuali melalui penjelasan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Dari sekian banyak riwayat yang ditemukan dalam literatur agama dan dinisbahkan kepada Rasulullah SAW tentang malam mulia tersebut baik shahih maupun lemah.

Seperti hadis berikut yang diriwayatkan oleh Muslim,

Rasulullah SAW juga menggambarkan bahwa paginya malam lailatul qadar agar seorang muslim mengetahuinya dari Ubai RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.”

Tapi yang pasti menurut Al-Qur’an, bahwa pada malam itu para malaikat bergantian turun dan bahwa kedamaian terasa hingga terbit fajar.

Terlepas dari itu, muncul pertanyaan baru apakah lailatul qadar hanya terjadi sekali, yakni pada malam turunnya Al-Qur’an saja atau ia terjadi setiap tahun?

Jika menurut dari mayoritas ulama mengatakan bahwa, malam ini terjadi di setiap tahun di bulan Ramadan. Lantas, kapan tepatnya di bulan Ramadan itu? Pada awal, pertengahan, atau akhirnya?

Mengenai hal tersebut ada riwayat yang menyatakan bahwa Rasul SAW sengaja tidak menyampaikan persisnya kapan. Konon sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Anas, pernah bertanya tentang hal tersebut kepaada Nabi SAW, lalu beliau bersabda,

لولا أن يترك الناس الصلاة إلا تلك الليلة لأخبرتك

Artinya: “Seandainya manusia tidak meninggalkan salat, kecuali pada malam itu, maka tentu aku akan memberitahukanmu” (HR Abd ar-Rahaim al-Iraqy)

Sementara itu, sahabat Nabi Muhammad SAW yang lain, Ibnu Mas’ud pernah berucap, “Siapa yang melaksanakan dengan baik tuntunan agama selama setahun, ia akan bertemu dengan lailatul qadar.”

Sahabat Nabi SAW yang ditanyai tentang pendapat Ibnu Mas’ud, yakni Ubay bin Ka’ab menjawab: “Semoga Allah SWT mengampuni Ibnu Mas’ud. Ia sebenarnya mengetahui bahwa itu pada malam 27 Ramadan, tetapi beliau tidak mau orang hanya berkonsentrasi dalam beribadah pada malam itu.”

Pada riwayat lain juga menyebutkan,

“Carilah lailatul qadar pada malam ganjil sepuluh terakhir Ramadan.” (HR Bukhari).

Pada dasarnya tidak ada informasi yang pasti pada malam ke berapa di sepuluh malam terakhir itu. Ada riwayat yang menyatakan bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan.

Namun, jika berdasarkan pendapat yang populer adalah bahwa lailatul qadar diduga terjadi pada malam 27 Ramadan. Hal ini dijelaskan oleh ulama besar sekaligus pakar hukum Islam dan tafsir Al-Qur’an, yakni al-Qurthuby.

Ia mengemukakan aneka pendapat tentang lailatul qadar dalam tafsirnya pandangan shufi Abu Bakar al-Warraq yang menyatakan bahwa: “Allah mengisyaratkan malam lailatul qadar dalam kata-kata yang terdapat dalam surah al-Qadr. Beliau membacanya kata demi kata sembari menghitung dan ketika sampai hiya/dia, yakni lailatul qadar kata tersebut berada di urutan ke-27.

Memang, sesudah kata hiya, terdapat tiga kata lagi, yaitu hatta mathla’ il-fajr sehingga kata-kata itu berjumlah 30 kata yang mengisyaratkan jumlah hari dalam sebulan.

Lebih lanjut al-Qurthuby menulis bahwa kata يْلَةُ الْقَدْرِۗ Lailat al-qadr terulang tiga kali dalam surah ini, sedang jumlah hurufnya ada sembilan. Jadi, dapat disimpulkan 3 x 9 = 27.

Entah kapan datangnya malam lailatul qadar, sudah semestinya kita mempersiapkan diri untuk menyambut malam yang mulia itu bagaikan tamu yang agung. Malam itu tidak akan datang menemui seseorang, kecuali yang ia ketahui persis bahwa ia akan disambut dengan baik dan bahwa yang menyambutnya telah mempersiapkan penyambutan yang layak baginya.

Betapapun, ciptakanlah kedamaian dalam diri anda dengan orang lain, bahkan seluruh lingkungan anda. Insya Allah, ia akan menyapa anda. Lalu sesuai jawaban Nabi SAW kepada istri beliau, as-Sayyidah Aisyah RA yang bertanya:

Kami meriwayatkan dengan sanad-sanad shahih, dalam Kitab At-Tirmidzi, Kitab An-Nasa’I, dan Kitab Ibnu Majah, serta yang lain, dari Sayyidah Aisyah RA dia mengatakan; Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui datangnya lailatul qadar, apa yang harus kuucapkan?” Beliau menjawab,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Arab latin: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ucapkanlah, ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni. Karena itu, ampunilah aku.”

Imam At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini adalah hasan shahih”

Demikian, wa Allah A’lam

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Mahabbah, Bentuk Cinta Sejati kepada Allah SWT



Jakarta

Mahabbah merupakan bentuk cinta yang sangat sejati kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT. Kata mahabbah berasal dari bahasa Arab.

Dalam kajian tasawuf, mahabbah dimaknai mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya serta membenci sikap apapun yang melawan Allah SWT. Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (19/4/2023), mahabbah merupakan cinta yang paling memuncak kepada Allah.

“Nah apa itu mahabbah? Cinta yang paling sejati kepada Allah SWT. Mahabbah ini adalah cinta yang paling sejati, cinta yang paling memuncak kepada Allah,” katanya.


Apabila seseorang telah sampai di tahap mahabbah, maka ia akan lebih mencintai Allah daripada makhluk-makhluk lainnya. Prof Nasaruddin mencontohkan salah seorang sosok sufi wanita yang telah mencapai tingkat mahabbah, yaitu Rabi’ah al-Adawiyah.

Cinta Rabi’ah kepada Allah SWT diungkapkan dalam sebuah syair yang berbunyi,

“Ya Allah kalau kami menyembah engkau karena ingin masuk surga, jangan masukkan aku ke dalam surga. Ya Allah kalau aku menyembah engkau karena takut masuk neraka, masukkan aku ke neraka. Aku menyembah engkau karena aku mencintaimu ya Allah,”

Lebih lanjut, Prof Nasaruddin menerangkan apabila seseorang beribadah karena cinta maka ia disebut ahlullah. Namun, jika seseorang beribadah hanya karena takut masuk neraka, mengharapkan surga dan pahala, maka tingkat ibadahnya disebut dengan ahlul ibadah.

“Kalau sudah ahlullah, mahabbah, dia melakukan sesuatu karena dia sadar bahwa Tuhan itu siapa. Nah pemirsa, mari kita menjadi ahlullah,” imbaunya.

Prof Nasaruddin mengajak para kaum muslimin untuk belajar mencintai Allah semaksimal mungkin. Jangan hanya mencintai Tuhan hanya karena ditempa musibah atau menginginkan sesuatu.

“Cintailah Allah dalam keadaan apapun, maka insyaAllah kita akan berada pada posisi yang benar-benar diridhai Allah SWT,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Cinta Sejati kepada Allah SWT dapat disaksikan di SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Susunan Bacaan Tahlil untuk Orang Meninggal dan Doanya



Jakarta

Membaca tahlil untuk orang meninggal dunia merupakan salah satu tradisi amaliah sebagian masyarakat muslim Indonesia. Susunan bacaan tahlil umumnya diawali dengan tawassul dan diakhiri doa.

Mengutip buku Al-Qur’an dan Kehidupan: Aneka Living Qur’an dalam Masyarakat Adat karya M. Rahmad Azmi dan Tafhajils, istilah tahlilan berasal dari kata dasar tahlil yang kemudian ditambah imbuhan -an sehingga menjadi tahlilan.

Dijelaskan, dalam bahasa Arab, kata tahlil adalah bentuk masdar yang berasal dari kata Hallala-Yuhallilu-Tahlil yang artinya lafaz Laa ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan kecuali Allah). Namun, setelah ditambahkan imbuhan menjadi tahlilan, artinya melebar dan bisa juga bermakna kalimat-kalimat thayyibah lainnya.


Disebutkan dalam buku Ahlussunnah Wal Jamaah karya A. Fatih Syuhud, acara tahlilan mengandung empat elemen. Pertama, tawassul atau menghadiahkan bacaan Al Fatihah kepada yang meninggal, mulai dari Rasulullah SAW, sahabat, tabi;in, para ulama, keluarga dekat, dan yang baru saja meninggal.

Kedua, membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan zikir. Bacaan ini dilantunkan bersama-sama dengan suara keras. Ketiga, membaca doa bersama dipimpin oleh seorang utaz atau kiai. Doa ini ditujukan kepada orang yang telah meninggal dan orang yang menghadiri tahlilan.

Terakhir, acara tahlilan umumnya ditutup dengan jamuan makanan dari keluarga yang meninggal atau yang mempunyai hajat. Menurut A. Fatih Syuhud, elemen keempat ini bermakna sedekah.

“Jadi, poin utama acara tahlil ada dua yaitu a) mengirim pahala bacaan Al-Qur’an dan zikir pada mayit; b) bersedekah yang pahalanya dihadiahkan pada yang meninggal,” terang A. Fatih Syuhud dalam bukunya seperti dikutip.

Susunan Bacaan Tahlil

Melansir detikHikmah, susunan bacaan tahlil untuk orang meninggal dunia adalah sebagai berikut:

  1. Bertawasul untuk Nabi Muhammad SAW, untuk para sahabat dan orang-orang yang dimuliakan lainnya.
  2. Membaca surah Al Ikhlas sebanyak tiga kali
  3. Membaca mu’awwidzatain atau surah Al Falaq dan An Nas
  4. Membaca surah Al Fatihah
  5. Membaca surah Al Baqarah ayat 1-5
  6. Membaca ayat kursi (surah Al Baqarah ayat 225)
  7. Membaca dua ayat terakhir surah Al Baqarah (ayat 284-286)
  8. Sholawat
  9. Istighfar
  10. Membaca tahlil sebagai berikut:

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

laa ilaaha illallah

Artinya: “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah.”

Setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa setelah tahlil. Berikut bacaan doanya.

Doa setelah Tahlilan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَالنَّاعِمِيْنَ، حَمْدًايُوَافِيْ نِعَمَه وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdu lillaahi robbil’aalamiin. Hamdasy syaakiriin, hamdan naa’imiin, hamdayyuwaafii ni’amahuu wa yukaafi’u mazzidah, yaa robbanaa lakalhamdu kamaa yan baghii lijalaali waj-hika wa ‘azhiimi sulthoonik. Allaahumma shalli wa shallim ‘alaa sayyidinaa muhammad, wa’alaa aali sayiidinaa muhammad.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Penguasa Alam Semesta, sebagaimana orang yang bersyukur dan orang yang mendapat banyak kenikmatan memuji-Nya dengan pujian yang sepadan dan nikmat-Nya dan memungkinkan pertambahannya. Wahai Tuhan kami, pujian hanyalah untuk-Mu, sebagaimana yang layak akan kemuliaan Zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad junjungan kami dan kepada keluarga baginda.”

Sebagian ulama berpendapat bahwa tahlilan merupakan sesuatu yang bid’ah karena tidak disyariatkan oleh Rasulullah SAW. Sementara itu, sebagian yang lain berpendapat bahwa bacaan tahlil memiliki dasar-dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits meskipun format acaranya tidak diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Dzikir dan Doa Jumat Pagi, Lengkap dengan Keutamaannya



Jakarta

Dalam Islam, sekecil apapun amalan, akan tetap berarti dan dilipatgandakan oleh Allah SWT sebagai bentuk kasih sayang-Nya pada hamba-Nya yang selalu beriman. Salah satunya yakni dengan rajin membaca dzikir, utamanya di hari Jumat.

Rasulullah pernah menyatakan tentang keistimewaan hari Jumat dalam sabdanya dan kenapa jika kita menginginkan sesuatu, termasuk dihapusnya dosa-dosa, maka berdoa dan memperbanyak dzikir di hari Jumat adalah salah satu pilihannya.

“Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat waktu mustajab bila seorang hamba Muslim melaksanakan sholat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasulullah mengisyaratkan dengan tangan beliau sebagai gambaran akan sedikitnya waktu itu.” (Muttafaqun Alaih).


Sementara itu, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Ahzab ayat 41-42,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ ٤١ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا ٤٢

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.

Di ayat selanjutnya dijelaskan bahwa Allah adalah Dzat yang memberi rahmat kepada setiap insan. Ketika melafalkan bacaan dzikir dan doa maka malaikat juga turut memohonkan ampunan.

Allah juga akan mengeluarkan siapa saja yang berdzikir dan mengingat-Nya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Betapa penyayangnya Allah kepada orang-orang mukmin.

Bacaan Dzikir dan Doa Jumat Pagi

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْه

Arab-latin: “Astaghfirullahal ‘azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih.”

Artinya: Hamba memohon kepada dzat yang tiada Tuhan selain Dia, Dia adalah Dzat Yang Maha Hidup, Maha Kekal dan hamba bertaubat kepada-Nya.

Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Anas bin Malik, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa membaca ‘Astaghfirullahal ‘azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih’ sebanyak tiga kali pada Jumat pagi sebelum shalat Ghadat (Subuh), maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya walaupun (dosa itu) sebanyak buih di lautan.” (HR. Ibnu Sinni).

Adapun doa di atas dapat dilanjutkan berulang menjadi dzikir dengan menambahkan kalimat ta’awudz, membaca tasbih, dan juga ayat kursi. Adapun doa sayyidul istighfar juga dapat diamalkan.

Doa Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya : “Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR Al Bukhari).

Keutamaan Dzikir dan Doa Jumat Pagi

Dalam buku Risalah Doa & Zikir Keluarga yang disusun oleh Tim Madinatul Ilmi dan Muhammad Auli, terdapat banyak keutamaan dzikir dan doa Jumat pagi. Berikut keutamaan-keutamaannya:

1. Penghapus Dosa Bahkan Sebanyak Buih di Lautan

“Barang siapa yang berkata subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan dengan segala pujian bagi-Nya), sebanyak 100 kali maka akan dihapus dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih lautan,” (HR Bukhari).

2. Ditanamkan Pohon Kurma di Surga

“Barangsiapa yang membaca subhanallahil ‘azhim wa bi hamdih, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di surga,” (HR. Tirmidzi).

3. Dituliskan Seratus Kebaikan dan Dihapuskan Seratus Keburukan

Rasulullah SAW bersabda, “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya, “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari?) Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah ia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus,” (HR Muslim).

4. Bernilai Sedekah

“Setiap ruas dari anggota tubuh kalian, pada pagi hari harus dikeluarkan shadaqahnya. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, menyuruh untuk melakukan perbuatan baik adalah shadaqah, dan mencegah kemungkaran adalah shadaqah. Dan, semua itu bisa diganti dengan sholat Dhuha,” (HR Muslim).

Demikian bacaan dzikir dan doa Jumat pagi berserta keutamaan-keutamaannya. Semoga dapat diamalkan dan menjadi berkah dalam kehidupan kita semua.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Dzikir Pagi Al Matsurat Lengkap Arab dan Artinya



Jakarta

Dzikir Al Matsurat adalah kumpulan dzikir yang disusun oleh Imam Hasan al-Banna. Dzikir ini bisa diamalkan setiap pagi dan sore.

Melansir buku karya Hasan al-Banna yang berjudul Al-Ma’tsurat bahwasanya bacaan dari Al Matsurat yang shahih dan berasal dari Nabi SAW ini sangat bagus jika dilakukan secara bersama-sama. Dzikir yang dilakukan secara bersama-sama ini baik dilakukan pada waktu pagi maupun sore hari di kediaman mereka maupun di masjid.

Namun, jika tidak bisa dilakukan secara berjamaah, dzikir tersebut dapat dilakukan sendirian. Dzikir Al Matsurat ini juga terdiri dari dua wazhifah yaitu wazhifah sughra dan wazhifah kubra. Seperti yang tertulis pada buku karya Hasan al-Banna.


Berikut ini urutan bacaan dzikir pada wazhifah sughra yaitu:

  • Dzikir ke-1: Membaca Surah al-Fatihah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧

Arab latin: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn ar-raḥmānir-raḥīm māliki yaumid-dīn iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”

  • Dzikir ke-2: Membaca Surah al-Baqarah Ayat 1-5

الۤمّۤ ۚ ١ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ ٣ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ ٤ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥

Arab latin: alif lām mīm żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn ulā`ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn

Artinya: “Alif Lām Mīm Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

  • Dzikir ke-3: Membaca Surah al-Baqarah Ayat 255-257

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ ٢٥٥ لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ٢٥٦ اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ ٢٥٧

Arab latin: allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm lā ikrāha fid-dīn, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur biṭ-ṭāgụti wa yu`mim billāhi fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wuṡqā lanfiṣāma lahā, wallāhu samī’un ‘alīm allāhu waliyyullażīna āmanụ yukhrijuhum minaẓ-ẓulumāti ilan-nụr, wallażīna kafarū auliyā`uhumuṭ-ṭāgụtu yukhrijụnahum minan-nụri ilaẓ-ẓulumāt, ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut79) dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari aneka kegelapan menuju cahaya (iman). Sedangkan orang-orang yang kufur, pelindung-pelindung mereka adalah tagut. Mereka (tagut) mengeluarkan mereka (orang-orang kafir itu) dari cahaya menuju aneka kegelapan. Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”

  • Dzikir ke-4: Membaca Surah al-Baqarah ayat 284-286

لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٨٤ اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ٢٨٥ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ ٢٨٦

Arab latin: lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa in tubdụ mā fī anfusikum au tukhfụhu yuḥāsibkum bihillāh, fa yagfiru limay yasyā`u wa yu’ażżibu may yasyā`, wallāhu ‘alā kulli syai`ing qadīr āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

  • Dzikir ke-5: Membaca Surah Al-Ikhlas 3X

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ٣ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ ٤

Arab latin: qul huwallāhu aḥad allāhuṣ-ṣamad lam yalid wa lam yụlad wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

  • Dzikir ke-6: Membaca Surah Al-Falaq 3X

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥

Arab latin: qul a’ụżu birabbil-falaq min syarri mā khalaq wa min syarri gāsiqin iżā waqab wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

  • Dzikir ke-7: Membaca Surah An-Naas 3X

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١ مَلِكِ النَّاسِۙ ٢ اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ ٦

Arab latin: qul a’ụżu birabbin-nās malikin-nās ilāhin-nās min syarril-waswāsil-khannās allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās minal-jinnati wan-nās

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

  • Dzikir ke-8: Membaca Do’a Al-Ma’tsurat 3X

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Arab latin: ash-bahnaa wa ash-bahal mulku lillaahi wal hamdulillaahi laa syariikalah, laa ilaaha illaa huwa, wa ilaihin nusyuur

Artinya: “Kami berpagi hari dan berpagi hari pula kerajaan milik Allah. Segala puji bagi Allah, tiada sekutu bgai-Nya, tiada Tuhan melainkan Dia, dan kepada-Nya tempat kembali.”

  • Dzikir ke-9 Dibaca Sebanyak 3X

أَصْبَحْنَا (أَمْسَيْنَا) عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Arab latin: ash-bahnaa ‘alaa fithratil islaam wa ‘alaa kalimatil ikhlaash, wa ‘alaa diini nabiyyinaa muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa millati abiina ibraahiima haniifan wa maa kaana minal musyrikiin

Artinya: “Kami berpagi hari di atas fitrah Islam, di atas kata ikhlasan, di atas agama Nabi kami; Muhammad SAW, dan di atas millah bapak kami Ibrahim yang hanif dan ia bukan termasuk golongan orang-orang yang musyrik”

  • Dzikir ke-10 Dibaca Sebanyak 3X

اللَّهُمَّ إِنِّي أَصْبَحْتُ (أَمْسَيتُ) مِنْكَ فِي نِعْمَةٍ وَعَافِيَةٍ وَسِتْر فَأَتِمَّ عَلَيَّ نِعْمَتَكَ وَعَافِيَتَكَ وَسِتْرَكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَة

Arab latin: Allahumma innii ash-bahtu minka fii ni’matin wa ‘aafiyatin wa sitrin, fa atimma ‘alayya ni’mataka wa ‘aafiyataka wa sitraka fid-dunyaa wal aakhirah

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berpagi hari dari-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan akhirat”

  • Dzikir ke-11 Dibaca Sebanyak 3X

اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ أَمْسَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ

Arab latin: Allaahumma maa ash-baha bii min mi’matin au bi ahadin min khalqika fa minka wahdaka laa syariika laka falakal hamdu walakasy-syukru

Artinya: “Ya Allah, kenikmatan yang aku atau salah seorang dari makhluk-Mu berpagi hari (bersore hari) dengannya adalah dari-Mu semata; tiada sekutu bagi-Mu. Maka bagi-Mu segala puji dan rasa syukur.”

  • Dzikir ke-12 Dibaca Sebanyak 3X

يَا رَبِّي لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيمِ سُلْطَانِكَ

Arab latin: Yaa rabbi lakal hamdu kamaa yanbaghii li jalaali wajhika wa a’zhiimmi sulthaanik

Artinya: “Ya Tuhanku, Segala puji bagi-Mu sebagaimana seyogyanya kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.”

  • Dzikir ke-13 Dibaca Sebanyak 3X

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُولًا

Arab latin: Radhitu billahhi rabbaa, wa bil islaami diinaa, wa bi muhammadin nabiyyaw warasuulaa

Artinya: “Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul.”

  • Dzikir ke-14 Dibaca Sebanyak 3X

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Arab latin: Subhaanallahi wabihamdih, ‘adada khalqih, wa ridhaa nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih

Artinya: “Maha Suci Allah dan Segala Puji bagi-Nya, sebanyak bilangan makhluk-Nya, seridha diri-Nya, setimbangan ‘arsy-Nya, dan sebanyak tinta dari kata-kata-Nya.”

  • Dzikir ke-15 Dibaca Sebanyak 3X

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Arab latin: Bismillahilladzii laa yadhurru ma-‘as-mihi syal-un fil ardhi wa laa fis samaa-I wa huwas samii-‘ul ‘aliim

Artinya: “Dengan nama Allah Yang bersama Nama-Nya sesuatu apa pun tidak akan celaka baik di bumi dan di langit. Dialah Maha Medengar lagi maha Mengetahui.”

  • Dzikir ke-16 Dibaca Sebanyak 3X

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُه

Arab latin: Allahumma innaa na-‘uu-dzubika min an nusyrika bika syai-an na’lamuh, wa nastagh-firuka limaa laa na’-lamu

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunan-Mu dari apa-apa yang tidak kami ketahui.”

  • Dzikir ke-17 Dibaca Sebanyak 3X

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Arab latin: A-‘uudzu bi kalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq

Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari keburukan apa-apa yang Dia ciptakan.”

  • Dzikir ke-18 Dibaca Sebanyak 3X

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالبُخْلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Arab latin: Allaahumma innii a-‘uu-dzubika minal hammi wal hazani, wa a’udzubika minal ajzi wa kasali, wa a-;uu-dzubika minal jubni wal bukhli, wa a-‘uu-dzubika min ghalabatid-daini wa qahrir-rijaal

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dan dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan orang.”

  • Dzikir ke-19 Dibaca Sebanyak 3X

اَللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي اَللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي اَللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي

Arab latin: Allaahumma ‘aafini fii badanii, allahumma ‘aafinii fii sam-‘il, allahumma ‘aafinii fii basharii.

Artinya: “Ya Allah berikanlah kesehatan bagi badanku, bagi pendengaranku, bagi penglihatanku.”

  • Dzikir ke-20 Dibaca Sebanyak 3X

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِوَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِلاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْت

Arab latin: Allaahumma innii a-‘uu-dzu bika minal kufri wal faqri, wa a-‘uu-dzu-bika min ‘a-dzaabil qabri, laa ilaaha illaa anta.

Artinya: “Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran, Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, tidak ada Ilah kecuali Engkau.”

  • Dzikir ke-21 Dibaca Sebanyak 3X

اَللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Arab latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta

Artinya: “Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu, semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat (yang Engkau anugerahkan) kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”

  • Dzikir ke-22 Dibaca Sebanyak 3X

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Arab latin: Astaghfirullahal ‘azhiim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih

Artinya: “Aku memohon ampunan Allah Yang Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup dan Maha Mengurus (makhluk-Nya).”

  • Dzikir ke-23 Dibaca Sebanyak 10X

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّــيْتَ عَـلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْـرَاهِيْمَ وبَارِكْ عَـلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَـلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَــلَى آلِ سَيـِّدِنَا إِبْـرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Arab latin: Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina muhammad, kama shallaita ‘ala sayyidina ibrahima wa ‘ala ali sayyidina ibrahim wa barik ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina muhammad, kama barakta ‘ala sayyidina ibrahima wa ‘ala ali sayyidina ibrahim fil ‘alamina innaka hamidum majid.

Artinya: “Ya Allah berikanlah sholawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Berikanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Di alam Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

  • Dzikir ke-24 Dibaca Sebanyak 100X

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Arab latin: Subhanaallahi waal hamdu lillahi wa laa illaha illaallahu waa-allhu akbar

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar.”

  • Dzikir ke-25 Dibaca Sebanyak 10X

لاَ إلهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

Arab latin: Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.

Artinya: “Tiada Tuhan melainkan Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.”

  • Dzikir ke-26 Dibaca Sebanyak 3X

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Arab latin: subhaanakallohumma wa bihamdika, asy-hadu alla ilaha illa anta, as-taghfiruka wa atuubu ilaik

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.”

  • Dzikir ke-27 Dibaca Sebanyak 3X:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ بِهِ قَلَمُكَ وَأَحْصَاهُ كِتَابُكَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ سَادَاتِنَا أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيْ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن سُبْحَانَ رَبِّك رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَالحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Arab latin: Alloohumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin ‘abdika wa nabiyyika wa rosuulikan-nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallama tasliiman ‘adada maa ahaatho bihi ‘ilmuka wa khoth tho bihi qolamuka wa ahshoohu kitaabuk, wardholloohumma ‘an saadaatinaa abii bakrin wa ‘umaro wa ‘utsmaana wa ‘aliyy, wa ‘anishshohaabati ajma’iin, wa ‘anit-taabi’iina wa taabi’iihim bi ihsaanin ilaa yaumid-diin. Subhaana robbika robbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun, wa salaamun ‘alal mursaliin, wal-hamdu lillaahi robbil ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah berikanlah sholawat kepada Nabi Muhammad; hamba-Mu, nabi-Mu, dan Rasul-Mu; Nabi yang ummi. Juga kepada keluarga dan para sahabatnya serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu yang tergores oleh pena-Mu, dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah ya Allah para pemimpin kami, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, semua sahabat, semua tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari pembalasan. Maha suci Tuhanmu; Tuhan kemuliaan, dari apa-apa yang mereka sifatkan. Keselamatan semoga tercurah kepada para utusan dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

  • Dzikir ke-28: Membaca Surah Ali ‘Imran Ayat 26-27

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٦ تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ٢٧

Arab latin: Qulillāhumma mālikal-mulki tu`til-mulka man tasyā`u wa tanzi’ul-mulka mim man tasyā`u wa tu’izzu man tasyā`u wa tużillu man tasyā`, biyadikal-khaīr, innaka ‘alā kulli syai`ing qadīr Tụlijul-laila fin-nahāri wa tụlijun-nahāra fil-laili wa tukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa tukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa tarzuqu man tasyā`u bigairi ḥisāb

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”

  • Dzikir ke-29: Membaca doa Robithoh Sebanyak 3X

اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا إِقْبَالُ نَهَارِكَ لَيْلِكَ وَإِدْبَارُ لَيْلِكَ نَهَارِكَ وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ فَاغْفِرْلِ

Arab latin: Allahumma inna hadza iqbalu laylaka wa idbaru naharaka wa ashwatu du’atika faghfirli

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya ini adalah siang-Mu (malam-Mu) yang telah menjelang dan (malam-Mu) siang-Mu yang tengah berlalu serta suara-suara penyeru-Mu, maka ampunilah aku.”

  • Dzikir ke-30 Membaca doa Robithoh sebanyak 3X:

اَللّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ، قَدِ اجْتَمَعَتْ عَلَى مَحَبَّتِكَ وَالْتَقَتْ عَلَى طَاعَتِكَ، وَتَوَحَّدَتْ عَلَى دَعْوَتِكَ وَتَعَاهَدَتْ عَلَى نُصْرَةِ شَرِيْعَتِكَ فَوَثِّقِ اللَّهُمَّ رَابِطَتَهَا، وَأَدِمْ وُدَّهَا، وَاهْدِهَا سُبُلَهَا وَامْلَأَهَا بِنُوْرِكَ الَّذِيْ لاَ يَخْبُوْا وَاشْرَحْ صُدُوْرَهَا بِفَيْضِ الْإِيْمَانِ بِكَ، وَجَمِيْلِ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ وَاَحْيِهَا بِمَعْرِفَتِكَ، وَأَمِتْهَا عَلَى الشَّهَادَةِ فِي سَبِيْلِكَ إِنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ. اَللَّهُمَّ أَمِيْنَ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ.

Arab latin: Allahumma innaka ta’lamu anna hadzihil qulub, qadijtama-at ‘alaa mahabbatik wal taqat ‘alaa tha’atik, wa tawahhadat ‘alaa da’watik wa ta ahadat ala nashrati syari’atik Fa watsiqillahumma rabithataha, wa adim wuddaha, wah dihaa subulahaa wamla’haa binuurikal ladzi laa yakhbu wasy-syrah shuduroha bi faidil imaanibik wa jamiilit tawakkuli ‘alaik wa ahyiha bi ma’rifatik, wa amitha ‘alaa syahaadati fii sabiilik Innaka ni’mal maula wa ni’man nashiir. Allahumma Aamiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahawa hati-hati ini, telah berhimpun di atas dasar kecintaan terhadapmu, bertemu di atas ketaatan kepada-Mu dan bersatu bagi memikul beban dakwah-Mu, hati-hati ini telah mengikat persetiaan untuk menolong meninggikan syariat-Mu. Oleh itu, Ya Allah, Engkau perkukuhkan ikatannya dan Engkau kekalkan kemesraan hati-hati ini, tunjukilah hati-hati ini akan jalan yang sebenarnya, serta penuhkanlah (piala) hati-hati ini dengan cahaya Rabbani-Mu yang tidak kunjung redup, lapangkanlah hati-hati dengan limpahan keimanan serta keindahan tawakkal kepada-Mu, hidup suburkanlah hati-hati ini dengan makrifat (pengenalan yang sebenarnya) tentang-Mu. (Jika Engkau takdirkan kami mati) maka matikanlah hati-hati ini sebagai para syuhada dalam perjuangan agama-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah perkenankanlah doa kami. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan kepada semua sahabatnya.”

Doa robithoh di akhir dzikir Al Matsurat oleh Hasan al-Banna ini sifatnya tidak harus dibaca atau boleh saja dibaca salah satunya. Namun, akan lebih afdal jika semua urutan dzikir dibaca semuanya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Sapu Jagat dan Manfaatnya, Bacaan yang Disukai Rasulullah



Jakarta

Doa sapu jagat adalah doa untuk memohon kebaikan di dunia dan akhirat. Kebaikan yang dimaksud dapat bersifat umum dan universal seperti kesehatan, rezeki, keridaan, keamanan, keberuntungan, keberhasilan, dan semua hal yang bersifat kebaikan.

Doa sapu jagat ini dibaca setelah kita memanjatkan doa dan permohonan kita atau sebagai penutup. Doa ini disebutkan termasuk dalam daftar doa kerap diamalkan oleh Rasulullah SAW. Diriwayatkan melalui Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, menyampaikan:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


Artinya: “Doa yang paling banyak dibaca oleh Nabi Muhammad SAW, adalah ‘Allaahumma aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar’.” (HR Muttafaq Alaih)

Bacaan Doa Sapu Jagat dalam Arab, Latin, dan Artinya

رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

Bacaan latin: Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanataw wa fil aakhirati hasanataw waqinaa ‘adzaaban naar

Artinya: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW juga menggunakan bentuk doa yang mirip, bunyinya:

“Allahummaaatina fid dunyaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar,”

Artinya: “Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dikutip melalui buku Pendar-pendar Kebijaksanaan karya Husein Muhammad dijelaskan melalui ahli bahasa dan tafsir besar Al-Alusi yang menyimpulkan pandangan para ulama, “Kebaikan di dunia ini mencakup segala perihal yang diidamkan atau diimpikan oleh setiap orang:

اِمْرَأَةٌ صَالِحَةٌ وَعَافِيَةٌ وَكَفَافُ وَعِلْمُ وَعِبَادَةً وَمَالُ صَالِحُ وَأَوْلَادُ أَبْرَارُ وَثَنَاءُ الْخَلْقِ وَصُحْبَةُ الصَّالِحِيْنَ.

Artinya: “Istri (atau suami) yang shalih, sehat, sederhana, berpengetahuan luas, rajin ibadah, harta yang halal, anak-anak yang baik, dihormati masyarakatnya, dan dekat dengan orang-orang shalih.”

Selain itu secara lebih spesifik, diutarakan melalui hadits lain:

أَرْبَعُ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةِ وَالْمَسْكَنِ الْوَاسِعِ وَالْجَارِ الصَّالِحِ وَالْمَرْكَبِ الْهَنِيْء.

Artinya: “Ada empat hal yang (biasanya) diinginkan banyak orang untuk menjadi bahagia: istri (atau suami) yang shalih (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih, dan kendaraan yang nyaman.”

Setelah mengetahui doa sapu jagat yang mampu memberikan kita kebaikan atas kuasa Allah SWT, tentunya kita harus mengetahui bahwa semua itu adalah milik dan kekuasaan-Nya semata. Kepada mereka yang melupakan hal penting ini, Allah SWT memberikan peringatan melalui firman-Nya, Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 179, bunyinya:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

Artinya: “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (memenuhi neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (petunjuk Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat (buruk) lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”

Senada dengan Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 7, yaitu:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.””

Melalui tafsir Quran Kemenag, pada ayat ini dijelaskan, dalam mensyukuri rahmat Allah SWT kita bisa melakukannya dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Itulah pembahasan mengenai doa sapu jagat yang mampu memberikan manfaat luar biasa terhadap segala hal urusan manusia di dunia hingga akhirat. Semoga dengan mengetahui manfaat dan kekuasaan-Nya kita menjadi lebih beriman kepada Allah SWT.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Pelunas dan Terbebas dari Utang sesuai Sunnah Nabi SAW



Jakarta

Bagi orang yang tak punya uang untuk memenuhi kebutuhannya dan enggan meminjam karena khawatir tak mampu membayarnya, Nabi SAW mengajarkan sebuah doa yang bisa diamalkan agar dirinya terbebas dari utang.

Doa Terhindar dari Utang

M. Khalilurrahman Al-Mahfani dalam buku Keutamaan Doa & Dzikir Untuk Hidup bahagia Sejahtera menukil riwayat dari Anas bin Malik yang mana Nabi SAW mencontohkan bacaan yang bisa dilanggengkan supaya dapat terhindar dari jeratan utang.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَم وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ


Allahumma innii a’uudzu bika minal hammi wal hazani wal ‘ajzi wal kasali wal bukhli wa dhala’id daini wa ghalabatir rijaal

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penderitaan, kesedihan, kelemahan (pikun), kemalasan, kekikiran, banyak utang dan dari penguasaan seseorang.” (HR Tirmidzi)

Dalam buku Filosofi Doa susunan Sukron Abdilah dijelaskan, doa tersebut mengandung permohonan kepada Allah SWT agar senantiasa berkenan untuk menolong segala urusan dan permasalahan hamba-Nya. Yang mana manusia tak mungkin mampu jika ditinggal sedetik pun oleh-Nya, sehingga seseorang diibaratkan mengemis terhadap-Nya dengan doa tersebut.

Doa Mudah Melunasi Utang

Selain doa terbebas dari utang, Rasul SAW juga mengajarkan bacaan yang dapat diperbanyak bagi mereka yang terlanjur berutang kepada orang lain, tetapi sulit untuk membayarnya kembali.

Mengutip buku Fiqih Doa & Dzikir Jilid 2 oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, bacaan doa ini termuat dalam hadits riwayat Ali bin Abi Thalib, ia berkata:

“Seorang budak membuat perjanjian dengan tuannya untuk menebus dirinya secara berangsur-angsur, kemudian budak itu mendatangi diriku dan mengatakan, ‘Sungguh aku sudah tidak mampu menunaikan tebusan diriku, maka bantulah aku.’

Ali berujar, ‘Maukah aku ajarkan kepadamu kalimat-kalimat yang diajarkan Rasulullah SAW kepadaku, sekiranya engkau memiliki utang seperti gunung Tsabir, niscaya Allah SWT akan melunasinya untukmu.’

Kemudian Ali menyebutkan doa pelunas utang sesuai sunnah Nabi SAW, berikut ini:

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأغْنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahummakfinii bihalaalika ‘an haraamika wa aghnii bifadhlika ‘amman siwaak

Artinya: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang rezeki-Mu yang halal daripada yang haram dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu daripada selain Engkau.” (HR Tirmidzi)

Doa setelah Membayar Utang

Adapun Rasulullah SAW juga mencontohkan adab bagi orang yang berutang setelah ia membayar pinjamannya itu. Melansir buku Sukses Dunia Akhirat dengan Doa-Doa Harian oleh Mahmud Asy-Syafrowi, hendaknya seseorang mendoakan orang yang mengutanginya dengan bacaan ini yang diajarkan oleh Nabi SAW.

بارَكَ اللهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ

Baarakallahu laka fii ahlika wa maalika

Artinya: “Semoga Allah memberikan berkah kepadamu dalam keluarga dan hartamu.” (HR Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ibnu Sunni)

Demikian doa-doa utang seperti terbebas dari pinjaman hingga bacaan ketika melunaskannya. Yuk amalkan!

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com