Tag Archives: orangtua

Tata Cara Mengirim Doa Yasin untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal


Jakarta

Sebagai seorang anak, salah satu wujud bakti yang tidak terputus kepada orang tua setelah mereka wafat adalah mendoakan dan menghadiahkan pahala amalan kepada mereka. Salah satu amalan yang sering dilakukan umat Islam adalah membaca surat Yasin dan menghadiahkan pahalanya kepada orang tua yang sudah meninggal.

Islam mengajarkan bahwa doa anak saleh untuk orang tua adalah amalan yang terus mengalir pahalanya, meskipun orang tua sudah meninggal. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)


Selain doa, sejumlah ulama berpendapat pahala bacaan Al-Qur’an dapat dihadiahkan kepada orang yang sudah wafat, termasuk orang tua. Membaca surat Yasin lalu mengirimkan pahalanya merupakan salah satu wujud cinta seorang anak kepada orang tua.

Membaca Yasin untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal

Mengutip buku Ayah Ibu Kubangunkan Surga Untukmu : Amalan-amalan Dahsyat Untuk Orangtua yang sudah Meninggal karya Muhammad Abdul Hadi, Imam Ahmad berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal.” (HR Abu Dawud dan an-Nasai)

Artinya surat Yasin memilki keutamaan mendatangkan kemudahan-kemudahan bagi siapa saja yang membacanya dan juga pahalanya dapat ditujukan kepada orang-orang yang meninggal. Membaca surat Yasin untuk orang yang meninggal dunia diyakini dapat mendatangkan ampunan dari Allah SWT.

Dikutip dari buku Khutbah Jum’at 7 Menit: Tuntunan & Kumpulan Khotbah Berdasarkan Aqidah Ahlussunah Waljamaah karya KH. Marzuqi Mustamar, dalam hadits Bukhari diceritakan, “Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW. Ya Rasulullah, ibu saya telah wafat, kalau saya bersedekah lalu pahala nya saya niatkan untuk ibu, apakah ibu saya dapat pahala juga?” Nabi SAW menjawab, “Iya, ibumu mendapat pahala.”

Tata Cara Mengirim Surah Yasin untuk Orang Tua yang Telah Meninggal

Syaikh Muhammad bin Shalih At-Utsaimin dalam buku Tuntunan Tanya Jawab Aqidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji berikut tata cara mengirim surat Yasin untuk orang tua yang telah meninggal dunia.

1. Membaca istighfar tiga kali
2. Lanjutkan dengan membaca tawasul kepada Rasulullah SAW,

اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهِ وإِخْوَانِهِ مِنَ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَالأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ المُقَرَّبِيْنَ، ثُمَّ اِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ القُبُوْرِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا إِلَى آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَأَسَاتِذَةِ أَسَاتِذَتِنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِمَنْ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ شَيْءٌ لِلَّهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Arab latin: Ilaa hadhratin nabiyyi shalallahu ‘alaihi wasallama wa aalihi wa ikhwanihi wa minal anbiya-i wal mursalin wal auliyaa-i wasy syuhada-i wash shalihin wash shabati wat tabi’in wal ‘ulamaa-i wal mushonnifinal mukhlashiin wa jami’il malaa-ikatil muqarrabin. Tsumma ilaa jamii’il ahlil kubur minal muslimiina wal muslimati wal mu’minina wal mu’minati min masyariqil ardhi ilaa magharibiha barrihaa wa bahriha khushuushon ila aaabaa-inaa wa ummahaatinaa wa ajdaadinaa wa jaddaatina wa masyaayikhana wa masyaayikhi masyaayikhinaa wa asatidzatina wa asatidzati asatidzatina wa liman ahsana ilaina wa limanij tama’naa hahunaa bisababihi, syaiul lillahi lahum Al-Fatihah.

Artinya: “Untuk yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan saudaranya dari kalangan pada nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, sahabat, tabi’in, ulama al-amilin, ulama penulis yang ikhlas, semua malaikat Muqarrabin, kemudian semua ahli kubur Muslimin, Muslimat, Mukminin, Mukminat dari Timur ke Barat, baik di laut dan di darat, khususnya bapak kami, ibu kami, kakek kami, nenek kami, guru kami, pengajar dari guru kami, ustadz kami, pengajar ustadz kami, mereka yang telah berbuat baik kepada kami, dan bagi ahli kubur atau arwah yang menjadi sebab kami berkumpul di sini. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua, Al-Fatihah.”

3. Membaca surat Al Fatihah
4. Barulah muslim bisa mengamalkan surat Yasin

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Tentang Durhaka Kepada Orang Tua, Rasulullah Tegaskan Hal Ini



Jakarta

Islam menekankan untuk tidak durhaka kepada orang tua. Sebab, durhaka kepada orang tua merupakan perbuatan yang sangat buruk.

Durhaka kepada orang tua merupakan salah satu di antara dosa-dosa besar. Larangan durhaka kepada orang tua menyertai larangan berbuat syirik kepada Allah SWT.

Merujuk pada buku Keajaiban Doa & Ridho Ibu karya Mutia Mutmainnah, durhaka kepada orang tua disebut juga dengan istilah Uququl Walidain. Durhaka kepada orang tua adalah apa saja yang dapat menyakiti kedua orang tua yang dilakukan oleh anaknya, baik dengan perkataan atau perbuatan.


Terdapat beberapa hadits tentang durhaka kepada orang tua. Berikut hadits tentang durhaka kepada orang tua, perbuatan durhaka, serta akibat durhaka kepada orang tua.

Hadits Durhaka Kepada Orang Tua

Merujuk pada kitab Syarah Bulughul Maram karya Abdullah bin Abdurahman Al Bassam dan Shahih Adabul Mufrad karya Imam Bukhari, berikut beberapa hadits durhaka kepada orang tua:

1. Hadits Bukhari

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian ku beritahu tentang dosa yang paling besar (beliau mengucapkannya tiga kali)?, mereka menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah!’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua,’ lalu Nabi duduk dan bersandar kemudian bersabda, ‘Ingatlah juga perkataan palsu.’ Beliau terus mengulangnya sampai kami berkata semoga beliau diam.”

2. Hadits Muttafaq ‘Alaih

Dari Al Mughirah bin Syu’bah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian untuk durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur hidup-hidup anak wanita, tidak melaksanakan kewajiban dan banyak menuntut apa-apa yang tidak menjadi haknya. Sebagaimana Ia pun benci terhadap orang-orang yang terlalu banyak menukil perkataan manusia, banyak bertanya (sedikit beramal) dan menyia-nyiakan harta.”

3. Hadits Abu Bakar

Diriwayatkan dalam Ash-Shahihain dari Abu Bakar RA, bahwa Nabi SAW bersabda,”Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa paling besar? Yaitu, syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”

4. Hadits Muslim

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sungguh rugi, sungguh rugi, dan sungguh rugi! Seorang yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya pada usia lanjut atau kedua-duanya, namun ia tidak masuk surga (lantaran tidak berbakti kepadanya).”

5. Hadits Muslim

Dari Abu At-Thufail, dia berkata, “Ali ditanya apakah Nabi SAW mengkhususkan untuk kalian sesuatu yang tidak dikhususkan untuk semua orang?” Ali menjawab, “Rasulullah tidak mengkhususkan untuk kita sesuatu yang tidak dikhususkan untuk orang lain, kecuali sesuatu yang terdapat dalam sarung pedangku.” Kemudian dia mengeluarkan lembaran darinya, dan tiba-tiba di dalamnya tertulis, “Allah melaknat orang yang menyembelih tanpa menyebut nama Allah, orang yang mencuri tanda-tanda (batasan) tanah, orang yang menyakiti (melaknat) kedua orang tuanya, dan Allah melaknat orang yang melindungi (menolong) pelaku kejahatan.”

Perbuatan Durhaka Kepada Orang Tua

Merujuk pada buku Keajaiban Doa & Ridho Ibu, berikut sebelas perbuatan durhaka kepada orang tua yang menjadi kunci pembuka pintu neraka:

  1. Menyakiti perasaannya
  2. Berkata “Ah” dan mengeraskan surata
  3. Menyakiti fisik
  4. Bakhil (pelit)
  5. Sangat membebani
  6. Berlaku zhalim
  7. Membicarakan keburukan orang tuan (ghibah)
  8. Tidak mengakui orang tua
  9. Tidak peduli dan menjauhi orang tua
  10. Mencaci atau menjadi sebab dicaci orang
  11. Membelakkan mata

Akibat Durhaka Kepada Orang Tua

Seperti yang diketahui, bahwa durhaka kepada orang tua merupakan perbuatan yang sangat buruk dan merupakan kunci pembuka pintu neraka. Merujuk pada buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI karya Aminudin dan Harjan Syuhada, berikut beberapa akibat yang diperoleh jika durhaka kepada orang tua:

  1. Salatnya tidak diterima di sisi Allah SWT
  2. Dibenci oleh Allah SWT
  3. Diharamkan masuk surga
  4. Segala amal perbuatannya dihapuskan
  5. Dosa-dosanya tidak diampuni
  6. Mendapatkan azab di dunia

(lus/lus)

Sumber : www.detik.com

Image : unsplash.com/ Levi Meir Clancy

5 Doa Agar Mendapat Keturunan yang Baik, Ada Doa Nabi Zakariya dan Nabi Ibrahim



Jakarta

Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan yang terbaik bagi buah hati mereka, termasuk dapat tumbuh menjadi seorang anak yang saleh, berbakti, dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Terdapat doa agar mendapatkan keturunan yang baik yang dapat dibaca dan diamalkan secara rutin bagi orang tua.

Setiap harapan mulia dan doa yang dibaca oleh orang tua akan mengantarkan anak menjadi muslim yang taat dan mau mendoakan orang tuanya juga. Hal tersebut sebagaimana hadits tentang anak sholeh yang termaktub dalam hadits Nabi SAW:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim)

Bacaan Doa Agar Mendapat Keturunan yang Baik

1. Surat Al-Imran Ayat 38

Mengutip Buku Lengkap Fiqih Kehamilan & Melahirkan yang disusun oleh Rizem Aizid, surat Ali Imran ayat 38 adalah salah satu bacaan yang dapat diamalkan oleh orang tua. Khususnya ibu hamil.

” رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ…”

Arab-latin: Robbi hablii milladunka dzurriyyatan thayyibah, innaka samii’u ddu’a

Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa doa tersebut adalah doa Nabi Zakariya yang mendambakan seorang anak. Ia pun memohon kepada Allah agar dirinya mendapatkan keturunan yang baik. Allah kemudian meridhai keinginan Nabi Zakariya dengan hadirnya Nabi Yahya dalam rahim istrinya.

Bacaan doa yang dilakukan secara rutin akan membuat kondisi ibu hamil dan juga janinnya lebih tenang dan rileks sebab ayat-ayat Al-Qur’an adalah sebaik-baik obat dan penenang.

2. Surat Al Anbiya Ayat 89

Sama halnya dengan surat Ali Imran ayat 38, Al-Qur’an juga menyebutkan kisah dan bacaan doa Nabi Zakariya dalam surat Al Anbiya ayat 38. Ia yang telah sangat tua dan khawatir istrinya mandul sangatlah menanti hadirnya seorang anak. Nabi Zakariya pun berdoa:

رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ

Arab-latin: Rabbi lā tażarnī fardaw wa anta khairul-wāriṡīn

Artinya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.”

Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya dan menyembuhkan istrinya yang sebelumnya tidak dapat hamil. Nabi Yahya pun dilahirkan ke dunia atas kuasa Allah.

3. Surat Al Furqan Ayat 74

Dinukil dari buku Panduan Kehamilan dan Kelahiran Bagi Muslimah susunan Nur Hayati, ayat lain yang bisa dibaca adalah firman-Nya dalam surat Al Furqan ayat 74:

“رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا”

Arab-latin: Robbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrota a’yun waj’alna lil muttaqiina imaama

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Menambahkan dari sumber tersebut, membaca doa ketika hamil dan juga memperbanyak dzikir akan mendekatkan diri sekaligus bayi yang dikandung dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan mendekatkan diri, akan terhindar dari keburukan yang disebabkan oleh godaan setan.

4. Surat As Shaffaat Ayat 100

Selain doa Nabi Zakariya, orang tua juga dapat mengamalkan doa yang dibaca oleh Nabi Ibrahim. Disebutkan dalam buku Doa-Doa Mustajab Orang Tua untuk Anaknya karya Aulia Fadli, mulai dari beliau menikah hingga usianya mencapai 70-an tahun, Nabi Ibrahim selalu membaca doa yang tercantum dalam surat As Shaffaat ayat 100 yang berbunyi:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Arab-latin: Rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang sholeh.”

Betapa sabar dan panjang penantiannya tetapi Nabi Ibrahim tidak berputus asa dari rahmat Allah. Beliau selalu percaya kepada kekuatan Allah yang melebihi setiap makhluk-Nya sehingga Allah memberikan kabar gembira yakni dengan dianugerahinya Nabi Ibrahim seorang bayi laki-laki bernama Ismail.

5. Surat Ibrahim Ayat 35 dan 40

Setelah kelahiran Ismail, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan keluarganya di pegunungan, kering tanpa air dan tumbuhan bahkan tanpa penolakan sama sekali dari istrinya, Siti Hajar. Nabi Ibrahim yang merasa iba kemudian menengadahkan tangan dan berdoa sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat 35 dan 40:

(35) رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

(40) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Arab-latin: …Rabbij’al hāżal-balada āminaw wajnubnī wa baniyya an na’budal-aṣnām. Rabbij’alnī muqīmaṣ-ṣalāti wa min żurriyyatī rabbanā wa taqabbal du’ā

Artinya: “…Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”

Itulah beberapa doa yang dapat dibaca dan diamalkan secara rutin, khususnya setelah melaksanakan sholat fardhu. Dengan membaca doa dan memohon kepada Allah, maka keturunan yang lahir dari seseorang yang beriman dan bertakwa pastilah akan tumbuh menjadi anak yang soleh.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Rasulullah SAW tentang Anak, Panduan bagi Orang Tua


Jakarta

Islam menempatkan anak-anak pada posisi yang sangat mulia. Anak dianggap sebagai anugerah yang besar dan sumber kebahagiaan bagi orang tua. Bahkan, Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak anak melalui pernikahan, karena banyaknya anak dianggap membawa berkah, rezeki, dan kegembiraan.

Dalam Al-Qur’an, keberadaan anak-anak juga dijelaskan dalam berbagai ayat. Namun, tidak hanya Al-Qur’an yang berbicara tentang pentingnya anak, tetapi juga hadits Rasulullah tentang anak, yang memberikan petunjuk bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Para orang tua wajib simak hadits Rasulullah tentang anak berikut ini.

Hadits Rasulullah SAW tentang Anak

Mengutip buku Mendidik Buah Hati ala Rasulullah, berikut adalah hadits Rasulullah tentang anak yang wajib ditanamkan oleh orang tua pada anak-anaknya.


1. Menanamkan Nilai Tauhid pada Anak

Rasulullah SAW mengajarkan agar orangtua menanamkan nilai-nilai tauhid kepada anak-anak mereka. Salah satu cara untuk memulainya adalah dengan mengajarkan salat.

Dari Amar bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan).” (HR. Abu Daud)

2. Keutamaan Memiliki Anak Perempuan

Dalam Islam, perempuan wajib dihormati, baik itu anak-anak, remaja, maupun dewasa. Untuk itu, para orang tua wajib memuliakan anak perempuan mereka, karena anak tersebut memberikan keutamaan untuk kedua orang tuanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa 2 anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apa pun kecuali satu buah kurma. Kemudian aku berikan kurma itu padanya. Wanita tersebut menerima kurmanya dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Lalu wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu, Nabi SAW datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau. Maka Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang bagi siksa api neraka.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” (HR. Muslim)

3. Larangan Berbohong pada Anak

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kebohongan itu tidak pantas dilakukan dengan sungguh-sungguh ataupun main-main. Dan seorang ayah berjanji kepada anaknya, kemudian janji itu tidak dipenuhi,” (HR. Al-Hakim).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah! Ambillah ini!’ Tetapi ia tidak memberikannya (walaupun anak tersebut sudah mendatanginya), maka itu termasuk perbuatan dusta,” (HR. Ahmad)

4. Memperlakukan Anak dengan Kasih Sayang

Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang. Orang tua dilarang membentak, memberi hukuman yang terlalu keras, atau melakukan tindakan kasar yang berlebihan. Meskipun anak berbuat kesalahan, orang tua tetap tidak boleh berlaku sewenang-wenang terhadap mereka.

Dalam sebuah hadits disebutkan, suatu hari, datang seorang Arab kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,

“Apakah kalian mencium anak laki-laki?” Lalu orang Arab tersebut menjawab, “Kami mencium mereka.” Maka Nabi saw berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rahmat/sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain juga disebutkan, Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro bin Haabis At-Tamim yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata,

“Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium.” Maka Rasulullah SAW melihat kepada Al-Aqro dan berkata,

“Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu? Barangsiapa yang tidak mempunyai kasih sayang kepada orang lain, dia tidak akan mendapat kasih sayang dari Allah.” (HR. Bukhari)

5. Berlaku Adil pada Anak

Dalam kitab Bulughul Maram-nya, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengutip sebuah hadits dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata “Ayahku berangkat kepada Nabi untuk mempersaksikannya atas pemberiannya kepadaku. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Apakah kamu telah melakukan ini kepada anakmu semuanya?” Ayahku menjawab, ‘Tidak.’ Rasulullah SAW bersabda,

‘Bertakwalah kepada Allah, dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Maka ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu.” (Muttafaq’alaih.)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com