Tag Archives: ormas islam

Mengenal Ormas Islam di AS: Zaituna Institute



Jakarta

Salah satu organisasi komunitas muslim yang menarik untuk dipelajari ialah Zaituna Institute (ZI)yang juga biasa dikenal dengan Zaituna College, sebuah organisasi komunitas moderat muslim yang erusaha menawarkan peradaban Islam (islamic civilizations) di dalam masyarakat luas, khususnya di AS. Bentuk kegiatannya lebih banyak bergerak dalam dunia kependidikan. Zaituna College mengelola pendidikan yang berperspektif Islam. Ia mengelola program undergraduate (s1) dan mungkin yang pertama kali program undergraduate yang memperoleh akreditasi resmi di AS. Salahsatu konsentrasinya ialah program Bachelor of Arts in Islamic Law and Theology. Menariknya, ZI berkolaborasi dengan the American Baptist Seminary of the West (ABSW) in Berkeley, CA.

ZI didirikan pada tahun 1996 muballig terkenal Amerika, Hamzah Yusuf bersama dengan Zaid Shakir dan Hisyam al-Alusi. ZI berusaha untuk mengimplementasikan nilai-nilai universal Islam ke dalam masyarakat global, namun tetap melestarikan tradisi intelektual Pendidikan Islam sebagaimana yang pernah melahirkan ilmuan besar di abad pertengahan. ZI mengajarkan ilmu-ilmu tradisional Islam seperti hukum Syari’ah yang paralel dengan nilai-nilai dasar keamerikaan yang hidup di dalam masyarakat. IZ juga mengajarkan Bahasa Arab, seni sastra Arab, teologi, dan studi Al-Qur’an dan Hadis. Unsur-unsur sejarah AS dan nilai-nilai dasar keamerikaan dikolaborasikan di dalam kurikulum pendidikan. Ternyata para pembina ZI mampu menciptakan kohesi keislaman dan keamerikaan di dalam sebuah institut, tentu saja hal ini menjadi jawaban terhadap kegelisahan intelektual warga AS tentang Islam dan Komunitas Islam tentang nilai-nilai dasar AS.

ZI berusaha untuk menjembatani apa yang oleh Hungtington persoalkan di dalam tesisnya Colflic of Civilization. Jika ZI ini berhasil maka boleh jadi menjadi model pendidikan untuk komunitas muslim di negera-negara minoritas muslim. ZI berlokasi di Berkeley, california, AS. Dekade terakhir ini banyak mendapatkan perhatian dari kelas menengah muslim dan pemerintah AS. Belum lama ini, kami juga diajak pemerintah AS untuk mengunjungi IZ, kiranya menjadi sumber inspirasi untuk dunia pendidikan Islam di masa depan. Tentu saja tidak ada lembaga pendidikan Islam yang betul-betul perfect, tetapi sepintas melihat lembaga ini, terutama memperhatikan wawasan keilmuan yang dimiliki para mahasiswanya, mereka lebih mudah memahami dan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Islam dan sekaligus sebagai orang AS. Selama ini lembaga pendidikan keislaman di AS dirasakan terlalu berbau Timur Tengah, sehingan anak-anak muslim yang lahir dan besar di barat. Khususnya di AS (The western-born/second-generation muslims) tidak lagi mengalami semacam kepribadian ganda (split personality) sebagai seorang muslim dan sebagai seorang Amerika.


ZI sering menyelenggarakan ‘Summer Camp’, semacam Pesantren Kilat, untuk memberikan pencerahan kepada anak-anak muslim di AS. Mereka mengajarkan tentang nilai-nilai universal Islam yang diparalelkan dengan nilai-nilai kemerdekaan yang dijunjung tinggi di AS. Mereka diperkenalkan bahwa nilai-nilai dan ajaran Islam lebih campatibel dengan nilai-nilai dasar AS, sebagaimana tertuang di dalam lambang AS: The one is made up of all things, and all things issue from the one (Dari yang satu terjadi segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berasal dari yang satu). Kesan ini juga pernah dilukis oleh Iamam Faisal Abdul Rauf, Imam Masjid Al-Farah, dalam bentuk buku: “What’s Right With Islam Is What’s Right With America” (Apa Yang Benar Menurut Islam itu juga Yang Benar Menurut Amerika).

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Ormas Islam di AS: Islamic Relief USA (IRUSA)



Jakarta

Islamic Relief USA (IRUSA) sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pertamakali di California AS pada tahun 1993. IRUSIA mempunyai visi untuk memberikan bantuan terhadap proyek-proyek pembangunan fisik untuk kemanusiaan seperti memberikan bantuan pembangunan fisik bagi mereka yang tuna wisma, korban gempa bumi seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan pembangunan sekolah bagi mereka yang betul-betul membutuhkannnya.

Tentu saja prioritasnya bagi warga muslim di AS namun tidak tertutup kemungkinan bantuan diberikan juga kepada negara-negara yang betul-betul memprihatinkan dan membutuhkan bantuan segera. IRUSIA telah berhasil meringankan beban saudara-saudara muslim yang tertimba bencana, termasuk korban keganasan perang. Tenda-tenda pengungsian, selimut, peralatan kebersihan, air bersih, obat-obatan, termasuk tenaga medis, dan penyaluran kebutuhan pokok kepada mereka yang betul-betul membutuhkannya. Di Aceh ketika Tsunami melanda wilayah ini juga pernah mendapatkan bantuan dari IRUSIA bersama-sama dengan ormas Islam dan NGO lainnya dari AS. IRUSIA juga pernah membantu korban gempa bumi Yogyakarta 2006.

Salah satu bentuk kegiatan IRUSIA ialah dalam tahun 2005 ikut serta memberikan bantuan kepada para korban badai Katrina yang melanda sejumlah negara bagian AS. Organisasi ini berhasil menghimpun dan menyalurkan dana tidak kurang dari $ 2 juta ditambah dengan pengiriman pekerja lapangan untuk mendistribusikan bantuan dan menilai kebutuhan para korban. IRUSIA bukan hanya membantu komunitas muslim tetapi juga non-muslim seperti pernah memberi bantuan kepada Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir menyumbangkan $ 1,6 juta senilai persediaan darurat.


Para sukarelawan IRUSIA juga pernah membantu korban badai Sandy di New Jersey pada tahun 2012 untuk menampung para pengungsi. Demikian pula membantu korban badai Tornado yang pernah melanda negara bagian Alabama pada tahun 2014. Dalam tahun 2015 IRUSIA menghimpun dan menyalurkan dana tidak kurang $ 50.000 untuk warga Detroit yang airnya dimatikan karena kesulitan membayar tagihan mereka.

Termasuk membantu proyek darurat internasional warga Suriah yang terlantar di Suriah dan di negara-negara tetangga. IRUSIA juga pernah membantu para pengungsi yang tiba di Yunani pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 Tim Tanggap Bencana IRUSA merespons keadaan darurat di Amerika Serikat termasuk krisis air Flint, Louisiana banjir, dan Badai Matius di North Carolina. Pada tahun 2017, IRUSA membantu dalam bencana termasuk badai Harvey dan penembakan Las Vegas dan terus membantu para korban Badai Matthew yang selamat dengan memperbaiki rumah-rumah para korban. Pada tahun 2018, IRUSA mengumumkan kemitraan dengan Hebrew Immigrant Aid Society (HIAS) yang berbasis di AS untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi di Yunani.

IRUSIA juga ikut menangani proyek non-darurat di dalam suatu masyarakat, seperti program makan setelah sekolah, program masuk kembali penjara, bantuan makanan pada pemesanan Indian Amerika, dan bantuan untuk korban kekerasan dalam rumah tangga. Pada tahun 2016, IRUSA mendukung program United Way yang membantu keluarga tuna wisma dengan anak-anak di Roanoke, VA. Pada tahun 2017, IRUSA menyediakan makanan untuk anak sekolah selama musim panas di delapan kota di seluruh negeri dalam kemitraan dengan USDA. IRUSA menyediakan makanan, pakaian, selimut, dan barang-barang lainnya bersama dengan layanan perawatan kesehatan pada acara tahunan Day of Dignity di seluruh negeri dan mendistribusikan makanan dan perlengkapan mandi kepada para tuna wisma dan orang-orang Amerika berpenghasilan rendah pada Hari Martin Luther King Jr. Hingga hari ini IRUSIA tetap dipercaya oleh para donaturnya untuk menyalurkan dana bantuan sosial kemanusiaan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

The Council on American-Islamic Relations (CAIR)



Jakarta

Salah satu ormas Islam cukup besar di AS ialah The Council on American-Islamic Relations (CAIR). Organisasi ini didirikan pada bulan Juni 1994 di Washington DC. Salah seorang pendirinya ialah Nihad Awad. Tujuan pendiriannya ialah untuk memberikan pembelaan (advocacy) komunitas muslim yang sering tidak memahami hak dan kewajiban civilnya sebagai warga AS. CAIR juga bermaksud untuk memperkenalkan prestasi umat Islam di dalam mendukung tujuan umum dan ideologi AS. Dengan adanya wadah ini maka dengan mudah komunitas Islam di AS khususnya di DC untuk diajak terlibat untuk mendukung program-program positif, baik pembinaan sebagai umat maupun sebagai warga AS. Jika ada anggota atau warga muslim yang terkena kasus hukum atau musibah maka dengan mudah mereka bisa mendapatkan pertolongan dan bantuan dari dan untuk komunitas muslim.

Masih ingat kita dengan isu diskriminasi jilbab di AS pada tahun 1995, beberapa orang ditolak dan bahkan ada yang dikeluarkan jadi karyawan karena menggunakan jilbab (vail). Pada saat itu CAIR hampir membela mereka dengan mengusung isu Hak Asasi Manusia (HAM). CAIR juga memberikan advokasi terhadap keluarga pembom (bomber) di Oklahoma tahun 1995, sekaligus melakukan program deradikalisasi pemahaman agama Islam kepada umat Islam, khususnya keturunan Arab di AS. Banyak lagi kasus yang ditangani CAIR di AS, yang intinya memberikan advokasi terhadap warga muslim sekaligus menyampaikan harapan-harapan pemerintah AS terhadap umat Islam.

Kehadiran CAIR juga membantu pemerintah AS untuk melakukan pembinaan warga dengan menggunakan bahasa agama seperti yang dianut oleh warganya. Kelompok agama-agama lain juga dibiarkan tumbuh dan berkembang di bawah organisasi-organisasi paguyuban mereka, karena keberadaannya justru lebih menguntungkan dan lebih memudahkan pemerintah AS menjalin komunikasi untuk sesuatu yang positif untuk semuanya. Sebaliknya dengan adanya wadah paguyuban ini umat Islam lebih mudah menyalurkan aspirasi mereka ke pemerintah dibanding menyampaikannya secara personal. Lagi pula, jika sudah terbentuk organisasi yang anggotanya kongkrit by names dan bay address otomatis akan memiliki harga politik yang mahal, karena siapa pun yang akan menjadi calon pemimpin eksekutif dan legislatif pasti akan memperhatikan mereka karena memiliki hak suara.


Hanya saja, karena para anggota dan pengurus yang aktif di dalam organisasi ini kebanyakan dari komunitas muslim Timur Tengah, khususnya yang bersentuhan langsung secara emosional dengan persoalan yang dihadapi di Palestina. Bahkan di antara anggotanya berasal dari keluarga Hamas yang hijrah ke AS. Mereka masih mempunyai anggota keluarga di Palestina atau di Libanon. Begitu Israel melakukan tekanan dan gempuran terhadap negara-negara tetangganya maka secara emosional anggota CAIR juga angkat bicara, mungkin di antaranya ada yang sangat vokal, sehingga mengundang perhatian banyak orang. Akibatnya ketenangan warga AS lain mungkin ada yang terusik, apalagi keluarga Yahudi yang juga banyak di AS. Seperti halnya oraganisasi muslim yang anggota-anggotanya berasal dari Timur-Tengah sering dianggap organisasinya berafiliasi dengan kelompok hard liner seperti kelompok Ikhanul Muslimin (Muslim Brotherhood). Mungkin memang ada segelintir orang yang berhaluan keras tetapi lebih merupakan inisiatif personal yang mungkin anggota keluarganya korban dari kekerasan Israel di Timur Tengah. CAIR dan ormas-ormas Islam lainnya di AS sangat berperan di dalam memperbaiki citra umat Islam yang dirusak oleh segelitir orang yang melakukan kekerasan atas nama agama Islam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Ormas Islam di AS: ISNA



Jakarta

The Islamic Society of North America (ISNA) adalah salah satu organisasi muslim tertua di AS bagian utara. ISNA memiliki sejarah panjang dengan pengalaman pasang-surut yang pernah dialaminya. Dalam catatan perjalanannya, ISNA dihubungkan dengan keberadaan Muslim Brotherhood (Ikhwan al-Muslimun/IM) yang memiliki hubungan emosional dengan kelompok IM di Timur Tengah yang gigih memperjuangkan pembebasan Palestina dari cengkeraman Israel. Cikal bakalnya dianggap berasal dari the Muslim Students Association yang pernah dianggap salah satu entitas dari gerakan IM. Di antara tokoh IM ialah Ahmed Elkadi, keturunan Mesir dan Abdurrahman Alamudi. Nama terakhir ini pernah dicurigai kelompok hard liner.

Sikap pemerintah AS terhadap ISNA pernah agak khawatir, terutama dengan adanya sejumlah anggotanya lebih respek terhadap kelompok garis kelras. ISNA ditengarai memiliki agenda tersembunyi di balik agenda-agenda social keagamaan yang selama ini dilakukan. Namun perkembangan terakhir, terutama setelah perubahan pengurus, tampak ISNA lebih orisinal memperjuangkan hak-hak orang Islam yang bermasalah, tanpa melibatkan diri terhadap kelompok terlarang secara internasional seperti Alqaedah, ISIS, dan kelompok garis keras lainnya. ISNA memerlukan cukup banyak waktu untuk membersihkan kembali citra perjuangannya setelah sejumlah anggotanya terlibat memberi dukungan terhadap kelompok radikal.

Kini ISNA bantak melakukan advokasi terhadap kelompok muslim di AS bagian utara secara non-provit. ISNA berusaha untuik mengembalikan kekuatan dirinya sebagai salahsatu wadah untuk mendukung persatuan dan kesatuan umat Islam di Kawasan. Terlihat di dalam website yang dikelola alhamdulillah kini ISNA semakin tegar di tengah tantangan zaman. ISNA berusaha menghiger tenaga-tenaga professional dalam dirinya, mungkin ada dari state lain tertarik untuk mengisi kegiatan di antara sekian daftar program kerja yang ditawarkan di dalam ISNA.


Seperti ormas-ormas lainnya, ISNA juga berusaha merangkul segenap komunitas muslim yang ada di AS bagian utara untuk bersama-sama membangun peradaban bisnis, yang pada saatnya bisa memberikan kekuatan warga umat Islam di AS. Sejauh ini ISNA banyak menghaiger aktifis mahasiswa, khususnya yang beragama Islam untuk kembali membersrkan umat melalui ISNA. Pengurusnya yang pro-aktif melakukan loby, bukan hanya kepada komunitas muslim tetapi juga warga AS lain yang tertarik untuk mengembangkan civil society.

Presiden ISNA, Mohamed Magid, ikut juga dengan gigih mengikuti perkembangan penanganan umat Islam di AS. ISNA memberikan dukungan sepenuhnya terhadap usaha dan program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah AS. Bersama-sama dengan seluruh jaringan internasionalnya, ISNA memberikan kontribusi nyata dengan mengajak kepada segenap umat Islam untuk menjauhi kekerasan di dalam beragama. Kekerasan apalagi terorisme tidak akan pernah mengangkat martabat umat Islam. Bahkan sebaliknya, menodai ciotra positif Islam sebagai agama pembebasan.

Jurnal dan artikel yang diforward melalui media ISNA, termasuk diskusi-diskusi rutin yang dilakukan di lingkungan internal ISNA juga mempunyai tema yang sama: Bagaimana mengembalikan ciptra positif Islam dan umat Islam di AS pasca 9/11. Kematangan para anggota ISNA juga tergambar dengan sikap arif mereka menanggapi statemen Donal Trump yang agak menyudutkan Islam. Kesabaran dan pengertian yang mendalam dilakukan komunitas Islam di AS justru melahirkan simpati dari kalangan warga non-muslim AS, khususnya dari kelompok minoritas. Islam dan umat Islam di AS saat ini mendapatkan simpati dari warga AS, khususnya yang tergabung di dalam oraganisasi yang non-mainstream.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com