Tag Archives: palestina

Profesor Australia Kritik Negara Arab-Islam Banyak Bicara Gaza tapi Tak Bertindak



Jakarta

Sikap negara-negara Arab dan Islam melihat konflik berkepanjangan di Gaza membuat geram Profesor Emeritus Amin Saikal dari Sekolah Ilmu Sosial The University of Western Australia. Menurutnya, Dunia Muslim terlalu banyak bicara tapi kurang bertindak untuk itu.

Saikal melontarkan pernyataannya dalam sebuah tulisan opini yang diterbitkan di The Conversation pada 31 Juli 2025. Tulisan ini juga dipublikasikan di situs kampus tempatnya mengabdi.

Saikal melihat sikap Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara mayoritas muslim “sangat tidak efektif”. Ia menilai OKI telah gagal menjalankan tugasnya.


“Dalam menghadapi dua krisis terbesar di dunia muslim saat ini–kehancuran Gaza dan kekejaman pemerintah Taliban di Afghanistan–negara-negara Arab dan Muslim sangat tidak efektif. Badan utama mereka, khususnya OKI, sangat kuat dalam retorika tapi sangat minim dalam tindakan serius dan nyata,” kata Saikal dikutip dari situs The University of Western Australia, Selasa (5/8/2025).

OKI yang menyebut dirinya “suara kolektif Dunia Muslim” menurut Saikal terbukti tak berdaya menghadapi serangan Israel terhadap Gaza yang merespons serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

“OKI memang piawai dalam mengeluarkan pernyataan. Namun, pendekatan ini tidak jauh berbeda dari pendekatan komunitas global yang lebih luas. Sebagian besar masih bersifat verbal, dan tanpa langkah-langkah praktis apa pun,” kritiknya.

Negara Arab-Islam Harusnya Bisa Berbuat Banyak

Menurut Saikal, negara-negara Arab dan Islam, khususnya yang tergabung di OKI, seharusnya bisa berbuat lebih banyak dalam menghadapi apa yang terjadi di Gaza. Seperti membujuk negara tetangga Israel khususnya Mesir dan Yordania untuk membuka jalur masuk bantuan kemanusiaan atau bisa memaksa Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko menangguhkan hubungan mereka dengan Israel hingga menyetujui solusi dua negara. Namun, hal tersebut gagal dilakukan oleh OKI.

Saikal juga menyoroti peluang pemanfaatan sumber daya dari negara-negara kaya minyak (Arab Saudi dan UEA) untuk menekan Amerika Serikat dalam memasok amunisi ke Israel. Namun, hal ini tak juga dilakukan OKI.

Sikap OKI yang dinilai tak efektif itu memang bukan tanpa alasan. Menurut Saikal, perbedaan politik, sosial, budaya, dan ekonomi negara-negara anggota OKI menjadi salah satu alasan di balik ini.

Namun, Saikal melihat satu alasan penting terkait ini karena anggota OKI belum berfungsi sebagai “pembangun jembatan” dalam merumuskan strategi untuk mengatasi perbedaan geopolitik dan sektarian.

“Sudah saatnya melihat fungsi OKI dan menentukan bagaimana ia dapat lebih efektif menyatukan umat,” tandas Saikal.

Kondisi di Gaza makin memprihatinkan, ditambah krisis kelaparan yang melanda belakangan ini. Sumber-sumber medis di Gaza, seperti dilansir WAFA, Senin (4/8/2025), melaporkan jumlah korban tewas sejak 7 Oktober 2023 melonjak menjadi 60.939. Mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.

Selain itu, lebih dari 150 ribu orang dilaporkan luka-luka akibat agresi brutal Israel di daerah kantong tersebut. Tim ambulans masih kesulitan menjangkau korban yang terjebak di bawah reruntuhan atau jalan-jalan akibat bombardir yang terus berlanjut.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kritik Israel Lewat Khutbah Jumat, Mufti Besar Ini Dilarang Masuk Masjid Al Aqsa



Jakarta

Pemerintah Israel melarang mufti besar Yerusalem dan Palestina yang bernama Syekh Muhammad Hussein memasuki kompleks suci Masjid Al Aqsa. Larangan ini berlaku hingga enam bulan dikarenakan khutbahnya pada 25 Juli lalu.

Melansir dari Arab News, melalui khutbahnya Syeikh Hussein mengecam “kebijakan kelaparan” yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Ulama terkemuka itu kemudian ditangkap polisi Israel di hari yang sama.


Pemerintah wilayah administratif Yerusalem menyatakan bahwa Syeikh Hussein dipanggil otoritas Israel pada 27 Juli dan dijatuhi larangan awal untuk memasuki Masjid Al Aqsa selama satu pekan. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Otoritas Palestina mengecam keputusan Israel tersebut.

“Larangan mufti tersebut merupakan upaya nyata pendudukan (Israel) untuk mengosongkan Al-Aqsa dari otoritas keagamaan yang menentang rencananya, dan menunjukkan luas serta cakup pelanggarannya di jalur Gaza dan Tepi Barat secara umum, serta Masjid Al-Aqsa secara khusus.” demikian bunyi pernyataan Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Otoritas Palestina.

Melansir dari AFP, pengacara Syeikh Hussein yang bernama Khaldoun Najem mengatakan bahwa kepolisian Israel tidak menginterogasi atau menggelar persidangan untuk sang mufti sebelum memberlakukan larangan tersebut.

Menurut Najem, khutbah yang disampaikan oleh kliennya itu tidak mengandung hal-hal yang tidak pantas. Senada dengan itu, kantor berita Palestina WAFA melaporkan khutbah tersebut berfokus pada kondisi memburuk di Jalur Gaza dan meningkatkan kelaparan di wilayah itu imbas perang antara Israel dan Hamas selama hampir dua tahun terakhir. Pertempuran itu bahkan memicu krisis kemanusiaan yang mengerikan.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Suleiman al-Obeid, Mantan Timnas Palestina Tewas dalam Serangan di Gaza



Jakarta

Pasukan Zionis Israel tak hentinya menunjukkan kebengisan. Serangan udara yang dilancarkan ke wilayah Gaza selatan pada Rabu (6/8) menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk di antaranya mantan bintang sepakbola Timnas Palestina, Suleiman al-Obeid.

Wafatnya pesepak bola legendaris yang dijuluki “Pelé Palestina” ini dikonfirmasi oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).

“Mantan pemain tim nasional dan bintang tim Khadamat al-Shati, Suleiman Al-Obeid, gugur setelah pasukan pendudukan (Israel) menyerang warga yang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu,” tulis PFA dalam pernyataan resminya pada Rabu (6/8).


Mengutip Al Jazeera (7/8) julukan “Pelé Sepak Bola Palestina” disematkan padanya sebagai penghormatan atas bakat dan kontribusinya di lapangan hijau, meniru nama sang legenda sepak bola Brasil yang dianggap sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa.

Menurut PFA (Palestine Football Association), al-Obeid tewas dalam serangan yang menargetkan warga sipil yang sedang mengantre bantuan kemanusiaan. Sosok berusia 41 tahun ini dikenal sebagai salah satu bintang paling bersinar dalam sejarah sepak bola Palestina, dengan torehan lebih dari 100 gol sepanjang kariernya.

Lahir pada 24 Maret 1984 di Gaza, al-Obeid memulai karier profesionalnya di klub Khadamat al-Shati. Ia juga sempat memperkuat Markaz Shabab al-Am’ari yang berbasis di Tepi Barat serta Gaza Sport. Sejak debutnya di tim nasional Palestina pada tahun 2007, al-Obeid mencatatkan 24 penampilan dan mencetak dua gol. Salah satu momen paling dikenang adalah gol akrobatiknya ke gawang Yaman dalam turnamen Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.

Kematian al-Obeid menambah daftar panjang atlet Palestina yang menjadi korban konflik di Gaza. PFA mencatat sedikitnya 662 atlet dan anggota keluarga mereka telah kehilangan nyawa sejak pecahnya perang. Dari jumlah tersebut, 421 merupakan pesepak bola, termasuk 103 anak-anak, sebagian besar di antaranya meninggal akibat serangan langsung maupun kelaparan.

Selain korban jiwa, infrastruktur olahraga di wilayah Palestina juga mengalami kerusakan parah. PFA melaporkan bahwa sebanyak 288 fasilitas olahraga telah rusak atau hancur, terdiri dari stadion, lapangan latihan, pusat kebugaran, hingga gedung klub. Dari total tersebut, 268 berada di Gaza dan 20 lainnya di Tepi Barat. Sekitar separuh fasilitas itu secara langsung melayani kegiatan sepak bola. Bahkan, markas besar PFA di Gaza turut menjadi sasaran serangan udara.

Tragedi ini mencerminkan dampak kemanusiaan yang semakin dalam dari konflik berkepanjangan di wilayah tersebut. Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 1.300 warga Palestina tewas di sekitar titik distribusi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza sejak dibentuknya kelompok logistik gabungan yang didukung Amerika Serikat dan Israel pada akhir Mei lalu.

Suleiman al-Obeid meninggalkan seorang istri dan lima anak, serta warisan abadi dalam sejarah olahraga Palestina.

Sejak mulai beroperasi pada akhir Mei, lebih dari 1.300 warga Palestina dilaporkan tewas di sekitar lokasi distribusi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang menuai kontroversi.

Pada Rabu, setidaknya 18 orang kehilangan nyawa saat berusaha mendapatkan bantuan, di tengah situasi krisis pangan yang kian memburuk akibat ketatnya pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap aliran bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, menurut sumber medis kepada Al Jazeera.

Dalam waktu 24 jam terakhir, rumah sakit-rumah sakit di Gaza juga melaporkan empat kematian baru akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Data dari Kementerian Kesehatan setempat mencatat total 197 kematian terkait kelaparan sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza pada Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, 96 di antaranya adalah anak-anak. Mayoritas kasus kematian ini terjadi dalam beberapa pekan terakhir, mencerminkan memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.

(lus/inf)



Sumber : www.detik.com

Israel Setuju Caplok Gaza, Pindah Paksa Warga Palestina



Jakarta

Kabinet politik-keamanan Israel menyetujui rencana pencaplokan Kota Gaza. Rencana tersebut melibatkan evakuasi warga Palestina dan serangan darat.

Dilansir Reuters, Jumat (8/8/2025), persetujuan tersebut tercapai beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan mengambil alih kendali militer atas seluruh Jalur Gaza.

“IDF akan bersiap untuk menguasai Kota Gaza sambil memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, merujuk pada Pasukan Pertahanan Israel.


Reporter Axios Barak Ravid, mengutip seorang pejabat Israel, mengatakan di X rencana tersebut melibatkan evakuasi warga sipil Palestina dari Kota Gaza dan melancarkan serangan darat di sana.

Sebelumnya, Netanyahu dalam sebuah wawancara di Fox News Channel pada Kamis (7/8/2025) mengatakan “bermaksud” mengambil alih kendali militer seluruh Gaza.

“Kami bermaksud demikian,” kata Netanyahu ketika ditanya apakah Israel akan mengambil alih seluruh wilayah pesisir tersebut.

Netanyahu mengatakan Israel ingin menyerahkan pemerintahan atas wilayah tersebut kepada pasukan Arab. Namun, dia tidak merinci tata kelola atau negara mana saja yang kemungkinan terlibat.

“Kami tidak ingin mempertahankannya. Kami ingin memiliki perimeter keamanan. Kami tidak ingin mengaturnya. Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Hamas menyebut pernyataan Netanyahu itu sebagai “kudeta terang-terangan” terhadap proses negosiasi.

“Rencana Netanyahu untuk memperluas agresi menegaskan tanpa keraguan bahwa ia berusaha menyingkirkan tawanannya dan mengorbankan mereka,” kata Hamas dalam pernyataannya, dilansir Reuters.

Sementara itu, sumber resmi Yordania mengatakan negara-negara Arab hanya akan mendukung apa yang diputuskan dan disetujui oleh Palestina. Sumber tersebut juga mengatakan keamanan di Gaza harus ditangani melalui “lembaga-lembaga Palestina yang sah.”

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kecam Rencana Israel Kuasai Gaza, Saudi Desak Dewan Keamanan PBB Ambil Tindakan



Jakarta

Arab Saudi mengecam keras rencana Israel untuk kuasai Gaza. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi melalui akun X-nya.

“Kerajaan Arab Saudi mengutuk sekeras-kerasnya keputusan otoritas pendudukan Israel untuk menduduki Jalur Gaza dan dengan tegas mengutuk kegigihan mereka dalam melakukan kejahatan kelaparan, praktik brutal dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina,” demikian bunyi pernyataannya seperti dikutip dari unggahan X-nya @KSAmofaEN.


Lebih lanjut, Saudi memperingatkan bahwa kegagalan berkelanjutan komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk segera menghentikan serangan serta pelanggaran Israel yang merusak pondasi tatanan internasional sekaligus legitimasi internasional. Selain itu, tindakan Israel juga mengancam perdamaian serta keamanan regional. Juga, meramalkan konsekuensi mengerikan yang mendorong genosida dan pengungsian secara paksa.

“Gagasan dan keputusan tidak manusiawi yang diadopsi oleh otoritas pendudukan Israel tanpa pencegahan menegaskan kembali kegagalan mereka dalam memahami ikatan emosional, historis, dan hukum rakyat Palestina dengan tanah ini dan hak mereka atasnya, berdasarkan hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan,” lanjut pernyataan tersebut.

Kemudian, Kerajaan Saudi juga menegaskan bahwa kejahatan Israel yang terus berlanjut menuntun komunitas internasional untuk mengambil sikap yang efektif, tegas dan jera untuk mengakhiri bencana kemanusiaan yang dihadapi rakyat Palestina dan memungkinkan tercapainya solusi yang disepakati oleh negara-negara pecinta damai.

“Yaitu implementasi solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina di perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, berdasarkan resolusi PBB yang relevan,” sambungnya.

Sebagaimana diketahui, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer mengambil alih kendali Kota Gaza. Hal ini disampaikan oleh Netanyahu di kantornya dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat lalu (8/8).

“Berdasarkan rencana untuk ‘mengalahkan’ Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran,” demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Lawan Rencana Israel Ambil Alih Gaza, Turki Ajak Negara-negara Muslim Bersatu



Jakarta

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mendesak agar negara-negara muslim bersatu dan memberi dukungan internasional dalam menentang rencana Israel menguasai Gaza yang berada di bagian utara Jalur Gaza. Hal ini disampaikan pada Sabtu (9/8/2025) kemarin usai perundingan di Mesir bersama Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

“Tidak ada yang ingin menanggung beban moral dengan mendukung Israel lagi. Seluruh dunia kini tahu bahwa Israel dipimpin dengan mentalitas fasis,” ungkap Fidan seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.


Fidan menyebut bahwa jumlah negara yang mengakui Palestina kian bertambah. Hal ini menunjukkan perkembangan positif dan menjanjikan.

“Palestina adalah milik rakyat Palestina. Setiap upaya untuk mengusir mereka dari tanahnya sendiri adalah tidak sah dan batal demi hukum,” tegasnya.

Selain itu, Fidan juga menyoroti terkait pentingnya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza serta menegaskan komitmen Turki untuk bekerja sama dengan Mesir agar bantuan bisa menjangkau warga Palestina yang membutuhkan.

Melansir dari Alarabiya English, kekuatan regional Mesir dan Turki sama-sama mengecam rencana pengambil alihan Gaza oleh Israel. Sebab, hal itu menandai dimulainya fase baru genosida dan tindakan ekspansi Israel.

Fidan juga menyebut bahwa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah dipanggil untuk menghadiri pertemuan darurat. Kebijakan Israel menurutnya bertujuan untuk memaksa warga Palestina keluar dari tanah mereka, menyebabkan kelaparan serta menginvasi Gaza secara permanen. Menurutnya tak ada lagi alasan yang bisa dibenarkan bagi negara-negara lain untuk terus mendukung Israel.

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengatakan bahwa rencana Israel tak dapat diterima. Ia menyebut terdapat koordinasi penuh dengan Turki mengenai Gaza dan merujuk pada pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu oleh Komite Menteri OKI yang mengecam rencana Israel.

Komite OKI mengatakan rencana Israel menandai eskalasi yang berbahaya dan tidak dapat diterima, pelanggaran berat terhadap hukum internasional, dan upaya untuk memperkuat pendudukan ilegal, serta memperingatkan bahwa hal itu akan menghilangkan setiap peluang perdamaian.

OKI juga mendesak negara-negara adidaya dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memikul tanggung jawab hukum dan kemanusiaan mereka serta mengambil tindakan segera untuk menghentikan rencana Israel di Gaza. Hal tersebut dilakukan sekaligus memastikan akuntabilitas segera atas apa yang disebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional oleh Israel.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Innalillahi! Ini Nama-nama Jurnalis yang Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel


Jakarta

Serangan Israel di Gaza tidak hanya menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil, tetapi juga menewaskan ratusan jurnalis yang bertugas di lapangan.

Salah satu serangan paling tragis terjadi pada Minggu (10/8/2025) malam di depan Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza. Sebuah drone milik Israel menargetkan tenda media yang digunakan para jurnalis untuk berlindung dan bekerja.

Menurut laporan Al Jazeera, serangan tersebut menewaskan tujuh orang, lima di antaranya adalah jurnalis/staf Al Jazeera, yaitu:


  • Anas al-Sharif (28), jurnalis Al Jazeera
  • Mohammed Qreiqeh (33), koresponden Al Jazeera
  • Ibrahim Zaher (25), juru kamera
  • Mohammed Noufal (29), juru kamera
  • Moamen Aliwa (23), juru kamera

Selain itu, reporter lepas Mohammed Al-Khaldi juga dilaporkan tewas.

Rekan mereka, Hani al-Shaer, yang selamat, menyatakan bahwa tenda tersebut jelas bertanda media, sehingga serangan ini diduga sengaja dilakukan.

Beberapa Jurnalis Al Jazeera yang Sebelumnya Tewas

Serangan terhadap jurnalis Al Jazeera bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, beberapa jurnalis Al Jazeera juga tewas dalam serangan Israel, antara lain:

  • Samer Abudaqa, juru kamera yang meninggal pada 14 Desember 2023 saat meliput di Khan Younis.
  • Hamza Dahdouh, putra kepala biro Al Jazeera di Gaza, yang tewas dalam serangan rudal pada 7 Januari 2024.
  • Ahmed al-Louh, yang terbunuh pada 15 Desember 2023 di kamp Nuseirat.
  • Ismail al-Ghoul dan juru kameranya, Rami al-Rifi, yang tewas pada 31 Juli 2024 di kamp pengungsi Shati.
  • Hossam Shabat (23), meninggal pada 24 Maret 2024 di Beit Lahiya, Gaza utara.

Jumlah Jurnalis Tewas di Gaza Tinggi

Menurut data dari Costs of War Project Universitas Brown, jumlah jurnalis yang tewas di Gaza sejak Oktober 2023 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jurnalis yang gugur dalam Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam, konflik di bekas Yugoslavia, dan perang di Afghanistan setelah 9/11 jika digabungkan.

Laporan dari Reporters Without Borders (RSF) menyebut 2024 sebagai tahun paling mematikan bagi jurnalis. Lebih dari 120 jurnalis tewas secara global, dengan lebih dari 50 di antaranya akibat serangan Israel di Gaza dalam delapan bulan terakhir.

Statistik Korban Jurnalis di Gaza

Menurut situs Shireen.ps, yang dinamai dari jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, hampir 270 jurnalis dan pekerja media tewas dalam 22 bulan terakhir akibat serangan Israel di Gaza. Artinya, rata-rata 13 jurnalis tewas setiap bulan.

Sementara menurut kantor media Gaza yang dikelola Hamas, seperti dilansir Reuters, total jurnalis yang tewas sejak serangan 7 Oktober 2023 ada 238 orang. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat setidaknya 186 jurnalis tewas akibat konflik Gaza.

CPJ mengatakan pembunuhan dan penahanan jurnalis telah menyebabkan kekosongan informasi yang dapat membuat pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang sulit didokumentasikan.

Pada Juni 2024 lalu, organisasi media dunia seperti RSF dan CPJ bersama sejumlah media lainnya mengeluarkan surat terbuka yang menyatakan bahwa jurnalis Palestina menghadapi ancaman serius hanya karena menjalankan tugas mereka.

Amnesty International juga menyatakan bahwa Israel tidak hanya membunuh jurnalis tetapi juga menyerang dunia jurnalisme dengan mencegah pendokumentasian kejahatan perang.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

MUI Kecam Keras Israel atas Pembunuhan 5 Jurnalis Al Jazeera di Gaza


Jakarta

Militer Israel kembali melancarkan serangan mematikan yang menewaskan lima jurnalis Al Jazeera di Gaza, Minggu malam, 10 Agustus 2025. Serangan terjadi di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza, saat para jurnalis berada di tenda untuk meliput perkembangan terbaru di wilayah konflik.

Menurut laporan Al Jazeera, para korban adalah Anas al-Sharif, Mohammed Qreiqeh, Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa. Serangan terjadi sekitar pukul 23.35 waktu setempat, ketika drone Israel menargetkan lokasi tempat para wartawan berkumpul.


Kecaman Keras dari MUI

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengecam keras serangan Israel yang menewaskan jurnalis Al Jazeera.

“Majelis Ulama Indonesia menyampaikan duka cita yang mendalam sekaligus mengecam dengan sekeras-kerasnya tindakan militer Israel yang telah membunuh lima wartawan Al-Jazeera,” ujarnya, dikutip dari MUI Digital, Selasa (12/8/2025).

Ia menilai serangan itu melanggar prinsip-prinsip perlindungan terhadap jurnalis dalam konflik bersenjata dan merupakan pelanggaran serius.

Sudarnoto turut mengecam narasi militer Israel yang menyebut para jurnalis sebagai “teroris”. Ia menilai tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya digunakan untuk membenarkan tindakan kekerasan terhadap media yang menyuarakan kebenaran.

Menurutnya, tuduhan seperti ini telah mendapat kecaman dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan lembaga pers internasional.

MUI menyoroti tingginya jumlah korban jiwa di kalangan media sejak konflik meletus. Berdasarkan data dari Committee to Protect Journalists (CPJ) per 24 Juli 2025, sebanyak 186 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh. Sementara itu, menurut International Federation of Journalists (IFJ), 164 di antaranya merupakan warga Palestina hingga Mei 2025.

Sudarnoto bilang angka-angka tersebut kemungkinan belum mencerminkan jumlah korban yang sebenarnya, mengingat keterbatasan akses dan dokumentasi di wilayah konflik.

Menanggapi tragedi yang berulang, MUI menyerukan tiga hal penting:

  1. Mendesak penyelidikan independen internasional terhadap setiap serangan terhadap jurnalis, melibatkan lembaga seperti PBB, UNESCO, CPJ, IFJ, dan lainnya.
  2. Menegaskan bahwa kebebasan pers adalah hak asasi manusia, yang harus dijamin dan dilindungi dalam situasi apa pun.
  3. Mengajak solidaritas global dari seluruh jurnalis untuk mengecam kejahatan ini dan mendukung proses hukum terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).

“Mereka harus dilindungi, bukan diserang. Menyuarakan bahwa kebebasan pers adalah hak asasi yang harus dilindungi,” pungkasnya.

Rentetan Serangan Sebelumnya terhadap Jurnalis Al Jazeera

Sebelum 10 Agustus 2025, sedikitnya lima jurnalis Al Jazeera telah menjadi korban serangan Israel, menurut laporan Al Jazeera berikut nama-nama jurnalis yang gugur:

  • 14 Desember 2023: Samer Abudaqa tewas dalam serangan udara saat meliput di Khan Younis bersama Kepala Biro Gaza, Wael Dahdouh. Tim medis tidak dapat menyelamatkannya karena dihalangi militer Israel.
  • 7 Januari 2024: Hamza Dahdouh, anak tertua Wael Dahdouh sekaligus jurnalis Al Jazeera, gugur akibat serangan rudal terhadap kendaraan yang ia tumpangi.
  • 31 Juli 2024: Ismail al-Ghoul dan juru kameranya Rami al-Rifi tewas dalam serangan di kamp pengungsi Shati, meski sudah mengenakan rompi pers dan menggunakan kendaraan bertanda media.
  • 15 Desember 2024: Ahmed al-Louh menjadi korban serangan udara di kamp Nuseirat, Gaza tengah.
  • 24 Maret 2025: Hossam Shabat (23) tewas dalam serangan di wilayah Beit Lahiya, Gaza utara.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Ramai-ramai Sekutu AS Akan Akui Negara Palestina



Jakarta

Suara Barat untuk kedaulatan negara Palestina kian kuat. Sejumlah negara sekutu Amerika Serikat (AS) ramai-ramai akan mengakui Palestina di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang.

Dalam pernyataan terbaru hari ini, Senin (11/8), Australia mengatakan akan mengakui negara Palestina. Canberra menegaskan berkomitmen untuk solusi dua negara dan memastikan Hamas tak terlibat dalam negara mana pun nantinya.

“Australia akan mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB ke-80 pada bulan September, untuk berkontribusi pada momentum internasional menuju solusi dua negara, gencatan senjata di Gaza, dan pembebasan sandera,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Senin (11/8/2025).


Albanese menilai solusi dua negara bisa menciptakan perdamaian di Timur Tengah. “Solusi dua negara adalah harapan terbaik umat manusia untuk memutus siklus kekerasan di Timur Tengah dan mengakhiri konflik, penderitaan, dan kelaparan di Gaza,” tegasnya.

Selain Australia, Selandia Baru kemungkinan juga akan mengumumkan pengakuannya terhadap negara Palestina pada forum yang sama. Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peter mengatakan negaranya tengah mempertimbangkan hal tersebut.

Rencana Australia untuk mengakui kedaulatan Palestina akan menjadi tekanan bagi Israel dan membuat AS makin terisolasi dari sekutu utamanya. Akhir bulan lalu, Prancis, yang memiliki hubungan dekat dengan AS selama Perang Revolusi, memutuskan akan mengakui negara Palestina di PBB pada September nanti.

“Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron di media sosial X dan Instagram, Kamis (24/7/2025).

Kurang dari sepekan, pernyataan Macron itu disusul Inggris. Diketahui, Inggris adalah sekutu terdekat AS, “Amerika Serikat tak punya sekutu yang lebih dekat daripada United Kingdom” demikian kata Departemen Luar Negeri AS menggambarkan kedekatan mereka.

Inggris, kata Perdana Menteri Keir Starmer, siap mengakui negara Palestina kecuali Israel mengambil tindakan untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza, tak ada aneksasi Tepi Barat, dan berkomitmen untuk solusi dua negara. Langkah tersebut merupakan tanggapan Inggris atas kemarahan publik melihat krisis kelaparan di Gaza.

Dukungan Barat atas negara Palestina juga datang dari negara-negara yang hadir dalam konferensi di New York yang dipimpin Prancis dan Arab Saudi akhir bulan lalu. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot mengatakan pihaknya dan 14 negara lain mengeluarkan deklarasi bersama mendukung Palestina dan terciptanya solusi dua negara.

“Di New York, bersama 14 negara lainnya, Prancis mengeluarkan seruan kolektif: kami menyatakan keinginan kami untuk mengakui Negara Palestina dan mengundang mereka yang belum melakukannya untuk bergabung dengan kami,” tulis Barrot di X, Rabu (30/7/2025), dilansir France24.

Negara yang masuk deklarasi tersebut antara lain Andorra, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, Islandia, Irlandia, Luksemburg, Malta, Selandia Baru, Norwegia, Portugal, San Marino, Slovenia, dan Spanyol.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Wasiat Anas al-Sharif, Jurnalis Palestina yang Tewas Dibom Israel



Jakarta

Jurnalis Al Jazeera di Gaza, Anas al-Sharif, tewas akibat serangan udara Israel. Ia menjadi sasaran militer Israel atas tuduhan memimpin sel Hamas dan terlibat dalam serangan roket terhadap Israel.

Dilansir Reuters, Anas tewas pada Minggu (10/8/2025) waktu setempat bersama empat rekannya. Pejabat Gaza dan Al Jazeera mengatakan Anas dan jurnalis lainnya tewas dalam sebuah serangan di tenda dekat Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza bagian timur.


Al Jazeera menyebut Anas adalah “salah satu jurnalis paling berani di Gaza”. Pihaknya juga menepis klaim Israel yang menyebut Anas berhubungan dengan Hamas.

“Perintah untuk membunuh Anas Al Sharif, salah satu jurnalis paling berani di Gaza, dan rekan-rekannya merupakan upaya putus asa untuk membungkam suara-suara yang mengungkap rencana perebutan dan pendudukan Gaza,” kata Al Jazeera.

Anas al-Sharif adalah jurnalis kelahiran Palestina yang vokal menyuarakan kekejaman Israel di Gaza. Ia pernah memenangkan Penghargaan Pulitzer untuk liputan perang Israel-Hamas bersama tim Reuters pada 2024.

Sebelum meninggal, Anas menulis di X tentang kondisi memilukan di Gaza. Ia menyaksikan pengeboman tanpa henti selama dua jam yang menargetkan penduduk sipil Gaza.

Wasiat Anas al-Sharif

Dilansir Al Jazeera, Anas al-Sharif sempat menulis wasiat pada 6 April yang akan ia publikasikan jika ia meninggal. Wasiat tersebut kini telah diunggah di X Anas al-Sharif hari ini.

“Ini adalah wasiat dan pesan terakhirku. Jika kata-kata ini sampai padamu, ketahuilah bahwa Israel telah membunuhku dan membungkam suaraku,” kata Anas mengawali wasiatnya.

Anas mengatakan bahwa Allah SWT mengetahui apa yang ia lakukan untuk membela Gaza. Ia berharap Allah SWT memperpanjang umurnya, tapi takdir berkata lain.

“Saya telah mengalami semua penderitaan itu, merasakan penderitaan, kehilangan berkali-kali, namun saya tidak pernah ragu menyampaikan kebenaran apa adanya,” ujarnya seraya menyebut agar Allah SWT yang menjadi saksi atas mereka yang diam dan menerima segala penderitaan.

“Kupercayakan Palestina kepadamu–permata Dunia Muslim, detak jantung setiap orang merdeka di dunia ini. Kupercayakan rakyatnya kepadamu, anak-anak yang terzalimi dan tak berdosa yang tak pernah punya waktu untuk bermimpi dan atau hidup aman dan damai. Tubuh mereka yang suci hancur lebur di bawah ribuan ton bom dan rudal Israel, terkoyak dan berserakan di dinding-dinding,” ujarnya.

Anas menuliskan pesan panjangnya menitipkan Palestina kepada dunia. Jurnalis kelahiran Gaza itu juga berpesan agar tak melupakan Gaza di setiap doa.

Tewasnya Anas al-Sharif menambah daftar panjang jurnalis yang gugur akibat serangan brutal Israel di Gaza. Sejak serangan pada 7 Oktober 2023, total ada 237 jurnalis yang tewas, menurut catatan kantor media Gaza yang dikelola Hamas.

(kri/inf)





Sumber : www.detik.com