Tag Archives: panglima perang islam

Sosok Panglima Perang Termuda dalam Sejarah Islam, Diangkat pada Usia 18 Tahun



Jakarta

Usamah bin Zaid merupakan salah satu panglima perang Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sosoknya juga disebut sebagai sahabat dekat Rasulullah SAW.

Dalam sejarah Islam, Usamah bin Zaid adalah panglima termuda dan terakhir yang ditunjuk langsung oleh Nabi SAW. Ia lahir pada tahun ke-7 sebelum Hijriyah dan merupakan anak dari Zaid bin Haritsah, seperti dinukil dari buku Jika Sungguh-sungguh Pasti Berhasil susunan Amirullah Syarbini M Ag dkk.

Saat diangkat sebagai panglima usia Usamah masih 18 tahun. Karena usianya yang muda, banyak sahabat Rasulullah yang tidak yakin akan kemampuan Usamah bin Zaid.


Bahkan, mereka meragukan keputusan sang rasul sampai akhirnya desas-desus itu sampai ke telinga Umar bin Khattab.

Mengutip buku Para Panglima Perang Islam oleh Rizem Aizid, Umar RA lalu menemui Nabi SAW dan menyampaikan permasalahan itu. Hal tersebut membuat Rasulullah SAW sangat marah, ia menemui para sahabat yang tidak puas akan keputusan beliau. Nabi Muhammad berusaha meyakinkan para sahabat untuk meredak ketidakpuasan mereka.

Meski menjadi panglima termuda, tugas yang diberikan kepada Usamah bin Zaid pada kali pertamanya cukup berat. Nabi SAW memerintahkan Usamah untuk mengusir pasukan Romawi yang mengancam keutuhan masyarakat muslim kala itu.

Pada pasukan tersebut, ada sejumlah sahabat senior seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lainnya. Rasulullah SAW mengangkat Usamah bin Zaid memimpin seluruh pasukan tersebut.

Pada saat itu, Usamah bin Zaid diperintahkan untuk berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Darum dekat Gazzah, termasuk wilayah kekuasaan Rum (Romawi). Dalam perang itu, Usamah berhasil membawa kemenangan bagi kaum muslimin.

Kemenangan yang diraihnya menjadi bukti bagi orang-orang yang sebelumnya meragukan Usamah bin Zaid. Selama 40 hari, mereka kembali ke Madinah dengan perolehan harta rampasan perang yang besar tanpa satu korban jiwa.

Dari kemenangan itu pula, Usamah bin Zaid menjadi sosok yang disegani oleh para sahabat. Diceritakan dalam buku Kisah-kisah Pilihan Muslim Cilik Teladan karya M Kholiluddin, Usamah bahkan berhasil mendesak mundur pasukan Romawi dari negeri Syam, Palestina, serta Mesir.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Ikut 100 Perang, Panglima Islam Ini Menangis karena Tak Syahid di Medan



Jakarta

Seorang panglima perang Islam menangis karena tak syahid di medan pertempuran. Ia dikenal sebagai panglima besar tersohor pada masanya.

Sosok panglima Islam yang menangis karena tidak syahid di medan perang adalah Khalid bin Walid. Khalid bahkan menyandang gelar Pedang Allah yang Terhunus atau Saifullah al-Maslul. Menukil dari buku Para Panglima Perang Islam susunan Rizem Aizid, saking hebatnya ia dapat menyatukan Arabia untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Khalid lahir pada 592 M. Ayahnya berasal dari bani Makhzhum, salah satu marga terkemuka di suku Quraisy pada masa itu.


Semasa hidupnya, Khalid bin Walid terus memimpin pasukan Islam menuju kemenangan dan melakukan perluasan wilayah. Bahkan, tentara Romawi dan Persia dibuat kalang kabut olehnya.

Meski waktunya dihabiskan dalam peperangan, Khalid tidak mengalami syahid di medan tempur. Dikatakan dalam buku Khalid bin Walid: Panglima Islam Termasyhur susunan Indah Julianti, panglima perang besar Islam itu wafat karena sakit di atas ranjangnya.

Kala itu, wabah epidemik menyebar di Syria dan menyerang penduduk termasuk Khalid. Penyakit ini juga menewaskan anak-anak beliau.

Dikisahkan dalam buku Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya karya Ustaz Imam Mubarok bin Ali, jelang wafatnya Khalid bin Walid menangis karena harus meninggal di atas tempat tidur. Padahal, ia berharap dirinya bisa syahid di medan perang, terlebih sepanjang hidupnya ia habiskan untuk jihad di jalan Allah SWT.

Khalid berkata, “Aku telah turut serta dalam 100 perang atau kurang lebih demikian. Tidak ada satu jengkal pun di tubuhku, kecuali terdapat bekas luka pukulan pedang, hujaman tombak, atau tusukan anak panah. Namun lihatlah aku sekarang, akan wafat di atas tempat tidurku. Maka janganlah mata ini terpejam (wafat) sebagaimana terpejamnya mata orang-orang penakut. Tidak ada suatu amalan yang paling aku harapkan daripada laa ilaaha illallaah, dan aku terus menjaga kalimat tersebut (tidak berbuat syirik).”

Mengacu pada karya Rizem Aizid yang bertajuk Dua Pedang Pembela Nabi SAW, perkataan perkataan Khalid bin Walid ini dikutip dari Kitab Khulashah Tadzhib Tahdzibul Kamal oleh Shafiyuddin al-Anshari.

Wafatnya Khalid bin Walid ini sekitar empat tahun setelah diberhentikan dari jabatannya oleh Khalifah Umar bin Khattab. Panglima perang Islam tersohor itu meninggal pada usia 57 tahun, tahun 642 M dan dimakamkan di Homs, Suriah, tempat tinggalnya sejak pemecatannya dari karir militernya.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Salahuddin Al-Ayyubi, Panglima Islam yang Menangkan Perang Salib



Jakarta

Salahuddin Al-Ayyubi merupakan satu dari sekian banyak muslim yang berjasa dalam sejarah penyebaran Islam. Sebagai seorang pahlawan, jasanya pada medan perang sangat berarti.

Saking berjasanya, Salahuddin Al-Ayyubi mendapat gelar al-Malik al-Nashir yang berarti penguasa bijaksana. Pria yang juga dikenal sebagai Yusuf bin Ayyub itu lahir di Tikrit, Irak pada 532 H/1137 M.

Menukil dari buku Sejarah Islam tulisan Mahayudin Hj Yahaya, Salahuddin Al-Ayyubi merupakan putra dari seorang Gubernur Baalbek yaitu Najm ad-Din Ayyub. Ia menghabiskan masa kecilnya di Damaskus dengan belajar.


Tak hanya mempelajari Islam, Salahuddin Al-Ayyubi juga menempuh pembelajaran militer dari pamannya yang bernama Asaddin Syirkuh, panglima perang Turki Saljuk. Bersama sang paman, Salahuddin menguasai Mesir dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimiyah.

Keberhasilan Salahuddin itu membuatnya diangkat sebagai panglima perang pada 1169 M. Ia merupakan sosok yang cerdas dalam menyusun strategi peperangan dan pemerintahan.

Salahuddin tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memimpin Mesir dengan baik. Ia bahkan mendirikan dua sekolah besar untuk mengajarkan tentang Islam dengan benar. Kala itu, Salahuddin bertujuan menghapus ajaran Syi’ah yang menyebar di Mesir.

Sosok Salahuddin juga dikenal dengan kemenangannya dalam Perang Salib. Menurut buku 55 Tokoh Dunia yang Terkenal dan Paling Berpengaruh Sepanjang Waktu karya Wulan Mulya Pratiwi, Salahuddin Al-Ayyubi membutuhkan waktu panjang untuk mempersiapkan Perang Salib.

Persiapan itu mencakup fisik, strategi jitu serta rohani. Ia bahkan membangun benteng-benteng pertahanan yang kuat, perbatasan-perbatasan yang jelas, markas-markas perang dan kapal-kapal terbaik.

Salahuddin juga mendirikan rumah sakit serta menyuplai obat-obatan. Meski dirinya sedang sakit keras saat itu, ia tidak pernah menyurutkan niat untuk memperjuangkan tanah Nabi, Jerusalem.

Tekad Salahuddin bahkan makin kuat di tengah kondisinya yang seperti itu. Perjuangan pertama disebut dengan Perang Hathin atau perang pembuka.

Pasukan Salahuddin yang berjumlah 63.000 membunuh 30.000 pasukan salib dan menahan 30.000 lainnya.

Lalu, pada perjuangan selanjutnya di Kota Al-Quds dan Jerusalem banyak pasukan Salahuddin yang syahid. Ketika pasukan Salib memasang salib besar pada batu Shakharkh, hal ini membuat pasukan semakin bersemangat dan akhirnya berhasil memenangkan Perang Salib.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com