Tag Archives: penerima sedekah

Ini Golongan yang Tidak Berhak Menerima Sedekah, Siapa Saja?



Jakarta

Sedekah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Sedekah adalah memberikan sebagian harta atau benda yang dimiliki kepada orang lain yang membutuhkan dengan ikhlas.

Anjuran mengeluarkan sedekah termaktub dalam dalil Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 274,

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٢٧٤


Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.”

Namun, tidak semua orang berhak menerima sedekah. Terdapat beberapa golongan yang tidak berhak menerima sedekah, baik karena sudah memiliki harta yang cukup, atau karena ada larangan yang syar’i.

Golongan yang Tidak Berhak Menerima Sedekah

Siapa saja golongan yang tidak berhak menerima sedekah? Berikut penjelasannya:

Menurut beberapa sumber, dijelaskan beberapa golongan yang tidak berhak menerima sedekah yaitu:

1. Orang kafir

Dikutip dari Buku Saku Terapi Bersedekah karya Manshur Abdul Hakim, bahwa para ulama dan ahli fikih menyepakati bahwa memberikan sedekah kepada orang kafir atau atheis hukumnya haram.

Ibnu Mundzir mengatakan bahwa semua ulama sepakat bahwa kafir dzimmi (orang kafir yang dilindungi) tidak berhak menerima sedekah, hanya yang beragama Islam saja yang mendapatkan sedekah.

Tidak diperbolehkan memberi sedekah pada orang kafir karena mereka adalah orang yang tidak mempercayai keberadaan Allah SWT dan tidak beriman kepada risalah Islam serta kenabian Muhammad SAW.

Namun mereka boleh diberi harta berupa sedekah sunnah. Allah berfirman dalam surat Al-Insan ayat 8,

اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا ٩

Artinya: “(Mereka berkata,) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu.”

Artinya, orang muslim yang memberikan sedekah sunnah kepada orang kafir tetap mendapatkan pahala.

2. Bani Hasyim dan Budak Mereka

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, bahwa yang dimaksud Bani Hasyim adalah keturunan Ali bin Abi Thalib, keturunan Uqail bin Abi Thalib, keturunan Ja’far Abi Thalib, keturunan al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib, dan keturunan Harits bin Abdul Muthalib.

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, sedekah itu tidak boleh diberikan kepada keluarga Muhammad. Sebab, sedekah adalah kotoran harta manusia.” (HR Muslim).

Para ulama juga memiliki perbedaan pendapat mengenai hukum Bani Hasyim menerima zakat maupun sedekah. Ada yang memperbolehkan, ada juga yang tidak memperbolehkan.

Namun, Manshur Abdul Hakim dalam bukunya membenarkan pendapat ulama yang mengatakan bahwa Bani Hasyim boleh menerima zakat ataupun sedekah jika mereka tidak mendapatkan jatah dari Baitul Mal dan seperlima untuk kerabat rasul..

3. Orangtua, anak, dan istri

Para ulama sepakat untuk melarang memberi zakat dan sedekah kepada orangtua, anak, dan istri karena mereka adalah orang yang harus diberi nafkah, bukan sedekah.

Namun jika mereka tergolong miskin dan terlilit hutang, maka suami boleh memberikan zakat atau sedekah.

4. Proyek konstruksi

Dikutip dari buku Fikih Sunnah Jilid 2 karya Sayyid Sabiq bahwa zakat atau sedekah tidak boleh diserahkan untuk pembangunan konstruksi seperti pembangunan masjid, jembatan, perbaikan jalan, dll meskipun bernilai ibadah.

Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 60 yang artinya,

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Orang-orang yang Paling Utama Menerima Sedekah, Siapa Saja?


Jakarta

Sedekah merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Selain membuka pintu keberkahan, sedekah dapat membantu kaum muslimin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Anjuran sedekah sendiri disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 261,

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١


Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Menurut buku Jika Sedekah Menjadi Lifestyle karya Ustaz H Bagenda Ali, sedekah adalah amalan yang memiliki sejumlah tujuan serta manfaat. Salah satunya rasa syukur atas rezeki yang Allah SWT limpahkan.

Hukum sedekah pada dasarnya sunnah. Namun, sedekah bisa berubah menjadi wajib jika ada seseorang yang sangat membutuhkannya karena mengancam jiwa atau juga ketika ada nazar untuk bersedekah.

Lantas, siapa saja orang-orang yang paling utama menerima sedekah?

Orang-orang yang Paling Utama Menerima Sedekah

Mengutip Fikih Sunnah Jilid 2 susunan Sayyid Sabiq, orang-orang yang paling berhak menerima sedekah adalah keluarga, kerabat, dan anak-anaknya. Sedekah tidak diperbolehkan apabila harta yang digunakan untuk bersedekah masih diperlukan untuk nafkah diri sendiri dan keluarga.

Namun, jika orang tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya, mereka dianjurkan bersedekah kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Rasulullah SAW bersabda,

“Wahai Rasulullah, apakah sedekah yang paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah orang sedikit harta. Utamakanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu,'” (HR Ahmad dan Abu Dawud. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

Sementara itu, dalam hadits lainnya dikatakan sedekah yang utama ialah kepada orang yang paling membutuhkan sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,

“Sebaik-baik sedekah adalah mengalirkan (menyediakan) air.” (HR Ibnu Majah)

Maksudnya, mengalirkan air menjadi sedekah yang paling utama apabila dilakukan di tempat yang kekurangan air dan banyak orang yang mengalami kehausan. Jika tempat tersebut tidak kekurangan air, maka paling baik adalah mengalirkan air ke sungai atau memasang saluran air.

Selanjutnya, sedekah kepada orang yang memusuhi juga diutamakan. Ustaz Masykur Arif dalam buku Hidup Berkah dengan Sedekah menjelaskan Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk bersedekah kepada keluarga dekat yang memusuhi umatnya.

“Sedekah paling afdhal (utama) ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi.” (HR Thabrani dan Abu Dawud)

Sementara itu, dalam kitab Sunan an-Nasai Jilid 2 susunan Imam an-Nasa’i, Rasulullah SAW menyebut sedekah dalam keadaan sehat menjadi yang paling utama. Dari Abu Hurairah bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW,

“Wahai Rasulullah! Sedekah apakah yang paling utama’ Lalu beliau menjawab, “kamu bersedekah saat kamu sedang sehat, sangat menyukai harta benda, mengharapkan hidup (yang panjang), dan takut miskin'” (Irwaa’ul Ghaliil No. 1602, Shahih Abu Dawud No. 2551 dan Muttafaq ‘alaih)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Uang Sedekah Subuh Lebih Baik Diberikan kepada Siapa?


Jakarta

Sedekah subuh adalah salah satu bentuk amal kebaikan yang memiliki banyak keutamaan dan pahala dalam ajaran Islam. Bukan hanya berbagi harta, sedekah subuh juga bisa diberikan dalam berbagai bentuk lainnya, seperti tenaga atau bentuk kebaikan lainnya yang diniatkan untuk membantu sesama.

Yang terpenting, pemberian tersebut dilakukan secara ikhlas tanpa mengharap balasan kecuali ridha dari Allah Swt.

Dalam ajaran Islam, terdapat dalil yang menguatkan keutamaan bersedekah. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 271 yang berbunyi:


اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Namun, muncul pertanyaan, uang sedekah subuh lebih baik diberikan kepada siapa? Simak penjelasan selengkapnya.

Pengertian Sedekah Subuh dan Keistimewaannya

Mengutip buku Sapu Jagat Keberuntungan tulisan Ahmad Mudzakir, sedekah subuh adalah amalah berbagi rezeki mulai dari harta dan lain-lain untuk kebaikan orang-orang yang membutuhkan yang dilakukan setelah seseorang menunaikan salat Subuh hingga sebelum matahari terbit.

Keutamaan dari sedekah subuh ini tidak hanya pada aktivitas berbagi itu sendiri, tetapi juga karena waktu pelaksanaannya yang sangat istimewa. Pada waktu subuh, malaikat turun ke bumi untuk mendoakan kebaikan bagi orang yang bersedekah serta memohonkan keburukan bagi mereka yang enggan berbagi.

Rasulullah saw. dalam sebuah hadits menjelaskan, “Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslin, dari Abu Hurairah)

Hadits ini menunjukkan keistimewaan sedekah Subuh yang didukung oleh doa dari malaikat, di mana mereka memohon agar orang yang bersedekah diberikan balasan berlipat ganda. Sementara yang enggan berbagi akan mengalami keburukan.

Dalam Islam, waktu subuh dikenal sebagai waktu yang sangat istimewa, tidak hanya karena keutamaan salat Subuh, tetapi juga karena adanya peluang untuk mendapatkan doa dari para malaikat bagi yang bersedekah di waktu tersebut.

Hitungan waktu antara selesai salat Subuh hingga matahari terbit memang tidak lama, yaitu kurang dari satu jam. Namun, dalam waktu singkat itu, sedekah yang diberikan bisa mendapatkan doa langsung dari malaikat agar sedekah tersebut digantikan oleh Allah Swt. dengan rezeki yang melimpah.

7 Orang yang Berhak Menerima Sedekah Subuh Sesuai Urutannya

Dalam Islam, penerima sedekah memiliki urutan prioritas tertentu, tak terkecuali penerima sedekah subuh. Tujuannya untuk memastikan sedekah disalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

Berikut ini adalah golongan-golongan yang berhak menerima sedekah subuh, sesuai dengan urutan yang dianjurkan seperti yang dijelaskan oleh Masykur Arif dalam bukunya Sedekahlah, Allah Menjaminmu Hidup Berkah.

  1. Orang tua dan keluarga
  2. Kerabat dekat
  3. Anak-anak yatim yang membutuhkan perhatian
  4. Orang-orang yang berada dalam kemiskinan
  5. Musafir yang memerlukan bantuan di perjalanan
  6. Orang-orang yang meminta-minta
  7. Untuk tujuan membebaskan hamba sahaya (budak)

Urutan ini bersumber dari firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Berdasarkan panduan tersebut, yang menjadi prioritas utama dalam menerima sedekah adalah keluarga dekat. Orang-orang seperti orang tua, mertua, pasangan, anak, dan saudara kandung ditempatkan di urutan pertama.

Setelah keluarga inti, urutan berlanjut ke anggota keluarga besar lainnya, seperti paman, bibi, dan kemudian anak-anak yatim serta orang-orang yang membutuhkan di masyarakat.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa prioritas tersebut bukanlah aturan yang kaku. Sedekah sebaiknya diberikan kepada mereka yang benar-benar memerlukan, meski tidak selalu berada di urutan teratas dalam daftar keluarga.

Misalnya, jika kita berniat membantu kerabat tetapi mereka sudah dalam kondisi berkecukupan, lebih baik sedekah tersebut dialihkan kepada yang lebih membutuhkan, seperti fakir miskin atau anak yatim.

Hal ini juga diperkuat dari hadits Rasululullah saw. dalam buku Sedekah Pengubah Nasib: Membuka Jalan Rezeki dengan Banyak Memberi karya Aditya Akbar Hakim yang menjelaskan tentang urutan sedekah.

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun, dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak istri) lebih besar pahalanya.” (HR Muslim)

Cara Melakukan Sedekah Subuh

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjalankan sedekah subuh dengan benar, sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu setelah salat Subuh hingga sebelum matahari terbit:

1. Mengisi Kotak Amal di Masjid

Setelah menunaikan salat Subuh berjamaah, kaum pria bisa langsung memasukkan sedekahnya ke kotak amal di masjid. Bagi ibu-ibu yang tidak hadir di masjid, bisa menitipkan infaknya melalui suami atau anak yang pergi ke masjid.

2. Transfer Uang Melalui Rekening

Sedekah Subuh juga bisa dilakukan dengan mentransfer sejumlah uang setelah salat Subuh ke orang tua, kerabat, atau sahabat yang membutuhkan. Bantuan ini juga bisa ditujukan kepada lembaga sosial atau pihak-pihak yang memerlukan.

3. Memberi Makanan

Setelah salat Subuh, kita bisa mengantar makanan ke rumah tetangga, pondok pesantren, panti yatim, atau tempat lain di mana makanan tersebut akan langsung dimakan. Waktu yang dianjurkan adalah setelah subuh, sebelum matahari sepenuhnya muncul.

4. Memberikan Bantuan atau Sumbangan

Mengantarkan sumbangan atau bantuan langsung kepada mereka yang memerlukan juga adalah bentuk sedekah subuh yang bisa dilakukan. Penting untuk melakukannya setelah subuh agar tepat sesuai waktu yang disarankan.

Manfaat Melakukan Sedekah Subuh

Berikut adalah sejumlah manfaat luar biasa yang dapat diperoleh dari melakukan sedekah subuh seperti yang diterangkan oleh Isnura Afgandi dkk. dalam bukunya The Power of Jalur Langit.

  1. Permintaan dikabulkan Allah Swt.
  2. Didoakan oleh dua malaikat
  3. Pahala dan kebaikan berlipat ganda
  4. Rezeki bertambah
  5. Penghapusan dosa
  6. Terhindar dari malapetaka
  7. Kedudukan mulia di hadapan Allah Swt.
  8. Kesembuhan dari penyakit
  9. Didekatkan pada pintu surga
  10. Naungan di padang mahsyar
  11. Pahala yang mengalir terus-menerus
  12. Hati menjadi tenang dan lapang

Demikianlah penjelasan mengenai siapa saja yang lebih baik diberikan sedekah beserta informasi terkait. Memilih penerima sedekah yang benar-benar membutuhkan bisa menjadi cara untuk memaksimalkan nilai kebaikan yang kita lakukan. Semoga bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com