Tag Archives: penganiayaan

Imbas Kasus Santri Dihukum Cambuk di Malang, MUI Minta Pesantren Ubah Cara Didik



Jakarta

Kasus penganiayaan seorang santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Pakisaji, Kabupaten Malang, menjadi sorotan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Buntut dari insiden ini, MUI menyarankan lembaga pendidikan, khususnya pesantren, untuk mengubah metode hukuman dan bimbingan kepada para santri agar lebih edukatif dan humanis.

Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas, menyoroti adanya pergeseran cara pandang masyarakat terhadap metode pendidikan. Menurutnya, hukuman fisik seperti cambuk atau pukulan yang dulu dianggap wajar, kini tidak lagi relevan.

“Memang dunia pendidikan kita saat ini sudah berubah. Dahulu, jika ada anak didik yang berbuat salah, maka oleh sang guru, sang anak didik dipukul dengan rotan atau lidi dan lainnya dan orang tua tidak protes,” kata Anwar Abbas saat dihubungi, Minggu (3/8/2025), dilansir detikNews.


“Tapi cara-cara seperti itu hari ini telah dikritik banyak orang karena sadis dan tidak menghargai hak asasi anak,” sambungnya.

Anwar Abbas menegaskan, cara mendidik dan menghukum anak harus disesuaikan dengan zaman. Ia berharap, metode yang digunakan bisa lebih halus namun tetap efektif.

Sebagai alternatif, Anwar Abbas menyarankan pendekatan dialog. Guru atau pengasuh bisa mengajak santri berdiskusi untuk menunjukkan kesalahan mereka dan mengajari perilaku yang benar.

“Ajak anak berdialog dengan tujuan untuk menunjukkan dan memberitahu anak didik bagaimana dia seharusnya berbuat dan bertingkah laku. Pihak guru harus bisa mengajarkan kepada anak didiknya mana tindakan yang benar dan mana yang salah yang disampaikan melalui kata-kata dan cara-cara yang sebaik-baiknya,” ujarnya.

“Dengan kata lain sang guru atau pendidik harus bisa memberi tahu anak-anak didiknya tentang adab dan tata tertib serta cara bertingkah laku yang terpuji yang harus mereka patuhi tanpa harus melakukan hukuman fisik kepada sang anak didik,” lanjutnya.

Pengasuh Ponpes Jadi Tersangka

Kasus yang memicu imbauan dari MUI ini bermula dari penganiayaan terhadap seorang santri berinisial AZ (14) di Ponpes Pakisaji, Kabupaten Malang. Pihak kepolisian telah melakukan penyelidikan dan menetapkan salah satu pengasuh ponpes berinisial B sebagai tersangka.

Penetapan tersangka ini dilakukan setelah Polres Malang menggelar perkara kasus penganiayaan tersebut.

“Hasil gelar perkara, yang bersangkutan kita tetapkan sebagai tersangka,” ungkap Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Malang Aiptu Erlehana, seperti dilansir dari detikJatim.

Artikel ini sudah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Zunairah, Sosok Budak Abu Jahal yang Tabah


Jakarta

Sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini, seorang budak sering dipandang rendah oleh manusia. Namun di sisi Allah SWT, mereka bisa menjadi sangat mulia, terhormat, dan lebih tinggi derajatnya daripada orang merdeka dengan kekayaannya, terutama jika budak tersebut memiliki hati yang bersih dan selalu taat kepada Allah SWT.

Salah satu budak muslimah yang mulia di mata Allah SWT adalah Zunairah, seorang budak muslimah yang penuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan. Keteguhannya dalam agama Islam membuatnya semakin yakin akan pertolongan Allah SWT, meskipun ia terus-menerus menghadapi berbagai ujian.

Salah satu kisah Zunairah yang menggambarkan betapa besar kesabaran dan keteguhannya adalah ketika tuannya, Abu Jahal, mengetahui bahwa ia telah mengikuti seruan Nabi Muhammad SAW dan memeluk Islam, ia dianiaya dan disiksa oleh Abu Jahal dengan cara yang sangat kejam. Namun, Zunairah menghadapinya dengan pendirian yang sangat kuat dan kokoh tauhidnya kepada Allah SWT. Inilah kisah selengkapnya.


Kisah Zunairah yang Tabah Menghadapi Siksaan Abu Jahal

Mengutip buku Kisah Orang-orang Sabar yang disusun oleh Nasiruddin, kisah Zunairah ini terjadi ketika Abu Jahal melihat perubahan sikap Zunairah yang sangat sulit untuk diajak bercanda dan seringkali menyendiri, berbeda dengan biasanya. Setelah diselidiki, betapa murkanya Abu Jahal. Ternyata, Zunairah telah menjadi pemeluk agama baru yang disebarkan oleh keponakannya sendiri, Nabi Muhammad SAW.

Diceritakan dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW yang disusun oleh Moenawar Khalil, bahwa setelah mengetahui hal tersebut, Abu Jahal mendatangkan para pemuka musyrik Quraisy untuk menyeret Zunairah ke hadapannya. Lalu Abu Jahal berkata padanya, “Benarkah kamu sekarang mengikuti seruan Muhammad yang celaka itu?”

Ia menjawab dengan tegas, “Ya, aku benar-benar mengikuti seruan Muhammad, aku percaya kepada seruannya dan aku benar-benar mengikuti pimpinan Muhammad.”

Sambil mencemooh, Abu Jahal menengok kepada para pemuka Quraisy itu dan berkata, “Hai kaum Quraisy! Adakah engkau mengikuti apa-apa yang didatangkan oleh Muhammad?”

Mereka menyahut, “Tidak! Sekali-kali kami tidak akan mengikuti Muhammad orang celaka itu!” Abu Jahal berkata lagi, “Seandainya apa-apa yang diseru oleh Muhammad itu benar lagi baik, tentunya kita telah mengikuti lebih dulu kepadanya daripada Zunairah, tentunya begitu, bukan?”

Kemudian dimulailah siksaan bertubi-tubi terhadap Zunairah. Penganiayaan yang dilakukan begitu kejam hingga membutakan matanya. Saat Zunairah sudah buta, Abu Jahal dan kawan-kawannya mencoba mempengaruhinya dengan berkata, “Kamu menjadi buta itu tidak lain karena kamu dimurkai oleh Latta dan Uzza!”

Namun Zunairah tidak goyah. “Mereka dusta! Latta dan Uzza tidak dapat memberi mudharat dan tidak pula memberi manfaat kepada kita!” jawab Zunairah dengan tegas.

Abu Jahal terus berupaya melecehkan dan menghasut Zunairah, “Oh, Zunairah! Ingatlah kamu kepada Latta dan Uzza! Karena dialah berhala-berhala nenek moyangmu dahulu! Tidakkah kamu takut kepadanya, kalau ia nanti memurkai kamu? Engkau sekarang telah buta tidak lain karena engkau sudah sekian hari ini tidak pernah melihat dan memuja Latta dan Uzza, bukan? Ingatlah hai Zunairah, jangan kamu terus-menerus mengikuti Muhammad!”

Dengan senyuman dan keteguhannya, jawab Zunairah secara lantang, “Berhala-berhala Latta dan Uzza itulah yang lebih buta daripada aku. Apa gunanya kedua berhala itu engkau puja? Sebabnya aku sekarang menjadi buta ini ialah suatu perkara dari Tuhanku sendiri. Tuhanku lebih kuasa menjadikan aku dapat melihat kembali, sebab Dialah yang menciptakan aku.”

Pada malam harinya, Allah SWT menganugerahkan mukjizat dengan mengembalikan penglihatan Zunairah. Keesokan harinya, Abu Jahal dan kawan-kawannya terkejut mendapati Zunairah dapat melihat kembali, lantas mereka berkata, “Ini dari sihir Muhammad!”

Siksaan pun terus berlanjut, namun Zunairah tetap kokoh dengan keimanannya. Sampai pada akhirnya, Abu Bakar, sahabat setia Rasulullah SAW membeli Zunairah dan memerdekakannya semata karena Allah SWT.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com