Tag Archives: penis

4 Cara Bikin Mr P Tak Gampang Loyo dan Tetap Gagah, Nomor 1 Wajib Dilakukan!


Jakarta

Sulit mempertahankan ereksi pada pria disebut juga disfungsi ereksi. Kondisi ini terjadi ketika penis tidak bisa mempertahankan ereksi atau bahkan tidak bisa ereksi sama sekali. Selain menurunkan rasa percaya diri pria, disfungsi ereksi juga dapat mengganggu keharmonisan hubungan dengan pasangan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di American Journal of Medicine, 85 persen pria pemilik penis berusia antara 20 dan 39 tahun mengatakan bahwa mereka ‘selalu’ atau ‘hampir selalu’ bisa mendapatkan dan mempertahankan ereksi. Sementara 15 persen pria di puncak kehidupan mereka mengalami kesulitan menjadi keras, setidaknya sesekali.

“Secara umum, ereksi yang buruk disebabkan oleh salah satu dari lima hal, penurunan aliran darah, kadar hormon yang tidak normal, obat-obatan, fungsi saraf yang tidak normal, dan yang terakhir adalah komponen mental,” jelas Dr Justin Houman, MD, ahli urologi bersertifikat dan spesialis kesehatan seksual dan reproduksi pria.


Lalu, bagaimana cara agar penis tetap kekar dan gagah meski berhubungan seks selama beronde-ronde?

1. Perbanyak Olahraga

Ahli urologi di klinik Cleveland, Ryand Berglund, MD, mengatakan aliran darah adalah kunci ereksi yang sehat. Salah satu cara mendorong aliran darah agar tetap lancar adalah olahraga, misalnya senam aerobik.

Selain membuat tubuh tetap bugar, olahraga juga dapat membangun oksida nitrat tubuh, yang membantu mempertahankan ereksi.

“Pengendara sepeda yang menghabiskan waktu lama di kursi sepeda mereka mungkin mengalami lebih banyak masalah dengan disfungsi ereksi (ED),” kata Erin Michos, MD, seorang profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.

“Hal ini karena bersepeda dapat menekan arteri pudenda yang mengalirkan darah ke penis. Menggunakan jok sepeda khusus (split-seat) bersamaan dengan mengenakan celana pendek khusus dapat membantu mencegah DE,” tutur Ingber yang dikutip dari Men’s Health, Minggu (23/7/2023).

2. Berhenti Merokok

Sebuah literatur 2015 menemukan bahwa perokok berisiko lebih tinggi mengalami disfungsi ereksi daripada daripada yang bukan perokok. Ada juga beberapa bukti bahwa merokok mempengaruhi kekuatan ereksi dan ukurannya.

“Selain merusak pembuluh darah, merokok dapat merusak jaringan penis itu sendiri, membuatnya kurang elastis dan mencegahnya meregang,” kata Direktur pengobatan seksual di Rumah Sakit Alvarado di San Diego, Irwin Goldstein, MD.

3. Minum Kopi

Sebuah studi oleh Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di Houston menemukan bahwa pria yang mengonsumsi kafein setara dengan 2-3 cangkir kopi per hari, lebih kecil kemungkinannya mengidap disfungsi ereksi daripada mereka yang lebih suka bangun dengan minuman bebas kafein.

4. Lebih Banyak Berjalan

Dalam sebuah penelitian, para peneliti menemukan bahwa pria yang berjalan hanya 2 mil sehari memiliki tingkat masalah ereksi setengah dari pria yang tidak banyak bergerak. Goldstein menjelaskan ini termasuk dua puluh menit jogging atau 30 menit latihan angkat beban.

“Apa yang baik untuk kesehatan jantung Anda baik untuk pembuluh darah ke penis Anda,” tambah Houman.

Endapan yang menyumbat atau memperkeras arteri penis juga dapat melemahkan ereksi. Semakin banyak berolahraga, semakin sehat, bersih, dan fleksibel lapisan tersebut.

“Pria cenderung menganggap arteri mereka sebagai pipa sederhana yang dapat tersumbat, tetapi ada lebih banyak hal yang terjadi daripada itu,” kata Laurence Levine, MD, ahli urologi di Chicago’s Rush-Presbyterian Medical Center.

“Lapisan pembuluh darah itu adalah area yang sangat aktif secara biologis di mana bahan kimia dibuat dan dilepaskan ke aliran darah,” lanjutnya.

(sao/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Mr P Mendadak Loyo di Tengah Sesi Bercinta Bikin ‘Turn Off’, Bisa Jadi Ini Pemicunya


Jakarta

Kehilangan ereksi selama berhubungan seksual adalah hal yang mungkin membuat beberapa pria khawatir, tetapi sebenarnya sangat umum terjadi. Kondisi ini terjadi ketika pria tidak dapat mempertahankan tekanan pada penis dan kemungkinan juga salah satu gejala dari disfungsi ereksi.

Pertama-tama, penting bagi seorang pria memahami bagaimana ereksi dapat terjadi. Proses ereksi melibatkan otak, pembuluh darah, hormon dan saraf. Umumnya, ereksi dimulai dengan rangsangan seksual, kondisi ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke penis dan penurunan aliran darah keluar dari penis. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah dan membuat penis menjadi tegang.

Kehilangan ereksi terjadi ketika pria tidak dapat mempertahankan peningkatan tekanan darah pada penis. Namun, perlu diketahui bahwa kehilangan ereksi tak selalu menandakan adanya disfungsi ereksi.


Banyak hal yang dapat menyebabkan kehilangan ereksi saat berhubungan seksual, seperti hilangnya stimulasi yang diakibatkan oleh bagian otak, karena tidak dapat mengirimkan sinyal saat pria mendapatkan rangsangan seksual.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan pria kehilangan ereksi, diantaranya adalah riwayat penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes yang mana kondisi tersebut dapat mempengaruhi pembuluh darah.

Gaya hidup juga bisa menjadi faktor seorang pria kehilangan ereksi, seperti kelebihan berat badan, kurang olahraga dan kebiasaan merokok yang dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah serta mempengaruhi kondisi ereksi.

Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan ereksi, seperti stres, permasalahan dalam hubungan dan depresi.

Kehilangan ereksi dapat diatasi dengan mengubah gaya hidup, mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga, mengelola stres, berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

Bantuan dari terapis atau konselor juga dapat menolong jika ada faktor psikologis yang mempengaruhi ereksi seseorang. Terapis dapat melakukan tindakan untuk mengatasi kecemasan performa dan meningkatkan kualitas hubungan.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Di Usia Berapa Sih Ukuran Mr P Sudah ‘Mentok’ Berhenti Memanjang?


Jakarta

Sebenarnya, kapan sih pertumbuhan ukuran penis berakhir? Hal ini kerap menjadi pertanyaan banyak pria. Perlu diketahui, umumnya pertumbuhan penis berlangsung selama masa pubertas yaitu di usia 9 hingga 14 tahun.

Saat pria memasuki masa pubertas, ia akan mengalami banyak perubahan pada fisiknya. Termasuk pertumbuhan penis, rambut kemaluan, perubahan suara, tinggi badan, peningkatan massa otot dan terjadinya mimpi basah.

Sebenarnya, pertumbuhan, bentuk dan ukuran penis bervariasi tidak ada patokan atau tolak ukur yang pasti. Selama tidak terjadi masalah terkait fungsi kandung kemih dan organ reproduksi, perihal ukuran sebenarnya tak perlu dikhawatirkan.


Hormon testosteron pada pria dapat meningkat selama pubertas, yang mana hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan yang beragam. Umumnya, masa pubertas ditandai dengan perubahan testis, yang mana dimulai dari perubahan skrotum. Kulitnya menjadi gelap, membesar dan posisinya menurun.

Sekitar satu tahun pertumbuhan testis terjadi, mulailah penis tumbuh. Pada pertumbuhan penis, diawali dengan pertumbuhan ukuran panjang terlebih dahulu. Setelah itu, diikuti dengan pertumbuhan lebar atau ketebalannya.

Sama halnya seperti pertumbuhan tinggi badan, pertumbuhan penis juga terjadi secara bertahap. Penis dapat berhenti tumbuh saat masa pubertas berakhir. Hal ini berlangsung sekitar lima tahun dan biasanya berakhir antara usia 18-21 tahun.

Rata-rata ukuran penis saat tidak ereksi yaitu 9 cm dan jika sedang ereksi rata- rata ukuran penis dapat berubah sekitar 12 cm. Namun, tidak ada ukuran penis yang pasti, setiap pria pasti memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi.

Umumnya pada usia sekitar 21 tahun, penis tidak akan mengalami pertumbuhan lagi. Ukuran penis di saat usia tersebut akan menjadi ukuran tetap dan tidak dapat diubah.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Bapak-bapak Mohon Waspada, 3 Variasi Seks yang Berisiko Picu Mr P Patah

Jakarta

Penis patah dalam istilah medis disebut fraktur penis. Kondisi ini adalah cedera serius ketika penis yang ereksi ditekuk secara paksa, walhasil timbul pecahnya selaput yang mengelilingi corpora cavernosa, atau jaringan spons yang terisi darah selama ereksi.

Beberapa posisi seks memang berpotensi menyebabkan patah penis. Untuk menghindari hal ini terjadi, pria harus berhati-hati saat mencoba posisi seks ini.

Doggy Style

Sebuah studi berjudul Relationship between Sexual Position and Severity of Penile Fracture dalam International Journal of Impotence Research menyebut bahwa posisi seks doggy style sebagai posisi paling berbahaya menimbulkan fraktur penis.


“41 persen kasus patah tulang penis terjadi karena posisi ini,” ungkap studi tersebut.

Posisi ini mungkin umum dilakukan setiap pasangan, tetapi faktanya posisi seks doggy style sangat berisiko jika pasangan yang melakukan penetrasi terlalu keras dan ‘meleset’ dari target yang dituju, malah mengenai tulang kemaluan atau perineum.

Cow Girl

Posisi berhubungan intim cowgirl bisa berisiko jika penis pasangan yang melakukan penetrasi keluar dan kemudian bengkok atau terpelintir saat masuk kembali.

Posisi ini dilakukan dengan pria yang tertidur terlentang, kemudian penetrasi dilakukan dengan posisi wanita di atas pria.

Missionary

Posisi seks ini terlihat sangat sederhana tetapi bisa berisiko jika penis pasangan yang melakukan penetrasi keluar dan kemudian bengkok atau terpelintir saat masuk kembali, atau jika kaki pasangan diangkat terlalu tinggi menyebabkan penis menekuk.

Mempertahankan sudut pandang yang tepat dan berhati-hati sangatlah penting dilakukan. Fraktur penis jarang terjadi, tetapi satu kesalahan dapat menyebabkan cedera serius dan menyakitkan yang memerlukan perhatian medis segera.

(Faesal Mubarok/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Ternyata Segini Rata-rata Panjang Penis Pria RI Menurut Dokter


Jakarta

Ukuran penis sering dianggap sebagai tolak ukur kejantanan seorang pria. Banyak pria berpikir bahwa ukuran penis yang panjang dan besar akan memberikan kenikmatan lebih saat berhubungan seksual.

Hal tersebut keliru, banyak wanita yang tidak selalu mendapatkan kepuasan dari panjang penis pria, melainkan keintiman antara pasutri. Namun, di sisi lain, adapula kondisi penis yang dikategorikan kecil karena masalah genetik atau riwayat penyakit.

Lantas berapa sih rata-rata ‘normal’ ukuran penis pria di Indonesia?


Rata-rata Ukuran Mr P Pria Indonesia

dr Gampo Alam Irdam Sp.UK dari RSCM Kencana, seorang spesialis urologi menyatakan bahwa ukuran rata-rata penis pria Indonesia cenderung lebih pendek jika dibandingkan dengan pria Afrika. Salah satu faktor yang dikaitkan dengan hal ini adalah genetik tinggi badan rata-rata pria.

Namun, dr Gampo Alam Irdam juga menyebutkan bahwa belum ada penelitian yang pasti mengenai ukuran normal penis pria di Indonesia. Meskipun ada beberapa penelitian yang dilakukan di Surabaya dan Semarang, fokus penelitian tersebut lebih pada ukuran penis pada anak-anak.

Meski begitu, sebagian besar ukuran penis pria di Indonesia termasuk dalam kisaran yang normal. Berdasarkan beberapa data, rata-rata panjang penis di Indonesia dalam kondisi ereksi berkisar antara 11,6 sentimeter hingga 11,8 sentimeter.

Selain itu, dr Irdam juga menyebutkan beberapa kondisi kesehatan yang dapat membuat ukuran penis terlihat lebih kecil. Contohnya, kondisi penis setelah tindakan sirkumsisi atau pada pasien obesitas saat penis cenderung tertarik ke belakang.

Ada juga kondisi kesehatan lain yang disebut micropenis, umumnya terjadi karena kelainan hormonal sejak lahir.

“Micropenis apabila panjang penis kurang dari 7,5 sentimeter sejak diregangkan, disertai dengan tanda-tanda karena kurangnya hormon testosteron tersebut, buah zakar tidak membesar,” ungkap dr Irdam.

Pria yang mengidap kondisi micropenis perlu mendapatkan penanganan dari dokter sebelum memasuki usia dewasa, yaitu pemberian injeksi hormon testosteron.

“Tapi kalau dia datangnya sudah akil baligh, sudah tidak ada tempatnya lagi diberikan,” jelasnya.

Terkadang, beberapa pria menganggap bahwa ukuran penis mereka termasuk dalam kategori micropenis, akibatnya pria tersebut memilih terapi ilegal dalam upaya memperbesar penis. Namun, terapi semacam itu dapat menimbulkan efek samping dan komplikasi.

(naf/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Berapa Lama Normalnya Mr P Kuat ‘Berdiri’?


Jakarta

Durasi ereksi saat berhubungan seks pada pria relatif bervariasi. Lamanya ereksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti rangsangan seksual, kesehatan fisik, dan emosional.

Normalnya, ereksi terjadi ketika aliran darah ke penis meningkat. Hal ini menyebabkan penis mengeras dan membesar, memungkinkan penetrasi dan hubungan seksual yang memuaskan.

Saat berhubungan seksual, durasi ereksi yang cukup untuk mencapai gairah seksual sekitar 3 sampai 7 menit. Namun, perlu diperhatikan durasi ereksi demi mencapai kenikmatan saat berhubungan seks dapat beragam, tergantung pada kebutuhan seseorang.


Ereksi juga bisa terjadi setelah ejakulasi. Kondisi ini disebut dengan periode refraktori, yaitu periode ketenangan seksual pada pria. Durasi refraktori rata-rata 15 sampai 35 menit dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, kesehatan, tingkat kelelahan, dan faktor-faktor psikologis.

Di luar itu, pria juga mengalami ereksi tanpa rangsangan, kondisi ini terjadi secara fisiologis selama tidur. Durasi ereksi tanpa rangsangan ini, umumnya berlangsung sekitar 10 sampai 15 menit per kejadian. Dengan demikian, ereksi tanpa rangsangan tidak berlangsung lebih lama daripada ereksi dengan rangsangan.

Jika seseorang mengalami ereksi yang berlangsung lebih dari 3 hingga 4 jam, barulah dianggap tidak normal. Kondisi itu disebut dengan priapismus, yaitu merupakan keadaan darurat medis, lantaran dapat merusak jaringan penis.

Penting untuk diingat bahwa setiap pria memiliki keunikan dan variasi dalam pola ereksi dan durasinya. Jika seseorang memiliki kekhawatiran terhadap ereksi, baik terkait durasi atau adanya masalah kesehatan seksual, sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter.

(Agisna Riawan/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Sederet Perubahan yang Terjadi pada Penis Seiring Pertambahan Usia

Jakarta

Seperti halnya bagian tubuh lain, penis tentu akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Perubahan ini mencakup pada aspek penampilan, fungsi dan potensi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.

Sebagian besar perubahan umumnya normal dan tidak memerlukan perhatian medis. Namun, dalam banyak kasus, penis berubah karena dipengaruhi oleh kondisi tubuh, seperti berkurangnya sirkulasi, perubahan hormonal, perubahan sifat kulit, dan faktor lainnya.

Kondisi Penis Saat Usia Lanjut

Setelah penis berhenti tumbuh saat usia tua, plak pada penis mulai terbentuk di arteri dan kadar testosteron mulai turun, perubahan pada penis pun mulai bisa terlihat.


Pada kondisi lain, penyusutan penis dapat terjadi seiring bertambahnya usia, namun hal ini tidak mempengaruhi fungsi penis dan tidak perlu ditangani dengan pengobatan medis.

Atrofi testis atau istilah untuk menyebut penyusutan testis juga merupakan bagian normal dari penuaan. Kondisi ini dibarengi dengan hilangnya elastisitas kulit di seluruh tubuh. Penis kemudian akan terlihat kendur dan terlihat lebih keriput seiring bertambahnya usia.

Penurunan aliran darah juga dapat mencerahkan warna penis di kemudian hari.

Fungsi Seksual

Seiring bertambahnya usia, perubahan fungsi seksual akan terjadi, terutama dalam frekuensi dan sifat ereksi.

Ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi cukup lama untuk memuaskan pasangan, atau disfungsi ereksi (DE), lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.

Pada usia lanjut, penis akan cenderung menjadi kurang sensitif selama bertahun-tahun. Itu berarti, seseorang di usia tua lebih banyak membutuhkan waktu untuk menerima rangsangan.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Bukan gegara Terlalu ‘Semangat’, Ini Sederet Penyebab Miss V Sakit Habis Bercinta


Jakarta

Beberapa wanita mengeluh sakit di area Miss V setelah berhubungan seksual. Sebenarnya, apa sih penyebabnya? Benarkah ada kaitannya dengan ukuran Mr P yang terbilang terlalu besar?

Ada banyak alasan mengapa seseorang mengalami rasa sakit pada vagina atau vulva setelah berhubungan seks. Tentu saja, alasan yang snangat jelas adalah aktivitas seksual yang terlalu intens. Namun perlu diingat, rasa sakit pada vagina setelah melakukan hubungan seksual tak boleh diabaikan.

Alasan yang paling umum terkait vagina sakit setelah berhubungan seksual adalah terjadinya gesekan. Hubungan seks yang menyakitkan dapat dikenal sebagai dipareunia. Penting untuk memahami kapan dan di posisi mana seseorang merasakan sakit, pada saat berhubungan seks atau setelah berhubungan seks.


Selain itu penyebab lainnya adalah kurangnya pelumas hingga fluktasi hormon dan alergi lateks. Namun, ada faktor lain yang dapat menyebabkan vagina sakit setelah berhubungan seksual, meliputi:

1. Mengalami infeksi

Rasa sakit di sekitar vagina dapat disebabkan oleh infeksi, seperti infeksi menular seksual (IMS). Jika seseorang menglami rasa sakit setelah berhubungan seks, kunjungi dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

2. Hormon yang berubah

Perubahan kadar hormon dapat disebabkan oleh kondisi menopause, perimenopause atau kehamilan. Karena pada kondisi tersebut biasanya vagina sedang dalam tahap kering, dalam artian tidak menghasilkan pelumas yang cukup pada saat berhubungan seksual.

Untuk mengatasi hal ini, solusinya adalah gunakan pelumas. Jika seseorang membutuhkan bantuan untuk mengatasi gejala primenopause dapat mengunjungi dokter setempat.

3. Tidak terangsang

Jika seorang wanita tidak merasakan gairan seksual saat berhubungan, tidak akan menghasilkan pelumas yang cukup untuk menunjang aktivitasnya. Hal ini dapat membuat vagina seseorang kering dan menyebabkan rasa sakit ketika berhubungan seksual.

Jangan memaksa berhubungan seksual, jika tidak merasakan adanya dorongan. Karena kondisi ini dapat menyebabkan rasa nyeri pada vagina setelah atau pada saat berhubungan.

4. Infeksi saluran kemih

Kondisi nyeri setelah seks, khususnya pada daerah punggung dapat disebabkan oleh penetrasi yang terlalu dalam atau infrksi saluran kemih. Hal ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman setelah berhubungan seksual.

jika kondisi tersebut disertai dengan rasa tidak sehat, demam, nyeri saat buang air kecil, mengandung darah pada urine atau frekuensi buang air kecil meningkat, sebaiknya segera mendatangi dokter untuk diberikan penanganan segera.

5. Alergi terhadap lateks

Jika seseorang merasakan gatal setelah berhubungan seksual, itu dapat disebabkan oleh alergi lateks, seperti alat kontrasepsi atau pelumas yang digunakan. Untuk mengetahui lebih lanjut bahwa seseorang mengalami alergi lateks atau tidak, sebaiknya lakukan tes alergi dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

6. Kondisi medis lainnya

Nyeri yang dirasakan dalam panggul dapat disebabkan oelh berbagai kondisi medis, seperti penyakit radang panggul dan endometriosis atau miom. Jika seseorang merasakan nyeri setelah berhubungan seksual atau pendarahan setelah berhubungan seksual, segeralah melakukan pengobatan ke dokter, agar dapat ditangani.

7.Berhubungan seksual secara berlebihan

Ternyata berhubungan seksual secara berlebihan dapat memberikan efek rasa nyeri pada area miss V setelahnya. Hal tersebut merupakan kondisi yang tidak nyaman dirasakan oleh seorang wanita dan dapat berlangsung setelah melakukan hubungan seksual.

Selain mengetahui penyebab rasa sakit yang timbul setelah berhubungan seksual, penting juga untuk memahami langkah-langkah mengatasi nyeri pada Miss V setelah bercinta. Apa saja?

1. Berendam dalam garam epsom

Garam epsom dapat membantu menyembuhkan tubuh, meredakan ketidaknyamanan dan mengurangi peradangan. Tuangkan garam epsom pada bak mandi dan berendamlah, gunakan garam epsom yang alami dan terbaik. Hindari penggunaan produk beraroma, lantaran ini dapat mengganggu pH pada vagina dan memicu iritasi di area tersebut.

2. Mengompres pangkal pada dengan es

Untuk meredakan nyeri, dapat dilakukan dengan kompres di area pangkal paha menggunakan air dingin untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan. Namun, jangan mengompres es secara langsung pada vagina, karena hal ini dapat menyebabkan masalah lebih lanjut.

3. Menggunakan pelumas

Menggunakan gel pelumas selama berhubungan seks merupakan hal yang baik jika seseorang mengalami nyeri akibat gesekan, selain itu mengoleskannya pada vagina setelah berhubungan seks juga dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan. Pilihlah pelumas berbasis air dengan efek mendinginkan dan meredakan.

4. Gunakan pakaian dalam berbahan katun

Katun lebih menyerap dan lebih dapat bernapas dibandingkan dengan kain sintetis lainnya, jadi jika ketidaknyamanan seseorang disebabkan oleh infeksi, menggunakan pakaian dalam berbahan katun dapat membantu proses penyembuhan.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Tak Melulu Lurus, 5 Bentuk Mr P Seperti Ini Ternyata Normal


Jakarta

Setiap orang memiliki perbedaan dalam karakteristik fisik, termasuk dalam hal bentuk penis. Seringkali para pria bertanya-tanya soal bentuk penis mereka apakah termasuk normal atau tidak.

Bahkan, ada beberapa bentuk yang mungkin sekilas mirip dengan makanan. Normalkah beragam variasi penis tersebut? Apakah ada jenis penis yang berisiko menandakan masalah kesehatan?

1. Timun


Penis jenis ini memiliki bentuk yang sama dari pangkal hingga kelenjar, atau dikatakan tidak ada angulasi. Pun saat ereksi, penis tumbuh tanpa membuat lekukan apa pun. Penis jenis ini dikatakan sebagai penis mentimun. Bentuk spesifik dari penis ini bisa lebih tipis dan lebih kecil, atau lebih tebal dan lebih besar.

Kalau lebih tipis bisa disebut penis penggaris, kalau besar dan lebih tebal disebut mirip tongkat.

2. Melengkung Seperti Pisang

Banyak yang membandingkan penis ini dengan bentuk pisang, tetapi perbedaannya terletak pada jenis kelengkungannya, bisa ke atas, ke bawah, atau ke samping. Beberapa orang mendefinisikan penis yang melengkung ke atas sebagai ‘tinggi’, ‘bumerang’ yang melengkung ke bawah, dan yang menyamping sebagai ‘lengkungan berbahaya’.

Kelengkungan tertentu masih dikatakan normal, namun jika kelengkungan penis ini terjadi tidak normal atau kelengkungan tersebut baru mulai muncul di masa dewasa saat penis sedang ereksi, tentu kondisi ini bisa berbahaya. Dalam banyak kasus, ada rasa sakit pada saat ereksi, bisa jadi salah satu gejala penyakit peyronie yaitu penis bengkok.

Kelengkungan yang tidak normal pada umumnya memiliki sudut 30 hingga 90 derajat, dan terkadang membuat hubungan seksual tidak dapat dilakukan. Orang dengan kondisi ini akan membutuhkan perawatan, baik klinis maupun bedah.

3. Cone Es Krim

Bagi siapa pun yang penisnya termasuk dalam kategori ini, berhati-hatilah karena mungkin saja sebagai tanda dari penyakit. Darren, pria yang mengidentifikasi diri dengan bentuk penis ini, mengalami beberapa masalah. Dia menunjukkan bahwa ‘kerucut’ biasanya menampilkan penyempitan batang ke ujung penis.

4. Bentuk Jamur Kancing

Ini mungkin terdengar aneh, tapi penis jenis ini memang ada, yaitu penis berbentuk jamur kancing. Para ilmuwan mengklaim bentuk ini adalah desain penis evolusioner. Sebuah tim ilmuwan di New York menjalankan serangkaian percobaan untuk mencoba dan menemukan mengapa penis manusia terlihat seperti itu.

5. Cabai

Pria dengan bentuk penis seperti cabai umumnya memiliki panjang penis yang pendek, sekitar 3-4 cm. Meski ukuran penis cabai dikatakan pendek, tetapi diakui bahwa penis jenis ini memiliki ketebalan yang besar.

(naf/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Tak Pakai Obat-obatan, Ini 5 Cara Paling Ampuh Bikin Kesuburan Pria Makin ‘Jos’

Jakarta

Tak sedikit pria menjajal beragam cara untuk mendongkrak kualitas sperma. Dengan harapan, cara-cara tersebut bisa meningkatkan kesuburan dan membantu mereka yang tengah mendambakan buah hati.

Perlu diketahui, jumlah sperma yang cukup merupakan indikator yang dapat diandalkan dalam kesehatan reproduksi. Sebaliknya, jika jumlah sperma yang rendah itu dapat berkaitan dengan penyakit kronis.

Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi pada pria. Tanpa mengkonsumsi obat-obatan, berikut penjelasannya:


1. Tidak mengejar kehamilan di usia terlalu tua

Beberapa pria memutuskan untuk mengutamakan pekerjaan lebih dulu sebelum memutuskan untuk menikah. Walhasil, banyak pasangan menunda kehamilan hingga usia 30 atau lebih. Faktanya semakin bertambahnya usia seseorang, kualitas sperma dapat menurun dan kehamilan akan lebih sulit terjadi.

Mengingat, rentang usia yang optimal untuk memiliki anak adalah usia 30-35 tahun.

Setelah melewati rentang usia ini, kesehatan reproduksi munkgin menurun. Selain kesulitan untuk mencapai kehamilan, kehamilan pada usia relatif tua juga bisa memicu risiko kelainan pada janin.

2. Perhatikan penempatan gadget

Digitalisasi merupakan suatu hal yang sangat populer pada saat ini. Seperti pengunaan handphone, perangkat games, tablet dan lainnya. Dikutip dari healthshots, sinyal Wi-Fi dari ponsel yang ditempatkan di saku celana dapat mempengaruhi motilitas dan kualitas sperma secara signifikan.

Umumnya, testis di dalam kantung skrotum dapat bertahan dengan suhu beberapa derajat di bawah suhu tubuh normal, yang diperlukan untuk produksi sperma yang optimal. Perangkat elektronik yang berada dekat dengan tubuh meningkatkan suhu skrotum dan mengganggu produksi dan kualitas sperma.

3. Stop merokok dan konsumsi alkohol

Merokok dan konsumsi alkohol dapat menyebabkan pengurangan produksi sperma, sehingga dapat mempengaruhi kesuburannya.

Jaringan testis sangat sensitif terhadap toksin yang beredar dan paparan terus-menerus terhadap toksin ini dapat merusak mekanisme produksi sperma secara permanen. Selain itu zat-zat tersebut juga dapat menyebabkan cacat pada janin.

4. Menjaga pola hidup sehat

Menjaga pola hidup sehat dapat meningkatkan kesehatan reproduksi pria ataupun wanita. Seperti tidur dengan waktu yang cukup, mengonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi dan berolahraga.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy