Tag Archives: perdarahan

Kemenkes Wanti-wanti Efek Cemaran Radioaktif Cs-137, Minta Lapor Bila Ada Gejala Ini


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI mewanti-wanti risiko dan efek dari paparan radioaktif cesium-137 yang belakangan ramai ditemukan di Kabupaten Serang, Banten, Kecamatan Cikande. Pemerintah menetapkan wilayah tersebut tercemar Cs-137 yang diduga berawal dari reaktor nuklir, masuk dari luar negeri.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menyebut orang yang terpapar radioaktif Cs-137 bisa mengalami sindrom radiasi akut (ARS). Keluhannya bisa ditandai dengan mual, muntah, diare, kelelahan, hingga hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya penurunan sel darah putih.

Selain itu, kerusakan kulit atau jaringan juga bisa terjadi. “Pasien bisa melaporkan kemerahan, lepuh, luka bakar radiasi,” beber Aji dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).


Sementara pada paparan radioaktif Cesium-137 yang sangat tinggi, ada risiko perdarahan. Keluhan ini juga diikuti dengan infeksi berat, kerusakan organ, bahkan fatalnya kematian.

Bukan hanya dalam jangka pendek, secara jangka panjang paparan Cesium-137 dalam level rendah yang berulang, bisa memicu kanker.

“Risiko kanker meningkat (leukemia, kanker jaringan lunak) akibat kerusakan DNA,” jelas Aji.

Kelompok ibu hamil lebih berisiko saat terpapar cemaran cesium-137, dengan adanya gangguan reproduksi dan risiko kelainan janin.

Meski begitu, Aji menekankan sejauh ini paparan yang ditemukan pada keseluruhan pasien di Cikande relatif rendah dan bisa didekontaminasi dengan obat khusus, hingga terus dipantau perkembangan kesehatannya.

Imbauan Kemenkes RI

Alih-alih panik, Kemenkes RI meminta masyarakat segera mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk pemerintah untuk melihat kemungkinan paparan cemaran.

Sebisa mungkin selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan, selalu mandi setelah beraktivitas di area berisiko, memastikan konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.

“Segera laporkan ke tenaga kesehatan bila mengalami keluhan seperti mual, muntah, lemas, atau perubahan kesehatan lain,” beber dia.

Sebagai catatan, radiasi tidak bisa dilihat, didengar, atau dicium, sehingga pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk mengetahui dampaknya.

“Tidak perlu khawatir berlebihan, pemerintah telah melakukan dekontaminasi, pengamanan lokasi, dan penanganan medis,” pungkas dia.

(naf/up)



Sumber : health.detik.com

Dokter ‘Spill’ Posisi Bercinta yang Rentan Picu Mr P Patah, Waspadai Gejalanya


Jakarta

Fraktur penis atau penis ‘patah’ ternyata merupakan suatu kondisi yang bisa saja terjadi pada pria, meskipun organ reproduksi ini tak memiliki tulang. Salah satu penyebabnya karena bengkoknya penis secara tiba-tiba saat ereksi.

Selama ereksi, penis akan membesar karena adanya darah yang mengisi dua tabung di kedua sisi alat kemaluan tersebut (corpora cavernosa). Penis yang ereksi berisiko mengalami robekan pada tunica albuginea atau lapisan pelindung bagian dalam jika tiba-tiba ia bengkok.

Spesialis urologi dari Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Putu Angga Risky Raharja, SpU, FICS, menyebut biasanya kondisi fraktur penis ini sering ditemukan pada pria setelah berhubungan seksual. Salah satu posisi bercinta yang berisiko menyebabkan penis patah adalah woman on top.


“Biasanya pada habis berhubungan seksual, ada kayak tiba-tiba ereksinya hilang, terus ada bunyi keretak gitu, dan ada kelihatan ada perdarahan di bawah kulit di penis,” ujar dr Angga saat ditemui detikcom di Jakarta Barat, Jumat (28/6/2024).

Tanda dan gejala fraktur penis

1. Nyeri penis langsung

2. Suara letupan atau retakan

3. Kehilangan ereksi cepat atau tiba-tiba

4. Perubahan warna pada batang penis karena pendarahan

5. Memar dan bengkak akibat penumpukan darah

6. Ada darah dalam urin atau di ujung penis

7. Nyeri saat buang air kecil

Jika tidak diobati, fraktur penis dapat menyebabkan penis melengkung atau ketidakmampuan permanen untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk seks (disfungsi ereksi). Sehingga, lanjut dr Angga perlu penanganan lebih lanjut oleh dokter untuk mengetahui tindakan lanjutan yang diperlukan.

“Kalau misalnya ada kondisi seperti itu ya bagi masyarakat, itu mesti dibawa ke IGD, mesti diperiksa oleh dokter, karena biasanya ada bagian dari penis yang robek, kalau bagiannya yang robek itu tidak dijahit atau tidak dioperasi, ke depannya nanti malah dia bisa jadi impotensi atau disfungsi ereksi,” tutupnya.

(dpy/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy