Tag Archives: perlakuan

Biarkan Sempurna Atau Dibantu, Yang Mana?



Jakarta

Di sebuah Universitas Swasta. Di salah satu kota terbesar di Indonesia. Ada seorang mahasiswi. Ia mengambil jurusan arsitektur. Putri tunggal keluarga berada. Walau dua orang tuanya tinggal di kota yang sama. Mahasiswi itu disiapkan tempat tinggal kos di dekat kampusnya. Pasti tujuannya supaya setiap berangkat dan pulang kuliah, tidak perlu bermacet ria. Menghabiskan waktu tiada berguna.

Namun sayangnya. Pagi, siang, sore, malam orang tuanya terbiasa selalu menjaga. Melakukan komunikasi telpon atau melalui WA. Terutama tentang sarapan dan makan siang. Bila putrinya bilang belum makan. Mamanya gelisah lalu berangkat menuju kos-kosan. Minta ijin pemilik kos untuk menjenguk putrinya.

Itu rutin dilakukan. Hampir setiap hari orang tuanya pulang-pergi kos-kosan.


Berbeda yang dialami putri seorang ibu yang suaminya sudah berpulang. Ibu dan putrinya ini malah tinggal di kota besar yang paling besar. Di sana kehidupan jauh lebih menantang.

Boleh jadi karena tidak cukup uang. Putri itu dibiarkan pulang-pergi sekolahnya. Tak pernah dikawal. Bahkan dikala menjadi mahasiswi. Ia ikut bergelantungan di bus kota. Walau kadang perlu berganti bus kota lebih dari sekali. Natural, layaknya kebanyakan orang.

Belakangan sang putri tumbuh menuju dewasa dengan pengalaman segudang. Mampu bertahan dalam kondisi yang semuanya menantang. Bahkan popularitasnya di Indonesia bisa dijadikan gambaran kesuksesan. Kesempurnaan natural yang secara alamiah dibiarkan tumbuh dan berkembang.

Ibundanya hanya menjelaskan keadaan sebenarnya yang harus dihadapi. Menuntun pola lika-liku hidup yang biasa dihadapi semua orang. Lalu meneladankan kekuatan kemandirian agar mampu menjadi individu yang pantang menyerah. Kokoh bertahan menghadapi segala tantangan. Melalui nikmat kehidupan yang telah sempurna dianugerahkan Tuhan.

Jika kita jujur memandang. Seberapa besar putra-putri yang bersandarkan kawalan dan bantuan penuh orang tua? Dalam arti bantuan yang melenakan. Menjadikan kekuatan natural yang sejatinya bisa berkembang. Terpaksa tidur pulas tertutup perlakuan yang belum bisa dibenarkan.

Pasti jawabnya tidak banyak. Boleh jadi kurang dari sekian persen. Ukuran statistik yang memang perlu dibuktikan. Tapi hasil pasti sepertinya tidak menyangkal dugaan kebanyakan orang.

Orang-orang sukses hampir di seluruh jaman, hampir di seluruh pelosok penjuru bumi. Kebanyakan mereka adalah hasil publikasi alam secara natural. Sebagaimana putri janda yang kemudian tumbuh berkembang menjadi bintang terkenal. Andai saja dia memperoleh model pendidikan seperti mahasiswi arsitektur itu. Sulit diharap akan meraup sukses besar seperti sekarang.

Membiarkan mereka (putra-putri) mengembangkan kemampuan natural. Adalah kebijaksanaan yang perlu ditumbuhkan. Memang pada sekian sisi perlu dibantu. Perlu didukung. Paling tidak pendidikan yang memotivasi. Penjelasan fakta nyata yang sejatinya wajar dihadapi semua orang. Boleh jadi itu bantuan yang membuat kemampuan natural tumbuh dan berkembang optimal.

Bukan bantuan yang melenakan. Bantuan yang menjadikan individu selalu ketergantungan kepada bantuan. Kekuatan naturalnya seolah hilang. Sayang, jika karunia Tuhan tidak ditumbuhkembangkan.

Semisal dengan kekuatan natural dua orang putri di atas. Semisal itu pula situasi diskusi yang ada di salah satu grup medis internasional. Diskusi tentang vaksinasi.

Ada pertanyaan wajar. Pertanyaan dalam bahasa Inggris tentang apakah seorang individu sebaiknya divaksin atau tidak. Terhadap penyakit influenza. Terutama pada kehamilan?

Salah satu pakar medis berpendapat bahwa secara natural manusia diciptakan Tuhan sudah sempurna. Disiapkan segala kebutuhan untuk menghadapi segala keadaan. Termasuk menghadapi tantangan diserang penyakit.

Secara umum, manusia dibekali sistem kekebalan/isistem imun, imunitas yang sempurna untuk dirinya. Imunitas yang mampu menjadikan dirinya tetap survive, mampu betahan hidup dan tetap sehat. Termasuk untuk menghadapi penyakit. Antara lain influenza.

Namun, di dalam perjalanan hidupnya. Imunitas ini biasanya mengalami penurunan kualitas. Salah satu sebab utamanya adalah stress. Terutama cemas. Kecemasan yang berlebihan akan mengundang ketakutan. Tingginya tingkat ketakutan ini akan menurunkan kualitas imunitas, bahkan sampai membahayakan.

Ketakutan yang berlebihan bahkan bisa membuat imunitas salah melakukan mekanisme pertahanan. Imunitas demikian bahkan bisa membuatnya keliru melakukan pengenalan. Mengenali dirinya sendiri sebagai musuh yang harus ditaklukkan. Serangan yang malah sulit dikendalikan.

Jadi, sesuai pakar ini, tindakan utama pada kasus ini adalah melepaskan kecemasan. Menggantinya dengan keyakinan positif, optimis. Mengembalikan kepercayaan diri dan membuang seluruh pengaruh negatif. Antara lain informasi yang seringnya menambah-nambah ketakutan.

Ketakutan hilang, kecemasan sirna, imunitas kembali sempurna. Untuk kasus ini tindakan vaksinasi bukan merupakan pilihan.

Sesuai pakar tadi, inti dari penanggulangan infeksi, adalah mengembalikan kesempurnaan imunitas individu itu sendiri. Imunitas yang sudah sempurna, anugerah dari Tuhan. Tinggal dipelihara, dan dijaga agar tidak menurun. Dijaga terutama dari pengaruh sejumlah besar informasi yang menakutkan!

Tentu saja upaya seperti di atas perlu pemahaman dan dukungan masyarakat secara keseluruhan. Bagaimana tidak, media massa lebih senang menjual informasi yang sering menambah ketakutan. Anehnya informasi yang meninggikan kecemasan, ketakutan justru yang diminati awam mau pun sebagian ilmuwan. Informasi demikian lebih punya pangsa pasar. Lebih laris dijual.

Boleh jadi ketika kita mulai sadar. Kita pun berusaha menumbuh kembangkan imunitas natural yang kualitasnya memang andalan. Antara lain melalui menahan diri dari menyebarkan informasi yang membuat ketakutan.
Tetapi justru sebaliknya, terus berupaya menyebarkan informasi yang berisikan ajakan kasih sayang di jalan Tuhan.

Betapa pun, semoga semakin hari, kekuatan imunitas tubuh setiap kita semakin sempurna. Mari jauhkan segala bentuk informasi yang justru mengakibatkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan.

Dengan begitu, imunitas kita semakin berkualitas, kesehatan meningkat, kondisi negara bertambah kuat. Kita pun lebih ceria menyongsong masa depan!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih-Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Ringan Menyenangkan, Terapi Lisan!



Jakarta

“Start”, teriak seorang driver di dalam mobil yang akan dikendarainya. Tiba-tiba mobil yang diteriaki menyalakan mesin tanda siap berangkat. Sesampainya di lokasi tujuan, driver tadi berucap lagi, “stop.” Mobilnya pun menurut dengan mematikan suara mesin. Tanda mobil benar-benar berhenti.

Start-stop bisa dilakukan cukup hanya dengan menggunakan perintah kata. Luar biasa. Era digital yang barangkali mendekati suasana surga? Tak perlu daya, tak perlu upaya, tinggal berkata semua bisa berubah sesuai makna perintahnya.

Andai sebagian penduduk bumi ada yang belum mengenal adanya perkembangan teknologi masa kini. Perkembangan bagaimana hanya dengan kata suatu kondisi bisa menjadi sebaliknya (start dari stop, mulai hidup dari posisi berhenti atau mati). Boleh jadi mereka mengira, bahwa peristiwa hidupnya mesin mobil hanya melalui perintah kata adalah peristiwa supra natural. Perbuatan yang hanya bisa dilakukan penduduk angkasa luar.


Namun itulah makna kata, begitu dahsyat merubah segala. Dari satu sisi ke sisi lain yang bersebelahan. Start-stop, on-off, mundur-maju, belakang-depan, buruk-baik, dst.

Lalu, jangan-jangan kata ini bisa juga diguna untuk mengubah sakit menjadi sehat. Memangnya bisa? Lah, apa bedanya?
Mungkin jika setiap orang paham kemajuan ilmu dan teknologi. Mudah bagi siapa pun menerima bukti kemampuan kata dalam mengubah sakit menjadi sehat.

Sesuai dengan start-stop, on-off, bukankah sakit-sehat juga sepasang keadaan yang berpasangan sebagaimana start-stop. Wajar kalau kata, harus juga mampu mengubah sakit menjadi sehat, atau sebaliknya.

Kata start, memang bisa diganti on, bisa diganti mulai, bisa menggunakan kata hidup, dst. tergantung kode perintah yang di-install-kan ke dalam software komputer mobil. Tapi semua bermakna memulai aktifitas.

Kelompok kata hanya dibagi ke dalam sepasang golongan. Sesuai contoh pada komputer mobil di atas, kelompok start dan kelompok stop.
Kata yang sejenis masuk dalam satu kelompok. Kata jenis sebaliknya masuk kelompok satunya.

Kata yang satu kelompok dengan kata sehat jumlahnya hampir tak terbatas. Kata yang segolongan dengan makna sehat misalnya, baik, indah, benar, jujur, sempurna, cantik, senang, bahagia, awet muda, dst. Sedang kata yang satu kelompok dengan makna sakit adalah, buruk, patah hati, sulit, sengsara, bohong, payah, melarat, kesal, rugi, dll.

Bukti empiris pengaruh sepasang makna kata ini ditemukan oleh Prof. John Bargh dari Universitas Yale. Beliau pakar psikologi negeri Paman Sam. Eksperimennya menghasilkan teori yang memiliki tingkat kepercayaan sempurna, 100 prosen, Bargh Hallway Theory.

Sesuai teori itu, orang-orang yang memilih berkata-kata sesuai dengan kelompok kata sehat, kulit mereka terlihat terang, wajahnya ceria, auranya menyenangkan. Pertanda sehat dan bahagia. Banyak orang yang ingin mendekati mereka.

Di tempat yang berbeda, pakar kata-kata berkebangsaan Jepang menemukan hasil yang serupa. Ia adalah Dr. Masaru Emoto. Risetnya sangat fenomenal. Doctor Emoto melakukan eksperimen menggunakan tiga backer glass.

Masing-masing backer glass diisi sejumlah beras. Lalu ditambah air putih sampai air menutup seluruh beras itu. Ketiga gelas diisi beras dan air dalam jumlah yang sama persis. Kemudian ketiganya menerima perlakuan yang berbeda.

Gelas pertama setiap pagi diucapkan kata terima kasih kepadanya. Gelas kedua disapa dengan ucapan kamu bodoh. Sedang gelas ketiga Dr. Emoto sama sekali mengacuhkannya.

Setelah satu bulan dilakukan pengamatan. Beras di dalam gelas pertama mengalami fermentasi. Mengeluarkan aroma yang menyenangkan. Wangi.

Beras pada gelas kedua berubah menjadi hitam.
Beras di gelas yang diacuhkan, gelas ketiga, berubah mengeras dan membatu.

Bargh melakukan riset self-talk, bicara pada diri sendiri. Menghasilkan bukti yang mengagumkan.
Terbayang jika masing-masing orang selalu menggunakan kata-kata dalam kelompok sehat. Bukankah mereka menjadi lebih sempurna sehat. Lebih sulit sakit.

Demikian penting kata yang diproduksi lidah atau lisan ini. Sampai-sampai ada nasehat yang menyebutkan, “Selamatlah manusia jika dia pandai menjaga lisannya.”

Orang-orang yang selalu berusaha mengucapkan kata-kata baik dari lisannya, sesuai teori Bargh, dia pasti mendapati dirinya awet muda, wajah cemerlang, kulit terang, banyak disenangi orang. Kalau sesuai eksperimen Emoto, maka kata-kata baik, masuk kelompok kata sehat, antara lain kata terimakasih.

Maka orang yang demikian akan awet muda. Bahkan tubuhnya bisa terhindar dari aroma yang dijauhi orang. Bagaimana tidak. Beras saja yang dicelupkan dalam air, dibiarkan selama satu bulan. Terus menerus dikatakan kepadanya terimakasih, hanya mengalami fermentasi. Tidak menghitam, atau membatu sebagaimana beras di dua backer glass yang lain.

Disamping hanya mengalami fermentasi, beras di backer glass pertama, yang selalu diucapkan kata-kata baik kepadanya mengeluarkan aroma menyenangkan.

Jika siapa saja, pandai menjaga lisan ini dari berkata buruk. Bisa dipastikan siapa pun orang itu, ia akan awet muda. Tubuhnya tidak banyak terpapar radikal bebas, tubuh terhindar dari aroma yang dijauhi.
Keadaan yang pasti tidak hanya diimpikan oleh para perempuan mulia, para lelaki bijaksana, tetapi sangat diimpikan oleh seluruh insan. Terutama muda-mudi.

Semoga setiap kita bisa menjauhi kata-kata buruk produksi lisan. Tubuh sehat menawan, awet muda disenangi banyak kawan. Upaya ringan yang menyenangkan!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih-Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Bertemu Saudia Airlines, Konjen RI Bahas Fasilitas Pesawat-Isu Kesehatan Jemaah



Jakarta

Tim Kantor Urusan Haji (KUH) pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) mengadakan pertemuan dengan pihak Saudi Airline di Jeddah. Mereka membahas tentang peningkatan layanan penanganan jemaah umrah yang sakit dan memerlukan perlakuan khusus selama penerbangan.

“Pertemuan ini bertujuan untuk menyempurnakan prosedur dan layanan yang diberikan kepada jemaah umrah agar setiap individu dapat melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk,” kata Nasrullah, dikutip dari laman Kemenag pada Kamis (30/1/2025).

Lebih lanjut, Konsul Haji KJRI Jeddah itu juga mendiskusikan berbagai isu kesehatan jemaah. Mulai dari penanganan medis, fasilitas dan semacamnya.


“Kami mendiskusikan berbagai isu penting seputar kesehatan jemaah umrah, termasuk penanganan medis selama penerbangan, fasilitas yang tersedia di pesawat, serta kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki oleh jemaah tertentu,” tambahnya.

Nasrullah juga menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang terjalin dengan pihak Saudia Airlines. Ia berharap peningkatan layanan dari Saudia Airlines terutama bagi jemaah umrah yang memerlukan kebutuhan khusus terkait kondisi kesehatan saat terbang ke Indonesia.

Loui H Basffar selaku perwakilan dari Saudia Airlines yang tak lain menjabat sebagai Manager Medical Services On Board menegaskan komitmen untuk menyediakan layanan yang sesuai dan memadai. Ini dilakukan demi memastikan pengalaman perjalanan yang aman serta nyaman bagi seluruh jemaah umrah, utamanya mereka dengan kondisi kesehatan tertentu.

“Kami memahami bahwa perjalanan adalah momen yang sangat penting bagi jemaah, dan kesehatan mereka adalah prioritas utama kami,” ungkap Loui H Basffar.

Dengan kolaborasi bersama KUH, pihak Saudia Airlines berupaya meningkatkan layanan dan memastikan mereka yang memang memiliki kondisi kesehatan tertentu mendapat perlakuan yang sesuai.

“Melalui kolaborasi yang baik dengan kantor haji, kami berupaya untuk meningkatkan layanan dan memastikan bahwa semua jemaah umrah, terutama yang memerlukan perhatian khusus, mendapatkan perlakuan yang sesuai,” jelasnya.

Loui H Baffar juga menjelaskan tentang ketentuan bagi jemaah yang sakit. Mereka harus menyerahkan formulir informasi medis (MEDIF).

Menurutnya, jemaah yangs akit di pesawat harus menggunakan tabung oksigen kesehatan yang beratnya mencapai 6L yang diperbolehkan di dalam pesawat Saudia Airlines. Kemudian, pihak Saudia juga akan memfasilitasi komunikasi yang lebih baik antara jemaah umrah, petugas kesehatan serta awak penerbangan selama perjalanan.

Nasrullah Jasam berharap dengan kerja sama antara KUH dan Saudia Airlines, pengalaman jemaah umrah dapat terlaksana dengan baik.

“Komunikasi yang menyeluruh antara biro perjalanan (PPIU, Syarikat), pihak maskapai, dan KUH menjadi kunci dari pelayanan optimal bagi jemaah umrah yang sakit dan harus pulang ke tanah air,” pungkasnya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pertemuan KUH dan Saudia Airline, Bahas Layanan Kesehatan dan Jemaah Disabilitas



Jakarta

Tim Kantor Urusan Haji (KUH) di bawah Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) mengadakan pertemuan dengan pihak Saudia Airline Jeddah guna membahas peningkatan layanan kesehatan bagi jemaah umrah yang membutuhkan perhatian khusus (disabilitas) selama penerbangan.

Pertemuan ini dihadiri oleh Konsul Haji KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam, beserta jajarannya, sementara dari pihak Saudia Airline, hadir Manager Medical Services On Board, Loui H Basffar, beserta timnya.

Nasrullah Jasam menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin dengan Saudia Airline selama ini. Ia menekankan pentingnya peningkatan layanan, khususnya bagi jemaah umrah yang membutuhkan perlakuan khusus dalam aspek kesehatan saat melakukan perjalanan ke Indonesia, termasuk jemaah disabilitas.


“Pertemuan ini bertujuan untuk menyempurnakan prosedur dan layanan yang diberikan kepada jemaah umrah agar setiap individu dapat melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk,” ujar Nasrullah dalam pertemuan tersebut, Selasa (28/1/2025).

“Kami mendiskusikan berbagai isu penting seputar kesehatan jemaah umrah, termasuk penanganan medis selama penerbangan, fasilitas yang tersedia di pesawat, serta kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki oleh jemaah tertentu,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Loui H Basffar menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik guna memastikan kenyamanan dan keamanan jemaah umrah, terutama mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.

“Kami memahami bahwa perjalanan umrah adalah momen yang sangat penting bagi jemaah, dan kesehatan mereka adalah prioritas utama kami,” ujar Loui H Basffar.

“Melalui kolaborasi yang baik dengan kantor haji, kami berupaya untuk meningkatkan layanan dan memastikan bahwa semua jemaah umrah, terutama yang memerlukan perhatian khusus, mendapatkan perlakuan yang sesuai,” sambungnya.

Loui H Basffar juga menjelaskan bahwa jemaah umrah yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, termasuk penyandang disabilitas, perlu mengisi Formulir Informasi Medis (MEDIF) sebelum penerbangan.

Ia menambahkan bahwa penumpang yang membutuhkan tabung oksigen seberat 6L diperbolehkan membawa alat tersebut selama berada di dalam pesawat Saudia Airline.

Selain itu, pihak Saudia juga akan meningkatkan komunikasi antara jemaah, petugas kesehatan, dan awak kabin guna memastikan layanan terbaik selama penerbangan.

Nasrullah Jasam menekankan bahwa kerja sama yang erat antara Saudia Airline dan KUH bertujuan untuk memastikan jemaah umrah dapat menjalankan ibadah dengan lancar. Tak terkecuali bagi yang memiliki kondisi kesehatan dan disabilitas.

“Komunikasi yang menyeluruh antara biro perjalanan (PPIU, Syarikat), pihak maskapai, dan KUH menjadi kunci dari pelayanan optimal bagi jemaah umrah yang sakit dan harus pulang ke tanah air,” tutupnya.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com