Tag Archives: prof nasaruddin umar

Memaknai Hari Raya Idul Fitri



Jakarta

Ramadan segera berakhir dan Hari Raya Idul Fitri akan tiba. Idul Fitri berasal dari kata Id yang berakar pada kata aada-yauudu yang artinya kembali.

Sementara itu, Fitri didefinisikan sebagai suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, serta keburukan yang diambil dari kata fathoro-yafthiru. Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang paling ditunggu oleh seluruh umat Islam, termasuk di Indonesia.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (19/4/2023) membahas tentang memaknai Idul Fitri. Setelah Ramadan dan Idul Fitri berakhir, ia berharap kaum muslimin masih terus menjalani rutinitas yang dikerjakan selama bulan suci, seperti mengaji, salat dhuha, tadarus, tahajud, dan lain sebagainya.


“Kebiasaan baik itu (harus) nyambung lagi di Ramadan yang akan datang,” katanya.

Ia menambahkan, ketika Hari Raya Idul Fitri tiba maka umat muslim jika ada waktu baiknya melakukan salat Id dan segala amalan sunnahnya. Terlebih, salat tersebut hanya dilakukan setahun dua kali jika digabung dengan salat Hari Raya Idul Adha.

Prof Nasaruddin Umar juga menerangkan, pelaksanaan salat Id biasa dilaksanakan agak telat untuk memberi kesempatan bagi muslim yang belum membayar zakat fitrah bisa segera menyerahkannya tepat waktu. Sebab, waktu pembayaran zakat fitrah akan habis setelah khatib turun dari mimbar khotbah.

“Idul fitri ini sangat penting bagi Indonesia karena ditandai dengan banyaknya orang mudik. Saya kira tidak ada negara dengan jumlah pemudik (yang banyak) daripada Indonesia,” lanjutnya.

Prof Nasaruddin menjelaskan, mudik yang dilakukan bukan tanpa manfaat. Melainkan hal itu menjadi cara untuk mengasah suasana psikologis kebatinan.

“Kita bisa menengok orang tua yang sudah keriput, kita bisa menjumpai teman sekelas ketika SD, dan seterusnya,” ujarnya.

Menurut Prof Nasaruddin, orang yang tidak pernah mengunjungi kampung halaman dikhawatirkan silaturahmi batinnya kurang. Dengan demikian, ia mengimbau saat momentum Idul Fitri baiknya seseorang tidak asal pulang kampung, melainkan mencari suasana kebatinan yang baru.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Idul Fitri bisa disaksikan di SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Pentingnya Memiliki Sikap Qanaah



Jakarta

Qanaah merupakan sikap terpuji dalam Islam. Qanaah diartikan merasa cukup atas apa yang diberikan oleh Allah SWT.

“Apa itu qanaah bapak ibu? Yaitu merasa cukup (atas) apa yang ada,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Jumat (21/4/2023).

Sikap qanaah dicintai oleh Allah SWT karena mereka yang memiliki sifat ini tidak hidup secara berlebih-lebihan. Dalam Al-Qur’an sikap qanaah tercantum pada surat Al A’raf ayat 31,


يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,”

Prof Nasaruddin Umar menerangkan, sifat qanaah berarti sadar akan apa yang dibutuh bukan malah sebaliknya. Untuk apa memiliki harta yang banyak tapi tidak bisa dinikmati?

Dalam hal ini, ia mencontohkan seseorang yang kaya raya namun mengalami sakit sehingga tidak bisa makan apapun yang ia mau.

“Maka itu, merasa cukup apa yang ada penting buat kita,” ujar Prof Nasaruddin.

Menurutnya, segala sesuai yang berlebihan bahkan termasuk kekayaan jika tidak dapat dinikmati tak ada gunanya. Terlebih kekayaan tersebut membuat seseorang merasa tidak tenang karena dihasilkan dari hal-hal yang dilarang Allah.

“Kita syukuri apa yang ada. Sekali lagi, kita bukan mencari yang banyak. Lebih baik gubuk tapi surga daripada istana tapi isinya neraka,” katanya.

Prof Nasaruddin mengatakan bahwa kebahagiaan bukan terletak pada kemewahannya. Sebab, kebahagiaan dan ketenangan tidak dapat dijual, lain halnya dengan hal-hal materil yang bisa dibeli.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Qanaah dapat disaksikan di SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Nasaruddin Umar: Keistimewaan Ramadan, Pahala Berlipat!



Jakarta

Ramadan merupakan momen istimewa yang sayang untuk dilewatkan. Pada bulan ini, kaum muslimin dianjurkan untuk memperbanyak sekaligus meningkatkan ibadah, sebab segala sesuatu yang dilakukan saat Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Keistimewaan Ramadan tersebut dijelaskan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar. Ia mengatakan Ramadan adalah penghulu bulan.

“Penghulu atau pimpinan bulannya islam itu adalah bulan suci Ramadan. Kenapa? Karena seperti yang sering kita dengarkan di acara ceramah, semua berlipat ganda pahala-pahala itu,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum, Rabu (13/3/2024).


Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadan, penghulu segala bulan. Maka selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa, membawa segala rupa keberkahan.” (HR At Thabrani)

Prof Nasaruddin Umar kemudian mencontohkan, umat Islam yang membaca Al-Qur’an di bulan suci pun setiap hurufnya dikali 10 pahala. Begitu pun dengan salat-salat sunah yang mana pada Ramadan pahalanya setara dengan salat fardhu.

“Pahalanya salat sunah itu sama pahalanya dengan salat fardhu di bulan suci Ramadan. Nah kalau salat fardhu itu pahalanya berlipat ganda lagi kan,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Karenanya, ia mengimbau agar kaum muslimin mencoba membiasakan diri untuk melakukan hal-hal baik, terutama di bulan Ramadan. Jangan sampai kesempatan di bulan suci ini terbuang sia-sia. Saking istimewanya Ramadan, tidurnya orang berpuasa bahkan terhitung pahala.

Kemudian, Prof Nasaruddin Umar juga mengatakan Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah. Ia mendefinisikan berkah sebagai campur tangan Allah SWT dalam satu urusan.

“Semoga kita semuanya mendapatkan berkah pada bulan suci Ramadan ini,” jelasnya.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Keistimewaan Bulan Ramadan yang Sayang Dilewatkan saksikan DI SINI. Kajian bersama Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan tiap pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Puasa Bukan Penghalang untuk Produktif



Jakarta

Selama bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Kewajiban ini bahkan termasuk ke dalam rukun Islam.

Setiap muslim yang telah mencapai usia baligh, berakal sehat dan tidak dalam keadaan sakit diwajibkan untuk berpuasa. Meski demikian, puasa bukanlah halangan untuk menjadi produktif.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dalam kultumnya turut menyampaikan hal serupa mengenai hal ini.


“Bulan Ramadan itu bulan produktif lho, bapak ibu. Hampir semua peristiwa bersejarah dalam Islam itu terjadi pada bulan suci Ramadan,” katanya dalam detik Kultum yang tayang Jumat (14/3/2024).

Lebih lanjut, ia mencontohkan momen bersejarah itu seperti turunnya wahyu, peristiwa Fathu Makkah, Nuzulul Quran hingga Perang Badar yang terjadi di bulan Ramadan. Begitu pula dengan penaklukan Mesir dan kota-kota besar.

“Mestinya kita lapar, loyo tapi kok selalu memenangkan peperangan? Semua peperangan yang berlangsung pada bulan suci Ramadan itu pasukan Islam menang mutlak,” lanjut Prof Nasaruddin.

Ia turut mencontohkan peristiwa kemerdekaan Indonesia juga bertepatan dengan bulan suci Ramadan, tepatnya hari Jumat tanggal 9 Ramadan 17 Agustus 1945.

“Jadi bulan suci Ramadan itu bulan kekuatan umat Islam. Jangan sampai kita melakukan kelemahan-kelemahan saat puasa, gak bisa. Justru bulan suci Ramadan ini adalah bulan prestasi,” terang Prof Nasaruddin.

Karenanya, ia mengajak umat Islam untuk tetap produktif dan jangan menjadikan Ramadan sebagai halangan untuk beraktivitas.

“Bulan Ramadan ini adalah bulan berkah bulan produktif, apapun yg kita tancapkan dimulai pada bulan suci Ramadan itu berkah,” ujar Prof Nasaruddin.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Tetap Produktif Meski Puasa bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Etika dan Adab Puasa Ramadan



Jakarta

Ketika berpuasa, ada sejumlah adab dan etika yang perlu dipahami kaum muslimin. Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, melainkan juga menjaga pikiran, jiwa, dan indera dari perbuatan maksiat.

Hal tersebut dijelaskan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar menjelaskan dalam detikKultum detikcom, Sabtu (16/3/2024).

“Berpuasa itu bukan hanya berpuasa tidak makan dan tidak minum, tetapi yang harus berpuasa itu bagaimana mata ini supaya tidak mengintip, kemudian bagaimana mulut kita ini juga berpuasa supaya jangan ngerumpi, jangan bicarakan aib orang lain, jangan berbohong, jangan menghujat,” ujarnya.


Ia juga mengimbau agar kaum muslimin menyempurnakan puasa dengan tidak berlebih-lebihan dalam hal duniawi, termasuk mengumbar aurat.

“Jangan kita mengumbar aurat. Kalau perlu saya boleh menyarankan, ini bulan suci Ramadan kita tampilkan kebersahajaan kita,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Kemudian, ia turut mengajak kaum muslimin untuk introspeksi diri. Tidak perlu memamerkan kekayaan yang dimiliki di bulan suci Ramadan ini.

Di bulan suci ini, kaum muslimin bisa merevisi pandangan hidupnya dengan cara menyucikan pikiran dan batin. Syukuri apa yang ada, karena itu adalah yang terbaik untuk kita menurut Allah SWT.

“Jangan terlalu berambisi meraih sesuatu yang istimewa. Siapa tahu itu belum tentu juga yang bermanfaat buat kita semuanya,” terang Prof Nasaruddin.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Etika dan Adab Puasa Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04:20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Ingatlah Amal Keburukan agar Terhindar dari Riya



Jakarta

Bulan suci Ramadan menjadi ajang untuk memperbaiki sekaligus introspeksi diri. Berkaitan dengan hal ini, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom turut mengingatkan kaum muslimin.

“Nah mari kita melakukan introspeksi dalam bulan suci Ramadan ini. Para pemirsa jangan sampai kita berpuas diri padahal keropos ibadah kita,” katanya dalam detikKultum yang tayang pada Minggu (17/3/2024).

Prof Nasaruddin mengingatkan agar kita tidak membanggakan diri terkait amal kebajikan yang sudah dikerjakan. Sebaliknya, kita harus mengingat amal keburukan untuk introspeksi.


“Jangan menghitung amal kebajikannya, tapi ingat-ingatlah amal keburukannya di masa lampau. Ada bahayanya kalau kita mengingat amal kebajikan, bisa riya,” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Lebih lanjut ia menjabarkan bahwa amal kebajikan yang kita kerjakan bukan untuk disampaikan ke khalayak umum. Sebab, seluruh kebaikan yang dipamerkan hanya mengurangi pahala.

“Semua amal kebaikan ditanam di bumi keterkenalan hanya akan panen di dunia tidak panen lagi di akhirat. Maka itu mulailah kita menyingkirkan popularitas dalam diri kita sendiri, hindari keterkenalan itu bapak ibu,” ungkap Prof Nasaruddin Umar.

Begitu pula dengan ibadah yang dikerjakan. Jangan sampai kaum muslimin membanggakan dirinya setelah mengerjakan berbagai ibadah, padahal belum tentu ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

Menurut Prof Nasaruddin, sehebat apapun seseorang dalam beribadah jangan pernah mengatakan dirinya sebagai ahli ibadah.

“Gak usah disampaikan kepada orang prestasi-prestasi spiritual ini,” ujarnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Introspeksi dan Memperbaiki Diri di Bulan Suci bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Menghargai Waktu bagi Seorang Muslim



Jakarta

Pentingnya memanfaatkan waktu dijelaskan dalam surah Al Asr ayat 1-3. Bahkan ada pepatah yang menyebut orang sukses ialah mereka yang menghargai waktu.

Prof Nasaruddin Umar dalam kultumnya yang tayang pada Selasa (19/3/2024) menyampaikan betapa pentingnya waktu bagi seorang muslim.

“Orang yang tidak menghargai waktu itu pasti terancam gagal. Maka itu Allah SWT menjadikan salah satu alat sumpah itu (surah Al Asr) adalah demi masa, demi waktu,” terangnya dalam detikKultum detikcom.


Terkait pentingnya waktu ini, Prof Nasaruddin Umar mengisahkan tentang tiga pemuda yang terjebak di gua tanpa ada tali pengaman. Tiba-tiba ada suara yang memerintahkan ketiga pemuda itu untuk mengambil batu-batuan.

Pemuda pertama mengambil satu buah batu ke kantongnya, sedangkan pemuda kedua memenuhi kantongnya dengan batu. Sementara itu, pemuda yang ketiga mengambil banyak batu hingga memenuhi kantong dan ranselnya.

Setelah keluar dari gua, tiba-tiba batu itu berubah menjadi berlian. Ketiga pemuda itu lantas menyesal.

Pemuda pertama menyesal karena hanya memungut satu batu, pemuda kedua menyesal karena tidak memenuhi ranselnya dengan batu, dan pemuda ketiga menyesal karena tidak memenuhi kantong bajunya dengan batu meskipun saku celana serta ranselnya sudah dipenuhi oleh batu.

“Yang (paling) sedikit penyesalannya adalah yang ranselnya penuh dan celananya penuh. Itu adalah orang yang menghargai waktu,” jelas Prof Nasaruddin Umar.

Lebih lanjut ia mengajak kaum muslimin untuk lebih menghargai dan memperbaiki manajemen waktu. Cara memanfaatkan waktu itu bisa dengan beribadah kepada Allah SWT seperti beriktikaf dan mengaji.

“Sekali lagi mari kita menghargai waktu terutama waktu yang sedang kita lakukan karena kita masih sehat ini,” pesan Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Pentingnya Memanfaatkan Waktu dapat ditonton DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04:20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Nasaruddin Umar: Ramadan Gudangnya Amal Kebaikan



Jakarta

Ramadan merupakan bulan yang suci sekaligus mulia. Pada momen ini, umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan berbagai ibadah dan kebaikan karena akan mendapat balasan berkali lipat oleh Allah SWT.

Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom menyampaikan bahwa Ramadan menjadi bulan gudangnya amal.

“Jadi sebetulnya bulan ini (Ramadan) adalah gudang amal,” katanya dalam kultum yang tayang pada Kamis (21/3/2024).


Prof Nasaruddin mengajak kaum muslimin agar memperbanyak amalan di bulan Ramadan ini. Contohnya seperti, membaca Al-Qur’an, bahkan kalau bisa ibadah-ibadah sunnah juga dikerjakan.

Selain itu, kaum muslimin juga bisa membaca lafaz subhanallah sebagai pujian kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan mengerjakan berbagai amalan di bulan suci, niscaya seorang muslim dapat memperoleh pahala sebanyak-banyaknya.

“Insyaallah pasti akan mendapatkan pahala maksimum di bulan suci Ramadan ini,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Selain mengerjakan ibadah-ibadah spiritual, umat Islam juga bisa melaksanakan ibadah sosial seperti berbagi kepada anak yatim. Bisa juga dengan menebarkan senyum dan sapa ke sesama, sebab ibadah sosial tidak selalu berkaitan dengan materi.

“Ibadah sosial itu tidak mesti harus dengan uang. Memberikan senyuman itu sedekah,” terang Prof Nasaruddin.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Amalan Utama Selama Bulan Puasa dapat ditonton DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Penuhi Masjid di 10 Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

10 malam terakhir di bulan Ramadan menjadi hari-hari yang istimewa di antara hari lainnya. Di antaranya ialah terdapat malam Lailatulqadar.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom mengimbau agar kaum muslimin meningkatkan ibadahnya di 10 malam terakhir. Terlebih, banyak keutamaan yang terkandung pada momen itu dibanding dengan malam-malam awal Ramadan.

“Nah kita tahu bahwa semakin tua bulan suci Ramadan itu semakin Allah SWT melimpahkan pahalanya,” katanya dalam detikKultum yang tayang Jumat (22/3/2024).


Prof Nasaruddin Umar menuturkan bahwa momen 10 malam terakhir menjadi waktu yang tepat untuk melakukan berbagai amalan, terutama iktikaf. Walau begitu, pada praktiknya justru 10 malam terakhir masjid yang awalnya penuh semakin sepi mendekati akhir Ramadan.

“10 terakhir Ramadan ini seharusnya masjid itu penuh. Tapi selama ini kita bisa menyaksikan masjid justru 10 hari pertama penuh, tapi 10 keduanya mulai berkurang, 10 terakhir tinggal finalnya,” tambahnya.

Meski demikian, Imam Besar Masjid Istiqlal itu turut menyampaikan fenomena unik mengenai salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut. Ia menuturkan, 10 malam terakhir Ramadan banyak muslim dari berbagai daerah berbondong-bondong melakukan iktikaf di Masjid Istiqlal.

“Justru Istiqlal 10 (malam) terakhir itu penuh dengan orang sampai lantai 5. Nah jadi saya berharap InsyaAllah mudah-mudahan kesadaran beragama kita itu makin meningkat,” urainya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Dahsyatnya Pahala Salat Subuh Berjemaah



Jakarta

Banyak keutamaan yang terkandung dari salat Subuh berjemaah. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, “Salat berjemaah lebih utama dibanding salatnya salah seorang dari kalian dengan sendirian dengan dua puluh lima bagian. Dan, para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada salat fajar (Subuh).”

Kemudian Abu Hurairah RA menambahkan, “Jika mau, silahkan baca, ‘Sesungguhnya bacaan (salat) fajar disaksikan (oleh para malaikat)’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom turut menyampaikan hal serupa. Ia mengajak umat Islam melakukan salat Subuh berjemaah, terlebih pada bulan suci Ramadan.


“Kita bergegas pergi ke masjid (untuk) salat berjamaah. Pahalanya dapat 27 kali di luar Ramadan, tentu berlipat ganda lagi kalau kita salat Subuh (berjamaah) di bulan Ramadan,” ungkapnya dalam detikKultum yang tayang Sabtu (23/3/2024).

Apabila kaum muslimin ingin lebih meraih berkah waktu Subuh, maka sebelum melangsungkan salat Subuh berjemaah bisa dimulai dengan salat tahiyatul masjid dan dilanjut qobliyah Subuh. Selain itu, ada juga anjuran Nabi SAW agar melewati jalan yang berbeda sewaktu berangkat dan pulang salat Subuh.

Bukan tanpa alasan, terdapat keistimewaan yang luar biasa dari anjuran ini. Disampaikan oleh Prof Nasaruddin Umar, seluruh pohon bersholawat dan mendoakan kita.

“Kenapa kita harus pulang (dengan jalur) berbeda? Supaya banyak yg mendoakan kita, banyak yang jadi saksi untuk kita. Nah, itulah maksud (anjuran) Rasulullah SAW,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Keutamaan Sholat Subuh Berjemaah dapat disaksikan DI SINI. Jangan lewatkan kajian bersama Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com