Tag Archives: prof nasaruddin umar

Tadabur Al-Qur’an di Momen Nuzulul Qur’an



Jakarta

Peristiwa turunnya Al-Qur’an dikenal dengan istilah Nuzulul Qur’an. Secara bahasa, Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata.

Pertama, nazzala-yunazzilu dengan makna konotatif turun secara berangsur-angsur. Kedua, dari kata anzala-yunzilu dengan makna denotatif menurunkan.

Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum turut mendefinisikan Nuzulul Qur’an secara istilah. Menurutnya, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an dari lauhul mahfuz ke bumi melalui Malaikat Jibril.


Waktu pertama kali diturunkannya itu ketika Nabi Muhammad SAW berada di Gua Hira. Saat itu, usia beliau menginjak 40 tahun.

“Karena Al-Qur’an itu kan turun dua kali. Turun dari Allah transit di file raksasa di Lauhul Mahfuz. Kemudian dari lauhul mahfuz itu dicicil turun ke bumi melalui jibril selama 23 tahun,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Senin (25/3/2024).

Surah sekaligus wahyu pertama yang diturunkan pada waktu itu adalah surah Al Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini juga menjadi awal kenabian Nabi Muhammad SAW.

Beliau bersabda dalam sebuah hadits,

“Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan hari di mana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku.” (HR Muslim, Ahmad, Baihaqi, dan Al-Hakim)

Berkaitan dengan momen Nuzulul Qur’an itu, Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengajak agar umat Islam memaknai peristiwa mulia tersebut.

“Semoga kita lebih mencintai Al-Qur’an lebih dalam. Jangan hanya baca Arabnya, baca terjemahnya. Jika tidak paham artinya insyaallah kita akan dapat hakekatnya, kenapa? Karena Al-Qur’an itu menyimpan segudang rahasia,” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Tadabur Al-Qur’an di Momen Nuzulul Qur’an saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Persiapan Sambut Malam Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar adalah malam penuh keistimewaan bagi umat Islam. Kedatangannya selalu dinantikan setiap bulan Ramadan.

Tidak ada yang tahu kapan pastinya malam Lailatul Qadar. Namun, Lailatul Qadar diyakini datang pada sepuluh malam terakhir, tepatnya di malam-malam ganjil Ramadan sesuai sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)


Untuk itu, Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom yang tayang Selasa (26/3/2024) mengimbau kaum muslimin agar memperbanyak ibadah dan doa sambil menanti malam Lailatul Qadar.

“Malam Lailatul Qadar ini bahkan bukan hanya pahala yang berlipat ganda. Doa apapun yang kita minta insyaallah akan dijabah oleh Allah SWT. Pada saat kita nanti menanti malam Lailatul Qadar banyaklah berdoa,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Prof Nasaruddin Umar juga mengingatkan agar doa yang dipanjatkan bukan atas dasar hawa nafsu, melainkan berkah. Sebab, berkah menjadi yang paling utama.

“Berkah yang paling penting. Berkah lebih penting daripada yang paling banyak, yang besar atau yang tinggi. Apa artinya banyak, tinggi dan besar kalau nggak berkah,” lanjutnya.

Lebih lanjut Prof Nasaruddin Umar menerangkan, pada malam Lailatul Qadar kualitas ibadah kaum muslimin setara dengan seribu bulan. Oleh karena itu, perbanyaklah zikir, tadarus, dan salat.

Menurutnya, malam Lailatul Qadar harus dijemput dengan persiapan diri dan mental yang matang.

“Saya sungguh sangat yakin, barangsiapa yang mendapatkan Lailatul Qadar itu nanti akan mendapatkan perubahan berarti dalam hidupnya,” terang Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam



Jakarta

Ramadan akan memasuki sepuluh hari terakhir. Dalam waktu kurang dari dua minggu, kaum muslimin akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran.

Momen itu digunakan untuk saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Tak jarang sebagian masyarakat Islam mengadakan halal bi halal sebagai salah satu cara bersilaturahmi.

Halal bihalal merupakan kata majemuk bahasa Arab dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Prof Nasaruddin Umar memaknainya sebagai melepas.


Tradisi halal bi halal di Indonesia sudah ada sejak tahun 1945. Dahulu, halal bi halal dimaknai sebagai memaafkan secara nasional dan secara religius.

“Halal bi halal itu kan kita mendatangi rumah orang tua kita, guru-guru kita, salam-salaman,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum yang tayang Jumat (29/3/2024).

Menurutnya, momentum silaturahmi saat Lebaran itu tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim. Melainkan juga umat beragama lain.

“Jadi silaturahim itu jangan hanya dibatasi untuk umat beragama Islam saja. Nonmuslim itu juga kita ajak, kayak makan ketupat Lebaran,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, silaturahmi tidak hanya kepada sesama manusia yang masih hidup, melainkan juga mereka yang telah meninggal dunia. Cara menjalin silaturahmi dengan orang yang sudah wafat bisa dengan menziarahi makamnya dan mengirimkan doa.

Apabila ada rezeki berlebih, Prof Nasaruddin Umar menganjurkan untuk sedekah kepada anak yatim dan meminta mereka mendoakan keluarga yang telah wafat, seperti orang tua. Doa-doa tersebut menjadi salah satu cara untuk silaturahmi.

Tujuan dari diperintahkan menjalankan silaturahmi adalah berkaitan dengan keharusan bagi setiap manusia untuk menjaga hubungan persaudaraan. Manusia diharapkan bisa saling menjaga, menyayangi, menghormati, dan saling menyelamatkan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Perbanyak Ibadah di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Pada momen tersebut, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah.

Dari Aisyah RA, ia berkata:

“Rasulullah sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR Muslim)


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan bahwa sepuluh terakhir Ramadan menjadi inti dari bulan suci. Terlebih, pada sepuluh terakhir Ramadan Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar bagi umat Nabi SAW.

“Turunnya Lailatul Qadar itu justru kita diminta menanti-nanti pada sepuluh (malam) terakhir Ramadan khususnya itu malam-malam ganjil misalnya 21, 23, 25, 27, 29,” ujarnya dalam detikKultum yang tayang, Senin (1/4/2024).

Malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa yaitu dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Keistimewaan itu hanya diberikan kepada umat Rasulullah SAW.

“Kita (umat Rasulullah SAW) pendek-pendek umurnya tapi Lailatul Qadar lebih panjang daripada orang yang hidup 1000 tahun kan (umat nabi terdahulu). Nah inilah kesyukuran kita menghadapi kenyataan hidup menjadi umat Nabi Muhammad,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Meski demikian, jangan sampai ibadah-ibadah yang kita laksanakan justru ditujukan untuk malam Lailatul Qadar. Sebab, Ramadan dan Lailatul Qadar termasuk makhluk Allah SWT.

Sebagai muslim yang taat, hendaknya amalan-amalan tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Pastikan ibadah yang kita laksanakan ikhlas semata karena sang Khalik.

“Lakukan semaksimal mungkin ibadah dalam bulan suci Ramadan lillahi ta’ala, Tuhan-lah yang punya hak untuk berikan yang terbaik buat kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Ketentuan Melakukan Iktikaf pada Akhir Ramadan



Jakarta

Pada malam-malam akhir Ramadan, kaum muslimin dianjurkan untuk melakukan iktikaf di masjid. Ibadah ini rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Aisyah RA,

“Bahwasanya Nabi SAW beriktikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla. Kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beriktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Ibadah iktikaf ini wajib dikerjakan di masjid, bukan di rumah atau musala. Tujuan dari iktikaf ini agar umat Islam fokus beribadah kepada Allah SWT.


“Selama kita melakukan iktikaf itu yang kita lakukan adalah mengingat Allah SWT sesekali diselingi dengan membaca Qur’an, baca zikir, salat, zikir (lagi), baca Qur’an (lagi),” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Jumat (5/4/2024).

Ketika melakukan iktikaf, kaum muslimin harus dalam keadaan bersih dan suci. Karenanya, dianjurkan pula untuk mempertahankan wudhu saat beriktikaf.

Menurut Nasaruddin Umar, iktikaf tidak harus bermalam dan menginap di masjid. Beriktikaf seusai salat tarawih meski hanya dua sampai tiga jam diperbolehkan.

“Dua jam juga sudah iktikaf kok. Maka itu kalau kita pergi tarawih, begitu kita masuk ke masjid langsung niat iktikaf, walaupun hanya dua jam, tiga jam (lalu) balik ke rumah sudah selesai iktikafnya,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Beriktikaf juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus kepada Allah SWT semata. Muslim sebaiknya memelihara pandangan dan mulutnya saat melakukan amalan tersebut agar khusyuk.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Amalan Sunah yang Bisa Dilakukan Jelang Idul Fitri



Jakarta

Ramadan sudah memasuki hari ke-27, itu artinya Idul Fitri akan tiba dalam beberapa hari lagi. Menjelang datangnya hari raya, ada sejumlah amalan yang bisa dilakukan.

Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Minggu (6/4/2024) menerangkan sejumlah amalan yang bisa dikerjakan menjelang hari raya. Salah satunya memperbanyak salat sunnah dan menambah jumlah rakaatnya.

“Semakin akhir Ramadan itu kita perpanjang waktu salat kita seperti yang dilakukan Rasulullah SAW. Perbanyak rakaat salat kita, jangan pernah meninggalkan salat-salat sunah,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.


Salat-salat sunah ini di luar salat fardhu, seperti Tarawih, tahajud, qabliyah, badiyah dan semacamnya. Selain itu, umat Islam juga bisa lebih rajin membaca Al-Qur’an.

Sebagaimana diketahui, setiap huruf Al-Qur’an yang dibaca pada bulan suci akan mendapat 10 pahala kebaikan. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الٓمٓ (Alif Lam Mim) satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

Kemudian, amalan lain yang bisa dikerjakan jelang Idul Fitri adalah memperbanyak sedekah. Sedekah ini tidak hanya sebatas zakat fitrah, melainkan sedekah jariyah, infak, hibah, dan lain sebagainya.

“Jadi bersedekah seperti ini banyak manfaatnya, terutama di akhir bulan Ramadan,” terang Prof Nasaruddin Umar.

Lebih lanjut ia menuturkan, hendaknya seorang muslim pada akhir Ramadan semakin banyak berdoa. Doa tidak hanya ditujukan pada diri sendiri, melainkan juga orang-orang sekitar seperti orang tua yang telah wafat, anggota keluarga lain, dan orang-orang terdekat.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Amalan Sunah yang Bisa Dilakukan Jelang Idul Fitri dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com