Tag Archives: puasa asyura

Bacaan Lengkap dan Keutamaan Mengerjakannya


Jakarta

Niat puasa 1 Muharram dibaca sebelum muslim mengerjakan amalan tersebut. Sejatinya, Muharram menjadi bulan terbaik kedua setelah Ramadan untuk berpuasa.

Rasulullah SAW melalui haditsnya menyebut terkait hal itu. Berikut bunyi haditsnya yang dinukil dari Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wasa’il wa Thuruq wa Amaliyah karya Raghib As Sirjani terjemahan Andi Muhammad Syahrir.

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)


Niat Puasa 1 Muharram: Arab, Latin dan Arti

Mengutip dari buku Kedahsyatan Puasa oleh M Syukron Maksum, berikut bacaan niat puasa 1 Muharram.

نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta’ala.

Artinya: Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’ala.

Niat ini bisa dibaca pada hari-hari lainnya di bulan Muharram selain tanggal 1. Tetapi perlu dipahami bahwa niat di atas tidak dibaca untuk puasa Tasua dan Asyura pada 9-10 Muharram, karena kedua puasa itu memiliki niat yang berbeda.

Waktu Membaca Niat Puasa 1 Muharram

Niat puasa 1 Muharram bisa dibaca sehari sebelum puasa berlangsung, tepatnya saat malam hari. Menurut kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzhahib Al-Arba’ah oleh Syaikh Abdurrahman Al Juzairi terjemahan Faisal Saleh, niat puasa sunnah bisa dibaca sejak matahari terbenam hingga pagi hari.

Walau begitu, sebaiknya muslim membaca niat puasa 1 Muharram lebih awal. Ini dimaksudkan agar lebih aman dan tidak tergesa-gesa.

Keutamaan Puasa 1 Muharram

Keutamaan puasa 1 Muharram sama seperti puasa Muharram pada umumnya. Masih dari sumber yang sama, Jalaluddin As Suyuthi dalam Ad Dibaj’ Ala Muslim-nya mengatakan bahwa puasa Muharram terbilang utama karena Muharram menjadi awal tahun baru.

“Maka pembukaannya adalah puasa yang merupakan amal paling utama.” tulisnya.

Selain puasa 1 Muharram, ada juga puasa yang lebih utama yaitu Asyura. Menurut buku Kumpulan Khotbah Jumat Sepanjang Tahun Hijriyah oleh Reyvan Maulid, puasa Asyura memiliki keutamaan melebur dosa setahun yang lalu.

Dari Abu Qatadah RA berkata,

“Sungguh Rasulullah SAW pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, kemudian beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang lewat.” (HR Muslim)

Wallahu a’lam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Bolehkah Puasa di 1 Muharram Tanpa Puasa Asyura? Begini Penjelasannya


Jakarta

Puasa 1 Muharram merupakan salah satu amalan yang bisa dikerjakan muslim saat Tahun Baru Islam. Sebagaimana diketahui, puasa pada bulan Muharram dianjurkan oleh Rasulullah SAW melalui haditsnya.

Beliau bersabda,

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)


Selain puasa 1 Muharram, ada juga puasa Tasua dan Asyura pada bulan Muharram. Kedua puasa tersebut memiliki keutamaan yang luar biasa.

Lantas, bolehkah muslim hanya melaksanakan puasa 1 Muharram tanpa puasa Asyura?

Hukum Mengerjakan Puasa 1 Muharram Tanpa Puasa Asyura

Puasa yang dikerjakan pada bulan Muharram hukumnya sunnah. Diterangkan dalam buku Dahsyatnya Puasa Sunah karya H Amirulloh Syarbini dkk, puasa di bulan Muharram menjadi puasa yang paling baik setelah Ramadan sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Sementara itu, puasa Asyura dikerjakan setiap 10 Muharram. Biasanya, amalan tersebut diikuti dengan puasa Tasua sehari sebelumnya yaitu pada 9 Muharram.

Sejatinya, puasa Tasua dimaksudkan sebagai pembeda dengan puasa bangsa Yahudi yang berlangsung pada 10 Muharram. Namun, Rasulullah SAW tidak mewajibkan kedua puasa tersebut harus beriringan. Muslim bisa melaksanakan puasa Asyura tanpa Tasua.

Kesunnahan puasa Asyura mengacu pada hadits berikut,

“Hari ini hari Asyura, tidak diwajibkan atas kalian puasa. Dan aku berpuasa. Maka barangsiapa yang ingin puasa maka berpuasalah, dan barangsiapa yang tidak maka berbukalah.” (HR Bukhari)

Melalui hadits di atas, Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa puasa Asyura hukumnya sunnah dan tidak wajib. Muslim tidak mendapatkan dosa jika tidak mengerjakan amalan sunnah.

Meski begitu, puasa Asyura memiliki keutamaan yang luar biasa dan sayang jika dilewatkan. Diterangkan dalam buku Puasa Jadikan Hidup Penuh Berkah yang ditulis Syukron Maksum, puasa Asyura disebut dapat menghapus doa setahun yang lalu.

Rasulullah SAW pernah ditanya terkait puasa Asyura dan beliau menjawab:

“Menebus dosa tahun yang lalu.” (HR Muslim)

Selain itu, Imam Baihaqi dalam kitab Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) terjemahan Muflih Kamil mencantumkan hadits pahala puasa Asyura setara dengan 10 ribu orang berhaji.

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

Buya Yahya melalui ceramahnya yang ditayangkan dalam YouTube Al Bahjah TV juga mengatakan hendaknya muslim tidak melewatkan puasa pada 10 Muharram.

“Tapi di antara (tanggal) 10 pada 1 bulan (Muharram) itu ada hari istimewa yang harus anda tekankan yaitu tanggal 10 Muharram. Jangan puasa di (tanggal) 1,2,3,4,5,6,7,8,9 (tapi tanggal) 10-nya buka (tidak puasa). Jangan gitu,” katanya. detikHikmah telah mendapat izin mengutip tayangan tersebut.

Wallahu a’lam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Mengapa Puasa Asyura & Tasua Dianjurkan di Bulan Muharram?



Jakarta

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Kemuliaan ini dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhul Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Di antara berbagai ibadah yang dianjurkan pada bulan ini, puasa Asyura dan Tasua menjadi amalan yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW. Lantas, mengapa dua puasa sunnah ini begitu dianjurkan?

Anjuran Berpuasa Tasua dan Asyura dari Rasulullah SAW

Dalam Fikih Puasa karya Ali Musthafa Siregar dijelaskan bahwa puasa Tasua dilakukan pada tanggal 9 Muharram, sedangkan puasa Asyura dikerjakan pada 10 Muharram. Kedua puasa ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang menyatakan keinginannya untuk berpuasa dua hari di bulan Muharram:

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 (Muharram).” (HR Ahmad)

Lebih lanjut, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa puasa di bulan Muharram merupakan puasa terbaik setelah Ramadan:

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa di bulan Muharram, dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Latar Belakang Disyariatkannya Puasa Asyura dan Tasua

Mengutip Fikih Kontroversi Jilid 2 oleh H. M. Anshary, sejarah puasa Asyura dan Tasua bermula ketika Rasulullah SAW masih di Makkah. Saat itu beliau berpuasa Asyura secara pribadi. Aisyah RA meriwayatkan:

“Di masa jahiliah, orang Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW juga melakukannya. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap melaksanakan puasa tersebut dan memerintahkan orang lain untuk ikut berpuasa. Namun, setelah puasa Ramadan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa Asyura dan bersabda: Barang siapa yang mau, silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak mau, maka tidak mengapa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ketika tiba di Madinah, Rasulullah SAW mendapati kaum Yahudi juga berpuasa di hari Asyura sebagai bentuk syukur atas keselamatan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun. Riwayat dari Ibnu Abbas RA menyebutkan:

Rasulullah SAW bertanya, “Hari apa ini?”

Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari mulia. Pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil serta menenggelamkan Firaun dan pengikutnya. Musa pun berpuasa sebagai ungkapan syukur, dan kami ikut melaksanakannya.”

Rasulullah SAW bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” Kemudian beliau pun berpuasa dan menganjurkan umat Islam untuk melakukannya. (HR Muslim)

Sejak saat itu, puasa Asyura menjadi salah satu amalan yang disunnahkan. Meskipun kemudian tidak diwajibkan setelah datangnya perintah puasa Ramadan, Rasulullah SAW tetap memberikan ruang bagi umatnya untuk mengamalkannya.

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura

Beberapa keutamaan dari puasa Asyura dan Tasua ini juga disebutkan dalam berbagai hadits. Berikut keutamaannya yang dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari susunan Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha.

1. Menghapus Dosa Setahun Lalu

Hadits dari Abu Qatadah Al Anshari RA menyebutkan:

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun, yaitu tahun lalu dan tahun yang akan datang. Sedangkan puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

2. Memperoleh Pahala yang Besar

Dalam satu riwayat, puasa Asyura dijanjikan pahala yang sangat besar:

“Barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharram), maka Allah memberinya pahala 10 ribu malaikat. Ia juga mendapat pahala seperti 10 ribu orang berhaji dan berumrah, serta seperti 10 ribu orang mati syahid. Barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari itu, setiap rambutnya akan meninggikan derajatnya. Dan siapa yang memberi makan orang mukmin yang berbuka puasa pada hari itu, maka seolah-olah ia telah memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW.” (HR Muslim)

Dalam riwayat yang shahih dikatakan puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Artinya: Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, “Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

3. Sebagai Pembeda Umat Islam dan Yahudi

Rasulullah SAW bersabda:

“Berpuasalah kalian pada hari Asyura dan bedakanlah dengan kaum Yahudi, dengan berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad)

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

12 Amalan Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Dilakukan Siapa Saja


Jakarta

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan mulia yang diagungkan dalam Islam. Pada bulan ini, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan mengisi waktu dengan amalan kebaikan. Allah SWT berfirman dalam surat At Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Arab latin: Inna ‘iddatasy-syuhūri ‘indallāhiṡnā ‘asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa minhā arba’atun ḥurum(un), żālikad-dīnul-qayyim(u), falā taẓlimū fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatan kamā yuqātilūnakum kāffah(tan), wa’lamū annallāha ma’al-muttaqīn(a).


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Dalam ayat tersebut, bulan Muharram termasuk salah satu bulan yang dimuliakan, di mana amal kebaikan sangat dianjurkan dan perbuatan maksiat sangat dilarang.

Amalan yang Dianjurkan pada Bulan Muharram

Mengacu pada buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, terdapat beberapa amalan sunnah yang bisa dikerjakan oleh siapa saja pada bulan Muharram. Berikut penjelasannya.

1. Berpuasa di Penghujung Bulan Dzulhijjah dan Awal Muharram

Amalan pertama yang dianjurkan adalah melaksanakan puasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram. Ibadah puasa ini menjadi kesempatan berharga untuk memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram, maka Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya, meskipun ia telah berdosa selama lima puluh tahun.” (HR. Ibnu Abbas)

2. Membaca Doa Akhir Tahun

Doa akhir tahun biasanya dibaca setelah melaksanakan shalat Ashar atau sebelum masuk waktu Maghrib. Momen ini menjadi waktu yang tepat bagi umat Muslim untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kekhilafan yang telah dilakukan sepanjang tahun.

Berikut bacaan doa akhir tahun yang diambil dari buku Majmu’ Ad-Da’awaat: Kumpulan Doa-Doa Pilihan karya Ust. Risky Aviv Nugroho, M.Pd.

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Arab latin: Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da’autanî ilat taubati min ba’di jarâ’atî ‘alâ ma’shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa’attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha’ rajâ’î minka yâ karîm.

Artinya: Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

3. Membaca Doa Awal Tahun

Setelah membaca doa akhir tahun, dianjurkan pula untuk membaca doa awal bulan Muharram. Doa ini dibaca setelah shalat Maghrib sebanyak tiga kali pada malam 1 Muharram.

Beberapa ulama menyampaikan bahwa siapa yang membaca doa ini sebanyak tiga kali setelah shalat Rawatib ba’diyah Maghrib, maka Allah SWT akan mengutus dua malaikat untuk melindunginya dari tipu daya dan godaan setan selama satu tahun ke depan.

Pelaksanaan doa ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti membaca doa secara langsung setelah shalat, mendahuluinya dengan shalat sunnah dua rakaat, melaksanakan sujud syukur terlebih dahulu, atau mengamalkannya selama sepuluh hari berturut-turut.
Berikut bacaan doa awal tahun yang dianjurkan:

اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Arab latin: Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu’awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya: Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.

4. Menghidupkan Malam Pertama Bulan Muharram dengan Qiyamul Lail

Pada malam pertama bulan Muharram, dianjurkan untuk mengisi waktu dengan berbagai ibadah, di antaranya:

  • Memperbanyak membaca Al-Qur’an.
  • Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
  • Mengerjakan shalat sunnah seperti shalat Hajat, Tahajjud, Taubat, dan shalat sunnah lainnya.
  • Melaksanakan shalat sunnah seratus rakaat, dengan membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas pada setiap rakaat.
  • Mengerjakan shalat sunnah dua rakaat; pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Al-An’am, serta pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surat Yasin.
  • Melaksanakan shalat sunnah dua rakaat, dengan membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak 11 kali di setiap rakaat.

5. Amalan setelah Shalat Subuh

Selain amalan-amalan di atas, sebagian ulama juga menganjurkan amalan khusus setelah shalat Subuh di bulan Muharram. Siapa saja yang membaca basmalah sebanyak 360 kali dan ayat kursi sebanyak 360 kali setelah shalat Subuh, insya Allah akan diberikan kelapangan rezeki, dilindungi dari berbagai musibah, serta diberi keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Berpuasa di Hari Pertama Bulan Muharram

Selain berpuasa di akhir Dzulhijjah, puasa di hari pertama bulan Muharram juga memiliki keutamaan yang sangat besar.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram, termasuk hari pertamanya. Amalan ini menjadi kesempatan untuk mengisi awal tahun dengan amalan puasa yang dicintai Allah SWT.

7. Puasa Tasu’ah

Puasa Tasu’ah adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau menceritakan bahwa para sahabat berkata,

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Lalu Rasulullah SAW bersabda:

“Tahun depan, insya Allah, kita akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)

Namun, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa tahun berikutnya belum sempat tiba, Rasulullah SAW telah wafat.

Berikut adalah niat puasa Tasu’ah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَسُعَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma tasu’aa sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.

8. Puasa Asyura

Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Keutamaan puasa ini disebutkan dalam beberapa hadits, salah satunya hadits dari Ibnu Abbas RA yang meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah SWT akan memberinya pahala seperti 10.000 malaikat. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura, maka ia mendapatkan pahala seperti 10.000 orang yang berhaji dan berumrah, serta pahala seperti 10.000 orang yang mati syahid.

Barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari itu, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya satu tingkat untuk setiap helai rambut yang disentuhnya. Barang siapa memberi makan orang mukmin yang berbuka puasa pada hari Asyura, maka seolah-olah ia telah memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang sedang berbuka dan mengenyangkan mereka.” (HR. Ibnu Abbas)

Berikut adalah niat puasa Asyura:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ‘aasyuraa sunnatan lillâhi ta’âlâ

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta’ala.

9. Amalan Kebaikan pada Hari Asyura

Sebagian ulama menyampaikan bahwa terdapat banyak amalan yang dianjurkan pada hari Asyura. Amalan-amalan ini diyakini memiliki keutamaan dan pahala besar bagi yang mengerjakannya, di antaranya:

  • Mengusap kepala anak yatim.
  • Memuliakan dan membantu fakir miskin.
  • Memberikan ilmu atau manfaat kepada orang lain, seperti membantu menunjukkan jalan kepada yang tersesat.
  • Bersedekah.
  • Melapangkan rezeki dan memberikan hadiah kepada anak serta istri.
  • Melaksanakan mandi sunnah.
  • Menggunakan celak (bercelak).
  • Menjamu orang yang berbuka puasa.
  • Memperbanyak shalat sunnah empat rakaat.
  • Memperbanyak bacaan: Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.
  • Membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.
  • Mengerjakan shalat Tasbih.
  • Menjalin silaturahmi dengan siapa saja, baik keluarga, kerabat dekat, tetangga, maupun para ulama.

10. Membaca Doa Asyura

Doa Asyura biasanya dibaca setelah melaksanakan shalat Maghrib. Beberapa ulama menjelaskan bahwa doa ini dapat dibaca secara langsung. Namun, ada juga anjuran untuk mendahuluinya dengan melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu sebanyak empat rakaat, dengan dua salam.

Pada setiap rakaat, dianjurkan membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak 50 kali. Setelah menyelesaikan shalat sunnah tersebut, barulah dilanjutkan dengan membaca Doa Asyura.

Doa Asyura ini dapat dibaca sebanyak 7 kali, namun akan lebih utama jika dibaca sebanyak 70 kali. Berikut adalah bacaan Doa Asyura:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرِ. سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ. وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا نَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِي الْعَظِيمِ وَهُوَحَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Arab Latin: Hasbunallaah wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’man nashiir. Subhaanallaahi mil-al miizaani wa muntahal ‘ilmi wa mablaghar ridhaa wazinatal ‘arsyi. Laa malja-a minallaahi illaa ilaihi subhaanallaahi ‘adadasy syaf’i wal witir. Wa ‘adada kalimatillaahit taammaati kullaha, nas-alukas salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wahuwa hasbunaa wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’man nashiir. Washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii washahbihii wasallam.

Artinya: Cukuplah Allah yang menjadi penolong dan kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maha Suci Allah sepenuh mizan (timbangan), setinggi ilmu, sebanyak keridhaan, dan setimbang ‘Arsy. Tiada tempat untuk menyelamatkan diri, dan tiada tempat untuk bersandar, melainkan kepada Allah. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, dan sebanyak kalimat yang sempurna kesemuanya. Saya memohon keselamatan kepada-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan, tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Cukuplah Allah yang memeliharaku, tempatku berpegang, dan sebaik-baiknya Pemberi pertolongan. Semoga Allah memberikan rahmat atas nabi kita, penghulu kami, Muhammad. Kemudian, juga kepada keluarga dan para sahabat nabi kesemuanya.

11. Puasa Tanggal 11 Muharram

Selain puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, sebagian ulama juga menganjurkan berpuasa pada tanggal 11 Muharram. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan beberapa ulama lainnya untuk membedakan puasa umat Islam dengan puasa kaum Yahudi.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah kaum Yahudi, yaitu dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.” (HR. Ahmad)

12. Puasa Ayyamul Bidh pada Tanggal 13, 14, dan 15 Muharram

Puasa yang dianjurkan pada pertengahan bulan Muharram dikenal sebagai puasa Ayyamul Bidh, yaitu puasa yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa ini merupakan amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan menjadi bagian dari ibadah yang disarankan untuk rutin dilakukan setiap bulan dalam kalender Hijriah.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura: Manfaat Dunia-Akhirat!


Jakarta

Puasa Tasua dan Asyura merupakan amalan yang dikerjakan bulan Muharram, tepatnya pada tanggal 9-10. Sebagaimana diketahui Muharram menjadi sebaik-baiknya bulan untuk berpuasa selain Ramadan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim)


Puasa Tasua dan Asyura bahkan dianjurkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan kedua puasa tersebut.

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10.” (HR Al Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura Secara Syariat

Berikut sejumlah keutamaan dari puasa Tasua dan Asyura dari segi syariat sebagaimana dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha.

1. Dihapuskan Dosanya Setahun Lalu

Rasulullah SAW melalui haditsnya menyebut bahwa muslim yang berpuasa pada hari Asyura akan dihapuskan dosanya setahun yang lalu. Beliau berkata,

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

2. Membedakan dengan Bangsa Yahudi

Puasa Tasua yang dilaksanakan pada 9 Muharram menjadi pembeda dari bangsa Yahudi yang mengerjakan puasa hanya pada hari Asyura. Dari Ibnu Abbas RA berkata,

“Nabi SAW datang di Madinah, tiba-tiba beliau mendapati orang-orang Yahudi pada berpuasa Asyura (10 Muharram). Mereka berkata, ‘Ini adalah hari kemenangan Musa terhadap Firaun.’ Lalu Nabi SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, “Kamu adalah lebih berhak atas Musa daripada mereka, oleh sebab itu berpuasalah’!” (HR Bukhari)

3. Puasa Terbaik Kedua

Muharram menjadi bulan yang terbaik untuk berpuasa setelah Ramadan. Ini sesuai hadits dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW suatu hari pernah ditanya,

“Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu?”, kemudian Rasulullah menjawab, “Yaitu salat di tengah malam.” Lalu ada lagi yang bertanya kepadanya, “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”, dan Rasulullah bersabda, “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)

4. Pahalanya Setara 10 Ribu Orang Berhaji

Menurut kitab Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) karya Imam Baihaqi yang diterjemahkan Muflih Kamil, disebutkan bahwa salah satu keutamaan puasa Asyura adalah mendapat pahala setara 10 ribu orang berhaji.

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

Manfaat Puasa Tasua dan Asyura bagi Kesehatan

Mengutip dari buku 10 Formula dasar Islam: Konsep dan Penerapannya tulisan Gamar Al Haddar, berikut manfaat puasa Tasua dan Asyura bagi kesehatan muslim.

1. Menjaga Kesehatan

Puasa baik bagi tubuh karena dapat mencegah dari berbagai penyakit. Dengan demikian, muslim yang mengerjakan puasa juga berperan menjaga kesehatan tubuhnya.

2. Memperbaiki Sel yang Rusak

Menurut Dr Abdul Jawwad Ash-Shawi menyebut bahwa sel-sel tubuh bisa dibentuk kembali dan didistribusikan sesuai kebutuhannya apabila seseorang berpuasa. Dengan begitu, gugus-gugus baru untuk sel-sel menyebabkan renovasi struktur serta meningkatkan fungsional organ tubuh.

3. Membersihkan Tubuh dari Racun

Puasa bermanfaat untuk membersihkan tubuh dari racun. Saat seorang muslim berpuasa, lemak-lemak yang disimpan dalam tubuh pada jumlah besar bisa dipindahkan ke hati hingga dioksidasi dan dimanfaatkan oleh hati.

Melalui proses tersebut, banyak racun meleleh dan dikeluarkan, dibersihkan dari kotoran-kotoran tubuh. Umumnya, proses ini dikenal dengan detoksifikasi.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Checklist Ibadah Keluarga Selama Bulan Muharram


Jakarta

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Pada bulan ini, kaum muslim dianjurkan memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi perbuatan maksiat.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Karena kemuliaannya, bulan Muharram menjadi momentum istimewa untuk menghidupkan berbagai ibadah.

Selain beribadah secara pribadi, menjalankan ibadah bersama keluarga memiliki keutamaan tersendiri. Kebersamaan dalam beribadah mempererat hubungan antaranggota keluarga, menciptakan suasana rumah yang lebih harmonis, serta menumbuhkan semangat beribadah, khususnya pada anak-anak. Rasulullah SAW pun mencontohkan banyak ibadah yang dilakukan bersama keluarga sebagai sarana pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan.

Mengacu pada buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, berikut adalah checklist ibadah yang dapat dijalankan bersama keluarga selama bulan Muharram:

Checklist Ibadah Bersama Keluarga pada Bulan Muharram

1. Puasa di Penghujung Dzulhijjah dan Awal Muharram

Puasa pada hari terakhir Dzulhijjah dan hari pertama Muharram dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang berpuasa pada kedua hari ini akan diampuni dosanya, meskipun dosanya sebanyak dosa lima puluh tahun. Namun, hadits ini dinilai lemah.

Melaksanakan puasa bersama keluarga tidak hanya menambah semangat, tetapi juga menanamkan nilai kesabaran dan kebersamaan.

2. Membaca Doa Akhir Tahun

Pada sore hari terakhir bulan Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan membaca doa akhir tahun. Doa ini memohon ampunan atas kesalahan dan dosa yang dilakukan selama setahun penuh. Membaca doa secara bersama-sama dengan keluarga menjadi momen refleksi bersama dan memperkuat ikatan spiritual dalam rumah tangga.

3. Membaca Doa Awal Tahun

Saat memasuki malam 1 Muharram, umat Islam dianjurkan membaca doa awal tahun sebanyak tiga kali. Terdapat riwayat bahwa Allah akan mengutus malaikat untuk menjaga orang yang membaca doa ini dari gangguan setan sepanjang tahun. Membaca doa bersama keluarga menumbuhkan semangat mengawali tahun baru Hijriah dengan penuh harapan dan tekad menjadi pribadi yang lebih baik.

4. Menghidupkan Malam Pertama Muharram

Malam pertama bulan Muharram termasuk malam yang mulia. Beberapa amalan yang bisa dilakukan bersama keluarga antara lain:

  • Membaca Al-Qur’an
  • Berdzikir bersama
  • Mengerjakan salat sunnah seperti Tahajud, Hajat, dan Taubat
  • Salat sunnah seratus rakaat, meskipun tidak wajib dilakukan bagi yang merasa berat
  • Salat sunnah dua rakaat dengan bacaan khusus seperti surat Al-An’am atau Yasin

Kegiatan ini sekaligus menjadi sarana mendidik anak-anak untuk mencintai ibadah malam sejak usia dini.

5. Dzikir setelah Salat Subuh

Sebagian ulama menganjurkan membaca basmalah dan Ayat Kursi masing-masing 360 kali setelah Subuh di bulan Muharram. Jika dilakukan bersama keluarga, bacaan bisa dibagi, sehingga terasa lebih ringan. Amalan ini diyakini membuka pintu rezeki dan melindungi dari berbagai mara bahaya.

6. Puasa Hari Pertama Muharram

Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu Muharram.” Melaksanakan puasa di awal Muharram dapat menjadi awal yang baik dalam memulai tahun baru hijriah bersama keluarga.

7. Puasa Tasu’a (9 Muharram)

Tanggal 9 Muharram dikenal dengan puasa Tasu’a. Rasulullah SAW ingin berpuasa pada hari tersebut agar berbeda dari kebiasaan kaum Yahudi. Puasa ini bisa dijadikan kebiasaan baik bersama keluarga untuk meneladani sunnah Nabi.

8. Puasa Asyura (10 Muharram)

Puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang yang berpuasa di hari Asyura akan mendapatkan pahala yang sangat besar, bahkan setara dengan pahala para malaikat, haji, umrah, dan para syuhada.

9. Mengerjakan Amalan di Hari Asyura

Selain berpuasa, amalan lainnya yang dianjurkan di hari Asyura antara lain:

  • Mengusap kepala anak yatim
  • Bersedekah
  • Memberi makan orang yang berbuka
  • Menjalin silaturahmi
  • Membaca surat Al-Ikhlas sebanyak seribu kali
  • Mengajak keluarga melakukan amalan-amalan ini menjadi sarana menanamkan nilai kepedulian dan solidaritas sosial.

10. Membaca Doa Asyura

Doa Asyura dianjurkan dibaca setelah Maghrib pada tanggal 10 Muharram. Doa ini bisa dibaca minimal tujuh kali, atau lebih utama dibaca hingga tujuh puluh kali. Membaca doa bersama keluarga menumbuhkan kekhusyukan dan rasa kebersamaan dalam berdoa kepada Allah SWT.

11. Puasa Tanggal 11 Muharram

Beberapa ulama, termasuk Ibnu Qayyim, menganjurkan puasa pada tanggal 11 Muharram agar berbeda dengan kebiasaan kaum Yahudi. Puasa ini dapat menjadi amalan bersama keluarga yang memperkuat tekad menjalankan sunnah Rasulullah SAW.

12. Puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 Muharram)

Selain Asyura, umat Islam juga dianjurkan berpuasa pada tanggal 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa Ayyamul Bidh adalah salah satu puasa sunnah yang memiliki keutamaan besar. Melakukannya bersama keluarga bisa menjadi latihan disiplin spiritual sekaligus sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Keutamaan Beribadah Bersama Keluarga

Menjalankan ibadah bersama keluarga bukan sekadar melaksanakan ritual agama, tetapi juga memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

  • Memperkuat ikatan emosional dan spiritual dalam rumah tangga
  • Menjadi sarana saling mengingatkan dalam kebaikan
  • Menanamkan nilai-nilai agama sejak dini kepada anak-anak
  • Menciptakan suasana rumah yang penuh berkah dan ketenangan
  • Membiasakan kebersamaan dalam melakukan kebaikan

Rumah yang di dalamnya dipenuhi lantunan doa, bacaan Al-Qur’an, dan aktivitas ibadah akan menjadi rumah yang tenteram dan dirindukan para penghuninya. Bulan Muharram menjadi momen yang tepat untuk memulai kebiasaan baik ini.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan 10 Muharram 1447 H dan Jadwal Puasa Sunnah Asyura


Jakarta

Keutamaan 10 Muharram 1447 H perlu dipahami muslim. Pada momen tersebut, muslim dianjurkan mengerjakan puasa sunnah Asyura karena mengandung keutamaan yang luar biasa.

10 Muharram disebut juga dengan hari Asyura. Waktu tersebut tergolong sebagai hari yang baik sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut,

“Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura’. Lalu, Rasul bertanya, ‘Ada kegiatan apa ini?’


Para sahabat menjawab ‘Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut.’

Rasul lalu mengatakan ‘Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian’. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura’ tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya.” (HR Bukhari)

Menurut buku Membangun Muslim Moderat oleh Asep Maulana Rohimat, hari Asyura juga disebutkan dalam Al-Qur’an. Hari Asyura bertepatan dengan peristiwa tenggelamnya Firaun di laut saat mengejar Nabi Musa AS.

Usai peristiwa itu, Nabi Musa AS bersama kaumnya mengerjakan puasa pada hari Asyura sebagaiamana dijelaskan dalam hadits di atas.

Sebagai hari Asyura, banyak keutamaan yang dapat diraih muslim jika mengerjakan amalan puasa yang dianjurkan pada 10 Muharram. Dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha, Muharram adalah sebaik-baiknya bulan untuk mengerjakan puasa setelah Ramadan.

Dari Aisyah RA berkata,

“Orang-orang melaksanakan shaum hari kesepuluh bulan Muharram (‘Asyura’) sebelum diwajibkan shaum Ramadhan. Hari itu adalah ketika Ka’bah ditutup dengan kain (kiswah). Ketika Allah subhanahu wata’ala telah mewajibkan shaum Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mau shaum hari ‘Asyura’ laksanakanlah dan siapa yang tidak mau tinggalkanlah!” (HR Bukhari)

Keutamaan 10 Muharram 1447 H bagi Muslim

Berikut sejumlah keutamaan 10 Muharram 1447 H yang dinukil dari sumber yang sama.

1. Hari Disunnahkan Berpuasa

Salah satu keutamaan 10 Muharram adalah merupakan hari yang dianjurkan untuk berpuasa. Apabila mengerjakannya, muslim akan mendapat ganjaran pahala yang luar biasa.

Dari Ibnu Abbas RA berkata,

“Bahwasanya Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh sahabatnya berpuasa.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Dosanya yang Setahun Lalu Dihapuskan

Mengerjakan puasa Asyura pada 10 Muharram akan diberi ganjaran penghapusan dosa setahun yang lalu. Ini sesuai dengan hadits berikut,

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

3. Puasa Paling Mulia Kedua

Berpuasa di bulan Muharram termasuk yang terbaik kedua setelah Ramadan. Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi SAW pernah ditanya,

“Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu?”, kemudian Rasulullah menjawab, “Yaitu salat di tengah malam.” Lalu ada lagi yang bertanya kepadanya, “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”, dan Rasulullah bersabda, “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)

4. Diganjar Pahala 10 Ribu Orang Berhaji

Keutamaan luar biasa lainnya dari 10 Muharram adalah diganjar pahala setara 10 ribu orang berhaji jika mengerjakan puasa Asyura. Terkait hal ini disebutkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) terjemahan Muflih Kamil.

Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

5. Pahala Puasanya Setara 30 Hari

Berpuasa satu hari pada bulan Muharram setara dengan 30 hari berpuasa. Dari Ibnu Abbas RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa berpuasa satu hari pada bulan Muharram, maka seolah-olah ia berpuasa selama 30 hari.” (HR At Thabrani)

6. Menghidupkan Sunnah Rasul

Mengacu pada hadits-hadits sebelumnya, Rasulullah SAW selalu mengerjakan puasa pada 10 Muharram. Dengan melaksanakan amalan itu, maka muslim menghidupkan sunnah Rasulullah SAW.

Jadwal Puasa Sunnah Asyura 10 Muharram

Mengacu pada Kalender Hijriah Tahun 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), puasa sunnah Asyura tahun ini bertepatan dengan hari Minggu, 6 Juli 2025 / 10 Muharram 1447 H.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Hukum Menggabungkan Puasa Tasu’a, Asyura dengan Qadha Ramadhan


Jakarta

Bulan Muharram, khususnya pada tanggal 9 (Tasu’a) dan 10 (Asyura), menjadi waktu istimewa bagi umat Islam untuk melaksanakan puasa sunnah. Namun, bagaimana jika seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan? Apakah boleh menggabungkan niat puasa qadha dengan puasa Tasu’a atau Asyura?

Pertanyaan ini kerap muncul di tengah umat, terutama bagi mereka yang ingin meraih keutamaan puasa sunnah namun belum menunaikan kewajiban qadha Ramadhan. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 184:

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ


Arab latin: Ayyāmam ma’dūdāt(in), faman kāna minkum marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar(a), wa ‘alal-lażīna yuṭīqūnahū fidyatun ṭa’āmu miskīn(in), faman taṭawwa’a khairan fahuwa khairul lah(ū), wa an taṣūmū khairul lakum in kuntum ta’lamūn(a).

Artinya: (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Ayat ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan yang ditinggalkan harus diganti di hari lain, dan hal ini menjadi landasan penting dalam pembahasan tentang boleh tidaknya menggabungkan niat qadha dengan puasa sunnah seperti Tasu’a dan Asyura.

Hukum Puasa Sunnah bagi yang Masih Punya Utang Puasa

Menurut Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah dalam salah satu kajiannya di kanal YouTube Al-Bahjah TV, hukum menjalankan puasa sunnah bagi orang yang masih memiliki utang puasa Ramadhan tergantung pada sebab seseorang meninggalkan puasa tersebut.

“Jika seseorang meninggalkan puasa wajib karena sengaja dan tanpa uzur syar’i, maka tidak diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah sebelum membayar utang puasanya. Dalam kondisi ini, puasa wajib tersebut harus dibayar secara langsung (kontan),” jelas Buya Yahya.

Namun berbeda halnya jika puasa ditinggalkan karena alasan syar’i seperti haid, sakit, hamil, atau halangan lainnya yang dibenarkan oleh syariat. Dalam keadaan ini, seseorang tetap diperbolehkan berpuasa sunnah meskipun belum mengganti puasa wajibnya.

“Jika puasa yang ditinggalkan disebabkan oleh uzur seperti haid, hamil, sakit, atau halangan syar’i lainnya, maka seseorang diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah, dan puasanya tetap sah, selama masih ada kesempatan untuk membayar utang puasa di luar waktu itu,” tambah Buya Yahya.

Bolehkan Menggabungkan Niat Puasa Qadha dan Sunnah?

Terkait penggabungan niat antara puasa qadha dan sunnah, Buya Yahya menjelaskan bahwa niat qadha tidak bisa digabung dengan puasa sunnah, meskipun waktu pelaksanaannya bertepatan dengan hari-hari yang disunnahkan untuk berpuasa seperti Tasu’a dan Asyura.

“Ada pula petunjuk yang lebih utama, yaitu konsep ‘bayar satu dapat dua’,” ucap Buya Yahya.

Yang dimaksud Buya Yahya adalah, bagi orang yang memiliki utang puasa, bisa melaksanakan qadha pada tanggal 9, 10, atau 11 Muharram. Karena pelaksanaannya bertepatan dengan hari-hari puasa sunnah yang dianjurkan, maka ia tetap bisa memperoleh pahala puasa sunnah, selama niatnya ditujukan khusus untuk membayar utang puasa Ramadhan.

Artinya, niat untuk puasa wajib (qadha) tidak boleh digabung dengan niat puasa sunnah seperti Tasu’a atau Asyura. Jika digabungkan, maka tidak sah sebagai puasa wajib.

Sebaliknya, dalam puasa sunnah yang tidak bersifat wajib, penggabungan niat diperbolehkan. Misalnya, saat puasa Tasu’a bertepatan dengan hari Senin, seseorang boleh berniat sekaligus untuk puasa Senin dan puasa Tasu’a.

“Penggabungan niat ini berlaku untuk semua jenis puasa sunnah,” jelas Buya Yahya.

Bacaan Niat Puasa Tasu’a, Asyura, dan Qadha Ramadhan

Sebagai pelengkap dalam pelaksanaan puasa Tasu’a dan Asyura, umat Islam dianjurkan untuk membaca niat yang sesuai dengan hari pelaksanaannya. Untuk puasa Tasu’a yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram, niatnya sebagaimana disebutkan dalam buku Lu’lu’ al-Mujmi’at karya Dr. Rajo Bungsu, M.Pd.I adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَسُعَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma tasu’aa sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.

Sementara itu, bagi yang ingin melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, berikut niat yang dianjurkan:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ‘aasyuraa sunnatan lillâhi ta’âlâ

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta’ala.

Bagi yang masih memiliki tanggungan puasa Ramadhan dan ingin melaksanakannya di hari-hari tersebut, niat qadha puasa wajib dibaca sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Niat Puasa Tasua dan Asyura 2025 Lengkap dengan Hukum dan Jadwalnya


Jakarta

Niat puasa Tasua dan Asyura 2025 dibaca pada malam hari sebelum puasa berlangsung atau bisa di pagi harinya. Kedua amalan ini dianjurkan pada 9-10 Muharram setiap tahunnya.

Mengutip dari buku Inilah Alasan Rasulullah SAW Menganjurkan Puasa Sunnah oleh Amirulloh Syarbini dan Iis Nur’aeni Afgandi, terdapat hadits yang menyebut bahwa puasa pada bulan Muharram menjadi yang terbaik kedua setelah Ramadan.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda,


“Sebaik-baiknya puasa setelah bulan Ramadan adalah pada bulan Allah, yaitu Muharram.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dalam pelaksanaannya, umat Islam bisa mengawali puasa Muharram baik Tasua maupun Asyura dengan berniat.

Niat Puasa Tasua dan Asyura 2025

Berikut bacaan niat puasa Tasua dan Asyura 2025 yang dinukil dari buku Meraih Surga dengan Puasa oleh H Herdiansyah Achmad.

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma tasu’ata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Tasua sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Apa Hukum Puasa Tasua dan Asyura?

Mengacu pada sumber yang sama, puasa Tasua hukumnya sunnah sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram.” (HR Muslim)

Selain itu dijelaskan dalam Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi yang disyarah Musthafa Dib al Bugha terjemahan Misbah, hikmah melaksanakan mpuasa pada 9 Muharram untuk membedakan dengan orang-orang Yahudi yang hanya mengkhususkan puasa di tanggal 10 Muharram atau hari Asyura.

Nabi Muhammad SAW dalam riwayat lain menyebut terkait hukum puasa Asyura. Dari Ibnu Abbas RA berkata,

“Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘Alaih)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Perintah puasa Asyura merujuk pada hadits itu adalah sunnah muakkad yang berarti sangat dianjurkan.

Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025

Mengacu pada Kalender Hijriah 2025 Indonesia yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), maka jadwal puasa Tasua dan Asyura 2025 adalah sebagai berikut:

Puasa Tasua 9 Muharram 1447 H: Sabtu, 5 Juli 2025
Puasa Asyura 10 Muharram 1447 H: Minggu, 6 Juli 2025

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Hari Asyura dan Tasu’a: Mana yang Lebih Utama?


Jakarta

Bulan Muharram merupakan bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di dalamnya terdapat dua hari penting yang dianjurkan untuk berpuasa: Hari Tasu’a (9 Muharram) dan Hari Asyura (10 Muharram).

Namun sering muncul pertanyaan di kalangan umat Islam: mana yang lebih utama, puasa Tasua atau Asyura?

Berikut penjelasan lengkap mengenai keutamaan keduanya berdasarkan hadits Nabi, penjelasan ulama, hingga manfaatnya bagi kesehatan.


Muharram: Bulan Mulia untuk Berpuasa

Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan Muharram sebagai puasa terbaik setelah Ramadan, dalam sebuah hadits sahih disebutkan:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim)

Di antara amalan puasa di bulan Muharram, puasa Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) menjadi ibadah yang sangat dianjurkan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW secara langsung menganjurkan puasa ini:

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10.” (HR Al Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)

Inilah dasar mengapa puasa Tasua dan Asyura memiliki keutamaan tinggi. Lalu, apa saja keutamaan dari kedua puasa ini dan adakah di antara keduanya yang lebih utama? Mari kita telusuri lebih jauh.

Keutamaan Hari Tasu’a dan Asyura dalam Syariat Islam

Dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha, disebutkan beberapa keutamaan hari Tasu’a dan Asyura. Bagi yang berpuasa di hari tersebut, mereka akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW. Berikut penjelasannya.

1. Penghapus Dosa Setahun Lalu

Salah satu keutamaan paling signifikan dari puasa Asyura adalah kemampuannya menghapus dosa setahun yang lalu. Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah SWT bagi hamba-Nya yang berpuasa di hari Asyura, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

2. Puasa Terbaik Kedua Setelah Ramadan

Bulan Muharram secara keseluruhan merupakan bulan terbaik untuk berpuasa setelah Ramadan. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai ibadah puasa yang dikerjakan di bulan Muharram, termasuk puasa Tasu’a dan Asyura.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW pernah ditanya: “Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu?”, kemudian Rasulullah menjawab, “Yaitu salat di tengah malam.” Lalu ada lagi yang bertanya kepadanya, “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”, dan Rasulullah bersabda, “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)

3. Pahala Setara 10 Ribu Orang Berhaji

Dalam kitab Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) karya Imam Baihaqi, salah satu keutamaan puasa Asyura adalah mendapatkan pahala yang setara dengan ibadah haji. Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

4. Pembeda dengan Bangsa Yahudi

Pelaksanaan puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram memiliki makna penting sebagai pembeda dari bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi berpuasa hanya pada hari Asyura (10 Muharram) sebagai bentuk syukur atas kemenangan Nabi Musa AS atas Firaun. Dengan berpuasa Tasu’a bersama Asyura, umat Muslim menunjukkan identitasnya dan membedakan diri dari mereka. Dari Ibnu Abbas RA:

“Nabi SAW datang di Madinah, tiba-tiba beliau mendapati orang-orang Yahudi pada berpuasa Asyura (10 Muharram). Mereka berkata, ‘Ini adalah hari kemenangan Musa terhadap Firaun.’ Lalu Nabi SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, ‘Kamu adalah lebih berhak atas Musa daripada mereka, oleh sebab itu berpuasalah’!” (HR Bukhari)

Mana yang Lebih Utama: Tasu’a atau Asyura?

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura (10 Muharram) memiliki keutamaan yang lebih besar dalam hal penghapusan dosa dan pahala yang berlipat ganda. Namun, puasa Tasu’a (9 Muharram) memiliki peran penting sebagai pelengkap dan pembeda dari praktik Yahudi.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk menggabungkan keduanya, yaitu berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, untuk mendapatkan seluruh keutamaan dan manfaatnya. Ini sesuai dengan sunah Nabi Muhammad SAW yang ingin berpuasa pada kedua hari tersebut jika beliau masih hidup hingga tahun depan.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com