Tag Archives: puasa tasua

Puasa Asyura Menurut Muhammadiyah: Dalil dan Jadwal 2025


Jakarta

Puasa Asyura adalah ibadah sunnah yang dikerjakan pada 10 Muharram. Tahun ini, ada perbedaan pelaksanaan puasa Asyura dalam kalender Masehi antara Muhammadiyah dan pemerintah.

Hal tersebut terjadi karena perbedaan metode yang digunakan dalam penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah. PP Muhammadiyah mulai tahun ini menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Kalender ini menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi, bukan rukyat seperti yang digunakan pemerintah dan Nahdlatul Ulama.

Jadwal Puasa Asyura 2025 Muhammadiyah: Sabtu, 5 Juli

Berdasarkan KHGT seperti dilansir situs Muhammadiyah, 1 Muharram 1447 Hijriah jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025. Dengan demikian puasa Asyura menurut Muhammadiyah dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juli 2025.


Puasa Asyura umumnya diikuti dengan puasa Tasua sehari sebelumnya atau 9 Muharram. Dengan demikian, jadwal puasa Tasua dan Asyura 2025 menurut Muhammadiyah jatuh pada:

  • Puasa Tasua 9 Muharram: Jumat, 4 Juli 2025
  • Puasa Asyura 10 Muharram: Sabtu, 5 Juli 2025

Dalil Puasa Asyura

Dalil puasa Asyura bersandar pada sejumlah hadits. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya berpuasa pada hari Asyura, termasuk sehari sebelumnya (hari Tasua).

Di antara hadits yang menjadi sandaran puasa Asyura adalah riwayat Sayyidah Aisyah RA, sebagai berikut,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ [متفق عليه]

Artinya: “Dari Aisyah RA, bahwa orang-orang Quraisy pada zaman jahiliah biasa berpuasa pada hari Asyura. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut hingga diwajibkannya puasa Ramadan. Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang ingin berpuasa pada hari Asyura, silakan berpuasa, dan barang siapa yang tidak ingin, silakan berbuka.” (Muttafaq ‘Alaih)

Menurut penjelasan Muhammadiyah dalam situsnya, hadits tersebut menunjukkan pelaksanaan puasa Asyura sudah dikenal sejak zaman jahiliah yang kemudian disyariatkan Rasulullah SAW. Pensyariatan puasa Asyura terjadi sebelum turun kewajiban puasa Ramadan.

Puasa Asyura memiliki keutamaan tersendiri. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW pernah ditanya keutamaan puasa hari Asyura. Beliau menjawab puasa tersebut menghapus dosa setahun yang lalu. Berikut bunyi haditsnya,

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Artinya: Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, “Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

Adapun terkait puasa Tasua, Rasulullah SAW belum sempat melaksanakannya, tetapi beliau bersabda,

لَئِنْ بَقِيَتْ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ رَوَاهُ مسلم.

Artinya: “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharram.” (HR Muslim)

Puasa Tasua dan Asyura kemudian menjadi ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kapan Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 9, 10 Muharam?


Jakarta

Puasa Tasua dan Asyura adalah amalan sunnah yang dianjurkan pada 9-10 Muharram. Meski tidak wajib, keutamaan dari puasa tersebut sangat luar biasa.

Perlu dipahami, Muharram menjadi bulan paling mulia kedua setelah Ramadan untuk menjalani ibadah puasa. Karenanya, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan puasa pada bulan ini. Beliau bersabda,

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)


Menukil dari Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi yang disyarah Musthafa Dib al Bugha terjemahan Misbah, hukum puasa Tasua 9 Muharram adalah sunnah. Amalan ini sebagai pembeda dengan bangsa Yahudi yang hanya berpuasa pada 10 Muharram atau hari Asyura.

Sementara itu, puasa Asyura hukumnya sangat dianjurkan atau sunnah muakkad. Dari Ibnu Abbas RA berkata,

“Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘Alaih)

Lantas, kapan jadwal puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharram 1447 Hijriah?

Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 1447 H

Merujuk pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), berikut jadwal puasa Tasua dan Asyura 1447 H.

  • Puasa Tasua 9 Muharram 1447 H: Sabtu, 5 Juli 2025
  • Puasa Asyura 10 Muharram 1447 H: Minggu, 6 Juli 2025

Niat Puasa Tasua dan Asyura

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma tasu’ata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Tasua sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Bolehkah Puasa Tasua Tanpa Asyura?

Wahbah Az Zuhaili melalui Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 3 terbitan Gema Insani menyebut bahwa puasa Tasua dan Asyura sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tanggal 9 dan 10.” (HR al-Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)

Adapun, jika seseorang hanya berpuasa Asyura tanpa Tasua tidak mengapa. Wahbah Az Zuhaili berpendapat bahwa puasa Asyura lebih dianjurkan.

Sementara itu, Mazhab Syafi’i berpandangan jika hanya puasa Asyura tanpa Tasua maka disunnahkan puasa pada 11 Muharram. Namun, Imam Syafi’i juga mengatakan tidak masalah apabila hanya puasa Asyura saja.

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura bagi Muslim

Berikut beberapa keutamaan puasa Tasua dan Asyura sebagaimana dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari yang disusun oleh Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha dan buku 10 Formula Dasar Islam: Konsep dan Penerapannya oleh Gamar Al Haddar.

  1. Dihapuskan dosanya setahun yang lalu
  2. Menjadi pembeda dengan bangsa Yahudi
  3. Puasa paling baik kedua setelah Ramadan
  4. Pahalanya setara 10 ribu orang berhaji
  5. Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW
  6. Menjaga kesehatan
  7. Memperbaiki sel yang rusak
  8. Membersihkan tubuh dari racun

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Jadwal Adzan Magrib, Buka Puasa Tasua dan Asyura


Jakarta

Puasa Tasua dan Asyura adalah amalan sunnah yang dikerjakan pada 9-10 Muharram dalam kalender Hijriah. Tahun ini, kedua puasa tersebut bertepatan dengan 5-6 Juli 2025.

Mengutip dari kitab Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wasa’il wa Thuruq wa Amaliyah susunan Raghib As Sirjani terjemahan Andi Muhammad Syahrir, Muharram menjadi sebaik-baiknya bulan untuk berpuasa. Karenanya, puasa Tasua dan Asyura sangat dianjurkan karena mengandung keutamaan yang luar biasa.

Rasulullah SAW bersabda,


“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Seperti puasa pada umumnya, setelah menahan diri dari lapar, haus dan hawa nafsu selama seharian maka muslim diperbolehkan berbuka pada waktu Maghrib. Berikut jadwal adzan Maghrib yang bisa dijadikan panduan muslim untuk buka puasa Tasua dan Asyura.

Jadwal Adzan Maghrib Buka Puasa Tasua-Asyura Jabodetabek

1. Jadwal Buka Puasa Tasua Jabodetabek

  • Adzan Maghrib Kota Jakarta: 17.54 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Bogor: 17.58 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Depok: 17.54 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Tangerang: 17.55 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Bekasi: 17.53 WIB

2. Jadwal Buka Puasa Asyura Jabodetabek

  • Adzan Maghrib Kota Jakarta: 17.54 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Bogor: 17.58 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Depok: 17.54 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Tangerang: 17.55 WIB
  • Adzan Maghrib Kota Bekasi: 17.53 WIB

Doa Buka Puasa Tasua dan Asyura

Terdapat doa buka puasa Tasua dan Asyura yang bisa diamalkan sebelum berbuka. Berikut bacaannya yang dikutip dari kitab Al-Adzkar Imam Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha.

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Arab latin: Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud)

Dalam Sunan Abu Dawud terdapat pula hadits dari Muadz bin Zuhrah yang mengatakan bahwa jika telah berbuka puasa, Nabi SAW membaca doa buka puasa berikut ini:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Arab latin: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rezekika afthartu

Artinya: “Ya Allah, untukmu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka.”

Dalam kitab Ibnu Sunni juga terdapat bacaan doa buka puasa. Doa ini berasal dari riwayat Ibnu Abbas RA, berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Arab latin: Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Mengerjakan Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram


Jakarta

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan, termasuk ibadah puasa.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Arab latin: Inna ‘iddatasy-syuhūri ‘indallāhiṡnā ‘asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa minhā arba’atun ḥurum(un), żālikad-dīnul-qayyim(u), falā taẓlimū fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatan kamā yuqātilūnakum kāffah(tan), wa’lamū annallāha ma’al-muttaqīn(a).

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhul Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Bulan Muharram termasuk ke dalam empat bulan haram yang dimaksud dalam ayat tersebut, di mana amalan kebaikan dilipatgandakan dan larangan melakukan dosa pun semakin ditekankan.

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram

Di antara amalan utama yang sangat dianjurkan pada bulan ini adalah puasa pada hari Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). Dalam berbagai hadits shahih, Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan luar biasa dari puasa pada kedua hari tersebut. Berikut ini penjelasannya, sebagaimana dirangkum dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha.

1. Menghapus Dosa Setahun yang Lalu

Puasa Asyura memiliki keutamaan besar dalam hal pengampunan dosa setahun sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda,

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

2. Puasa Tasua Menjadi Pembeda dari Puasa Kaum Yahudi

Rasulullah SAW menganjurkan untuk juga berpuasa pada hari Tasua, yaitu 9 Muharram, sebagai bentuk perbedaan dengan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA:

“Nabi SAW datang di Madinah, tiba-tiba beliau mendapati orang-orang Yahudi pada berpuasa Asyura (10 Muharram). Mereka berkata, ‘Ini adalah hari kemenangan Musa terhadap Firaun.’ Lalu Nabi SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, ‘Kamu adalah lebih berhak atas Musa daripada mereka, oleh sebab itu berpuasalah’!” (HR Bukhari)

3. Puasa Terbaik setelah Ramadan

Muharram adalah bulan Allah yang sangat utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadan. Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah RA meriwayatkan:

“Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu?” Rasulullah menjawab, “Yaitu salat di tengah malam.”

Kemudian ditanya lagi, “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadan?”

Beliau bersabda, “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)

4. Pahala Luar Biasa yang Setara Ribuan Haji dan Syuhada

Dalam buku Waktu-Waktu Penuh Berkah Khazanah Islam Klasik susunan Imam Baihaqi, Rasulullah SAW menjelaskan besarnya pahala puasa Asyura:

“Barang siapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barang siapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barang siapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barang siapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

Namun, sanad dalam hadits tersebut terdapat perawi yang tak dikenal.

Puasa Tasua dan Asyura adalah amalan mulia di bulan Muharram yang memberikan kesempatan besar bagi umat Islam untuk meraih pengampunan dosa dan pahala luar biasa. Menghidupkan puasa ini berarti menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025, Begini Niatnya


Jakarta

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di antara hari-hari penting di bulan ini adalah tanggal 9 dan 10 Muharram, yang dikenal dengan sebutan hari Tasua dan Asyura.

Pada dua hari ini, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah sebagai bentuk ibadah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Mengenal Puasa Tasua dan Asyura

Puasa Tasua (9 Muharram)

Dikutip dari buku Fiqih Kontroversi Jilid 2: Beribadah antara Sunnah dan Bid’ah karya H.M. Anshary, Tasua berasal dari kata tis’ah yang berarti sembilan. Puasa Tasu’a adalah puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram.


Rasulullah SAW bersabda,

“Jika aku masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasua).” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keinginan Nabi SAW untuk menyelisihi puasa kaum Yahudi yang hanya berpuasa di tanggal 10 saja (Asyura).

Puasa ‘Asyura (10 Muharram)

Dikutip dari buku Koreksi Doa dan Zikir antara yang Sunnah dan Bid’ah karya Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Asyura berasal dari kata ‘asyarah yang berarti sepuluh. Sesuai dengan namanya, puasa ini dilakukan pada tanggal 10 Muharram.

Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan puasa Asyura,

“Puasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Jadwal Puasa Tasu’a dan ‘Asyura 2025

Mengacu pada Kalender Hijriah 2025 Indonesia yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), jadwal puasa Tasua dan Asyura 2025 adalah sebagai berikut:

Puasa Tasua 9 Muharram 1447 H: Sabtu, 5 Juli 2025
Puasa Asyura 10 Muharram 1447 H: Minggu, 6 Juli 2025

Niat Puasa Tasua dan Asyura

Dikutip dari buku Meraih Surga dengan Puasa yang ditulis H Herdiansyah Achmad, berikut bacaan niat puasa Tasua dan Asyura dalam tulisan Arab, latin dan artinya:

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma yauma tasu’ata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Tasu’a sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Doa Berbuka Puasa Tasua dan Asyura

Dalam buku Kuliah Adab karya ‘Aabidah Ummu ‘Aziizah dkk, Imam Nawawi menganjurkan memperbanyak doa selama buka puasa, termasuk saat waktu berbuka.

Terdapat keutamaan bagi muslim yang membaca doa saat buka puasa, Rasulullah SAW bersabda,

“Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi)

Doa Buka Puasa Versi Pertama

Mengutip buku Doa-Doa Mustajaban karya Abu Qablina, berikut doa buka puasa yang diajarkan Rasulullah SAW,

ذَهَبَ الظّـَمَأُ وَابْتَلّـَتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Arab latin: Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.

Artinya: “Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.”

Doa Buka Puasa Versi Kedua

Bisa juga membaca doa buka puasa dengan lafaz berikut,

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Arab latin: Allahumma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar rahimin

Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dengan rizqi-Mu aku berbuka, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Penyayang”.

Doa Buka Puasa Versi Ketiga

Merujuk buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki karya KH Sulaeman Bin Muhammad Bahri, doa ini juga bisa dibaca saat berbuka puasa,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ

Arab latin: Afthara ‘indakumush shaaimuuna wa akala tha’aamakumul abraaru washallat ‘alaikumul malaaikatu.

Artinya: “Berbukalah orang-orang yang berpuasa di tempat saudara ini dan makanlah makanan yang disuguhkan oleh orang-orang yang berbakti, dan para malaikat mendoakan saudara agar mendapat rahmat.”

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Sudah Tahu Bacaan Niat Puasa Tasu’a dan Asyura? Simak yang Benar di Sini


Jakarta

Niat puasa Tasua dan Asyura harus dibaca muslim dan termasuk sebagai syarat sah puasa. Oleh karenanya, jika muslim tidak membaca niat puasa Tasua dan Asyura maka puasanya tergolong tidak sah.

Puasa Tasua dan Asyura jatuh setiap tanggal 9-10 Muharram kalender Hijriah. Amalan ini dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya,

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10.” (HR Al Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)


Muharram merupakan bulan yang mulia untuk berpuasa. Dikatakan, Muharram menjadi sebaik-baiknya bulan kedua setelah Ramadan untuk berpuasa.

Menurut kitab Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wasa’il wa Thuruq wa Amaliyah karya Raghib As Sirjani yang diterjemahkan Andi Muhammad Syahrir, anjuran puasa pada bulan Muharram mengacu pada hadits berikut.

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Niat Puasa Tasu’a dan Asyura: Arab, Latin dan Arti

Berikut niat puasa Tasua dan Asyura yang benar sebagaimana dikutip dari buku Meraih Surga dengan Puasa tulisan H Herdiansyah Achmad.

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma tasu’ata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Tasu’a sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Waktu Membaca Niat Puasa Tasu’a dan Asyura

Niat puasa sunnah dapat dibaca sejak matahari terbenam sampai fajar menyingsing. Tetapi, sebaiknya muslim membaca niat puasa Tasua dan Asyura lebih awal agar tidak lupa.

Bolehkah Membaca Niat Puasa Tasu’a dan Asyura Siang Hari?

Menurut kitab Maqaashidul Mukallafin: An-Niyyat fil ibadaat tulisan Umar Sulaiman Al-Asyqar terjemahan Faisal Saleh, niat puasa sunnah sebetulnya tetap sah jika dibaca pada siang hari. Ini sesuai dengan pendapat jumhur ulama, termasuk Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Hudzaifah bin Yaman, Thalhah, Ibnu Abbas, Abu Hanifah, Ahmad, dan Syafi’i.

Al Hafiz Ibnu Hajar al Asqalani melalui kitab Bulughul Maram yang diterjemahkan Fahmi Aziz dan Rohidin Wahid menuliskan diperbolehkan mengerjakan puasa sunnah dengan niat di siang hari. Boleh juga membatalkannya tannpa ada uzur sebagaimana merujuk pada hadits berikut yang berasal dari Aisyah RA,

“Pada suatu hari Nabi SAW masuk ke tempatku lalu beliau bertanya, ‘Apakah kamu memiliki makanan?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Kalau begitu aku berpuasa.’ Pada hari yang lain beliau datang lagi kepadaku, dan aku berkata, ‘Kita diberi hadiah berupa makanan kurma yang dicampur dengan samin dan susu kering.’ Beliau bersabda, ‘Perlihatkan itu kepadaku. Sebenarnya tadi pagi aku telah berpuasa.’ Tetapi kemudian beliau makan.” (HR Muslim)

Jadwal Puasa Tasu’a dan Asyura Tahun 2025

Merujuk pada Kalender HIjriah Indonesia 1447 H dari Kementerian Agama RI, berikut tanggal pelaksanaan puasa Tasu’a dan Asyura 2025.

Puasa Tasua (9 Muharram 1447 H): Sabtu, 5 Juli 2025
Puasa Asyura (10 Muharram 1447 H): Minggu, 6 Juli 2025

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Lebih Afdhol Bayar Puasa Ramadhan atau Ikut Puasa Tasua dan Asyura Dulu?


Jakarta

Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa Tasua dan Asyura pada 9-10 Muharram. Tahun ini, puasa Tasua dan Asyura berlangsung pada 5-6 Juli 2025. Lalu, bagaimana dengan muslim yang masih memiliki utang puasa Ramadhan?

Sejatinya, puasa Tasua dan Asyura merupakan amalan sunnah. Banyak keutamaan yang dapat diraih muslim jika melaksanakan kedua puasa ini, karenanya dianjurkan untuk mengerjakan puasa Tasua dan Asyura.

Rasulullah SAW bersabda,


“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10.” (HR Al Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)

Sementara itu, puasa Ramadhan adalah amalan yang wajib dikerjakan muslim pada bulan Ramadhan. Mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur syar’i seperti sakit, haid, nifas dan sebagainya diwajibkan untuk mengganti puasa tersebut dengan cara mengqadhanya.

Lebih Afdhol Puasa Ramadhan atau Ikut Puasa Tasua-Asyura Dulu?

Mengutip dari buku Panduan Terlengkap Ibadah Muslim Sehari-hari oleh Muhammad Habibilillah, puasa qadha hukumnya wajib. Hal ini dijelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 184,

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 184).

Buya Yahya melalui ceramahnya yang ditayangkan di kanal YouTube Al Bahjah TV menjelaskan bahwa mengerjakan puasa sunnah padahal masih punya utang puasa Ramadhan maka hukumnya tergantung dari sebab orang itu meninggalkan puasa tersebut.

“Jika seseorang meninggalkan puasa wajib karena sengaja dan tanpa uzur syar’i, maka tidak diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah sebelum membayar utang puasanya. Dalam kondisi ini, puasa wajib tersebut harus dibayar secara langsung (kontan),” katanya. detikHikmah telah mendapat izin mengutip tayangan tersebut.

Lain halnya jika puasa ditinggalkan karena alasan syar’i seperti sakit, hamil, haid dan sebagainya yang dibenarkan agama. Dalam kondisi ini, seseorang boleh berpuasa sunnah walau belum mengganti puasa wajibnya.

“Jika puasa yang ditinggalkan oleh uzur seperti haid, hamil, sakit, atau halangan syar’i lainnya, maka seseorang diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah dan puasanya tetap sah, selama masih ada kesempatan untuk membayar utang puasa di luar waktu itu,” lanjut Buya Yahya.

Lalu, mana yang lebih afdhol antara puasa qadha Ramadhan atau ikut mengerjakan puasa Tasua dan Asyura terlebih dahulu?

Lebih lanjut Buya Yahya mengatakan terdapat pilihan yang lebih menguntungkan, yaitu mengerjakan puasa qadha Ramadhan dan puasa Tasua-Asyura sekaligus. Tetapi, niat yang dilafalkan hanya untuk membayar utang saja.

“Cuma ada petunjuk yang lebih enak lagi, bayar satu dapat dua. Jadi yang punya utang, nanti tanggal 9, 10, 11 anda melakukan puasa bayar utang. karena bayar utangnya pas, hari tanggal 9, 10, 11 anda mendapatkan pahala sunnah. Niatnya membayar utang saja,” ungkapnya.

Penggabungan kedua puasa tersebut, kata Buya Yahya, hanya dikerjakan dengan satu niat saja yaitu niat puasa qadha Ramadhan.

Bolehkah Menggabungkan Niat Puasa Qadha Ramadhan dengan Puasa Tasua-Asyura?

Buya Yahya menegaskan bahwa penggabungan niat puasa qadha Ramadhan dan puasa Tasua-Asyura tidak diperbolehkan. Sebab, hukum keduanya berbeda.

“Jadi bayarnya niatnya bayar utang, tidak boleh di-double, yang di-double tidak sah. Jadi puasa sunnah tidak boleh di-double dengan puasa fardhu (qadha wajib). Tapi puasa sunnah boleh digabung dengan puasa sunnah,” kata Buya Yahya.

Perlu dipahami, penggabungan niat dua ibadah hanya diperbolehkan untuk yang hukumnya sunnah. Penggabungan niat ibadah wajib dengan sunnah tidak sah.

Ini senada dengan yang dijelaskan oleh Wahbah Az Zuhaili melalui Fiqhul Islam wa Adillatuhu (Edisi Indonesia) terbitan Gema Insani. Ulama Syafi’iyyah menyatakan kebolehan menggabungkan dua puasa sunnah secara bersamaan pada hari yang sama.

Niat Puasa Qadha Ramadhan

Berikut bacaan niat puasa qadha Ramadhan yang dikutip dari sumber yang sama,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.

Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tata Cara Mandi Wajib Sebelum Melaksanakan Puasa Muharram


Jakarta

Bulan Muharram adalah bulan yang istimewa dalam kalender Hijriah. Di bulan ini, Muslim dianjurkan untuk melaksanakan berbagai amalan baik, salah satunya adalah puasa Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram).

Sebelum menunaikan ibadah puasa, penting untuk memastikan diri dalam keadaan suci dari hadas besar. Karena kita harus melaksanakan sholat ketika berpuasa sebagai bentuk kewajiban yang tidak bisa ditinggal.

Untuk mensucikan diri, umat Islam dianjurkan untuk melakukan mandi wajib. Bagaimana caranya?


Mengapa Penting Mandi Wajib?

Mandi wajib atau mandi junub adalah rukun untuk menghilangkan hadas besar, yang menjadi syarat sahnya berbagai ibadah seperti sholat, membaca Al-Qur’an, dan berdiam diri di masjid. Dalil mengenai kewajiban mandi untuk menghilangkan hadas besar termaktub dalam firman Allah SWT di Surah Al-Ma’idah ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٦

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.”

Kapan Harus Mandi Wajib?

Beberapa kondisi yang mewajibkan seseorang untuk mandi besar antara lain:

  • Bersetubuh
  • Mengeluarkan mani (baik karena bersetubuh, mimpi basah, atau sebab lainnya)
  • Setelah selesai nifas
  • Setelah melahirkan
  • Setelah selesai haid

Meskipun tidak ada dalil khusus yang mewajibkan mandi khusus sebelum puasa Tasu’a dan Asyura, namun jika Anda berada dalam kondisi berhadas besar, mandi wajib tetap harus dilakukan agar ibadah sholat dan puasa Anda sah di sisi Allah SWT.

Niat Mandi Wajib Sebelum Melaksanakan Puasa Muharram

Niat adalah rukun penting dalam mandi wajib. Tanpa niat, mandi Anda tidak akan sah. Berikut adalah niat mandi wajib:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitul ghusla liraf ‘il hadatsil akbari fardhal lillaahi ta’aala

Artinya: “Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardu kerena Allah ta’ala.”

Tata Cara Mandi Wajib Sebelum Melaksanakan Puasa Muharram

Agar mandi wajib Anda sempurna dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, perhatikan tata cara berikut ini sebagaimna dikutip dari kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap dkk.

  1. Membasuh Kedua Tangan: Awali dengan membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.
  2. Membasuh Kemaluan: Bersihkan kemaluan dari kotoran yang menempel.
  3. Berwudhu: Lakukan wudhu seperti wudhu untuk sholat, dimulai dari membasuh wajah, tangan, mengusap kepala, hingga membasuh kaki.
  4. Menyiram Kepala: Siramkan air ke atas kepala sebanyak tiga kali sambil menyela-nyela rambut hingga air membasahi pangkal rambut. Pastikan seluruh bagian kepala terbasahi.
  5. Menyiram Seluruh Tubuh: Siramkan air ke seluruh tubuh, dimulai dari bagian tubuh sebelah kanan terlebih dahulu, kemudian sebelah kiri.
  6. Membersihkan Area Sulit Terjangkau: Pastikan untuk membersihkan area-area yang sering terlewatkan seperti ketiak, bagian dalam telinga, pusar, dan sela-sela jari kaki. Gosok anggota tubuh yang bisa dijangkau tangan untuk memastikan kebersihan menyeluruh.

Doa Setelah Mandi Wajib

Setelah selesai mandi wajib, dianjurkan untuk membaca doa. Doa ini adalah bentuk kesyukuran atas kesucian yang telah diperoleh, menurut Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar terjemahan Arif Hidayat.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ، وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوبُ إلَيْكَ

Latin: Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū, wa asyhadu anna Muhammadan abduhū wa rasūluhū. Allāhummaj’alnī minat tawwābīna, waj’alnī minal mutathahhirīna. Subhānakallāhumma wa bi hamdika asyhadu an lā ilāha illā anta, astaghfiruka, wa atūbu ilayka.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Ya Allah jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertobat. Dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang suci. Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan aku meminta ampunan dan bertaubat pada-Mu).”

Dengan memahami dan mengamalkan tata cara mandi wajib ini, Anda akan siap untuk menjalankan ibadah puasa Tasu’a dan Asyura di bulan Muharram dengan hati yang tenang dan tubuh yang suci. Semoga Allah menerima setiap amal ibadah kita.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Tasua, Asyura, dan Ayyamul Bidh


Jakarta

Puasa di bulan Muharram yang dapat diamalkan adalah puasa Tasua, Asyura, dan Ayyamul Bidh. Sebelum membatalkan puasa sunnah tersebut pada waktunya, muslim dianjurkan memanjatkan doa buka puasa Muharram tersebut.

Membaca doa buka puasa juga merupakan salah satu adab sunnah dalam berpuasa. Hal ini dijelaskan oleh Said Hawwa dalam buku Al-Islam.

“Amalan sunnah yang bisa dilakukan yaitu membaca doa ketika hendak berbuka puasa. Ini karena doanya seorang yang berpuasa sangat mustajab,” bunyi keterangan buku tersebut.


Rasulullah SAW dalam haditsnya memberi pedoman waktu untuk berbuka puasa dapat disesuaikan pada masing-masing wilayah. Beliau menyebutkan, waktu berbuka puasa pada saat memasuki waktu Magrib atau saat awal tenggelamnya matahari.

إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا ، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا ، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Artinya: “Jika malam telah datang dari sini dan siang telah tertutup dari sini, serta matahari terbenam, itulah waktu berbuka bagi yang berpuasa.” (HR Bukhari)

Sementara waktu yang tepat membaca doa buka puasa masih terdapat perbedaan pendapat menurut Maryam Kinanti N dalam buku Dahsyatnya 7 Puasa Wajib, Sunnah, dan Thibbun Nabawi.

Pendapat pertama menyatakan, doa buka puasa dibaca setelah seseorang berbuka. Dengan kata lain, doa buka puasa dibaca setelah membatalkan puasa dengan air, kurma, atau semacamnya pertama kali.

Sementara, pendapat lain mengatakan bahwa doa buka puasa diucapkan sebelum berbuka puasa dan sebagian yang lain tidak menetapkan waktu membacanya.

2 Versi Doa Buka Puasa Muharram

1. Doa Buka Puasa Muharram Versi Pertama

ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ

Bacaan latin: Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Rasa dahaga telah hilang, kerongkongan telah basah dan atas kehendak Allah pahala telah ditetapkan. Insya Allah.” (HR Abu Daud)

2. Doa Buka Puasa Muharram Versi Kedua

اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Bacaan latin: Allaahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birahmatika yaa arhamar-roohimiina.

Artinya: “Ya Allah karenaMu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah yang Tuhan Maha Pengasih.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dikutip dari Fiqih Sunnah 2 karya Sayyid Sabiq, menyegerakan berbuka pada saat puasa hukumnya sunnah. Keterangan ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad. Rasulullah SAW bersabda,

لا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرِ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ.

Artinya: “Manusia selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Bukhari).

Dalam riwayat lain, anjuran menyegerakan berbuka juga dijadikan sebagai pembeda muslim dengan kaum Yahudi yang kerap menunda-nunda. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Agama ini akan senantiasa berjaya selama orang-orang menyegerakan berbuka karena orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.” (HR Baihaqi)

3 Puasa di Bulan Muharram

Puasa di bulan Muharram dijelaskan oleh sabda Rasulullah SAW bahwa memiliki keutamaan yang disebut dalam hadits berada di posisi kedua setelah puasa di bulan Ramadan. Keutamaan puasa di bulan Muharram tersebut dijelaskan oleh salah satu hadits bersanad shahih.

Berikut bunyi haditsnya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” أفضل الصيام بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ ، وأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ “.

Artinya: Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadan adalah puasa di bulan Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim)

Dikutip dari Buku Pintar Agama Islam oleh Abu Aunillah Al-Baijury, puasa sunnah yang dapat diamalkan di bulan Muharram adalah puasa Tasua, puasa Asyura, dan puasa Ayyamul Bidh. Jadwal puasa tersebut disesuaikan dengan konversi penanggalan Hijriah ke Masehi.

Berikut jadwal lengkap jadwal puasa di bulan Muharram bila 19 Juli 2023 bertepatan dengan 1 Muharram 1445 H.

  • Puasa Tasua (9 Muharram): 27 Juli 2023
  • Puasa Asyura (10 Muharram): 28 Juli 2023
  • Puasa Ayyamul Bidh (13, 14, dan 15 Muharram): 31 Juli dan 1-2 Agustus 2023

Salah satu keutamaan dari ketiga puasa di atas pernah disebut dalam hadits Rasulullah SAW. Salah satunya, puasa Asyura yang dikatakan dapat menghapus dosa setahun yang lalu.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Artinya: “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ‘Asyura? Beliau menjawab, “Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

(rah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Dalil Puasa Tasua dan Asyura yang Dikerjakan 9-10 Muharram


Jakarta

Dalil puasa Tasua dan Asyura bersandar pada sejumlah hadits shahih. Puasa tersebut dikerjakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Muharram adalah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam surah At Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Para ahli tafsir mengatakan, empat bulan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, dan Rajab. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ. ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan haram (bulan mulia). Tiga berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan al-Muharram, lalu Rajab (yang selalu diagungkan) Bani Mudhar, yaitu antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selain menjadi bulan yang disucikan, Muharram juga termasuk bulan yang utama untuk melakukan puasa setelah puasa Ramadan. Hal ini bersandar pada hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَريضَةِ صَلَاةُ اللَّيْل

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim dalam Shahih-nya bab Fadhlu Shaum Al-Muharram)

Hadits tersebut menegaskan bahwa Muharram adalah bulan yang paling utama untuk berpuasa, seperti dikatakan Imam an-Nawawi sebagaimana dinukil Muhammad bin Azzuz dalam Arba’una Haditsan fi At-Tahajjudi wa Qiyam Al-Lail.

Di antara puasa sunnah yang bisa dikerjakan pada bulan Muharram adalah puasa Tasua dan Asyura. Puasa Tasua dikerjakan pada tanggal 9 dan puasa Asyura dikerjakan pada tanggal 10. Berikut dalil puasa Tasua dan Asyura dalam hadits.

Dalil Puasa Tasua dan Asyura

1. Dalil Puasa Tasua dalam Kitab Riyadhus Shalihin

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

ولَئِن بَقيتُ إِلَى قَابِل لَأَصُومَنُ التَّاسِعَ

Artinya: “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharram.” (HR Muslim)

Imam an-Nawawi dalam Syarah Riyadhus Shalihin mengatakan, anjuran puasa Tasua pada 9 Muharram dilakukan untuk membedakan puasanya orang Yahudi yang hanya mengkhususkan puasa tanggal 10 Muharram. Sehingga, puasanya umat Islam dikerjakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

2. Dalil Puasa Asyura dalam Hadits Muttafaq Alaih

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘alaih)

3. Dalil Puasa Asyura dalam Kitab Sunan At-Tirmidzi

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِي، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ هِشَامٍ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا تَصُوْمُهُ فَرَيْسٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَصُوْمُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا افْرِضَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةُ، وتَرَكَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ. وَفِي الْبَابِ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ، وَقَيْسِ بْنِ سَعْدِ، وَجَابِرِ بْنِ سمُرَةَ، وَابْنِ عُمَرَ، وَمُعَاوِيَةَ. وَالْعَمَلُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى حَدِيْثِ عَائِشَةَ، وَهُوَ حَدِيثُ صَحِيحٌ؛ لَا يَرَوْنَ صِيَامَ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ وَاجِبًا، إِلَّا مَنْ رَغِبَ فِي صِيَامِهِ لِمَا ذُكِرَ فِيهِ مِنَ الْفَضْلِ.

Artinya: “Dari Harun bin Ishaq al-Hamdani, dari Abdah bin Sulaiman, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, ‘Pada awalnya, Asyura adalah hari yang di dalamnya orang-orang Quraisy berpuasa pada masa jahiliyah. Ketika itu, Rasulullah SAW juga berpuasa pada hari Asyura. Kemudian beliau datang ke Madinah, beliau juga berpuasa pada hari Asyura tersebut dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa di dalamnya. Lalu ketika puasa Ramadan diwajibkan, maka puasa Ramadanlah yang menjadi fardhu, dan beliau meninggalkan kewajiban puasa Asyura. Maka barang siapa mau berpuasa pada hari itu, ia boleh berpuasa. Dan barang siapa tidak ingin melakukannya, maka ia boleh untuk tidak berpuasa.” (Shahih Abu Dawud, No 2110: Muttafaq ‘alaih)

4. Dalil Puasa Asyura dalam Kitab Shahih Muslim

وَعَنْ أَبِي فَنَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئل عن صيَامِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السنة الماضية

Artinya: “Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, ‘Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu’.” (HR Muslim dalam Kitab Puasa bab Anjuran Puasa Asyura Tiga Hari)

5. Dalil Puasa Asyura dari Hadits Hafshah

Dari Hafshah binti Umar bin Khattab RA, ia berkata,

“Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, yaitu puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum subuh.” (HR Ahmad dan An Nasa’i)

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com