Tag Archives: qabil

Manusia Pertama Yaitu Nabi Adam AS, Ini Kisahnya



Jakarta

Nabi Adam AS merupakan sosok penting dalam Islam. Ia bukan hanya manusia pertama, tetapi juga nabi pertama yang diutus oleh Allah SWT. Kisah hidupnya menjadi cerminan asal-usul manusia, tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, serta pelajaran penting tentang ketaatan dan taubat.

Allah SWT menciptakan Nabi Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam. Proses penciptaannya menandai awal mula kehidupan manusia. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 59, Allah SWT berfirman,

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ


Artinya: Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

Dikutip dari buku Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 1 karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, setelah jasadnya terbentuk, Allah meniupkan ruh ke dalam diri Adam.

Dimuliakan dan Diperintah untuk Dihormati

Kemuliaan Adam ditegaskan ketika Allah SWT memerintahkan seluruh malaikat untuk sujud menghormatinya. Seluruh malaikat mematuhi perintah itu, kecuali Iblis. Iblis menolak karena merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Penolakan ini menjadi awal permusuhan abadi antara manusia dan Iblis. Iblis diusir dari surga dan bersumpah akan menyesatkan manusia sampai hari kiamat.

Sebagai makhluk yang disempurnakan, Nabi Adam AS ditempatkan di surga. Di sana, Allah SWT menciptakan pasangan baginya, yaitu Hawa, dari dirinya sendiri. Mereka diberi kebebasan untuk menikmati segala yang ada di surga, kecuali satu larangan: tidak mendekati satu pohon tertentu. Namun, Iblis berhasil menggoda mereka untuk melanggarnya.

Kisah ini diabadikan dalam surat Al-A’raf ayat 22,

فَدَلَّىٰهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ ٱلْجَنَّةِ ۖ وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Artinya: Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

Setelah tergoda dan memakan buah terlarang itu, Adam dan Hawa menyadari kesalahannya. Mereka merasa bersalah dan memohon ampun kepada Allah SWT dengan doa yang terekam dalam Surah Al-A’raf ayat 23.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Artinya: Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Allah menerima taubat mereka, namun sebagai bentuk ujian dan tanggung jawab, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi.

Menjalani Kehidupan di Bumi

Kehidupan di bumi menjadi lembaran baru bagi Nabi Adam AS. Ia menjalani peran sebagai khalifah, mengajarkan keturunan manusia untuk mengenal Allah SWT dan hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Nabi Adam AS juga merupakan manusia pertama yang menerima wahyu dari Allah. Dari keturunannya lahirlah umat manusia hingga kini.

Salah satu peristiwa penting dalam hidupnya adalah ketika dua anaknya, Qabil dan Habil, terlibat konflik hingga berujung pada pembunuhan. Peristiwa ini menjadi catatan sejarah tentang dosa pertama antar sesama manusia. Allah SWT pun memberikan pelajaran tentang cara menguburkan jenazah melalui peristiwa burung gagak yang mengubur saudaranya.

Menurut riwayat, Nabi Adam hidup selama sekitar 930 tahun. Dalam ajaran Islam, Nabi Adam memiliki kedudukan yang sangat agung. Ia disebut Abul Bashar, bapak seluruh umat manusia. Dialah awal dari rentetan panjang para nabi dan rasul.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Psikologi Sukses Penyelenggaraan Haji 2024



Jakarta

Gebyar penyelenggaraan ibadah haji 2024 telah usai. Pada tanggal 23 Juli 2024 lalu, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, resmi menyampaikan “closing statement” Sukses Haji 2024 bersama pihak-pihak terkait, seperti Kemenkes, Kemenhub, Kemenkum HAM, BPKH, Kedutaan Saudi Arabia di Jakarta, dan lainnya di asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

Dalam tulisan ini saya tidak ingin mengulas terlalu banyak tentang indikator sukses haji 2024. Kenapa? Karena sudah banyak testimoni para tokoh nasional dan kesaksian jemaah haji yang menyatakan bahwa haji tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Bagi yang belum percaya pun sebenarnya gampang membuktikannya, tinggal searching via Google pasti ketemu cerita atau informasi sukses haji 2024 yang berlimpah.

Kesuksesan haji tidak terlepas dari kebijakan menyeluruh yang diformulasikan dalam angka unik, yaitu 4-3-5. Empat (4) diterapkan pada awal pemberangkatan, tiga (3) pengembangan ekosistem potensi ekonomi haji, dan lima (5) inovasi haji 2024. Untuk 4 perdana adalah layanan fast track di tiga embarkasi, selain Bandara Soetta, juga Bandara Adi Sumarmo Solo dan Bandara Juanda Surabaya.


Untuk tiga (3) hal terkait pengembangan ekosistem potensi ekonomi yang meliputi ekspor 16 ton bumbu nusantara untuk memenuhi kebutuhan katering Jemaah haji; pengiriman daging dam petugas dan jemaah dalam bentuk kemasan daging olahan; dan mulai tahun ini menggunakan makanan siap saji dalam layanan katering jemaah haji Indonesia yang didistribusikan di Makkah dan saat puncak haji di Armuzna.

Sementara lima (5) inovasi haji 2024 ini yang meliputi perekrutan petugas, aplikasi Kawal Haji, safari wukuf lansia nonmandiri dan disabilitas, penggunaan IPS (International Patient Summary) dan penyederhanaan proses tunda atau batal visa untuk optimalisasi kuota haji.

Tapi harus diakui, bahwa setiap kesuksesan pasti ada kekurangan. Tidak ada yang sempurna. Itu hukum umum di alam dunia ini. Apalagi mengurus masalah haji yang sangat kompleks. Jumlah jamaah yang banyak dengan budaya yang beragam, dilaksanakan di negeri orang yang memiliki tradisi, budaya, dan regulasi, serta rigidnya masalah, mulai dari unsur-unsur teknis, kebijakan, kondisi alam, suasana di lapangan, hingga aspek spiritual yang amat kental.

Tentu, keberhasilan haji tersebut menaikkan “pride” Kementerian Agama karena salah satu tolok ukur sukses Kemenag adalah penyelenggaraan haji, selain kerukunan umat beragama, pendidikan keagamaan, dan pelayanan nikah di KUA. Jadi wajar adanya jika Kemenag merasa mendapatkan “reward” dari publik atas penyelenggaraan haji tahun 2024 ini.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, berhak merayakan atas kesuksesan ini. Merayakan dalam arti bahwa sukses haji 2024 patut diceritakan dengan narasi yang bagus. Setidaknya boleh berbangga bahwa penyelenggaraan ibadah haji tahun ini benar-benar memiliki nilai plus yang layak dicatat oleh sejarah perhajian dengan berbagai terobosan dan inovasi.

Hanya saja, di balik kesuksesan tersebut justru muncul “gerakan” dan terstruktur yang mencoba ingin mendelegitimasinya? Seperti ada upaya-upaya sistematis yang ingin “melemahkan” keberhasilan tersebut dengan munculnya “manuver” sekelompok orang di parlemen. Bukan hanya melemahkan, tetapi seperti ada yang ingin disasar dari kasus ini. Lalu publik bertanya-tanya, sebenarnya fenomena apa ini?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya tidak memiliki kaca mata politik. Selain kapasitas yang kurang memadai, saya lebih senang menjawab dari kaca mata psikologis. Mungkin jawaban ini akan mewakili sebagian orang yang mampu meneropong fakta sosial tidak hanya dari apa yang nampak, tetapi bisa dilihat dari arah yang tak nampak secara kasat mata.

Saya “terngiang-ngiang” atas apa yang pernah disampaikan teman saya saat curhat tentang adanya orang yang dengki terhadap diri saya. Saya katakan, bahwa saya berusaha untuk menjadi orang sebaik mungkin dengan tidak usil mengganggu orang lain. Selain itu, saya mencoba mempedomani petuah luhur begini: “selama kamu tidak bisa berbuat baik kepada orang lain, setidaknya kamu tidak menyakitinya”.

Belum selesai curhat, teman saya tersebut menjawab dengan lugas begini. “Sudahlah, kamu tidak usah terlalu pusing atas kedengkian orang lain. Kalau ada orang dengki (hasud) sama kamu, bukan berarti kamu itu berbuat salah kepadanya. Kamu berarti sedang mendapat nikmat, dan nikmat yang kamu terima itu berpotensi timbulnya hasud dari orang lain”, tegasnya.

Karena teman saya itu seorang ustadz, lalu dia nimpali dalil hadits nabi yang artinya: “Carilah pertolongan untuk memenuhi kebutuhanmu secara rahasia, karena setiap orang yang memiliki nikmat berpotensi timbulnya iri atau dengki (dari orang lain)” (HR. Thabrani). Lebih lanjut dia katakan: kalau kamu tidak merasa melakukan salah, tetapi orang lain hasud kepadamu, pahami saja bahwa kamu sedang mendapatkan nikmat dari Allah. Karena nikmat yang kamu terima memang berpotensi timbulnya dengki dari orang lain.

Jawaban tersebut membuat saya tiba-tiba “makjleb”. Terdiam. Selain menenangkan, ajaran mulia nabi Muhammad itu mengajarkan tentang pentingnya kita bersikap tenang terhadap sikap negatif orang lain. Jadi kita tidak perlu balik membenci orang yang dengki kepada kita. Tidak perlu juga mencari-cari alasan kenapa orang lain dengki. Tetaplah fokus kepada kebaikan kita sendiri, agar terhindar dari sikap negatif yang dilakukan orang lain.

Psikologi Pendengki

Dengki adalah perasaan tidak senang atau iri hati yang muncul ketika melihat keberhasilan atau kelebihan orang lain. Perasaan ini seringkali didorong oleh keinginan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain, namun merasa tidak mampu atau tidak berhak untuk mendapatkannya.

Selain faktor nikmat orang yang berpotensi timbulnya rasa iri dan dengki, lalu faktor apa lagi yang dapat memicu perasaan dengki?

Pertama, membandingkan diri dengan orang lain. Ketika seseorang terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain, perasaan tidak puas dan iri hati bisa muncul. Dalam psikologi, orang yang suka membandingkan diri dengan orang lain adalah tipe orang yang memiliki “self esteem” yang sakit. Pikiran, perasaan, dan asumsi tentang dirinya tidak sehat karena dipengaruhi oleh faktor orang lain.

Kedua, kurangnya empati kepada sesama. Orang yang sulit merasakan empati kepada orang lain cenderung lebih fokus pada diri sendiri dan kesulitan untuk merasa bahagia atas keberhasilan orang lain. Alih-alih dia membuka hati dengan memberikan apresiasi atas keberhasilan orang lain, justru dia mencari-cari kesalahan. Kalau toh tidak menemukan kesalahan, sesuatu yang terang benderang “benar” dianggap “salah”.

Ketiga, mengidap perasaan rendah diri. Orang yang memiliki rasa percaya diri rendah cenderung lebih mudah merasa iri bahkan dengki terhadap orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa keberhasilan orang lain adalah ancaman bagi harga diri mereka. Ciri-ciri orang yang rendah diri biasanya sering melihat kelemahan orang lain tanpa mampu meneropong sisi positif.

Keempat, munculnya perasaan ketidakpuasan terhadap diri sendiri atas semua capaian dibandingkan orang lain. Orang yang tidak puas dengan pencapaian atau kondisi hidupnya cenderung menyalahkan orang lain atas keberhasilan mereka. Bahkan tidak segan menuduh orang lain berbuat curang atau melakukan kejahatan tanpa mampu melihat perilakunya sendiri.

Kelima, adanya trauma masa lalu yang kurang mengenakkan. Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, seperti perundungan atau ketidakadilan, dapat memicu perasaan dengki yang berkepanjangan. Dalam psikologi, trauma itu bisa muncul setelah mendapat stimulasi dari luar karena adanya situasi atau kondisi yang dapat menimbulkan ingatan-ingatan buruk.

Satu hal penting untuk diingat, bahwa setiap manusia “berpotensi” memiliki sikap iri-dengki kepada orang lain. Sejarah Qabil dan Habil telah menunjukkan kepada kita bahwa iri-dengki itu bagian dari sifat bawaan manusia. Hanya saja, jika sifat iri-dengki dianggap sebagai perasaan yang normal dan terus dibiarkan, maka pasti berdampak negatif pada kualitas hidup kita.

Dengan memahami akar penyebab dan menerapkan strategi yang tepat, kita pasti dapat mengatasi perasaan iri-dengki. Mari bangun “self esteem” agar tetap sehat dan waras. Teruslah membuka hati dengan menjalin hubungan yang lebih nyaman dengan diri sendiri dan orang lain. Wallahu a’lam.

Thobib Al-Asyhar

Penulis adalah dosen Psikologi Sufistik pada Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Qabil dan Habil, Peristiwa Pembunuhan Pertama Kali dalam Kehidupan


Jakarta

Peristiwa pembunuhan pertama kali di muka bumi dilakukan oleh Qabil kepada saudaranya Habil. Qabil membunuh Habil karena didasari rasa iri hati dan dengki. Kisah pembunuhan itu diabadikan dalam surah Al Maidah ayat 27-31.

Setelah Nabi Adam AS dan Siti Hawa diusir dari surga karena memakan buah terlarang, yakni khuldi. Mereka berdua diturunkan ke dunia untuk bekerja dan melestarikan keturunannya.

Hawa pun dikaruniai dengan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan yang masing-masing diberi nama Qabil, Iqlima, Habil, dan Labuda. Qabil merupakan saudara kembar Iqlima, sedangkan Habil adalah saudara kembar Labuda.


Awal Mula Perseteruan Qabil dan Habil

Diambil dari buku yang berjudul Kisah Para Nabi karangan Ibnu Katsir terjemahan Muhammad Zaini, Ibnu Mas’ud menceritakan dari sebagian sahabat Nabi SAW, setelah keempat anak Nabi Adam AS baligh, Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Adam AS untuk menikahkan setiap anak laki-laki dengan anak perempuannya yang bukan pasangan kembarnya.

Dengan demikian, Qabil akan dinikahkan dengan Labuda, lalu Habil akan dinikahkan dengan Iqlima. Namun, ketika diperintahkan demikian, Qabil menolak untuk menikahi Labuda. Ia bersikeras untuk menikahi saudara kembarnya, sebab Iqlima memiliki paras yang lebih cantik dari Labuda.

Qabil telah dikuasai oleh sifat dengki terhadap Habil. Ia bahkan mendapat bisikan dari iblis untuk membunuh Habil.

Persembahan Kurban Qabil dan Habil

Qabil pun masih tidak mau mengalah dan menerima perintah tersebut. Pada akhirnya, Nabi Adam AS yang tidak ingin melanggar anjuran dari Allah SWT pun memerintahkan kedua putranya untuk berkurban.

Tibalah hari ketika Qabil dan Habil berangkat untuk mempersembahkan kurban yang diminta oleh Nabi Adam AS sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Habil mempersembahkan kurbannya berupa seekor kambing yang gemuk dengan kualitas terbaik. Sementara itu, Qabil mempersembahkan kurbannya berupa hasil pertanian yang buruk.

Seketika api pun muncul dan menyambar kurban Habil, sehingga menandakan kurban Habil yang diterimanya oleh Allah SWT. Sementara itu, api membiarkan begitu saja kurban milik Qabil sehingga kurbannya pun ditolak.

Qabil yang diterima dengan ketetapan Allah SWT pun kesal sambil berkata kepada Habil, “Sungguh aku benar-benar akan membunuhmu hingga engkau tidak jadi menikahi saudara perempuan kembaranku.”

Habil menjawab, “Sesungguhnya, Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

Menanggapi ancaman pembunuhan tersebut, Habil dengan penuh keimanan tidak akan membalas perbuatan Qabil. Peristiwa ini termaktub dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 28:

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.

Ibnu Abbas juga meriwayatkan dari jalur riwayat lainnya, dari Abdullah bin Amru. Ia (Abdullah bin Amru) berkata, “Demi Allah, yang terbunuh (Habil) adalah orang yang terkuat di antara dua kakak beradik itu, tetapi ia menahan diri.”

Pembunuhan Pertama yang Terjadi dalam Kehidupan

Hingga tibalah suatu malam, ketika Habil melangkah dengan pelan-pelan keluar. Melihat itu, Nabi Adam AS mengutus Qabil untuk melihat apa yang membuat saudaranya itu melangkah dengan pelan-pelan.

Pada saat itu, Qabil yang masih marah tentang kurban itu langsung berniat untuk membunuh Habil. Ia pun memukul Habil dengan besi yang ada padanya hingga Habil meninggal dunia.

Ada yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang ia lemparkan hingga mengenai kepala Habil. Saat itu Habil sedang tidur.

Ada pula yang berpendapat bahwa Qabil mencekik leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya, sebagaimana yang dilakukan oleh binatang buas, sehingga Habil meninggal dunia seketika.

Ketika melihat saudaranya itu sudah terkapar tak berdaya, Qabil bingung. Terbesit penyesalan di hatinya. Dia teringat kalau Habil adalah saudaranya yang baik.

Ulama berpendapat bahwa Qabil menggendong jenazah Habil selama satu tahun bahkan sebagian lagi berpendapat seratus tahun. Pada akhirnya, Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang berkelahi sehingga salah satunya mati.

Dengan keadaan yang sama, burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya. Qabil pun langsung meniru apa yang telah dilakukan gagak tersebut. Qabil berkata, “Duhai celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Qabil kemudian menguburkan jenazah Habil.

Hikmah dari Kisah Qabil dan Habil

Dari peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi oleh kedua anak Adam AS itu, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran. Salah satunya yaitu tidak saling membunuh. Bahkan Rasulullah SAW pun melarang muslim untuk saling membunuh.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan dalam riwayat hadits Rasulullah SAW yang bersabda, “Apabila dua orang muslim berhadapan dengan pedang, pembunuh dan yang terbunuh ada di neraka.”

Mereka (para sahabat Nabi) berkata, “Wahai Rasulullah, ia yang membunuh (pantas masuk neraka) lalu bagaimana dengan yang terbunuh?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya, ia ingin membunuh kawannya juga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Lip Syarifah di dalam buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul juga menjelaskan hikmah yang bisa kita ambil, di antaranya:

Jika kita melakukan kesalahan, maka kita harus segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan tersebut.

Berpikirlah dan selalu mengingat Allah SWT sebelum melakukan sesuatu, jangan mudah tergoda oleh bujuk rayuan iblis.

Selalu berusaha menjadi hamba yang taat dalam melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi sifat iri dan dengki.

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Jumlah Anak Nabi Adam AS beserta Namanya dalam Sejarah Islam


Jakarta

Sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, Nabi Adam AS menjadi awal keberadaan umat manusia di muka bumi. Dari rahim Siti Hawa, istri Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang rusuknya, lahirlah beberapa keturunan pertama dari umat manusia yang berkembang hingga saat ini.

Menurut riwayat yang dikutip dari buku Kisah Para Nabi Ibnu Katsir Terjemahan Umar Mujtahid, di awal penciptaannya, Nabi Adam AS dan Siti Hawa dikaruniai lima orang anak, yaitu tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Berikut nama anak-anak pertama Nabi Adam AS.

Nama Anak-anak Nabi Adam AS


1. Habil dan Qabil, Iqlima dan Labuda

Diceritakan dalam buku Mukjizat Isra Mi’raj dan kisah 25 Nabi Rasul karya Winkanda Satria Putra, setelah Nabi Adam AS dan Hawa turun ke bumi, Hawa melahirkan dua pasang anak kembar. Sepasang anak kembar pertama bernama Qabil dan Iqlima, sepasang anak kembar berikutnya bernama Habil dan Labuda.

Nabi Adam AS dan Hawa membesarkan kedua anak kembarnya ini dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Kedua anak perempuan mereka diajarkan pekerjaan dan kewajiban mengurus rumah. Sementara itu, kedua anak lelaki mereka diajarkan cara mencari nafkah sesuai minat dan kemampuan mereka.

Dikisahkan pada sumber sebelumnya, atas bisikan iblis, Qabil membunuh saudaranya sendiri, Habil. Habil dibunuh Qabil dengan sebuah batu yang ia lemparkan ke kepala Habil saat sedang tidur hingga kepala Habil pecah.

Sementara itu, dalam pendapat yang berbeda disebutkan, Qabil mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti bintang buas, hingga Habil tewas. Wallahu a’lam.

Pembunuhan Qabil terhadap Habil ini merupakan peristiwa pembunuhan pertama di dunia dalam sejarah Islam.

2. Syaits bin Adam

Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Syaits. Hawa mengatakan, “Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil.”

Abu Dzar menuturkan dalam hadits yang ia dengar dari Rasulullah SAW,

“Sungguh, Allah menurunkan 104 lembaran, 50 di antaranya Allah turunkan kepada Syaits.”

Muhammad bin Ishaq juga menyatakan, “Saat sekarang, Adam berwasiat kepada anaknya, Syaits, mengajarkan saat-saat pada malam dan siang hari, mengajarkan ibadah apa saja pada saat-saat itu, dan memberitahukan padanya setelah itu akan terjadi banjir besar.”

Disebutkan pula bahwa nasab seluruh keturunan Adam saat ini bermuara pada Syaits. Anak-anak Adam selain Syaits telah punah dan lenyap.

Jumlah Anak Nabi Adam AS Seluruhnya

Merujuk kembali pada buku Kisah Para Nabi, Imam Abu Ja’far bin Jarir menyebutkan dalam kitab At-Tarikh dari sebagian ulama, bahwa Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan.

Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, di mana setiap kelahiran menghasilkan dua sepasang anak, lelaki dan perempuan. Qabil dan saudarinya, Qalima adalah anak yang paling tua, sedangkan anak yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits.

Setelah itu, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang dengan baik hingga saat ini. Allah SWT pun menurunkan firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 1,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama- Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Para ahli sejarah juga menyebutkan, Nabi Adam AS sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya, yang termasuk anak-anak dan cucu-cucunya. Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Cerita Qabil dan Habil, Anak Nabi Adam AS yang Membunuh Saudara Kembarnya



Jakarta

Qabil dan Habil merupakan anak kembar laki-laki dari Nabi Adam AS. Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan, yaitu Qabil, Habil, Iqlima dan Labuda.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Qabil adalah saudara kembar dari Iqlima. Sementara itu, Habil merupakan saudara kembar dari Labuda.

Ketika mereka sudah baligh, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS agar menikahkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Jadi, Habil dinikahkan dengan Iqlima sementara Qabil dengan Labuda.


Namun, Qabil merasa dengki terhadap Habil. Sebab, paras Labuda tidak secantik Iqlima yang mana merupakan saudara kembar Qabil.

Setan dengan segala tipu daya dan bisikannya menghasut Qabil untuk membunuh Habil. Karena tidak mau mengalah dan hatinya dipenuhi rasa iri, akhirnya Adam AS meminta kedua putranya untuk berkurban agar mendapat pilihan terbaik. Langkah ini dilakukan Nabi Adam AS agar tidak melanggar anjuran dari Allah SWT.

Qabil mempersembahkan kurban berupa hasil pertanian yang buruk, sementara Habil memberikan kurban berupa seekor kambing gemuk dengan kualitas baik. Atas kuasa Allah SWT, muncul api menyambar kurban Habil yang menandakan kurbannya diterima sang Khalik. Sebaliknya, kurban Qabil ditolak karena api membiarkan miliknya begitu saja.

Melihat hal itu, Qabil menjadi marah dan berkata ingin membunuh Habil jika benar-benar menikahi Iqlima. Jawaban Habil atas gertakan Habil diceritakan dalam surah Al Maidah ayat 28,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Qabil yang gelap mata akhirnya memutuskan untuk membunuh Habil. Ulama berpendapat bahwa Qabil memanggul jenazah Habil selama satu tahun setelah membunuh saudaranya.

Ulama lain ada yang mengatakan selama 100 tahun sampai akhirnya Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang bertarung hingga salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya, ketika itu Qabil menyaksikan pergulatan kedua burung gagak tersebut dan meniru apa yang dilakukan mereka.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang dilempar hingga mengenai kepalanya ketika ia terlelap. Pendapat lain menyebutkan Qabil mencekek leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya seperti layaknya binatang buas hingga Habil meninggal dunia.

Sewaktu Qabil menyaksikan Habil yang terkapar tidak berdaya, ia bingung dan menyesali perbuatannya. Qabil teringat bahwa Habil merupakan saudara yang baik.

Allah SWT tidak langsung mengazab Qabil di dunia, namun ia menanggung dosa besar. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com