Tag Archives: ramadan

Makna Imsak Bukan Hanya Berhenti Sahur



Jakarta

Waktu imsak menjadi penanda menjelang habis waktu sahur saat puasa Ramadan. Lebih dari itu, imsak memiliki makna yang lebih luas lagi.

Menurut Habib Ja’far, imsak memiliki dua makna jika dilihat dari sifatnya. Pertama, makna yang bersifat sufistik atau dimensi spiritual dan makna yang sifatnya menjadi sandaran hukum Islam atau fikih.

“Ada dua makna yang paling nggak tentang imsak. Pertama makna yang sifatnya sufistik atau spiritualis. Dan yang kedua makna yang sifatnya hukum atau disebutnya juga fikih,” ucap Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (27/3/2023).


Habib Ja’far menjelaskan, makna imsak yang pertama secara bahasa bisa digabung dengan kata ‘an atau bi, yakni imsak ‘an dan imsak bi. Jika diartikan, imsak ‘an artinya menahan diri, sedangkan imsak bi artinya berpegang teguh.

“Maka imsak ‘an artinya menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa kita atau mengotori kita sebagai seorang muslim,” ujarnya.

Beberapa contoh imsak ‘an, kata Habib Ja’far, antara lain makan, minum, mengumbar nafsu dan lain sebagainya. Termasuk mengotori diri kita sebagai seorang muslim, seperti suudzon, sombong, adu domba, dan semacamnya.

Adapun, imsak bi yang artinya berpegang teguh, maksudnya adalah seseorang menahan diri karena berpegang teguh kepada agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang sumbernya dari Allah SWT. Demikian jelas Habib Ja’far.

Sebagai seorang muslim, makna imsak ‘an dan imsak bi tersebut harus digabungkan agar puasanya bernilai ibadah, bukan sekadar merasakan haus dan lapar saja.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Makna Imsak Bukan Hanya Berhenti Sahur tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Puasa Ramadan Latih Kita Jadi Toleran



Jakarta

Setiap bulan Ramadan umat Islam memiliki kewajiban berpuasa. Habib Ja’far menyebut, puasa Ramadan mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada sesama muslim maupun antar umat beragama.

“Bulan Ramadan ini ketika kita melakukan ibadah puasa sebenarnya kita dididik juga. Di antara hikmahnya, untuk menjadi pribadi yang toleran, baik terhadap sesama muslim maupun terhadap orang yang berbeda agama,” kata Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (3/4/2023).

Habib Ja’far menyandarkan hal tersebut pada dalil kewajiban puasa, yakni firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 183.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa kewajiban puasa sudah ada sejak umat sebelum Islam. Habib Ja’far menafsirkan, artinya kita bisa berbeda dalam hal kebenaran, yakni terkait syariat menjalankan puasa antara umat Islam dan umat-umat sebelum Islam.

“Umat-umat sebelum Islam misalnya, mereka kalau berpuasa tidak pakai makan sahur. Itulah pembeda antara puasa kita dengan puasa orang-orang Yahudi dan Nasrani sebelum Islam pada nabi yaitu pada masa sahurnya,” jelasnya.

Di sisi lain, ada persamaan di antara keduanya bahwasanya puasa itu baik dan itu diwajibkan atas umat-umat lain. “Sehingga, kita bisa berbeda dalam kebenaran tetapi kita harus bersama dalam kebaikan,” terang Habib Ja’far.

Selain itu, puasa Ramadan juga mengajarkan nilai-nilai toleransi antar sesama muslim. Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Puasa Ramadan Latih Kita Jadi Toleran tonton DI SINI.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kemenangan Umat Islam saat Lebaran



Jakarta

Puasa Ramadan sudah memasuki hari ke-30 dan dalam hitungan jam umat Islam akan menjumpai Lebaran. Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri sering dimaknai sebagai Hari Kemenangan.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Jumat (21/4/2023), mengatakan, kemenangan umat Islam pada hari Lebaran mencakup beberapa hal. Pertama, kemenangan atas dosa-dosa yang dimintakan ampun sepanjang bulan Ramadan.

“Di bulan Ramadan sepenuhnya kita memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang kita telah lakukan. Sehingga siapa yang melewati Ramadan demi ibadah yang maksimal dan mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan maka saat Idul Fitri dia hamba-Nya yang menang, menang atas dosa yang telah dia lakukan,” terang Habib Ja’far.


Kemenangan yang kedua, kata Habib Ja’far, adalah kemenangan atau pemaafan dari kesalahan yang telah dilakukan kepada orang lain. Hal ini diwujudkan dengan saling memaafkan khususnya di Hari Raya Idul Fitri.

Habib Ja’far menjelaskan, saling memaafkan diperlukan karena ampunan dari Allah SWT tidak cukup untuk menghapus kesalahan kita kepada sesama manusia.

“Ampunan dari Allah tidak cukup untuk menghapus dosa-dosa sosial kita kepada orang lain. Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa kita kepada orang lain sebelum orang yang kita jadikan objek dosa kita telah kita meminta maaf kepada dia,” ujarnya.

Ia menjelaskan lebih lanjut, kemenangan umat Islam saat memasuki Lebaran juga bermakna menang melawan hawa nafsu. Selama bulan Ramadan, kita dilatih untuk menahan hawa nafsu, mulai dari nafsu perut hingga amarah.

Hal itu turut dijelaskan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah.” (HR Muslim dari Abu Hurairah RA)

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Kemenangan Umat Islam saat Lebaran tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

BKM Diminta Bawa Pesan Damai dalam Isi Khutbah Jumat dan Tarawih



Jakarta

Kementerian Agama (Kemenag) meminta secara khusus pada pengurus Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tiap tingkat untuk membawa pesan perdamaian dalam mimbar Jumat maupun tarawih Ramadan. Hal ini disebut sebagai upaya menciptakan kondusivitas umat setelah pemilihan umum (pemilu).

“BKM provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan, kelurahan/desa juga harus mengisi mimbar kultum tarawih dan khutbah Jumat dengan membawa pesan-pesan persaudaraan dan kerukunan/perdamaian. Contoh khutbah tersebut dapat diakses di aplikasi PUSAKA dan Elipski,” kata Ketua Harian BKM Pusat, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib dalam keterangannya yang diterima detikHikmah, Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut, Adib secara khusus meminta kepada BKM tingkat provinsi untuk melakukan kegiatan pembinaan sumber daya manusia (SDM) kemasjidan atau pelatihan manajemen masjid.


“Dirangkai dengan Rakerda BKM provinsi, dan melibatkan peserta dari BKM provinsi dan kabupaten/kota,” tutur dia.

Selain itu Kemenag juga melakukan konsolidasi dengan ribuan pengurus BKM menjelang Ramadan. Saat ini, sudah ada 23.125 BKM daerah yang tergabung.

Untuk itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin meminta agar BKM daerah bisa mulai menjalankan programnya. Sementara itu, ia mendorong Ketua Umum BKM Pusat mendorong lembaga BKM daerah aktif menggelar syiar agama di masjid dan musala.

Secara umum, Kamaruddin mengimbau pengurus BKM untuk melakukan safari Ramadan dan bersilaturahmi dengan ormas-ormas keagamaan hingga audiensi ke pemerintah daerah. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Coffee Morning BKM di Jakarta.

“Kita mendorong kepada pengurus BKM dapat membuka komunikasi, audiensi, atau sosialisasi dengan pemerintah daerah setempat/forkopimda/ormas terkait telah hadirnya BKM daerah dan siap berkolaborasi lebih jauh,” ujarnya.

Agenda Coffee Morning BKM yang digelar Kemenag diikuti lebih dari seribu peserta. Peserta yang dimaksud terdiri dari pengurus BKM pusat, BKM provinsi, BKM kabupaten/kota, BKM kecamatan, dan BKM kelurahan/desa.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Nasaruddin Umar: Keistimewaan Ramadan, Pahala Berlipat!



Jakarta

Ramadan merupakan momen istimewa yang sayang untuk dilewatkan. Pada bulan ini, kaum muslimin dianjurkan untuk memperbanyak sekaligus meningkatkan ibadah, sebab segala sesuatu yang dilakukan saat Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Keistimewaan Ramadan tersebut dijelaskan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar. Ia mengatakan Ramadan adalah penghulu bulan.

“Penghulu atau pimpinan bulannya islam itu adalah bulan suci Ramadan. Kenapa? Karena seperti yang sering kita dengarkan di acara ceramah, semua berlipat ganda pahala-pahala itu,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum, Rabu (13/3/2024).


Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadan, penghulu segala bulan. Maka selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa, membawa segala rupa keberkahan.” (HR At Thabrani)

Prof Nasaruddin Umar kemudian mencontohkan, umat Islam yang membaca Al-Qur’an di bulan suci pun setiap hurufnya dikali 10 pahala. Begitu pun dengan salat-salat sunah yang mana pada Ramadan pahalanya setara dengan salat fardhu.

“Pahalanya salat sunah itu sama pahalanya dengan salat fardhu di bulan suci Ramadan. Nah kalau salat fardhu itu pahalanya berlipat ganda lagi kan,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Karenanya, ia mengimbau agar kaum muslimin mencoba membiasakan diri untuk melakukan hal-hal baik, terutama di bulan Ramadan. Jangan sampai kesempatan di bulan suci ini terbuang sia-sia. Saking istimewanya Ramadan, tidurnya orang berpuasa bahkan terhitung pahala.

Kemudian, Prof Nasaruddin Umar juga mengatakan Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah. Ia mendefinisikan berkah sebagai campur tangan Allah SWT dalam satu urusan.

“Semoga kita semuanya mendapatkan berkah pada bulan suci Ramadan ini,” jelasnya.

Selengkapnya Kultum Ramadan Lazada Nasaruddin Umar: Keistimewaan Bulan Ramadan yang Sayang Dilewatkan saksikan DI SINI. Kajian bersama Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan tiap pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat Berbagai Tema


Jakarta

Bulan Ramadan yang penuh dengan kemuliaan telah tiba. Salah satu ibadah yang biasa dikerjakan umat Islam pada bulan Ramadan yaitu salat Tarawih. Ketika salat Tarawih, khatib banyak menyampaikan kultum. Berikut tiga contoh kultum Tarawih Ramadan.

Kultum yang disampaikan khatib dapat membahas berbagai topik seperti adab puasa, amalan ketika bulan Ramadan, keutamaan bulan Ramadan, dan sebagainya. Berikut contoh kultum Tarawih Ramadan dikutip dari Kultum 23 Ramadhan karya Heri Suprapto dan Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya A.R. Shohibul Ulum.

Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat


Kultum Pertama

Dua Esensi Puasa

Esensi atau hakikat dari puasa Ramadan ada banyak, hanya saja karena keterbatasan waktu maka kita hanya membahas dua saja yaitu berperilaku jujur dan menahan amarah.

Pertama, berperilaku jujur.

Kejujuran adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita, dan puasa melatih atau mengajari kita agar jujur dalam segala hal sehingga kita tidak berani berkata bohong pada saat berpuasa. Mengapa demikian? Itu karena kita tahu kalau kita berbohong maka pahala puasa kita akan hilang dan kita hanya mendapatkan haus dan lapar saja dari puasa yang kita telah lakukan.

Perintah agar selalu jujur ini sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW, “berbuatlah jujur karena kejujuran akan mendatangkan kebaikan dan kebaikan akan mendapatkan surga.” Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim.

Dari sahabat Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.”

Begitu besar karunia Allah SWT kepada orang yang berbuat jujur.

Kedua, menahan amarah.

Esensi yang kedua adalah menahan amarah. Kita bisa marah kapan saja dan di mana saja, apa lagi dalam kondisi sedang mendapatkan tekanan. Dengan puasa kita diharapkan bisa menahan marah kita. Pernah sahabat bertanya kepada Nabi SAW untuk menasehatinya, dan Nabi SAW memerintahkannya untuk tidak marah. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan olah Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi.

Dari Abu Hurairah RA, ada seseorang yang berkata kepada Nabi SAW “Berilah aku nasihat,” kemudian beliau bersabda,

“Jangan marah. Kemudian orang tersebut mengulangi lagi beberapa kali. Rasulullah SAW bersabda: ‘Jangan marah'”.

Orang yang dapat menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskan kemarahan tersebut diperintahkan Allah SWT untuk memilih bidadari di surga mana yang dia suka. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi dan Imam Abu Dawud dalam kitab Sunan Abu Dawud, serta Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan sanad hasan.

Dari sahabat Mu’az bin Anas Al Juhani RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya, pada hari kiamat, dia akan dipanggil di depan seluruh makhluk kemudian disuruh memilik bidadari mana yang ia sukai.”

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita semua apabila seseorang marah hendaklah ia diam. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad Imam Ahmad dengan sanad shahih.

Dari sahabat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.”

Ini juga merupakan obat yang manjur bagi amarah, karena jika orang sedang marah maka keluar darinya ucapan-ucapan yang kotor, keji, melaknat, mencaci-maki dan lain-lain yang dampak negatifnya besar. Jika ia diam, maka semua keburukan itu hilang darinya.

Orang-orang yang mampu tidak marah bahkan akan dimasukkan ke surga. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Al Mu’jamul Ausath dengan sanad shahih.

Dari sahabat Abu Darda, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang sahabat,

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga.”

Kesimpulannya adalah hendaklah kita menjaga diri dan keluarga kita agar selalu mengisi setiap hari dan malam Ramadan dengan amalan yang dicontohkan Nabi SAW yaitu dengan berusaha selalu jujur dan menahan marah ketika kita sedang dalam keadaan puasa. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk mendapatkan sifat jujur dan menahan marah setelah kita menjalani puasa Ramadan selama sebulan, dan implementasinya terlihat setelah Ramadan berlalu. Aamiin.

Kultum Kedua

Hikmah & Berkah Ramadan

Ramadan adalah bulan keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i.

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah SWT telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa pada bulan itu, pada bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan pada bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan, Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan.”

Oleh karena itu, sesungguhnya kita diajarkan oleh Rasulullah SAW agar menyambut bulan Ramadan ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sejak jauh-jauh hari, yaitu dari bulan Rajab. Sejak bulan Rajab kita diajarkan untuk memohon keberkahan hidup di bulan Rajab, Syaban, dan hingga sampai di Ramadan yang mulia ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, kita diajarkan agar berdoa,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ

“Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Syaban, dan berkahilah pula kami di bulan Ramadan.”

Mengapa kita diajarkan untuk memohon keberkahan? Apakah keberkahan penting bagi kita? Sebab, keberkahan hidup menjadi dambaan setiap orang yang berakal sehat. Berkah berarti bertambah. Dalam makna luas berkah berarti bertambah kebaikan (ziyadat al-khair fi al-syai’), termasuk kesejahteraan baik dari segi material maupun nonmaterial. Dari segi materi seperti bertambahnya harta benda kita, dan usaha atau bisnis semakin maju. Sedangkan, secara nonmaterial yaitu seperti ketenteraman hati, kedamaaian jiwa, pengetahuan dan wawasan semakin bertambah hingga tercermin dalam sikap yang terpuji.

Di antara hikmah bulan Ramadan yaitu sebagai berikut.

Pertama,

Pada bulan Ramadan ada pengabulan doa bagi yang meminta, ada penerimaan tobat orang yang bertobat, dan ada pengampunan bagi orang yang memohon maghfirah-Nya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, di dalam bagian hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan al-Baihaqi ini disebutkan:

“Dalam setiap malam bulan Ramadan Allah ‘azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertobat maka aku terima tobatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?”

Kedua,

Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat baik untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surah Ibrahim ayat 34, kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan.

Ketiga,

Pada bulan Ramadan terdapat setidaknya 3 manfaat yang bisa kita peroleh dengan menjalankan puasa pada bulan yang mulia ini, yaitu

1. Manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan. Misalnya, kita membiasakan diri agar berlaku sabar serta mengekang hawa nafsu, ekspresi, atau ungkapan mengenai karakteristik takwa yang tertanam dalam hati. Takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadan.
2. Manfaat sosial-kemasyarakatan, seperti pembiasaan kita, umat Islam, untuk tertib, disiplin dan bersatu padu, cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat Islam: antara yang kaya dan yang miskin, antara pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya. Juga faedah sosial dari puasa adalah pembentukan rasa kasih sayang dan berbuat baik di antara kaum Muslim, sebagaimana puasa Ramadan ini melindungi masyarakat dari keburukan-keburukan dan mafsadah.
3. Manfaat kesehatan, artinya dengan berpuasa itu dapat membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir/lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Oleh karena itu, marilah bulan Ramadan ini kita jadikan bulan kesederhanaan, bulan peribadatan, bulan memperbanyak berbuat kebajikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, bulan perlindungan badan, ucapan, dan hati dari hal-hal yang dilarang agama, seperti perkataan keji (qaul az-zur), gibah, menebar hoaks, fitnah, hate speech (ujaran kebencian), dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media-media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial.

Kultum Ketiga

Keberkahan Makan Sahur

Pada bulan Ramadan ada amalan sunnah yang bisa dijalani, yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206. Namun, amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah. Dalam hadits muttafaq ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda,

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud berkah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah SWT pada sesuatu. Keberkahan bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun, patut diketahui bahwa berkah itu datangnya dari Allah SWT yang hanya diperoleh jika seorang hamba menaati-Nya.”

Lantas, apa saja keberkahan yang didapatkan saat kita menyantap sahur?

Pertama,

Memenuhi perintah Rasulullah SAW sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas. Keutamaan menaati beliau disebutkan dalam surah An-Nisa’ ayat 80, yang artinya, “Barang siapa menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah SWT. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”

Allah juga berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 71, “Dan barang siapa menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”

Kedua,

Makan sahur merupakan syiar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Dari ‘Amr bin al-‘Ash, Rasulullah SAW bersabda,

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim).”

Ini berarti Islam mengajarkan bara’ dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Sebab, puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.

Ketiga,

Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206, berkata, “Berkah makan sahur amat jelas, yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa. Misalnya, menjadikannya rajin beribadah, menjadikannya termotivasi ingin menambah lagi amalan puasanya, karena tampak ringan puasa baginya setelah makan sahur.”

Keempat,

Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah SWT dan doa dari para malaikat-Nya. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda,

“Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad)

Kelima,

Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Menurut Imam Nawawi, dengan bangun sahur dapat menjadikannya berdoa dan berzikir di waktu yang mulia, yaitu waktu ketika turun Ar-Rahmah, dan diterimanya doa dan diampuninya dosa. Seseorang yang bangun sahur dapat berwudhu kemudian salat malam, kemudian mengisi waktunya dengan doa, zikir, salat malam, dan menyibukkan diri dengan ibadah lainnya hingga terbit fajar.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni”.” (HR. Bukhari dan Muslim)”

Keenam,

Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaiman orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat, di antaranya surah Ali ‘Imran ayat 17 yang artinya, “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.”

Disebut pula pada surah Adz-Dzariyat ayat 18 yang artinya,
“Dan selalu memohonkan ampunan pada waktu pagi sebelum fajar.”

Ketujuh,

Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab azan salat Subuh dan juga bisa mendapati salat Subuh pada waktunya secara berjamaah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.

Kedelapan,

Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada Allah SWT.

Demikianlah apa yang bisa disampaikan mengenai keutamaan makan sahur.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Ceramah Singkat Tema Ramadhan, Bisa Jadi Referensi Kultum



Jakarta

Bulan Ramadhan disebut juga sebagai Madrasah Tarbiyah atau bulan pendidikan. Muslim juga dituntut untuk saling berbagi ilmu, salah satunya dapat dengan berdakwah.

Perihal tersebut, khatib atau imam salat dapat mengingatkan kaum muslimin lewat khutbah Jumat ataupun kultum Tarawih.

Merangkum dari Buku 65 Kultum Kamtibmas karya D. Syarif Hidayatullah dan buku Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala Selama Ramadhan terbitan Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kemenag RI, berikut 10 teks ceramah singkat tema bulan Ramadhan.


Kumpulan Ceramah Singkat Ramadhan

1. Contoh Ceramah Singkat berjudul Kemenangan Menyambut Ramadhan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudari yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita berkumpul dalam kebersamaan untuk merayakan kedatangan bulan suci Ramadhan. Ramadhan merupakan momen istimewa yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan hati dan jiwa, serta meningkatkan ketaqwaan dan ibadah.

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أَخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ )

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan. (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran.”

Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.

Dalam ayat ini, Allah SWT mengisyaratkan kepada kita bahwa bulan Ramadhan adalah kesempatan yang sangat berharga untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan-Nya. Oleh karena itu, mari kita sambut kedatangan Ramadhan dengan hati yang bersih dan tekad yang kuat untuk menjalankan ibadah dengan penuh kesungguhan.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyambut Ramadhan dengan baik:

Membersihkan Hati dan Jiwa: Sebelum Ramadhan tiba, mari kita introspeksi diri dan membersihkan hati serta jiwa dari segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Bersihkan hati dari rasa iri, dengki, dan kebencian, serta tingkatkan kebaikan dan ketakwaan dalam diri.

Menetapkan Tujuan dan Niat: Tetapkan tujuan yang jelas untuk Ramadhan ini. Apakah itu memperbanyak ibadah salat, membaca Al-Quran, bersedekah, atau menjauhi hal-hal yang merusak keimanan. Sertakan niat yang tulus dan ikhlas untuk menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya selama bulan suci ini.

Mengatur Waktu dan Kegiatan: Merencanakan waktu dan kegiatan selama Ramadhan agar dapat memaksimalkan ibadah. Tentukan waktu untuk beribadah, berdoa, membaca Al-Quran, serta waktu untuk istirahat dan menjaga kesehatan tubuh.

Meningkatkan Kebaikan dan Kebajikan: Gunakan bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kebaikan dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Bersedekah kepada yang membutuhkan, berbuat baik kepada sesama, dan menjaga hubungan silaturahmi dengan keluarga dan tetangga.

Jamaah sekalian,

Dengan menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan tekad yang kuat, kita akan dapat meraih keberkahan dan rahmat yang Allah SWT janjikan dalam bulan suci ini. Mari manfaatkan setiap momen dalam Ramadhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperbaiki diri, dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2 .Contoh Ceramah Singkat berjudul Patuh Pada Orang Tua

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebagai umat Muslim, patuh pada orang tua adalah salah satu kewajiban yang sangat penting dalam ajaran agama Islam. Patuh pada orang tua bukan hanya sekadar nilai budaya, tetapi juga merupakan perintah langsung dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Isra ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

Dalam ayat ini, Allah SWT secara tegas menyatakan pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Kita diwajibkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan mereka, memberikan penghormatan, dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang, terutama saat mereka memasuki usia lanjut.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad).

Sebagai seorang Muslim, patuh pada orang tua adalah bagian tak terpisahkan dari pengamalan ajaran Islam. Di bulan Ramadhan yang mulia ini, mari kita perkuat ikatan kasih sayang dan hormat kita kepada orang tua. Jadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk membahagiakan mereka, membantu mereka dalam segala hal, dan mengabdi kepada mereka dengan sepenuh hati.

Dengan berbuat baik kepada orang tua, kita tidak hanya mendapatkan ridha Allah SWT, tetapi juga membawa keberkahan dalam hidup kita di dunia dan di akhirat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3 .Contoh Ceramah Singkat berjudul Tetap Produktif Bekerja Saat Berpuasa

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Jamaah yang Dirahmati Allah,

Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja.

Lantas mengapa puasa tidak menghambat produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus. Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah

Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga. Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.

Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.

Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban. Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan, ayatnya tersebut berbunyi yang artinya,

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.

“Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Pun dalam Al-Quran, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan tidak melanggar aturan agama.

Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;

“Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri, dan mencari penghasilan dengan cara yang halal.”

Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.

4. Contoh Ceramah Singkat berjudul Memaksimalkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Kedermawanan sudah seharusnya menjadi ciri khas orang-orang bertakwa. Orang dermawan disukai oleh siapa saja, terutama disukai oleh Allah. Banyak sekali perintah dalam Al-Quran atau hadis agar kaum muslimin gemar berinfak dan bersedekah. Selain ganjaran pahala melimpah, orang yang dermawan memperoleh rahmat Allah dan rezeki yang tidak pernah surut.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat di bulan Ramadhan. Saking takjubnya para sahabat dengan kedermawanan Rasulullah, maka kedermawanan beliau di bulan Ramadhan dikiaskan melebihi lembutnya angin yang berhembus, masyaAllah!

Jika kita berinfak atau bersedekah setiap hari selama bulan Ramadhan, maka kebiasaan tersebut akan membekas dan menjadi kebiasaan permanen yang sangat positif. Jangan dilihat besar atau kecilnya jumlah uang yang kita sedekahkan. Yang sangat mahal adalah keberhasilan kita menjadi dermawan setiap hari.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran mengenai orang orang yang dermawan:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَهُم بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَاخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 274).

Selain itu, dalam firman-Nya, Allah juga mengingatkan betapa besar pahala infak dan sedekah sangat berlimpah. Allah berfirman:

مثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنُبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضْعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَسِعٌ علِيمٌ

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261).

Jamaah yang dimuliakan Allah

Oleh karena itu, anjuran meneladani kedermawanan Rasulullah, terlebih di bulan Ramadhan, tercantum dalam hadisnya.

إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِحْ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامِ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan 53 kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau.

Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus”.” (Muttafaq Alaih).

Maksud dari kedermawanan Rasulullah SAW melebihi lembutnya angin yang berhembus adalah:

أَشَارَ بِهِ إِلَى أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْإِسْرَاعِ بِالْجُودِ أَسْرَعَ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ، وَإِلَى عُمُومِ النَّفْعِ بِجُوْدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا تَعُمُ الرِّيحُ الْمُرْسَلَة جَمِيعَ تَهُبُ عَلَيْهِ.

“Menunjukkan sangat cepat dalam hal kedermawanan melebihi cepatnya angin ketika berhembus. Kedermawanan Nabi SAW juga memberikan manfaat yang menyeluruh seperti hembusan angin yang memberikan manfaat pada apa yang dilewatinya.”

Jamaah yang dimuliakan Allah

Orang dermawan dijamin tidak akan merasa takut dan sedih, terutama di akhirat. Al Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatih Al-Ghaib menulis sebagai berikut:

إِنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ أَهْلَ الثَّوَابِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُتَأَكَّدُ بِذَلِكَبِقَوْلِهِ تَعَالَى (لَا يَحْزُقُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ).

“Sesungguhnya (ayat 274 Al-Baqarah) menunjukkan bahwa orang yang mendapat ganjaran sedekah tidak merasa ketakutan pada hari kiamat, hal ini dikuatkan dengan ayat Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar pada (hari kiamat),(QS. Al-Anbiya: 103)”

Jamaah yang dimuliakan Allah

Jangan lewatkan kesempatan di bulan Ramadhan untuk meningkatkan kedermawanan dengan cara bersedekah atau berinfak serajin mungkin agar kita tetap menjadi dermawan setiap hari walaupun Ramadhan telah pergi.

5. Contoh Ceramah Singkat berjudul Bukber Semangat, Tapi Sholat Magrib Lewat

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ للهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِ بِالْمُجْتَبى، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التَّقَى وَالْوَلَى أَمَّا بَعْدُ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ : فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُوْنَ (٦) وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُونَ (۷)

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Saudara-Saudari,

Bagaimana puasa hari ini? Semoga selalu lancar Amiin ya Rabbal Alamiin

Tema ceramah hari ini sangat menarik yakni, Bukber semangat, tapi sholat Maghrib terlewat. Ada di sini orang yang pernah seperti itu? Orangnya datang? Jangan diulangi lagi ya.

Sebelum dibahas lebih lanjut, mari kita baca bersama-sama QS. Al-Ma’un ayat 4-7.

“4. Celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat; 5. (yaitu) yang lalai terhadap sholatnya; 6. Yang berbuat riya; 7. Dan enggan (memberi) bantuan.”

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Baca ayat ini jangan hanya sepotong ya Pak, Bu. Jangan hanya fawailul lil mushollin. Jika hanya sepotong, ini bahaya, masak orang yang melaksanakan sholat kok celaka. Kita lihat ayat setelahnya, yaitu orang yang lalai terhadap sholatnya.

Maksud dari lalai itu apa sih? Ini yang mesti dijelaskan. Syekh Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya At-Tahrir wa AtTanwir menekankan betul bahwa kata sahûn itu bukan lalai karena lupa tidak melakukan sunnah ab’ad dalam sholat, seperti lupa tidak tasyahud awal misalnya, atau karena ragu dengan jumlah rakaat sholat. Bukan itu maksudnya. Kalau itu kan kita diminta untuk melakukan sujud sahwi.

Ibnu Asyur menyebutkan bahwa orang lalai itu adalah orang yang melakukan sholat karena riya’, tidak ikhlas dan tanpa ada niat yang tulus. Orang ini pun mudah meninggalkan sholat. Ini yang dimaksud sebagai orang yang lalai itu.

Imam Jajaluddin As-Suyuthi mengumpulkan beberapa riwayat yang menafsirkan ayat ini. Dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, salah satu riwayat itu adalah:

وأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ مَرْدُويَة عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَالَّذِينَ هُم عَنْ صَلَاتِهِمْ ساهُونَ قالَ : هُمُ المَنافِقُونَ يَتْرُكُونَ الصَّلاةَ في السِّرِ ويُصَلُّونَ في العلانية.

“Ibnu Jarir dan Ibnu Marduwiyah dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang meninggalkan sholat saat tidak ada orang dan sholat saat di keramaian.”

Dari sini, istilah munafik itu sangat luas artinya. Tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah dalam kondisi apapun jangan pernah menyepelekan sholat. Wajib is wajib, no debat!!

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Buka bersama pada dasarnya adalah aktivitas yang boleh dan baik. Karena hadis Nabi sebenarnya menyebutkan bahwa kebahagiaan bagi orang yang berpuasa itu salah satunya karena berbuka.

Rasulullah SAW bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

“Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).

Saya membayangkan betapa nikmatnya berbuka puasa bersama. Di momen tersebut, kita bisa silaturahim mengumpulkan sanak famili, kerabat, tetangga, bahkan kawan lama. Kebahagiaan itu memang sudah Rasulullah SAW sampaikan.

Tetapi, problemnya bukan di buka bersama ya Pak, Bu. Problemnya adalah jika orang-orang yang berbuka puasa itu melewatkan sholat maghrib. Allah SWT, memperingati betul, bahwa orang yang melewatkan puasa ini disebut akan celaka lho. Jadi, kita perlu berhati-hati.

Terima kasih saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

6. Contoh Ceramah Singkat berjudul Keutamaan Sedekah dalam Islam

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada hari ini, saya ingin berbicara tentang sebuah amal yang sangat dianjurkan dalam Islam, yaitu sedekah. Sedekah bukanlah sekadar memberi sebagian dari harta kita kepada yang membutuhkan, tetapi juga merupakan salah satu bentuk ibadah yang penuh keberkahan di hadapan Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Melalui Ayat ini, Allah SWT menyampaikan kepada kita betapa besar keutamaan memberi sedekah. Bahkan, setiap sedekah yang kita berikan akan dilipatgandakan pahalanya hingga seratus kali lipat.

Selain itu, Rasulullah SAW juga memberikan banyak tuntunan tentang keutamaan sedekah. Beliau bersabda,

قال النبي صلعم : مَن فَطَرَفِيهِ صَا لِمَّا كَانَ لَهُ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ وَعِتْقٌ رَقَبَةِ مِنَ النَّار

Artinya: “Barang siapa yang memberi makanan atau minuman untuk berbuka puasa, maka diampuni dosa-dosanya, dan dibebaskan dari Api Neraka (Al Hadits)”

Saudara-saudaraku,

Dengan memberikan sedekah, kita tidak hanya membantu sesama yang membutuhkan, tetapi juga membersihkan diri kita dari dosa-dosa yang telah kita lakukan. Sedekah juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Mari kita jadikan sedekah sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Meskipun dalam jumlah yang kecil, tetapi dengan niat yang tulus dan ikhlas, setiap sedekah yang kita berikan akan memiliki dampak yang besar, baik di dunia maupun di akhirat.

Sekian ceramah singkat dari saya tentang keutamaan sedekah dalam Islam. Semoga kita semua termotivasi untuk terus berbagi rezeki kepada sesama, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap amal ibadah kita. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

7. Contoh Ceramah Singkat berjudul Keutamaan Sabar dan Syukur

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jamaah yang dirahmati Allah,

Mari kita bersama-sama merenungkan dua konsep penting dalam agama kita: sabar dan syukur. Dua nilai luhur ini adalah kunci utama untuk menjalani kehidupan yang penuh makna dan bahagia di dunia ini.

Pertama, mari kita bicarakan tentang sabar. Sabar adalah sikap ketenangan dan ketabahan dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada kita. Ketika kita diuji dengan kesulitan, kegagalan, atau penderitaan, sabarlah yang membawa kita melewati segala rintangan tanpa kehilangan akal dan emosi. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 155-156:

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ‏ (١٥٥) الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ‏( ١٥٦)

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Kedua, mari kita bahas tentang syukur. Syukur adalah sikap menghargai dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, baik yang besar maupun yang kecil. Ketika kita bersyukur, kita menyadari bahwa setiap nikmat adalah anugerah dari-Nya yang patut kita hargai dan manfaatkan dengan baik. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Sabar dan syukur adalah dua sifat mulia yang tidak hanya membawa keberkahan di dunia, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat. Mari kita jadikan keduanya sebagai pegangan dalam setiap langkah kita, dalam suka maupun duka. Dengan sabar dan syukur, kita akan mampu menjalani kehidupan dengan lapang dada, penuh keberkahan, dan penuh rasa syukur kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

8. Contoh Ceramah Singkat berjudul Pahala Menuntut Ilmu di Bulan Ramadhan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat Ramadhan kepada kita semua. Semoga rahmat dan keberkahan-Nya senantiasa menyertai kita dalam menjalani ibadah di bulan yang penuh berkah ini.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban menuntut ilmu, baik yang berkaitan dengan urusan duniawi maupun akhirat. Menuntut ilmu tidak memandang usia, jenis kelamin, ataupun latar belakang. Semua orang berhak dan wajib melakukannya, terlebih di bulan Ramadhan. Banyak keberkahan dan keutamaan bagi orang yang menuntut ilmu pada bulan suci ini.

Di sini, saya akan menjelaskan tentang macam-macam pahala atau keistimewaan menuntut ilmu sela bulan Ramadhan, yaitu

Mendapat Pahala seperti Ibadah Setahun

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW. bersabda:

مَنْ حَضَرَ مَجْلِسَ اعِلْمِ فِي رَمَضَانَ كَتَبَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ قَدَمٍ عِبَادَةَ سَنَةٍ وَيَكُونُ مَعِي تَحْتَ العَرْشِ

Artinya: “Barang siapa menghadiri majelis ilmu untuk menuntut ilmu agama Islam di bulan Ramadhan, maka Allah catat untuknya setiap satu langkah kaki bernilai pahala ibadah satu tahun, dan ia akan bersamaku (kata Nabi SAW) berada di bawah Arsy Allah SWT. “

Meningkatkan Kualitas Ibadah

Dengan meningkatnya pemahaman kita tentang ajaran Islam, kita dapat menggali lebih dalam makna dan hikmah di balik ibadah-ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan, seperti puasa, shalat tarawih, dan bersedekah. Semakin kita memahami esensi dan tujuan dari ibadah-ibadah tersebut, semakin tulus dan berkualitas pula ibadah kita kepada Allah SWT.

Diridhoi Allah Allah SWT

Setiap langkah yang kita ambil dalam perjalanan menuntut ilmu membawa kita lebih dekat kepada keberkahan dan kasih sayang Allah SWT. Dengan kesungguhan dalam belajar dan mengembangkan diri, kita semakin mendekatkan hubungan kita dengan-Nya dan memperdalam cinta kita terhadap agama-Nya. Sebagaimana dalam HR Abu Daud

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti,” (HR Abu Daud).

Dalam bulan Ramadhan ini, mari kita manfaatkan setiap momen untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan kita. Jadikanlah bulan yang mulia ini sebagai momentum untuk meraih keberkahan dan kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi langkah-langkah kita dalam menuntut ilmu dan menjadikan kita hamba yang bertaqwa dan berilmu. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

9. Contoh Ceramah Singkat berjudul Keutamaan Lailatul Qadr

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudari yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan kali ini, kita berkumpul dalam kebersamaan untuk membahas tentang salah satu malam paling mulia dalam agama kita, yaitu Malam Lailatul Qadr. Malam yang penuh berkah ini merupakan momen istimewa di bulan Ramadhan, yang dipercaya memiliki keutamaan yang luar biasa.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Qadr ayat 1-3:

اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِۖ ۚ‏ ١ وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِؕ‏ ٢ لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِ ۙ خَيۡرٌ مِّنۡ اَلۡفِ شَهۡرٍؕ‏ ٣

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Dalam ayat ini, Allah SWT menggambarkan keistimewaan Malam Lailatul Qadr yang lebih baik daripada seribu bulan. Malam ini adalah malam di mana Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu, Malam Lailatul Qadr menjadi waktu yang sangat berharga bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah, berdoa, dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW juga memberikan petunjuk kepada umatnya tentang keutamaan Malam Lailatul Qadr. Beliau bersabda, “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru” (HR. Muslim no. 762, dari Ubay bin Ka’ab).

Saudara-saudari sekalian,

Malam Lailatul Qadr adalah malam yang penuh berkah dan ampunan. Mari kita manfaatkan kesempatan emas ini dengan beribadah, berdoa, dan memperbanyak amal kebaikan. Mari kita jadikan Malam Lailatul Qadr sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki diri, dan memohon ampunan-Nya atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan.

Semoga kita semua dapat meraih keberkahan dan ampunan dari Allah SWT di Malam Lailatul Qadr ini. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

10. Contoh Ceramah Singkat berjudul Kemulian Memaafkan Sesama

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudari yang dirahmati Allah,

Memaafkan adalah tindakan mulia yang diajarkan oleh agama kita. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-A’raf ayat 199,

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

“Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.”

Memaafkan adalah bentuk kebesaran hati dan kekuatan karakter. Dengan memaafkan, kita membebaskan diri dari beban dendam dan kebencian yang merusak hati dan jiwa kita. Allah SWT berjanji akan memberikan ganjaran bagi mereka yang mampu memaafkan sesama.

Sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Quran Surat Assyuara ayat 40,

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”

Di bulan suci Ramadhan ini, mari kita jadikan kesempatan untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakiti atau menganiaya kita. Dengan memaafkan, kita mengikuti jejak para nabi dan rasul, serta mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Orang-orang yang Dirindukan Allah SWT



Jakarta

Allah SWT memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan sifat ini, Allah SWT selalu mencurahkan cinta dan sayang kepada hamba-Nya.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Rabu (20/3/2024), menjelaskan tentang tanda-tanda orang yang selalu dirindukan Allah SWT.

“Kita menyembah Tuhan yaitu Allah SWT yang salah satu sifatnya yaitu Maha Cinta bahkan itu menjadi sifat utama Allah. Ar Rahman, Ar Rahim artinya Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kita selalu menyebutnya dalam segala hal,” kata Habib Ja’far.


Sifat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ini menjadikan kita sebagai hamba yang beruntung. Setiap nikmat yang diberikan Allah SWT semua berdasarkan cinta kasihnya.

“Karena Dia Maha Cinta maka setiap ketetapan-Nya berbasis pada cinta, tidak ada kebencian sedikit pun. Bahkan hadits Rasulullah SAW mengatakan ‘Sesungguhnya cinta-Ku pada mu lebih besar dari murka-Ku kepadamu atas dosa-dosa yang kau lakukan kepada-Ku,” lanjut Habib Ja’far.

Habib Ja’far menambahkan, Allah SWT juga senantiasa rindu kepada hamba-Nya.

Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan ciri dan tanda orang-orang yang dirindukan Allah SWT.

Ketika Allah SWT rindu maka Dia akan memberikan ujian kepada hamba-Nya seperti rasa sakit, terlilit utang, terkena bencana, orang tua meninggal, istri sakit dan lain sebagainya. Tujuan dari ujian ini agar kita semakin dekat kepada Allah SWT.

Ciri lainnya ketika Allah SWT rindu yakni dengan membangunkan kita di tengah malam. “Allah bangunkan kita tengah malam, tanpa ada alarm, tanpa ada yang mengganggu. Kita ke kamar mandi, lalu wudhu, salat tahajud. Ini terjadi karena Allah SWT rindu,” ujar Habib Ja’far.

Masih banyak lagi peristiwa yang menjadi tanda bahwa Allah SWT rindu dengan kita dan ingin hamba-Nya memohon kepada Dia. Apa saja tanda lainnya?

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Orang-orang yang Dirindukan Allah SWT bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Gapai Ketenangan Jiwa dengan Salat dan Wudhu



Jakarta

Surah-surah dalam Al-Qur’an membawa pesan yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam. Tak terkecuali berisi firman Allah SWT yang dapat menenangkan jiwa.

Melalui detikKultum detikcom yang tayang Rabu (27/3/2024), Prof Nasaruddin Umar menyampaikan hal serupa. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa salah satu cara untuk menenangkan jiwa ialah dengan salat.

Sebagaimana firman-Nya dalam surah Ar Rad ayat 28,


ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”

“Kalau kita ingin merasakan ketenangan jiwa, maka tidak ada cara lain yang paling pantas untuk kita lakukan sebagai umat yang paling beriman khususnya umat islam (yaitu) kita melakukan salat,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ketika seorang muslim menjalani kehidupan dengan teori-teori Al-Qur’an maka ia menutup pintu iblis. Prof Nasaruddin Umar mengatakan, rasa gundah dan gelisah merupakan salah satu provokasi iblis.

Begitu pula dengan wudhu. Sebelum salat, umat Islam dianjurkan untuk membasuh bagian-bagian tubuh tertentu yang mana sama artinya dengan bersuci.

Dalam ilmu kesehatan, wudhu terbukti mampu menenangkan jiwa karena memberikan kesegaran yang berhubungan dengan sistem saraf manusia.

Terkait wudhu ini disebutkan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, salah satunya surah Al Maidah ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Dalam Islam, silaturahmi dianjurkan agar umat Islam dengan sesamanya dapat terjaga. Silaturahmi tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim, melainkan juga umat manusia, hewan, hingga tumbuhan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra ayat 70,

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا


Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

“Silaturahim itu bukan hanya antar sesama manusia, silaturahim dengan binatang, pepohonan bahkan silaturahim dengan benda mati,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (28/3/2024).

Bahkan, silaturahmi tidak hanya kepada sesamanya yang hidup. Menurut Prof Nasaruddin Umar, kematian bukanlah penghalang untuk bersilaturahmi.

Karenanya, umat Islam yang masih hidup dianjurkan membaca doa bagi keluarga atau sesamanya yang telah wafat. Ini menjadi cara bersilaturahmi kepada mereka yang sudah meninggal dunia.

Prof Nasaruddin Umar menerangkan, konsep silaturahmi kepada sesama makhluk hidup seperti binatang dan pohon ini bahkan diterapkan oleh Rasulullah SAW. Contohnya seperti ketika beliau sedang bersembunyi di Gua Tsur karena dikejar oleh para algojo.

“Yang menyelamatkan nabi itu adalah burung merpati yang tiba-tiba bertelur. Kemudian laba-laba dia bersarang seolah-olah tidak ada orang yang masuk di situ (Gua Tsur),” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Peristiwa-peristiwa itu menjadi bukti pentingnya menjalin silaturahmi kepada sesama makhluk hidup. Tidak hanya sesama muslim juga umat manusia.

“Ini satu contoh bahwa silaturahmi itu bukan hanya untuk sesama manusia tetapi juga sesama makhluk,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia bisa saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB. Jangan terlewat!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com