Tag Archives: ramadan

Doa Berbuka Puasa Ramadan Sendiri dan Bersama


Jakarta

Waktu buka puasa memiliki sejumlah keutamaan dan termasuk sunah nabi. Rasulullah SAW dalam sejumlah hadits dikatakan membaca doa berbuka puasa Ramadan.

Dalam kitab Fiqh Ibadah karya Hasan Ayub yang diterjemahkan Abdurrahim terdapat hadits yang menerangkan keutamaan waktu berbuka puasa. Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda,

ثَلَاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوم يَرْفَعُهَا اللهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ


Artinya: “Tiga (orang) yang doanya tidak tertolak: orang puasa hingga berbuka, imam yang adil dan doa orang yang teraniaya, Allah mengangkatnya di atas awan dan pintu-pintu langit dibukakan kemudian Rabb berfirman, ‘Demi keperkasaan-Ku, Aku akan menolongmu meski setelah sekian lama’.” (HR Ahmad, Tirmidzi dan dihasankan, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab shahih-nya)

Dr. H. Miftah Faridl di dalam buku Puasa Ibadah Kaya Makna karya Budi Handrianto, mengingatkan muslim agar tidak lupa berdoa ketika berbuka puasa sebagai rasa syukur atas kenikmatan yang Allah SWT telah berikan.

Doa Berbuka Berpuasa di Bulan Ramadan

Mengutip buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki karya KH. Sulaeman bin Muhammad Bahri, doa berbuka puasa di bulan Ramadhan sebagai berikut. Doa ini juga terdapat dalam kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha.

Doa Berbuka Puasa Ramadan Sendiri

ذَهَبَ الظُّلْماً وَابْتَلتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتِ الْأَحْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى

Dzahabazhzhamaa’u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatil ajru insyaa allaahu ta’aalaa.

Artinya: “Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah ditetapkan pahala insya Allah.”

Doa Berbuka Puasa Ramadan Bersama

أَفْطَرَ عندَكُمُ الصَّالِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ المَلائِكَةُ

Afthara ‘indakumush shaaimuuna wa akala tha’aamakumul abraaru washallat ‘alaikumul malaaikatu.

Artinya: “Berbukalah orang-orang yang berpuasa di tempat saudara ini dan makanlah makanan yang disuguhkan oleh orang-orang yang berbakti, dan para malaikat mendoakan saudara agar mendapat rahmat.”

Mengutip buku Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah karya Muhammad Abduh Tuasikal, untuk berbuka puasa disunahkan dengan kurma atau dengan sesuatu yang manis, seperti pisang, madu, atau yang lainnya, jika tidak ada maka cukuplah dengan air putih.

Nabi SAW biasa berbuka puasa sebelum menunaikan salat Maghrib dan bukan menunggu hingga salat Maghrib selesai dikerjakan. Sebagaimana Anas bin Malik RA berkata, “Rasulullah SAW biasanya berbuka dengan ruthob (kurma basah) sebelum menunaikan salat. Jika tidak ada ruthob, maka beliau berbuka dengan tamer (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Ramadan Selain Allahumma Lakasumtu Sesuai Sunah


Jakarta

Doa buka puasa dengan lafaz awal allahumma lakasumtu adalah bacaan yang populer di kalangan muslim Indonesia. Namun, masih ada sejumlah doa lain yang bisa dibaca sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

Anjuran membaca doa buka puasa bersandar pada sejumlah hadits. Salah satunya hadits yang berisi keutamaan waktu berbuka puasa. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash RA. Ia mengatakan pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, bagi orang yang berpuasa, pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)

Abdullah bin ‘Amr RA sendiri biasa mengumpulkan anak-anaknya ketika akan berbuka puasa dan mengajaknya berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana diceritakan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dalam Fi Rihabis Sunnah yang diterjemahkan Muhamad Yasir. Imam Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al-Iman turut mengeluarkan riwayat mengenai hal ini.


Doa Abdullah bin ‘Amr RA ini disebutkan dalam sejumlah kitab hadits dan dinukil oleh para ulama. Salah satunya dalam kitab Ash-Shiyam karya Ibnu Majah. Doa ini juga dinukil Raghib As-Sirjani dalam Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wasa’il wa thuruq wa Amaliyah yang diterjemahkan Andi Muhamad Syahrir.

Bacaan Doa Buka Puasa Ramadan

Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang diterjemahkan Ulin Nuha menyebutkan sejumlah riwayat tentang bacaan doa buka puasa yang dipanjatkan Rasulullah SAW. Berikut di antaranya.

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud)

Dalam Sunan Abu Dawud juga terdapat hadits dari Muadz bin Zuhrah yang mengatakan bahwa jika telah berbuka puasa, Nabi SAW membaca doa buka puasa berikut ini:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rezekika afthartu

Artinya: “Ya Allah, untukmu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka.”

Dalam kitab Ibnu Sunni juga terdapat bacaan doa buka puasa. Doa ini berasal dari riwayat Ibnu Abbas RA, berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ada juga bacaan doa yang dipanjatkan beberapa menit menjelang buka puasa. Doa ini biasanya dipanjatkan pada waktu mustajab. Berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْئٍ أَنْ تَغْفِرَ لِي

Allahumma inni as’aluka birahmatika allati wasi’at kulla sya’i an taghfira lii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu agar Engkau mengampuni aku.” (HR Ibnu Majah. Al-Bushiri mengatakan sanadnya shahih. Ibnu Asakir meng-hasankan hadits ini dalam Mu’jam Asy-Syuyukh)

Doa buka puasa Ramadan tersebut dibaca ketika masuk waktu buka puasa. detikers bisa melihat jadwal buka puasa Ramadan 2024 lengkap semua wilayah di Indonesia melalui laman detikHikmah atau klik di sini Jadwal Buka Puasa.

Jadwal Buka Puasa Hari Ini

Wilayah DKI Jakarta pada hari ini, Selasa (12/3/2024), akan memasuki waktu buka puasa pada pukul 18:10 WIB. Berikut jadwal salat selengkapnya.

  • Imsak: 04:33
  • Subuh: 04:43
  • Dzuhur: 12:06
  • Ashar: 15:11
  • Maghrib: 18:10 (Waktu buka puasa)
  • Isya: 19:19

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Tarawih dan Witir Versi Pendek dan Lengkap


Jakarta

Salat Tarawih adalah salah satu ibadah sunah yang dilakukan di bulan Ramadan dan biasa diikuti dengan salat witir. Pada pelaksanaannya, terdapat doa Tarawih dan witir yang bisa dipanjatkan.

Salat Tarawih dilakukan setelah salat Isya dan dapat dilakukan sebanyak 8 rakaat atau 20 rakaat, lalu diikuti salat witir sebanyak 3 rakaat. Berikut kumpulan doa salat Tarawih dan witir yang bisa dipanjatkan.

Doa Tarawih Pendek

Dikutip dari buku Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar karya Neni Nuraeni, berikut doa setelah salat Tarawih versi pendek yang bisa dibaca.


اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا وَوَالِدَيْنَا وَعَنْ جَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ والمُسْلِمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allahumma inná nas-aluka ridhaka wal jannata wa na’ûdzu bika min sakhathika wan näri, Allahumma innaka ‘afuwwun karimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anná wa walidaina wa ‘an jami’il muslimina wal muslimáti birahmatika yá arhamar rahimina.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keridhaan-Mu dan surga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau suka ampunan, maka ampunilah kami, dan ampunilah ibu bapak kami, serta semua kaum muslimin dan muslimat dengan kasih sayang-Mu, wahai Tuhan yang Maha Penyayang.”

Doa Tarawih Lengkap

Dinukil dari buku Doa-doa Mustajabah karya AbuQalbina, berikut bacaan doa setelah salat Tarawih atau biasa disebut doa kamilin.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i sayyidinâ Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalankan salat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang saleh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Doa di Antara Salat Tarawih

Hamidah Jauhary dalam bukunya Anak Rajin Puasa menjelaskan bahwa terdapat doa setelah setiap kali salam saat salat Tarawih, seperti yang dibaca Rasulullah SAW. Berikut doanya.

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allahumma Innaka ‘afuwwun tuhibbul afwa fa’fuanni

Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang memberi ampun dan Engkaulah Tuhan yang gemar memberi pengampunan, karena itu ampunilah kami.”

Doa Witir

Seperti salat Tarawih, salat witir juga dapat ditutup dengan membaca doa. Dinukil dari Buku Pintar Shalat karya M. Khalilurrahman Al Mahfani, berikut bacaan doa setelah salat witir.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنَا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِينًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ السُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْعِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَحْشُعَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيرَنَا يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Allaahumma innaa nas-aluka iimaanan daa-iman wanas-aluka qalban khaasyi’an wanas aluka ‘ilman naafi’an wa nas-aluka yaqiinan shaadiqan wa nas-aluka ‘amalan shaalihan wa nas-aluka diinan qayyiman wa nas-aluka khairan katsiiran wa nas-alukal ‘afwa wal’aafiyata wanas-aluka tamaamal ‘aafiyati wa nas-alukasy syukra ‘alal ‘aafiyati wa nas alukal ghinaa ‘aninnaasi, allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharru’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiina wa shallallaahu ‘alaa khairi khalqihi muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iina wal hamdu lillaahi rabbil’aalamiina

Artinya: “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kami memohon kepada-Mu kesehatan yang sempurna, kami memohon kepada-Mu bersyukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari semua manusia. Wahai Tuhanku! Tuhan kami, terimalah salat kami, puasa kami, rukuk kami, khusyuk kami, kerendahan kami, dan pengabdian kami, serta sempurnakanlah kekurangan kami. Wahai Allah! Wahai Allah! Wahai Allah! Wahai Dzat Yang Maha Penyayang! Berilah kesejahteraan kepada sebaik- baik makhluk yakni Nabi Muhammad, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”

Keutamaan Salat Tarawih dan Witir

Ahya A. Shobari dalam bukunya Kunci-kunci Surga menjelaskan bahwa keutamaan salat Tarawih yaitu dapat menjadi sebab ampunan dosa-dosa yang telah lalu. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam salah satu hadits.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa beliau berkata, “Biasanya Rasulullah SAW memotivasi orang-orang untuk mengerjakan qiyam Ramadan, walaupun beliau tidak memerintahkannya dengan tegas. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang salat Tarawih karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan keutamaan dari salat witir, dinukil dari Buku Pintar Salat, Doa, dan Zikir Sesuai Tuntunan Rasulullah karya Darul Insan, yaitu salat witir lebih baik dari harta yang paling baik. Hal tersebut seperti dijelaskan dalam sebuah hadits.

Kharijah bin Khudzafah al-Adawi berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah yang Mahamulia lagi Mahaperkasa telah membekali kalian dengan satu salat, di mana ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu salat witir. Dan Dia menjadikannya untuk kalian antara salat Isya sampai terbit fajar.” (HR Abu Dawud)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Niat Puasa Ramadan 1 Hari dan Sebulan Penuh


Jakarta

Doa atau niat puasa Ramadan wajib dibaca sebelum melakukan puasa. Jika lupa membacanya, puasa yang diamalkan dihukumi tidak sah.

Menurut buku 10 Malam Akhir Ramadhan karya Shabri Shaleh Anwar, ada sebuah hadits yang menerangkan ketidaksahannya berpuasa tanpa membaca niat puasa Ramadan. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tidak niat berpuasa sebelum Fajar, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah).” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Adapun hadits lainnya yang senada dengan hadits diatas, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu puasa bagi orang yang tidak meniatkannya dari malam hari.” (Shahih: Al Irwa’, Shahih Abu Daud).


Lalu, bagaimana bacaan doa niat puasa dan kapan harus dibaca? Berikut penjelasannya.

Doa Niat Puasa Ramadan 1 Hari dan Sebulan

Dikutip dari buku Ramadhan dan Pembangkit Esensi Insan: Pengajian 30 Malam Ramadhan karya Shabri Shaleh Anwar, terdapat dua versi niat puasa yang pertama bisa dibaca harian atau sebulan.

Berniat tiap malam sebelum puasa Ramadan dipedomani oleh Imam Syafi’i. Menurutnya, niat puasa perlu diamalkan pada tiap-tiap malam. Bacaan niat ini dapat dibaca dan diulang setiap hari dalam rentang waktu Magrib sampai sebelum waktu Subuh.

Sementara itu, Imam Hanafi berpendapat, “Sah niat Ramadan dan tiap-tiap puasa yang diwajibkan dengan berniat pada siang harinya.”

1. Bacan Niat Puasa Ramadan Harian

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala”

2. Bacaan Niat Puasa Ramadan Sebulan Penuh

Niat ini dapat dibaca satu kali untuk sebulan penuh sebab puasa Ramadan itu merupakan satu kesatuan ibadah, hal ini berdasarkan pendapat Imam Maliki dan Ahmad. Kedua mazhab tersebut berpendapat, niat puasa Ramadan sudah sah dan cukup dilakukan satu kali untuk sebulan, jika berniat akan berpuasa sebulan lamanya.

Adapun bacaan niat untuk sebulan penuh sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati fardhan lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti pendapat Imam Malik, wajib karena Allah Ta’ala.”

Waktu Membaca Niat Puasa Ramadan

Dikutip dari buku Inilah Alasan Rasulullah SAW Menganjurkan Puasa Sunah karya H. AmIrulloh Syarbini dan Hj. Iis Nur’aeni Afgandi. Menurut Mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan harus dilakukan setiap hari pada malam hari mulai dari waktu Maghrib sampai sebelum fajar. Apabila tidak dikerjakan maka puasa yang dijalankan tidak akan sah.

Berikut tata cara membaca niat puasa Ramadan.

1. Mulai dibaca setelah Magrib hingga waktu Subuh

Niat puasa Ramadan harus diamalkan pada rentang waktu tersebut. Jika tidak, puasa dianggap tidak sah sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang telah dibahas di awal.

2. Dibaca dengan Lisan dan Dalam Hati

Niat puasa Ramadhan dianggap sah saat dilafalkan dalam hati, Namun, hukumnya sunnah jika diucapkan dengan lisan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab I’anatu Thalibin oleh Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Syatho terjemahan M Syihabuddin Dimyath.

“Niat itu dengan hati, dan tidak disyaratkan mengucapkannya. Tetapi mengucapkan niat itu disunahkan,” demikian keterangannya.

Keutamaan Puasa Ramadan

Adapun berbagai keutamaan dari puasa Ramadan yang muslim perlu tahu, seperti yang dikutip dari buku 9 Kenikmatan Bulan Ramadhan karya Dr H Abdur Rokhim SQ MA, berikut penjelasannya.

1. Diampuni Dosa-dosa yang Lalu

Keutamaan puasa yang pertama ialah diampuni segala dosa yang telah diperbuat, Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa berpuasa di bulan Ramadan dengan dilandasi iman dan ikhlas mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang lalu,” (HR Al-Bukhari)

2. Pahala dari Allah SWT

Keutamaan puasa Ramadan berikutnya ialah pahala langsung oleh Allah SWT. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap amal ibnu Adam (manusia) dilipatgandakan, kebaikan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah SWT berfirman: ‘kecuali puasa, sesungguhnya puasa milikku, dan saya akan membalasnya. Ia (orang puasa) meninggalkan syahwat dan makan karena-Ku’.” (HR Imam Muslim)

3. Diampuni Segala Dosa

Keutamaan puasa Ramadan lainnya yaitu sebagai penebus dosa sampai datangnya Ramadan berikutnya, hal ini dijelaskan pada hadits yang berbunyi, “Jarak antara salat lima waktu, salat Jumat dengan Jumat berikutnya dan puasa Ramadan dengan Ramadan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada di antaranya, apabila tidak melakukan dosa besar.” (HR Muslim)

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Ramadan: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Doa buka puasa Ramadan bisa dipanjatkan saat azan Magrib. Ada beberapa doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Menurut Abu Aunillah Al-Baijury dalam Buku Pintar Agama Islam, puasa adalah rukun Islam ketiga. Puasa diartikan sebagai menahan diri dari makan, minum, nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Dalil hukum menjalankan ibadah puasa terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi sebagai berikut,


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Arab-Latin: Ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumus-siyamu kama kutiba ‘alalladzina mingqablikum la’allakum tattaqụn

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Setiap muslim yang berpuasa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pahala, bahkan saat berbuka puasa, sesuai yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Dalam riwayat Tirmidzi, dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bagi orang yang berpuasa ketika sedang berbuka, doanya tidak akan ditolak.”

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menganjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Waktu buka puasa jatuh saat matahari terbenam. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ مِنْ هَا هُنَا، وَجَاءَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Artinya: “Jika telah terbenam matahari dari sini dan malam telah tiba, orang yang berpuasa telah berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya)

Doa Buka Puasa

Mengutip buku Ramadan Bersama Rasul: Panduan Ibadah di Bulan Suci Ramadan oleh Alvian Iqbal Zahasfan, berikut beberapa doa buka puasa Ramadan yang bisa dibaca.

Doa Buka Puasa 1

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Bacaan latin: Dzahabadh dhoma-u wabtalatil uruqu watsabatal ajru insyaallah.

Artinya: “Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah tetap pahala insyaallah.” (HR Abu Dawud)

Doa Buka Puasa 2

اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Bacaan latin: Allaahumma lakasumtu wa’alaa rizqika afthortu

Artinya: “Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka (puasa).” (HR Abu Dawud)

Doa Buka Puasa 3

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي أعانَنِي فَصَمْتُ، وَرَزَقَنِي فأفْطَرْتُ

Bacaan latin: Alhamdulillahilladzi a’aananii fashamtu, wa razaqanii faafthartu

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang menolongku maka aku dapat berpuasa, dan yang telah memberiku rezeki sehingga aku dapat berbuka.” (HR Ibnu Sunni)

Doa Buka Puasa 4

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِي

Bacaan latin: Allahumma inni asaluka birahmatikallatii wasi’at kulla syaiin antaghfira lii

Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuniku.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Sunni)

Doa Buka Puasa 5

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bacaan latin: Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Bacaan doa buka puasa di atas terdapat dalam kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha. Imam an-Nawawi menukilnya dari kitab Ibnu Sunni.

Cara Berbuka Puasa Ala Rasulullah SAW

Dalam bukunya yang berjudul Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah: Rekomendasi Rasulullah, Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari menyebutkan beberapa cara Rasulullah SAW ketika berbuka puasa. Begini urutannya:

1. Menyegerakan Berbuka Puasa

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad, Rasulullah SAW bersabda,

لا يَزَالُ النَّاسُ بِغَيْرِ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya: “Manusia selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Darami, Malik, Baihaqi, Ahmad dan Tirmidzi)

2. Berdoa sebelum Berbuka Puasa

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak; 1) orang yang berpuasa hingga ia berbuka, 2) pemimpin yang adil, 3) dan orang yang terdzalimi.” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Tirmidzi)

3. Buka Puasa dengan Kurma atau Air Putih

Rasulullah SAW menganjurkan untuk berbuka puasa dengan menyantap kurma. Jika tidak tersedia buah tersebut, beliau akan meneguk air putih.

Hal itu berdasarkan riwayat Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa kurma yang masih basah sebelum salat (Magrib). Jika tidak ada, beliau berbuka dengan beberapa kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan meminum air.” (HR Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi & Hakim)

Mengapa Rasulullah SAW memilih kurma sebagai santapan berbuka puasa? Ternyata ada dalil yang menjelaskan hal itu.

Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah dalam kitabnya Bulugh al-Maram, menyebutkan sebuah hadits yang artinya: Dari Salman bin ‘Amir Adh Dhobbi radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berbuka, maka berbukalah dengan tamar (kurma kering). Sebab, kurma mendatangkan berkah. Jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air karena air itu menyucikan.”

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Allahumma Innaka Afuwwun Tuhibbul Afwa Fa’fu Anni saat Lailatul Qadar


Jakarta

Malam Lailatul Qadar diriwayatkan akan terjadi di salah satu malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Umat Islam dianjurkan menggencarkan berbagai amalan untuk menyambutnya, salah satunya memanjatkan doa allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu anni.

Anjuran menggencarkan amalan ini bersandar pada salah satu keutamaan malam Lailatul Qadar yang dijelaskan di Al-Qur’an surah Al Qadr ayat 3.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ


Artinya: “Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Berdasarkan Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, ayat tersebut menjelaskan malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan tanpa Lailatul Qadar di dalamnya. Ibadah pada malam itu mempunyai nilai yang sangat tinggi di mata Allah, lebih tinggi daripada ibadah selama seribu bulan.

Doa Malam Lailatul Qadar

Salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan ketika malam Lailatul Qadar adalah memperbanyak bacaan doa khusus Lailatul Qadar, yaitu doa memohon ampunan kepada Allah SWT.

Diriwayatkan dalam Kitab At-Tirmidzi, Kitab An-Nasa’i, dan Kitab Ibnu Majah, dari Sayyidah Aisyah RA ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui datangnya Lailatul Qadar, apa yang harus kuucapkan?” Beliau menjawab,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni. Karena itu, ampunilah aku.”

Amalan Menyambut Malam Lailatul Qadar

Berikut beberapa amalan yang dapat dilakukan pada 10 hari terakhir Ramadan untuk menyambut malam Lailatul Qadar.

Melakukan Iktikaf

Rasululllah SAW senantiasa melakukan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan, bahkan menambah jumlah harinya menjadi 20 hari terakhir ketika beliau telah mendekati akhir hayatnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan Abu Maryam Kautsar Amru dalam buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan.

Hal tersebut juga dijelaskan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, “Rasulullah SAW selalu iktikaf setiap bulan Ramadan selama 10 hari. Namun pada tahun dimana beliau wafat, beliau iktikaf selama 20 hari.” (HR Al-Bukhari)

Menggencarkan Ibadah

Mengutip buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, umat Islam dianjurkan untuk menggencarkan ibadah pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Ini meneladani Rasulullah SAW yang menggiatkan ibadahnya di 10 hari terakhir Ramadan, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan Bukhari dan Muslim.

Diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW apabila memasuki 10 hari terakhir, beliau menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat sarungnya.

Menggencarkan Qiyamul Lail

Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah RA, umat Islam dapat meneladani Rasulullah SAW yang menghidupkan malam ketika memasuki 10 hari terakhir dengan giat melakukan qiyamul lail atau salat malam.

Salat Tarawih

Menukil buku Mukjizat Lailatul Qadar karya Arif M. Riswanto, Tarawih adalah salah satu ibadah sunah yang dilakukan pada bulan Ramadan. Salat Tarawih dikerjakan di malam hari. Oleh karena itu, malam Ramadan umat Islam akan dihidupkan oleh salat Tarawih.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh iman dan muhasabah, dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari)

Memperbanyak Sedekah

Alexander Zulkarnaen dalam buku Apakah Amalan Kita Diterima Allah SWT menjelaskan bahwa Ramadan adalah Syahrul Muwasah atau bulan berbagi dan Syahrul Ijtimayyah atau bulan kepedulian sosial. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak sedekah.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa sebelum Pergi Mudik Lebaran, Dibaca agar Lancar dan Selamat


Jakarta

Jelang Hari Raya Idul Fitri, umumnya muslim Indonesia melakukan mudik ke kampung halaman. Kegiatan ini sudah seperti tradisi tahunan setiap lebaran.

Biasanya perjalanan mudik memakan waktu yang cukup lama. Tidak hanya berjam-jam, bahkan hingga berhari-hari.

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya umat Islam memanjatkan doa ketika hendak melakukan sesuatu, begitu pula sebelum mudik. Doa tersebut dimaksudkan untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT agar selamat sampai tujuan.


Doa sebelum Pergi Mudik

Berikut doa sebelum pergi mudik yang disadur dari Instagram resmi Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI.

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

Arab latin: Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.

Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini.

Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.”

Doa Musafir Tergolong Mustajab

Pada dasarnya, orang yang melakukan perjalanan jauh termasuk musafir. Menurut hukum Islam, musafir adalah orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dalam jarak tertentu dan berniat tinggal di tempat yang dituju dalam waktu tertentu, seperti dikutip dari buku Tuntunan Shalat Musafir oleh Aulia Fadhli.

Imam Ahmad, Imam Syafi’i dan Imam Malik menetapkan batas waktu seseorang yang dapat disebut musafir ialah empat hari. Sementara itu, Abu Hanifah mengatakan batas waktunya 15 hari.

Walau demikian, banyak pendapat yang mengatakan bahwa musafir adalah orang yang sedang bepergian untuk tujuan tertentu dengan perjalanan kurang lebih 70 km, dan orang tersebut tidak berencana menetap di daerah tertentu lebih dari tiga hari.

Secara sederhana, musafir dapat juga didefinisikan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan bukan untuk maksiat.

Doa dari seorang musafir dikatakan mustajab. Hal ini disebutkan dalam buku Agar Doa Selalu Dikabulkan Allah susunan Muhammad Syafie el-Bantanie, sebagaimana merujuk pada hadits Nabi SAW, ia bersabda:

“Ada tiga jenis doa yang pasti dikabulkan, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang sedang dalam perjalanan (safar) dan doa orang tua untuk anaknya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Anjuran Mencari Lailatul Qadar pada Malam ke-27 Ramadan


Jakarta

Lailatul Qadar adalah malam yang istimewa pada bulan puasa karena keutamaan yang terdapat di dalamnya. Sejumlah hadits menyebut Lailatul Qadar terletak pada 10 malam terakhir Ramadan, spesifiknya malam 27.

Hadits yang menyebut Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadan berasal dari riwayat Ubay bin Ka’ab. Dikatakan dalam Shahih Muslim, Zirr bin Hubaisy RA mengatakan pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Saudaramu Ibnu Mas’ud mengatakan, ‘Barang siapa beribadah di malam hari sepanjang tahun, maka dia mendapat Lailatul Qadar’.”

Kata Ubay bin Ka’ab, “Maka, maksud Ibnu Mas’ud adalah agar orang-orang tidak mengandalkan ibadah pada hari-hari tertentu saja. Sebenarnya Ibnu Mas’ud sudah tahu bahwa Lailatul Qadar itu adalah di bulan Ramadan pada 10 malam yang akhir, yaitu pada malam ke-27.” Kemudian Ubay bin Ka’ab bersumpah tanpa kata-kata pengecualian bahwa Lailatul Qadar itu ada pada malam ke-27.


Lalu aku (Zirr bin Hubaisy RA) katakan, “Atas dasar apa kau katakan itu, hai Abul Mundzir (Ubay bin Ka’ab)?” Jawabnya, “Dengan adanya tanda yang telah diberitahukan kepada kami oleh Rasulullah, bahwa langit pada malam tersebut tampak cerah.” (HR Muslim 3/174)

Ulama Syafi’iyah Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah-nya yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syauqina memaparkan sebuah hadits yang berisi anjuran Rasulullah SAW agar mencari Lailatul Qadar pada malam 27 Ramadan. Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِينَ

Artinya: “Siapa saja yang berupaya untuk mendapati Lailatul Qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27.” (HR Ahmad dalam Musnad Ahmad)

Ulama hadits Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Qiyam ar-Ramadhan yang diterjemahkan Khoeruddin Ulama juga mengatakan Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadan berdasarkan riwayat yang paling kuat.

Para ulama yang meyakini pendapat ini bersandar dengan hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab. Ia berkata,

“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu berada dalam bulan Ramadan. Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui malam ke berapakah dia? Dia adalah malam yang kita diperintahkan untuk menghidupkannya, yaitu malam ke-27. Tandanya, matahari pada pagi harinya tampak putih tak bersinar.”

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim, Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Ahmad dalam Musnad Ahmad, dan At Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi. Adapun, Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.

Pendapat Para Sahabat tentang Malam Lailatul Qadar

Imam Baihaqi dalam Kitab Fadha ‘Ilul Quqat yang diterjemahkan Muflih Kamil mengeluarkan riwayat tentang pendapat para sahabat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar. Ibnu Abbas RA berkata,

“Umar RA memanggil para sahabat Rasulullah SAW dan bertanya kepada mereka tentang malam Lailatul Qadar. Mereka sepakat bahwa Lailatul Qadar itu ada di 10 terakhir Ramadan. Aku berkata kepada Umar, ‘Sungguh aku mengetahui pada malam ke berapa Lailatul Qadar itu.’

Umar berkata, ‘Pada malam ke berapa?’ Aku berkata, ‘Pada tujuh malam pertama atau tujuh malam terakhir dari sepuluh malam terakhir Ramadan.’

Ia berkata, ‘Bagaimana engkau mengetahuinya?’ Aku menjawab, ‘Allah SWT telah menciptakan tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, tujuh tujuh hari, masa berulang tujuh kali, manusia makan dan sujud dengan tujuh anggota tubuh, tawaf tujuh putaran dan jumrah tujuh kali.’ Umar berkata, ‘Sungguh engkau mengetahui apa yang tidak kami ketahui’.”

Pendapat Para Ulama tentang Terjadinya Lailatul Qadar

Para ulama berbeda pendapat terkait waktu terjadinya Lailatul Qadar. Selain pendapat yang menyebut terjadi pada malam 27, sebagian ulama menyebut Lailatul Qadar jatuh pada malam 21, 23, 25, atau 29. Sebab, Rasulullah SAW bersabda,

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

Artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Mukhtashar Shahih Muslim yang disusun Al Hafizh Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhimn Al-Mundziri dan diterjemahkan Syinqithi Djamaluddin dan H.M. Mochtar Zoerni, terdapat hadits yang menyebut anjuran Rasulullah SAW agar mencari Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir Ramadan. Diriwayatkan dari Ibn Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، يَعْنَى لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجْزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبع البواقي

Artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam terakhir. Kalau kamu tidak mampu, jangan tertinggal tujuh malam terakhirnya.”

Rasulullah Sempat akan Sampaikan Waktu Lailatul Qadar

Rasulullah SAW mulanya sempat akan memberitahukan kapan terjadinya Lailatul Qadar. Hal ini diceritakan dalam riwayat Abu Sa’id Al Khudri RA yang terdapat dalam Shahih Muslim. Ia berkata, “Rasulullah SAW pernah beriktikaf pada 10 malam pertengahan bulan Ramadan untuk mencari Lailatul Qadar sebelum dijelaskan kepada beliau.”

Kata Abu Sa’id, “Setelah 10 malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk dibuatkan bilik, tetapi kemudian dibongkar. Kemudian dijelaskan kepada beliau bahwa malam Lailatul Qadar ada pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali.”

Kemudian beliau keluar menemui orang-orang dan berkata, ‘Saudara-saudara! Sungguh telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul Qadar, dan aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani setan. Sehingga Lailatul Qadar terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan, carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, ke-7, dan ke-5 (dalam 10 malam terakhir itu).’

Seseorang berkata, ‘Hai Abu Sa’id! Kamu tentu lebih mengetahui bilangan itu daripada kami.’ Ia menjawab, ‘Tentu kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian.’

Orang itu bertanya, ‘Apa yang dimaksud dengan malam ke-9, ke-7, dan ke-5?’ Ia menjawab, ‘Jika malam ke-21 telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke-22 dan itulah yang dimaksud malam ke-9. Apabila malam ke-23 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-7, jika malam ke-25 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-5’.” (HR Muslim 3/173)

Wallahu a’lam.

(kri/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Malam Lailatul Qadar Sesuai Sunnah Rasulullah


Jakarta

Salah satu malam istimewa yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya memperbanyak doa malam Lailatul Qadar.

Anjuran membaca doa malam Lailatul Qadar bersandar pada hadits yang terdapat dalam kitab At-Tirmidzi, kitab An-Nasa’i, dan kitab Ibnu Majah. Imam At-Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih.

Dalam riwayat tersebut diceritakan, Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan malam Lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan?”


Rasulullah SAW menjawab, “Ucapkanlah: ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf mencintai kemaafan, maka maafkanlah daku.” (HR Ibnu Majah)

Berikut bacaan doa malam Lailatul Qadar yang dimaksud dalam hadits di atas.

Doa Malam Lailatul Qadar Arab, Latin dan Artinya

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni. Karena itu, ampunilah aku.”

Hadits yang memuat doa malam Lailatul Qadar tersebut dinukil Imam an-Nawawi dalam kitab Al Adzkar sebagaimana diterjemahkan Ulin Nuha.

Para ulama mazhab berpendapat dianjurkan memperbanyak doa ini pada malam Lailatul Qadar. Selain itu, umat Islam dianjurkan membaca Al-Qur’an, semua zikir, dan doa-doa yang dianjurkan dalam tempat-tempat yang suci dan terhormat.

Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Lailatul Qadar adalah satu malam yang memiliki keutamaan yang tidak terdapat pada malam-malam lainnya. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Qadr, malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT berfirman,

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ ٥

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.” (QS Al Qadr: 1-5)

Dijelaskan dalam buku Mukjizat Lailatul Qadar Menemukan Berkah pada Malam Seribu Bulan ditulis oleh Arif M. Riswanto Lailatul Qadar terdiri dari dua kata lailah dan al-qadar.

Lailah artinya malam atau waktu yang terbentang sepanjang tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. Sedangkan Al-qadar berarti ukuran, penghormatan, takdir, sempit yang melapangkan, kekuatan, menyempurnakan, dan mempersiapkan.

Dikatakan, pada malam Lailatul Qadar malaikat turun untuk menuliskan takdir untuk tahun berikutnya. Sebab itulah umat Islam dianjurkan membaca doa-doa, memohon supaya Allah SWT menuliskan takdir yang baik.

Qadar berarti kemuliaan, keagungan. Sebab pada malam itu terjadi 3 peristiwa mulia, yaitu: turun kitab suci Al-Qur’an, Al-Qur’an turun kepada mulia Nabi Muhammad SAW, dan kemuliaan juga bagi mereka yang menghidupkan malam Lailatul Qadar.

Waktu Malam Lailatul Qadar

Sejumlah hadits menyebut malam Lailatul Qadar terletak pada malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

Artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Shahih Muslim juga terdapat hadits serupa yang diriwayatkan dari

Ibn Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، يَعْنَى لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجْزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبع البواقي

Artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam terakhir. Kalau kamu tidak mampu, jangan tertinggal tujuh malam terakhirnya.”

Meski demikian, hanya Allah SWT yang mengetahui kapan jatuhnya malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan untuk memperbanyak ibadah pada waktu-waktu tersebut.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Muharram Arab-Latin Sesuai Sunnah Nabi


Jakarta

Umat Islam sedang memasuki Muharram, bulan terbaik untuk puasa setelah Ramadan. Muslim yang menjalankan ibadah ini bisa membaca doa buka puasa Muharram ketika tiba waktu berbuka.

Membaca doa buka puasa Muharram–termasuk puasa lainnya–merupakan sunnah dalam berpuasa. Menurut sebuah hadits, doanya orang yang berbuka puasa tidak akan tertolak. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al Ashr RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ لِلصَّابِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ


Artinya: “Sesungguhnya bagi orang yang berbuka puasa ketika ia berbuka: doa yang tidak akan ditolak.” (HR Ibnu Majah dalam kitab Ash-Shiyam. Al-Bushiri mengatakan sanadnya shahih dan Ibnu Asakir menyatakan hadits ini hasan)

Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Baihaqi turut mengeluarkan hadits serupa dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani. Imam Ahmad mengeluarkan dengan redaksi lebih panjang sebagai berikut,

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزْنِي لَأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

Artinya: “Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya: imam yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa orang dizalimi, Allah akan mengangkatnya di atas awan, dan membukakan untuknya pintu-pintu langit dan berkata, ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun setelah saat ini’.”

Doa Buka Puasa Muharram

Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang diterjemahkan Ulin Nuha memaparkan sejumlah dosa buka puasa yang dibaca Rasulullah SAW. Berikut di antaranya.

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain dalam Sunan Abu Dawud dari Muadz bin Zuhrah, Rasulullah SAW membaca doa buka puasa berikut ketika telah berbuka,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Allahumma laka shumtu a ‘alaa rezekika afthartu

Artinya: “Ya Allah, untukmu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka.”

Rasulullah SAW juga pernah membaca doa buka puasa berikut,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Doa buka puasa Rasulullah SAW tersebut terdapat dalam kitab Ibnu Sunni dari riwayat Ibnu Abbas RA.

Sunnah Buka Puasa

Ada sejumlah sunnah dalam buka puasa yang bisa dikerjakan umat Islam. Berikut di antaranya.

1. Menyegerakan Berbuka

Sunnah berpuasa yang pertama adalah menyegerakan berbuka. Dalilnya mengacu pada hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya: “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

Dijelaskan dalam kitab Taisirul-Alam Syarh Umdatul-Ahkam (Kitab Syarah Hadits Bukhari dan Muslim) karya Abdullah bin Abdurrahman Alu Basam yang diterjemahkan Kathur Suhardi, sunnah menyegerakan berbuka dalam hadits tersebut dilakukan ketika matahari sudah terbenam.

2. Membaca Doa Buka Puasa

Sunnah berpuasa lainnya adalah membaca doa buka puasa. Kesunnahan ini mengacu pada sejumlah hadits yang berisi doa-doa yang dibaca Rasulullah SAW begitu masuk waktu berbuka. Di antaranya hadits dalam kitab Sunan Abu Dawud dan Ibnu Sunni.

3. Berbuka dengan Kurma dan Air Putih

Berbuka dengan kurma juga termasuk sunnah nabi. Apabila tidak ada kurma maka bisa berbuka dengan sedikit air putih. Kesunnahan ini bersandar pada riwayat Anas bin Malik RA, ia berkata, “Rasulullah SAW berbuka dengan kurma basah sebelum salat, bila tidak ada (beliau berbuka) dengan kurma kering dan bila tidak ada beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR Abu Dawud, Hakim, dan Daruquthni. Daruquthni menyatakan hadits ini sanadnya shahih dan At-Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan gharib.)

Menurut penjelasan dalam kitab Fikih Ibadah karya Hasan Ayyub dan diterjemahkan Abdurrahim, sunnahnya berbuka dengan kurma basa, kurma kering atau air dengan bilangan ganjil: satu, tiga, lima dan seterusnya.

Jadwal Buka Puasa Muharram

Berikut jadwal buka puasa Muharram hari ke-1 sampai 10 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

  • 1 Muharram/Minggu 7 Juli 2024: 17.54 WIB
  • 2 Muharram/Senin, 8 Juli 2024: 17.55 WIB
  • 3 Muharram/Selasa, 9 Juli 2024: 17.55 WIB
  • 4 Muharram/Rabu, 10 Juli 2024: 17.55 WIB
  • 5 Muharram/Kamis, 11 Juli 2024: 17.55 WIB
  • 6 Muharram/Jumat, 12 Juli 2024: 17.55 WIB
  • 7 Muharram/Sabtu, 13 Juli 2024: 17.55 WIB
  • 8 Muharram/Minggu, 14 Juli 2024: 17.56 WIB
  • 9 Muharram/Senin, 15 Juli 2024: 17.56 WIB
  • 10 Muharram/Selasa, 16 Juli 2024: 17.45 WIB

detikers juga bisa melihat jadwal buka puasa Muharram di wilayah Indonesia lainnya di sini.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com