Tag Archives: Rasulullah SAW bersabda

Berdoa saat Hujan, Waktu Mustajab yang Dianjurkan Rasulullah SAW



Jakarta

Hujan merupakan nikmat dari Allah SWT. Ketika turun hujan, manfaatkan waktu ini untuk memanjatkan doa. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa ketika hujan termasuk waktu mustajab untuk berdoa.

Sebagai negara tropis, Indonesia dengan letak geografisnya yang sebagian berada tepat pada garis khatulistiwa memiliki curah hujan yang tinggi dalam kurun waktu tertentu, yakni pada musim penghujan. Umumnya musim ini terjadi pada bulan September hingga April.

Hujan merupakan fenomena alam yang umum terjadi. Dengan kuantitas air yang jatuh dan menyebar di daratan, hujan telah banyak membantu kehidupan umat manusia. Mulai dari sektor perkebunan, pertanian, hingga mengairi waduk sebagai cadangan air untuk musim kemarau.


Dalam Islam, Hujan adalah Rahmat

Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menjelaskan tentang peristiwa hujan. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 10:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً ۖ لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

Artinya: Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.

Berdasarkan ayat tersebut, Allah menurunkan air hujan yang membawa manfaat untuk keberlangsungan kehidupan di bumi, bukan hanya manusia tetapi juga tumbuhan dan hewan. Adapun di surat lainnya, Allah berfirman tentang hamba-Nya yang bergembira karena Ia menurunkan hujan.

Hal tersebut tercantum dalam surat Ar-Rum ayat 48:

اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ

Artinya : Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.

Inilah yang menjadikan hujan adalah rahmat dan karunia Allah sehingga sebagai manusia kita harus bersyukur. Adapun salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur yakni dengan memanjatkan doa.

Anjuran Membaca Doa Saat Hujan

Dilansir dari arsip DetikHikmah, berdasarkan hadist riwayat Bukhari, ketika hujan deras Rasulullah SAW membaca doa berikut:

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Arab-latin: Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkan lah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.”

Selain itu, Rasulullah SAW menganjurkan kita juga untuk membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Arab-Latin: Allaahumma innii a’uudzu bi ridhaaka min sakhathik, wa bi mu’aafaatika min ‘uquubatik, wa a’uudzu bika minka, laa ahshii tsanaa’a ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsik

Artinya: “Ya Allah aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu dan dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menghitung pujian untuk-Mu, Engkau sebagaimana engkau menyanjung diri-Mu”.

Waktu Mustajab Dikabulkannya Doa

Ketika turun hujan adalah waktu yang mustajab untuk berdoa karena penuh dengan rezeki dan rahmat. Selain membaca bacaan doa turun hujan, kita sebagai umat muslim juga diperkenankan untuk memanjatkan doa tentang hajat dan keinginan kita.

Hal ini didasarkan oleh hadits Imam Syafi’i yang dikutip dari buku Amalan Pembuka Rezeki oleh Karya Haris Priyatna dan Lisdy Rahayu,

“Berdoalah pada waktu doa-doa diperkenankan Tuhan, yakni pada saat berjumpa dengan pasukan musuh, ketika akan melaksanakan sholat, dan ketika turun hujan.” (HR. Syafi’i).

Adapun Nor Kholish Reefani dalam bukunya Agar Doa Dikabulkan Allah, juga menjelaskan hadits dari Sahl bin Sa’ad RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Dua doa yang tidak pernah ditolak, yaitu doa pada waktu azan dan doa pada waktu hujan.” (HR. Hakim, disahihkan oleh Adz-Dzahabi 1/113-114).

Demikian penjelasan dari anjuran berdoa saat hujan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Semoga bermanfaat.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

3 Doa Mustajab yang Bisa Diamalkan di Malam Nisfu Syaban



Jakarta

Malam Nisfu Syaban termasuk malam yang istimewa. Umat Islam bisa membaca berbagai doa mustajab pada malam tersebut.

Menurut sebuah hadits, pada malam Nisfu Syaban Allah SWT akan mengampuni hamba-Nya yang memohon ampunan. Hadits ini disebutkan Al-Albani, dari Muadz bin Jabal RA dia meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda,

“Pada malam Nisfu Syaban Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya, Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani, Daruquthni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban)


Dalam Kitab Syu’ab al-Iman juga terdapat riwayat serupa. Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila tiba malam Nisfu Syaban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah orang yang memohon ampun maka aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka aku berikan permintaannya.” (HR Baihaqi)

Melansir arsip detikHikmah, sebagian ulama mengatakan bahwa tidak ada satu pun hadits tentang keutamaan malam Nisfu Syaban yang dinilai shahih. Sementara itu, sebagian ulama hadits mengatakan ada riwayat yang karena banyaknya sanad hadits tersebut, maka ia menjadi shahih atau paling tidak menjadi hasan dan bisa dijadikan dalil.

Doa Mustajab: Bacaan Arab, Latin, dan Artinya

Rasulullah SAW telah mengabarkan sejumlah doa mustajab yang bisa dipanjatkan umatnya. Bacaan doa ini termuat dalam kitab hadits dengan sanad shahih dan juga terdapat dalam Kitab al-Dâ’ wa al-Dawâ’: al-Jawâb al-Kâfî li-Man Sa’ala ‘an al-Dawâ’ al-Syâfî karya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dan Kitab Miftâh al-Falâh wa Mishbâh al-Arwâh karangan Ibn Athaillah al-Sakandari.

Berikut bacaan doa selengkapnya.

1. Doa Pembuka Pintu Rezeki

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Allâhumma innî as’aluka bi annî asyhadu annaka antallâhu, lâ ilâha illâ antal ahadus shamad, alladzî lam yalid wa lam yûlad, wa lam yakullahû kufuwan ahad

Artinya: “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu dengan kesaksianku bahwa Engkau adalah Allah. Tiada Tuhan selain Engkau Sang Maha Esa, Sang Tempat Bergantung, yang tidak beranak dan tidak diberanakkan.”

Doa tersebut terdapat dalam Kitab Shahih Ibn Hibban dalam hadits yang berasal dari ‘Abdullah ibn Buraydah dari ayahnya dari Rasulullah SAW yang mendengar seseorang berdoa. Kemudian, beliau SAW berkomentar,

“Orang ini telah meminta kepada Allah dengan nama yang jika Dia diminta dengan nama itu, Dia memberi, dan jika Dia dimohon dengannya, Dia mengabulkan.”

2. Doa Dikabulkan Segala Hajat

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ

Allahumma inni as-aluka bi-anna lakal hamda, laa ilaha illa anta al-mannaan badii’us samaawaati wal ardh, yaa dzal jalali wal ikram, yaa hayyu yaa qayyum

Artinya: “Ya Allah aku memohon kepada-Mu dengan bahwa segala puji bagi-Mu; Tiada Tuhan selain Engkau Sang Maha Pemberi, Sang Pencipta langit dan bumi, wahai Sang Pemilik keagungan dan kedermawanan, wahai Sang Mahahidup dan Mahamandiri.”

Nabi SAW berkomentar, “Ia sungguh telah berdoa kepada Allah dengan nama agung-Nya yang jika Dia diseru dengannya, niscaya Dia mengabulkan, dan jika Dia diminta dengannya, niscaya Dia memberi.”

3. Doa ketika Banyak Masalah

Dalam Kitab Jami’ al-Tirmidzi terdapat hadits dari Abu Hurairah RA bahwa ketika Nabi SAW risau dalam sebuah persoalan, beliau menengadah ke langit dan berdoa dengan sungguh-sungguh, beliau SAW mengucap,

يَاحَيُّ يَا قَيُّومُ

Ya Hayy ya Qayyum

Artinya: “Wahai Sang Mahahidup dan Sang Mahamandiri.”

Masih dalam kitab yang sama, Anas bin Malik RA juga meriwayatkan bahwa apabila Nabi SAW sedang risau, beliau mengucapkan,

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits

Artinya: “Wahai Sang Mahahidup, wahai Sang Mahamandiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.”

Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam Kitab Al-Jawabul Kafi Liman Saala’Anid Dawaaisy-syafi dan diterjemahkan oleh Ahmad Tarmudzi, mengucapkan doa-doa yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW sebagai doa yang pasti diijabah atau doa yang mengandung nama Allah SWT yang agung merupakan doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT atau menjadi doa mustajab.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa saat Matahari Terbit Lengkap dengan Artinya



Jakarta

Terbitnya matahari termasuk salah satu kuasa Allah SWT. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membaca doa saat matahari terbit.

Anjuran untuk berdoa sendiri telah disebutkan dalam berbagai riwayat. Melansir dari buku Jangan Lelah Berdoa karya Nasrudin Abd Rohim, diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أَدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاللإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَامٍ


Artinya: “Berdoalah kepada Allah SWT dan kalian yakin (akan) dikabulkan, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa (seorang hamba) yang hatinya alpa dan lalai.” (HR At-Tirmidzi)

Bukan hanya itu, di dalam hadits lain sebagaimana dikisahkan dari Abu Sa’id Al-Khudri RA bahwa Rasulullah SAW besabda,

“Tidakkah seorang muslim berdoa kepada Allah SWT dengan sebuah doa yang tidak ada dosa atau pemutusan ikatan kekeluargaan di dalamnya, melainkan Allah SWT akan memberinya satu di antara tiga perkara, yaitu boleh jadi Allah SWT segera mengabulkan doa tersebut atau menyimpannya sebagai tabungan di akhirat atau menyelematkannya dari kejaharan yang setara dengan doa yang dipanjatkannya.”

Lalu, pada saat itu para sahabat Nabi SAW berkata, “Jika demikian, kami akan memperbanyak (doa).” Rasulullah SAW menjawab, “Allah SWT lebih banyak (doanya.)”

Masih dalam buku yang sama Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang dimaksud Allah SWT lebih banyak adalah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan doa seseorang, dan Allah SWT tidak disibukkan dengan sesuatu apa pun. Dia Maha Mendengar doa. Dalam hal ini, karena tidak sapun doa yang luput dari Allah SWT.”

Oleh karena itulah, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat Islam untuk berdoa setiap waktu kepada Allah SWT.

Adapun, anjuran untuk berdoa saat matahari terbit bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Kudri RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa membaca doa apabila matahari terbit. Namun, riwayat ini berasal dari sanad yang dhaif.

Doa saat Matahari Terbit

Merujuk pada Kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi yang meriwayatkan di dalam kitab Ibnu Sinni dengan sanad dhaif melalui sahabat Abu Sa’id Al-Khudri RA yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW apabila matahari terbit mengucapkan doa berikut:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَلَّلَنَا اليَوْمَ عَافِيَتَهُ، وَجَاءَ بِالشَّمْسِ، مِنْ مَطْلَعِها، اللَّهُمَّ أَصْبَحْتُ أَشْهَدُ لَكَ بِمَا شَهِدْتَ بِهِ لِنَفْسِكَ، وَشَهِدَتْ بِهِ مَلائِكَتُكَ وَحَمَلَةٌ عَرْشِكَ وَجَمِيعُ خَلْقِكَ إِنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ القَائِمُ بِالقِسْطِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْعَزِيزُ الحَكِيْمُ، اكْتُبْ شَهَادَتِي بَعْدَ شَهَادَةِ مَلَائِكَتِكَ وَأُوْلِي العِلْمِ، اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ وَإِلَيْكَ السَّلَامُ، أَسْأَلُكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإكْرَام أَنْ تَسْتَجِيْبَ لَنَا دَعْوَتَنَا، وَأَنْ تُعْطِينَا رَغْبَتَنَا، وَأَنْ تُغْنِيَنَا عَمَّنْ أَغْنَيْتَهُ عَنَّا مِنْ خَلْقِكَ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعِيشَتِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِيَ الَّتِي إِلَيْهَا مُنْقَلَي

Alhamdulillahillladzi jallalanal yauma wa ‘afiyatahu wa ja a bis syamsi min mathli’iha. Allahumma ashbahtu asyahdu laka bima syahidtu bihi linafsika wa syahidat bihi malaikatuka wa hamalatu ‘arsyika wa ja’i’u kholqika. Innaka antaallahu la ilaha illa antal qoimu bil qisthi. La ila ha illa antal ‘azizul hakim. Uktub syahadati ba’da syahadati malaikatika wa ulil ‘ilmi. Allahumma antas salam, wa minkas salam, wa ilaikas salam. As aluka ya dzaljalaali wal ikrom an tastajiba lana da’watana. Wa antu’thiyana roghbatana wa antughniyana ‘amman ‘aghnaitahu ‘anna min kholqika. Allahumma ashlih li dinil ladzi huwa ‘ishmatu amri, wa ashlih li dunyayal lati fiha ma’isyati wa ashlih akhirotil lati ilaiha munqolabi

Artinya: “Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kami pada hari ini kesehatan dari-Nya dan mendatangkan matahari dari tempat terbitnya. Ya Allah, pada pagi hari ini aku bersaksi kepada-Mu dengan apa yang Engkau saksikan kepada diri-Mu sendiri, dan apa yang disaksikan oleh para malaikat-Mu serta para malaikat pemikul ‘Arasy-Mu’ serta semua makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah SWT Yang tidak ada Tuhan selain Engkau Yang Maha Mengatur dengan adil. Tidak ada Tuhan selain Engkau Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Catatlah kesaksianku ini sesudah kesaksian para malaikat-Mu dan orang-orang yang berilmu. Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera dan dari Engkaulah bersumber segala kesejahteraan dan dikembalikan kepada-Mu segala kesejahteraan. Aku memohon kepada-Mu, wahai Tuhan yang Memiliki keagungan dan kemuliaan; hendaklah Engkau memperkenankan bagi kami atas doa kami, dan hendaklah Engkau memberikan kepada kami semua keinginan kami, dan hendaklah Engkau memberikan kecukupan kepada kami terhadap seseorang dari makhluk-mu yang telah Engkau beri kecukupan terhadap kami. Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang merupakan pegangan urusanku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang di dalamnya terkandung penghidupanku, dan perbaikilah bagiku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku.”

Demikian anjuran untuk berdoa dan bacaan doa saat matahari terbit sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Sholat Tahajud dan Witir Sesuai Sunnah



Jakarta

Sholat Tahajud dan Witir adalah qiyamul lail yang dikerjakan Rasulullah SAW dan dianjurkan bagi umat Islam. Selepas mengerjakan ibadah sunnah malam hari ini bisa dilanjutkan dengan membaca doa setelah sholat Tahajud dan Witir.

Anjuran mengerjakan salat malam ini termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra’ ayat 79 Allah SWT,

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا


Artinya: “Pada sebagian malam lakukanlah sholat Tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

Kemudian, dalam Kitab Fathul Muin karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari yang diterjemahkan oleh Bahrudin Fuad, turut disebutkan hadits mengenai anjuran mendirikan sholat malam. Rasulullah SAW bersabda,

“Wahai kalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan, dan sholatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.” (HR Ibnu Majah)

Sholat Tahajud adalah sholat yang paling utama setelah sholat wajib. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang termuat dalam Kitab Shahih Muslim.

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ

Artinya: “Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat yang dilakukan di malam hari.” (HR Muslim)

Sholat Tahajud dan Witir dapat dikerjakan setelah waktu isya hingga sebelum masuk waktu subuh. Jumhur ulama berpendapat, waktu utama untuk mengerjakan sholat malam ini adalah pada sepertiga malam terakhir.

Hal tersebut bersandar pada firman Allah SWT dalam surah Az Zariyat ayat 18,

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Artinya: “dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).”

Menurut sebuah hadits, pada sepertiga malam terakhir Allah SWT akan turun ke langit dunia dan mengabulkan permintaan hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku-kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Ku-berikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku-ampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Merangkum detikHikmah dan buku Kumpulan Doa dari Al Quran dan As Sunnah yang Shahih oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, berikut bacaan doa setelah sholat Tahajud dan Witir sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.

Doa setelah Sholat Tahajud Arab, Latin, dan Artinya

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Bacaan latin: Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Doa setelah Sholat Witir Arab, Latin, dan Artinya

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ , سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ , سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ

Bacaan latin: Subhaanal malikil qudduus, Subhaanal malikil qudduus, Subhaanal malikil qudduus.

Artinya: “Mahasuci Allah Raja Yang Maha Suci, Maha Suci Allah Raja Yang Maha Suci, Maha Suci Allah Raja Yang Mahasuci.” (Nabi mengangkat dan memanjangkan suaranya pada ucapan yang ketiga).” (HR Abu Daud dan Ahmad)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Orang Tua Agar Anak Soleh dan Sholeha, Dapat Diamalkan Setiap Hari



Jakarta

Memiliki anak yang soleh dan sholehah adalah dambaan semua orang tua. Setiap orang tua bisa memanjatkan doa terbaik bagi anak-anaknya.

Pada masa kelahiran seorang anak, ada begitu banyak harapan-harapan dan ucapan agar sang anak tumbuh menjadi anak yang soleh dan soleha.

Tentu saja hal ini berkaitan dengan ajaran bahwa membesarkan dan mendidik anak menjadi soleh dan soleha merupakan bagian dari kebaikan dan suatu usaha melahirkan generasi muslim yang taat. Bahkan doa dan segala amalan yang dilakukan oleh anak yang soleh dan soleha pahalanya akan sampai pada orang tuanya.


Memiliki anak adalah tanggung jawab orang tua selama hidupnya. Sejak di dalam kandungan, kelahiran, masa kanak-kanak hingga dewasa, seorang anak adalah buah dari kerja keras sekaligus doa yang dipanjatkan kedua orang tuanya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh sebaik-baik (rezeki) yang dimakan oleh seorang manusia adalah dari usahanya sendiri, dan sungguh anaknya termasuk (bagian) dari usahanya.” (HR At Tirmidzi).

Kewajiban Orang Tua Mendoakan Anak

Selain merawat dengan penuh kasih sayang, mencukupi segala kebutuhannya mulai dari sandang, pangan, papan, hingga hal-hal krusial lainnya seperti pendidikan, orang tua juga perlu mendoakan anaknya agar menjadi anak yang soleh dan soleha.

Bagaimanapun, keluarga adalah madrasah pertama seorang anak. Orang tua harus membimbing buah cinta mereka dengan pengetahuan agama dan juga ajaran moral yang berlaku. Di samping itu, orang tua juga perlu mengimbangi aspek rohani anak dengan mendoakannya.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi.” (HR Abu Daud).

Mendoakan anak agar senantiasa dilimpahi berkah dan kebaikan dari Allah sangatlah penting karena doa memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan, dalam hadits yang telah disebutkan, doa orang tua termasuk doa yang mustajab.

Segala usaha dan jerih payah manusia tidak akan berhasil sepenuhnya jika tidak sesuai dengan ketentuan dan juga takdir Allah. Namun, atas kekuatan sebuah doa, doa yang dipanjatkan dapat mengubah takdir. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits berikut.

“Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan) Allah Ta’ala selain doa. Dan tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR At Tirmidzi).

Doa Orang Tua untuk Anak

Menjadi orang tua yang senantiasa mengayomi dan mendoakan buah hati telah dicontohkan oleh para Nabi. Selain mengemban peran sebagai utusan Allah dalam menyebarkan ajaran tauhid, para Nabi juga menjalankan tugas mereka sebagai orang tua sebagaimana orang lain.

Dikutip dari buku Jalan Ke Surga Bagi Para Ayah: Pahala Memanjakan Istri dan Menyanyangi Anak yang disusun oleh Muhamad Sani, bukti para Nabi juga mendoakan anak-anak mereka juga tercantum dalam Al-Qur’an sebagai berikut ini.

1. Doa Nabi Ibrahim AS Meminta Anak Soleh

Doa ini tercantum Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 100,

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

Rabbi Hab lii mina ash-shoolihiin

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.”

2. Doa Nabi Dzakariya AS Meminta Anak yang Baik

Doa ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 38,

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Rabbi Hab lii milla dunka dzurriyyatan thoyyibatan innaka samii’ud du’a’i

Artinya: “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

3. Doa Meminta Kebaikan Pada Anak dan Istri

Doa ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Furqan ayat 74,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Rabbana Hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa qurrata a’yuniw waj’alnaa lil muttaqiina imaama

Artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Anak yang Soleh dan Solehah dapat Menolong Kedua Orang Tuanya

Seorang mukmin yang selama di dunia dapat membimbing anak dan keturunannya untuk berserah diri dan beriman kepada Allah, telah dijamin pertemuan mereka kembali kelak di surga.

Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tur ayat 21,

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Ustadz Arif Rahman dalam bukunya Amalan Kecil Berpahala Besar: Meraih Keberkahan Hidup ala Rasulullah SAW, memaparkan bahwa berdasarkan hadits Nabi, ada beberapa amalan yang tidak akan terputus bahkan saat ajal menjemput.

Pahala dari amalan tersebut akan terus mengalir hingga hari kiamat. Salah satunya yakni anak yang soleh. Seorang orang tua yang berhasil mendidik anaknya menjadi seorang yang soleh maka anak tersebut dapat mengangkat derajat orang tuanya dengan membalas mendoakan kedua orang tuanya yang telah meninggal.

Rasulullah SAW bersabda, “Di antara yang akan ditemui seorang mukmin dari amal dan kebaikannya sepeninggalnya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan, anak soleh yang ditinggalkannya, Al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun dan ia gunakan untuk fi sabilillah, sungai (mata air) yang ia gali, dan sedekah yang ia infakkan dari harta kejayaannya semasa sehatnya dan semasa hidupnya, niscaya itu akan ditemuinya sepeninggalnya.” (HR Ibnu Majah, dianggap hasan oleh al-Bani)

Demikian doa yang dapat dibaca oleh orang tua agar anak menjadi seorang yang soleh dan soleha. Doa tersebut dapat diamalkan setiap hari, termasuk juga selepas menunaikan ibadah sholat fardhu.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Ramadan Arab dan Artinya yang Shahih



Jakarta

Salah satu sunnah dalam berbuka puasa adalah membaca doa. Umat Islam bisa membaca doa buka puasa Ramadan Arab dan artinya yang shahih sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

Puasa adalah kewajiban atas setiap muslim yang mukalaf atau yang dikenai beban syariat. Perintah puasa termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk menyegerakan waktu berbuka puasa. Dari Sahl bin Said, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَلُوا الْفِطْرَ

Artinya: “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Para ulama menyebut, waktu berbuka puasa termasuk waktu yang mustajab. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل والمظلوم

Artinya: “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berdoa, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi)

Doa Buka Puasa Ramadan Arab dan Artinya

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud)

Bacaan doa berbuka puasa yang shahih tersebut temaktub dalam Kitab Sunan Abu Dawud yang turut dinukil Imam an-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar. Ulama Syafi’iyah ini turut meriwayatkan doa buka puasa dalam Kitab Ibnu Sunni, dari Ibnu Abbas RA, “Jika Rasulullah SAW berbuka puasa beliau membaca:

Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Selain doa tersebut, terdapat doa buka puasa dengan lafaz berikut,

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin

Artinya:” Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Dengan rahmat-Mu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Menurut penelusuran detikHikmah, doa berbuka puasa tersebut tidak termuat dalam kitab hadits shahih. Namun, ada sejumlah hadits yang menyebut doa yang mirip dengan lafaz itu tapi dengan redaksi yang lebih pendek.

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai waktu membaca doa berbuka puasa. Sejumlah ulama mengatakan, doa berbuka puasa dibaca setelah berbuka atau pertama kali membatalkan puasa dengan air, kurma, atau semacamnya.

Pendapat tersebut bersandar pada kata yang tertera dalam doa buka puasa sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud, yang artinya, “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.”

Sementara itu, pendapat lain menyebut, umat Islam bisa membaca doa buka puasa sebelum berbuka, sedangkan pendapat lain tidak menetapkan waktu dalam membacanya.

Disebutkan dalam buku Mempercepat Datangnya Rezeki dengan Ibadah Ringan karya Mukhlis Aliyudin dan Enjang, membaca doa berbuka puasa tersebut sebaiknya diiringi oleh doa sebelum bersantap menu berbuka. Lalu, ketika berbuka, bisa membaca doa-doa lainnya untuk keselamatan, kesuksesan, dan kelapangan rezeki di dunia dan akhirat.

Terkait waktu berbuka sendiri, jumhur ulama sepakat bahwa puasa dilakukan hingga terbenamnya matahari atau memasuki waktu salat Maghrib. Untuk jadwal buka puasa sendiri, detikers bisa lihat melalui LINK INI, ya!

Kultum Prof. Nasaruddin Umar, MA Bulan Ramadan, Bulan Penyelamat:

[Gambas:Video 20detik]

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Makan Sahur Puasa Ramadan agar Penuh Berkah



Jakarta

Umat Islam bisa membaca doa makan sahur, baik sebelum menyantap makanan maupun setelahnya. Menurut sebuah riwayat, waktu sahur merupakan waktu mustajab untuk berdoa.

Anjuran untuk makan sahur bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Anas RA sebagaimana termaktub dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً


Artinya: “Makan sahurlah kamu semua, karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut riwayat lain, orang makan sahur akan mendapat sholawat dari malaikat. Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

السُّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

Artinya: “Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bersholawat kepada orang yang makan sahur.” (HR Ahmad)

Abu Maryam Kautsar Amru menjelaskan dalam buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadan, maksud sholawat para malaikat kepada orang yang makan sahur pada hadits di atas adalah doa para malaikat untuk memohonkan keberkahan dan doa memohonkan ampunan bagi orang yang sahur.

Makan sahur juga menjadi pembeda antara umat Islam dan umat terdahulu. Sebagaimana Amr bin ‘Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

Artinya: “Sesungguhnya perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim)

Dalam Kitab Syarah Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi yang disyarah oleh Musthafa Dib al-Bugha dkk disebutkan, dianjurkan mengakhirkan makan sahur selama tidak dikhawatirkan terbitnya fajar shadiq dan menyegerakan berbuka. Sebab, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” Imam Ahmad menambahkan, “Dan mengakhirkan sahur.”

Menurut Imam an-Nawawi, mengakhirkan sahur itu lebih menguatkan tubuh untuk beribadah.

Doa Makan Sahur

Umat Islam bisa membaca doa makan sahur dengan bacaan doa sebelum makan sebagaimana hadits yang diriwayatkan dalam Kitab Ibnu Sunni dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash RA dari Nabi SAW. Berikut bacaan doa makan sahur,

للَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِسْمِ اللَّهِ

Allaahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban naar, bismillah.

Artinya: “Ya Allah, anugerahkan keberkahan kepada kami pada apa yang Engkau berikan, dan jauhkanlah kami dari siksaan api neraka, dengan menyebut nama Allah.”

Doa tersebut juga termuat dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi.

Sesudah makan sahur, umat Islam bisa memperbanyak bacaan istighfar. Dalam Kitab Manaqib Imam Asy-Syafi’i karya Imam Fakhruddin Ar-Razi dikatakan, seseorang yang beristighfar di waktu sahur memiliki keutamaan yang besar. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah SWT yang berbunyi,

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ١٨

Artinya: “Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS Az Zariyat: 18)

Allah SWT juga berfirman,

اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ ١٧

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS Ali Imran: 17)

Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan, ayat tersebut adalah pujian bagi orang-orang yang beriman yang memiliki sifat-sifat tersebut dan menjadikan beristighfar pada waktu sahur sebagai penutup dari sifat-sifat tersebut.

Berikut bacaan istighfar yang bisa dipanjatkan,

أَسْتَغْفِرُ الله

Astaghfirullah

Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah.”

Dalam versi yang lebih panjang bisa membaca bacaan berikut,

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْه

Astaghfirullahal’adzim, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih

Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya.”

Keutamaan Baca Doa ketika Sahur

Keutamaan berdoa pada waktu sahur disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Adzan dan Artinya Sesuai Sunnah, Ini Keutamaannya



Jakarta

Doa setelah adzan adalah perihal yang penting untuk diketahui muslim. Hal ini lantaran adzan yang berkumandang setiap hari sebanyak lima kali sehari dan kita perlu untuk membaca doa setelahnya.

Mengutip Buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah oleh Abdullah Zaedan, riwayat mengenai doa setelah adzan ini disampaikan oleh Jabir bin Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapapun yang membaca doa setelah ia mendengar panggilan muadzin (adzan), maka niscaya ia akan memperoleh syafaat pada hari akhir kelak.” Doa setelah adzan yang disebutkan itu adalah sebagai berikut.

Doa setelah Adzan dan Artinya Sesuai Sunnah

اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاةِ القائمة آت مُحَمَّداً الْوَسَيْلَةَ والْفَضيلَةَ وابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُوْداً الَّذِي وَعَدتَهُ


Arab latin: “Alloohumma robba hadzihid da’watittaamatit taammati was sholaatil qoo`imati aati muhammadal wasiilata wal fadhiilata wab’atshu maqoomam mahmuudal ladzii wa-‘adtahu”

Artinya: “Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan ini, yaitu yang sempurna juga memiliki salat yang didirikan. Berikanlah Nabi Muhammad wasilah serta keutamaan, berikut juga kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia menuju tempat yang terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan.” (HR An Nasa’i)

Keutamaan Doa setelah Adzan

Selain memanjatkan doa setelah adzan, umat muslim juga harus mengetahui bahwa terdapat keutamaan jika berdoa setelah adzan dan sebelum iqamat. Melansir buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, keutamaannya adalah waktu tersebut dapat menjadi waktu paling mustajab untuk seseorang memanjatkan doa.

Dalil mengenai keterangan ini adalah tertuang dari Anas Radhiyallahu anhu yang menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

Artinya: “Doa yang dipanjatkan di antara adzan dan iqamat adalah tidak akan ditolak.” (HR An Nasa’i)

Selain membaca doa setelah adzan, disebutkan oleh Rasulullah SAW bahwa terdapat amalan yang bisa dilakukan ketika seseorang mendengar lantunan adzan. Rasulullah SAW bersabda melalui sebuah hadits, “Barang siapa yang mendengar muadzin mengumandangkan adzan, hendaknya ia menjawab dengan mengucapkan:

وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَاَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيْتُ بالله رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولاً وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا

Arab Latin: “Wa anaa asyhadu anlaa ilaaha illalloohu wahdahu laa muhammadan syariikalahu ‘abduhu wa anna wa rosuuluhu rodhiitubillaahirobbaawabimuhammadin sholalloohu ‘alaihi wasallama wa bil islaami diinaa”

Artinya: “Dan aku bersaksi bahwa tiada Rabb kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, juga aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya, aku ridha Allah sebagai Rabbku dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul-Nya, dan menerima Islam sebagai agamaku.’ Maka dengan itu, Allah SWT telah mengampuni dosa-dosanya.” (HR An Nasa’i)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Baca Doa Ini Agar Lisan Terjaga dari Perkataan Buruk



Jakarta

Ada doa yang bisa dibaca untuk menjaga lisan dari perkataan buruk. Doa ini bertujuan untuk melindungi lisan agar tidak menyakiti orang lain.

Manusia diberi anugerah lisan untuk berbicara mengenai apa saja yang dirasakan dari dalam lubuk hatinya. Di antara semua nikmat Allah yang besar manfaatnya bagi manusia adalah lisan dan dua belah bibir.

Namun, lisan dapat menjadi hal yang membawa keburukan apabila manusia tidak dapat menjaga dan mengendalikannya. Sudah sepantasnya seorang muslim menjaga lisannya dari perkataan-perkataan buruk dan kotor.


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” [Al-Bukhari no. 6018, 6136, 6475; Muslim no. 47; Abu Dawud no. 5154; At-Tirmidzi no. 2500. Lihat pula hadits senada dalam Shahih Al-Jami’ no. 6500, 6501]

Bacaan Doa Agar Lisan Terjaga

Berikut adalah doa yang bisa dibaca untuk menjaga lisan dari perkataan yang buruk.

اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii, wa min syarri maniyyii

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan pendengaran, penglihatan, lisan, qalbu, dan maniku.” [Sunan Abu Dawud no. 1551; Sunan At-Tirmidzi no. 3492].

Mengutip laman NU, Kamis (30/3/2023) doa berikut ini juga bisa dibaca untuk menjaga lisan. Sebagaimana disebutkan oleh Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam komentar kitab Risâlah al-Mustarsyidîn, maka berikut doa yang dianjurkan agar Allah SWT menjaga lisan kita:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَمْتِي فِكْراً وَنُطْقِي ذِكْراً

Arab Latin: Allâhumma-j’al shamtî fikran wa nuthqî dzikran

Artinya: Wahai Allah, jadikanlah diamku berpikir, dan bicaraku berdzikir.

Imam An-Nawawi menasihatkan, “Hendaklah seseorang tidak berbicara kecuali apabila perkataannya membawa kebaikan, dan kapan saja ia ragu apakah membawa kebaikan dalam perkataannya (atau malah keburukan), maka hendaklah ia tidak berbicara.” [Syarh Riyadh Ash-Shalihin, Ibnu ‘Utsaimin, 6/155].

Asy-Syaikh Mahmud Al-Khazandar dalam Hadzihi Aklaquna menyarankan, “Perkataan yang baik dapat terjadi dengan pelatihan dan pembiasaan, demikian pula perkataan yang buruk. Lisan akan mengeluarkan kata-kata yang biasa ia ucapkan. Hanya dengan kesungguhan, lisan dapat terjaga. Sedikit saja kita lengah, maka lisan kita akan terpeleset.”

Selain membaca doa tersebut, seorang muslim yang ingin senantiasa menjaga lisannya juga dapat melantunkan bacaan-bacaan dzikir seperti istighfar. Bahkan istighfar selalu diamalkan oleh baginda Rasulullah SAW setelah selesai sholat

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Siapa yang memohon ampun (istighfar), niscaya Allah SWT akan memberikan jalan keluar kepadanya, jalan keluar dari segala kesusahannya, dan memberikan kesenangan dari segala kesempitan, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Bahaya Lisan dalam Islam

Imam As-Syafi’i menyebutkan dalam sebuah nasihat, “Lisanmu jangan pernah kau pakai untuk menyebut kekurangan orang lain karena seluruh dirimu adalah aib, sedang tiap manusia punya lisan.”

Dalam peribahasa Indonesia dikenal ‘mulutmu harimaumu’, maka dalam Islam lisan disebut lebih tajam dari sebilah pisau. Menggunakan lisan sangat membutuhkan kehati-hatian.

Oleh karenanya, sebelum mengucapkan perkataan diperlukan akal dan pikiran terlebih dahulu supaya perkataannya dapat membawa manfaat dan tidak berujung kesia-siaan lagi membuat luka bagi orang yang mendengar.

Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Ahzab ayat 70,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ

Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha wa qūlū qaulan sadīdā(n).

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.

Anjuran Menjaga Lisan

Abdullah Gymnastiar dalam bukunya Bahaya Lisan, menyebutkan betapa Rasulullah selalu mengingatkan umatnya agar senantiasa menjaga perkataan. Rasulullah SAW bersabda, “Jiwa seorang mukim bukanlah pencela, pengutuk, pembuat perbuatan keji, dan berlidah kotor.” (HR Tirmidzi).

Bahkan kepada orang kafir sekalipun, Rasulullah SAW melarang mencelanya. Dikisahkan bahwa ketika beberapa orang kafir terbunuh dalam Perang Badar, Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kamu memaki mereka, dari apa yang kamu katakan, dan kamu menyakiti orang-orang yang hidup. Ketahuilah bahwa kekotoran lidah itu tercela.” (HR Nasa’i).

Dalam riwayat yang lain, suatu ketika seorang Arab Badui bertemu Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda, “Engkau harus bertakwa kepada Allah! Jika seseorang mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui tentang dirimu, maka janganlah mempermalukannya dengan sesuatu yang engkau ketahui tentang dirinya. Dengan begitu, celakalah dirinya, dan engkau pun mendapat pahala. Dan janganlah engkau memaki sesuatu!” (HR Bukhari, Muslim)

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Zikir ketika Puasa Lengkap dengan Artinya



Jakarta

Ramadan merupakan momentum bagi umat Islam untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amalan. Salah satunya dengan membaca zikir ketika puasa.

Mengutip Kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi, zikir ketika puasa dapat diucapkan ketika mendapat hinaan atau dipermalukan bodoh oleh seseorang. Jika hal itu terjadi, disunnahkan untuk mengucapkan:

inni shoimun


Artinya: “Aku sedang berpuasa” sebanyak dua kali atau lebih.

Hal tersebut bersandar pada riwayat yang termuat dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Artinya: “Puasa adalah perisai, jika seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaknya tidak berkata kotor dan berbuat bodoh, jika seseorang memusuhinya atau menghinanya hendaknya dia mengatakan: ‘Sungguh aku sedang berpuasa, sebanyak dua kali.'”

Selain menyebutkan tentang zikir ketika puasa, Imam an-Nawawi juga memaparkan zikir atau doa berbuka puasa yang shahih. Berikut selengkapnya.

Zikir ketika Berbuka Puasa

Diriwayatkan dalam Kitab Sunan Abu Dawud dan An-Nasa-i, dari Ibnu Umar RA, dia berkata, “Jika Rasulullah SAW berbuka puasa beliau membaca,

ذَهَبَ الظُّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى

Arab latin: Dzahabadh dham-u wabtalatil ‘uruuqu tsabatal ajru in syaa al-laahu ta’aalaa

Artinya: “Telah hilang rasa haus, telah basah urat nadi, dan telah tetap pahala jika Allah menghendaki.”

Selain itu, sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dari Muadz bin Zuhrah, ketika berbuka puasa, Rasulullah SAW membaca doa berikut,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Arab latin: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rezekika afthartu

Artinya: “Ya Allah, untukmu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka.”

Muadz bin Zuhraj juga meriwayatkan doa buka puasa sebagaimana terdapat dalam Kitab Ibnu Sunni. Berikut doanya,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعَانَنِي فَصَمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ

Arab latin: Alhamdulillaahil ladzii a’aani fashamtu wa razaqanii faafthartu

Artinya: “Segala puji bagi Allah, yang telah menolongku sehingga aku dapat berpuasa dan telah memberikan rezeki kepadaku sehingga aku dapat berbuka.”

Dalam kitab tersebut juga terdapat riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas RA. Ia mengatakan, “Jika Rasulullah SAW berbuka puasa beliau membaca,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا، فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْت السَّمِيعُ الْعَلِيم

Arab latin: Allaahumma laka shumnaa wa’ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Menurut sebuah riwayat, doa orang yang berpuasa termasuk doa yang mustajab. Hal tersebut diriwayatkan dalam Kitab at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Tiga orang yang doa mereka tidak tertolak, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang teraniaya”. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.

Kemudian, dalam Kitab Ibnu Majah dan Ibnu Sunni, terdapat riwayat dari Abdullah bin Abi Malikah, dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, dia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, ketika dia berbuka terdapat doa yang tidak tertolak.”

Ibnu Malikah mengatakan, “Aku mendengar Abdullah bin Amr ketika berbuka puasa mengucapkan,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَرَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِي

Arab latin: Allaahumma innii as-aluka bi rahmatikan latii wasi’at kulla syain an taghfira lii

Artinya: Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu menjadikan luasnya pengampunan-Mu kepadaku.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com