Tag Archives: Rasulullah SAW

Surah At-Takatsur Bacaan dan Kandungannya tentang Peringatan Lalai karena Harta


Jakarta

Surah at-Takatsur adalah salah satu surah dalam Al-Qur’an yang mengingatkan manusia agar tidak terlena dengan kesibukan mengejar harta dan kemegahan dunia. Para ulama berbeda pendapat tentang tempat turunnya surah ini, apakah termasuk Makkiyah atau Madaniyah.

Perbedaan itu dijelaskan dalam buku Al-Itqan fi Ulumil Qur’an: Samudra Ilmu-Ilmu al-Qur’an karya Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Sebagian besar ulama mengatakan surah ini termasuk Makkiyah, namun ada juga yang berpendapat surah ini Madaniyah.

Pendapat bahwa surah ini Madaniyah didasarkan pada hadits riwayat Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Buraidah, yang menjelaskan bahwa surah ini turun berkenaan dengan dua kabilah dari kaum Anshar yang saling berbangga. Riwayat lain dari Qatadah menyebutkan bahwa surah ini turun berkaitan dengan orang-orang Yahudi.


Imam Bukhari meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Seandainya manusia memiliki satu lembah dari emas, maka ia akan menginginkan lembah emas yang lain, hingga akhirnya turun surah at-Takatsur (Alhaakumut-takaatsur).”

Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Ali, “Dahulu kami masih ragu tentang adanya azab kubur, sampai turun surah ini. Azab kubur hanya disebutkan di Madinah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih tentang kisah orang Yahudi.”

Bacaan Surah At-Takatsur 1-8

اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ – ١

Arab latin: al-hākumut-takāsur
Artinya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ – ٢

Arab latin: ḥattā zurtumul-maqābir
Artinya: sampai kamu masuk ke dalam kubur.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ – ٣

Arab latin: kallā saufa ta’lamụn
Artinya: Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ – ٤

Arab latin: Summa kallā saufa ta’lamụn
Artinya: kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ – ٥

Arab latin: kallā lau ta’lamụna ‘ilmal-yaqīn
Artinya: Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti,

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ – ٦

Arab latin: latarawunnal-jaḥīm
Artinya: niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim,

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ – ٧

Arab latin: Summa latarawunnahā ‘ainal-yaqīn
Artinya: kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ ࣖ – ٨

Arab latin: Summa latus`alunna yauma`izin ‘anin-na’īm
Artinya: kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).

Kandungan Surah At-Takatsur 1-8

Menurut Tafsir Al-Azhar susunan Buya Hamka, Surah At-Takatsur berisi peringatan tentang manusia yang terlena oleh sikap bermegah-megahan.

Ayat pertama, “Kamu telah diperlalaikan oleh bermegah-megahan”, menjelaskan bahwa manusia sering lalai dari tujuan hidup sejati, melupakan hubungan dengan Allah, dan hanya sibuk mengejar harta, kedudukan, serta keturunan. Padahal semua itu hanyalah sementara.
Ayat kedua, “sehingga kamu melawat ke kubur-kubur”, mengingatkan bahwa pada akhirnya manusia akan mati. Segala harta, pangkat, dan kebanggaan akan ditinggalkan. Kubur adalah pintu menuju akhirat, tempat semua kesenangan dunia tidak lagi berarti.

Pada ayat 3 dan 4 ditegaskan dengan kalimat “Sekali-kali tidak!” bahwa sikap bermegah-megahan tidak bermanfaat. Semua baru disadari ketika masuk alam kubur, lalu dilanjutkan ke Barzakh dan Hari Kiamat, saat manusia menyaksikan bahwa hanya amal yang bernilai di sisi Allah.

Ayat 5 hingga 7 menjelaskan bahwa jika manusia mau memahami hidup dengan pengetahuan yang benar dan yakin pada petunjuk Rasulullah SAW, maka akan terbuka kesadaran tentang neraka sebagai balasan bagi yang ingkar. Keyakinan ini akan semakin kuat, hingga di akhirat nanti manusia melihat dengan mata kepala sendiri kebenaran yang dahulu hanya diyakini.

Ayat terakhir, “Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang segala nikmat” (ayat 8), menjadi penutup sekaligus kunci peringatan. Semua nikmat seperti harta, kedudukan, kesehatan, pendengaran, dan penglihatan akan dimintai pertanggungjawaban. Seperti dijelaskan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Jarir, Mujahid, dan Qatadah, seluruh nikmat duniawi akan ditanya dari mana diperoleh, bagaimana digunakan, dan apakah disyukuri atau justru melalaikan dari Allah.

Kesimpulannya, manusia hendaknya berhati-hati dalam menikmati nikmat dunia, selalu bersyukur, dan tidak lupa kepada Sang Pemberi Nikmat.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Sholat Rebo Wekasan Dilaksanakan Jam Berapa? Ini Waktu dan Hukumnya


Jakarta

Sholat Rebo Wekasan menjadi amalan yang dikerjakan sebagian masyarakat pada Rabu terakhir bulan Safar. Konon, amalan ini berasal dari para sufi.

Anjuran pelaksanaan sholat Rebo Wekasan tertulis dalam kitab Kanz Al-Najah Wa Al-Surur karya Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki. Berdasarkan kitab tersebut, seperti dinukil dari Jurnal THEOLOGIA Vol 3 No 2 (2019) tentang Rebo Wekasan Menurut Perspektif KH. Abdul Hamid dalam Kanz Al-Najah wa Al-Surur karya Umma Farida, amalan ini berkaitan dengan keyakinan turunnya bala bencana pada Rabu terakhir bulan Safar.


Dikatakan, Allah SWT menurunkan 320.000 bencana pada Rabu terakhir bulan Safar. Hal tersebut menjadikannya waktu tersulit dalam setahun, sehingga disarankan melakukan ritual atau amalan dan memperbanyak doa pada hari tersebut. Salah satu amalannya adalah sholat.

Sholat Rebo Wekasan Dilaksanakan Jam setelah Maghrib

Sholat Rebo Wekasan biasanya dilaksanakan pada malam Rabu terakhir bulan Safar, tepatnya setelah Maghrib. Ada juga yang melakukannya pada Rabu pagi harinya.

Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Kementerian Agama RI, Rabu terakhir bulan Safar 1447 H jatuh pada 20 Agustus 2025 besok.

Tata Cara Sholat Rebo Wekasan

Tata cara sholat Rebo Wekasan sesuai yang tercantum dalam kitab Kanz al-Najah wa al-Surur karya Syekh Abdul Hamid adalah sebagai berikut:

  • Dilakukan empat rakaat
  • Niat sholat sunnah mutlak
  • Setiap rakaatnya membaca surah Al Fatihah dilanjutkan Al Kautsar 17 kali, Al Ikhlas 5 kali, Al Falaq 1 kali, dan An Nas 1 kali
  • Sholat pada umumnya hingga salam (empat rakaat dua kali salam)
  • Akhiri dengan doa

Amalan sholat Rebo Wekasan mendapat banyak kritik. Sebab, tak ada dalil shahih yang bisa dijadikan sandaran. Ritual Rebo Wekasan menuai kritik karena sumber yang dirujuk Syekh Abdul Hamid dalam Kanz al-Najah wa al-Surur dinilai kurang otoritatif, tak menyebutkan identitas asli atau secara spesifik siapa sumber yang dirujuk. Hal ini terkesan mubham (tidak jelas) bahkan mahjul (tak diketahui atau tak dikenali).

Selain itu, hadits yang dipaparkan Syekh Abdul Hamid dalam Kanz al-Najah wa al-Surur tentang turunnya 320.000 bencana dinilai lemah. Terlebih dengan adanya hadits shahih yang menyebut tak ada kesialan pada bulan-bulan tertentu.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Syekh Abdul Hamid sendiri menegaskan pelaksanaan sholat Rebo Wekasan bisa dilakukan dengan niat sholat sunnah mutlak. Namun, pendapat ini ditolak oleh KH Hasyim Asy’ari yang menghukuminya haram.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Dari Masa Rasulullah hingga Jadi Ibadah Wajib Umat Islam


Jakarta

Sholat Jumat merupakan ibadah yang sangat penting dalam Islam. Setiap pekan, kaum muslimin berkumpul di masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah yang hanya ada di hari Jumat.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan perintah sholat Jumat dalam surah Al-Jumu’ah ayat 9,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Asal-usul Hari Jumat

Mengutip buku Panduan Khutbah Jum’at untuk Pemula karya Irfan Maulana, sebelum datangnya Islam, bangsa Arab menyebut hari Jumat dengan sebutan ‘Arubah, yang berarti hari penuh kegembiraan. Namun setelah Islam hadir, hari ini diberi nama al-Jumu’ah (berarti “berkumpul”), karena di hari inilah umat Islam berkumpul dalam satu ibadah yang istimewa, yaitu sholat Jumat.

Sholat Jumat Pertama sebelum Rasulullah Hijrah

Merujuk buku Super Berkah Shalat Jumat: Menggali dan Meraih Keutamaan dan Keberkahan di Hari Paling Istimewa karya Firdaus Wajdi dan Lutfi Arif, sholat Jumat sebenarnya sudah dilaksanakan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Perintah sholat Jumat telah turun di Makkah.

Namun, karena tingginya tentangan dari kafir Quraisy, perintah ini tidak dapat langsung dilaksanakan. Apalagi sholat Jumat secara syariat harus dikerjakan secara berjamaah, dan pada masa itu hal ini sulit dilakukan.

Orang yang pertama kali melaksanakan sholat Jumat adalah Mush’ab bi Umair atas perintah Rasulullah SAW sebelum beliau hijrah ke Madinah. Sholat Jumat itu dilaksanakan pada waktu Zuhur.

Sholat Jumat Pertama Bersama Rasulullah SAW

Setelah hijrah dari Makkah, Rasulullah SAW menetap beberapa hari di Quba. Pada hari Jumat, beliau melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Ketika sampai di lembah Ranuna, wilayah Bani Salim bin Auf, Rasulullah SAW menghentikan perjalanannya dan mendirikan sholat Jumat di sana.

Sholat Jumat ini tercatat sebagai sholat Jumat pertama yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW setelah hijrah. Sejak saat itu, sholat Jumat dilaksanakan secara rutin setiap pekan oleh umat Islam.

Sholat Jumat pertama kali benar-benar terlaksana saat Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Peristiwa ini terjadi pada pekan kedua bulan Rabiul Awal tahun 1 Hijriah, atau bertepatan dengan akhir September 622 Masehi.

Di tempat inilah kemudian dibangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jumat, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah pelaksanaan sholat Jumat pertama tersebut.

Pada kesempatan itu, Rasulullah SAW juga menyampaikan khutbah Jumat pertama. Dalam khutbahnya, beliau menekankan pentingnya ketakwaan kepada Allah, mengingatkan umat Islam tentang akhirat, serta menyeru agar selalu memperbaiki hubungan dengan Allah SWT baik secara tersembunyi maupun terang-terangan. Rasulullah juga membacakan ayat Al-Qur’an, di antaranya surat Qaf ayat 29 sebagai peringatan agar manusia selalu bertakwa.

Setelah selesai melaksanakan sholat Jumat, Rasulullah SAW dan para sahabat melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di Madinah (Yatsrib) pada Senin, 16 Rabiul Awal 1 Hijriah atau 20 September 622 Masehi.

Isi Khutbah Jumat Pertama Rasulullah SAW

Dikutip dari buku Himpunan Wasiat Agung Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali karya Miftahul Asror Malik, berikut isi khotbah Jumat pertama Nabi Muhammad SAW:

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa taala. Aku memuji, meminta pertolongan, ampunan, dan petunjuk kepada-Nya. Aku beriman kepada-Nya dan tidak mengkufuri-Nya. Aku memusuhi orang yang mengkufuri-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad ialah hamba dan rasul-Nya. Dia mengutusnya dengan membawa petunjuk, cahaya, dan nasihat setelah lama tidak diutus rasul, ilmu yang sedikit, umat manusia yang tersesat, zaman terputus, sedangkan hari kiamat dan ajal semakin dekat.

Barang siapa yang taat kepada Allah subhanahu wa taala dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah mendapatkan petunjuk. Dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah melampaui batas dan tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.

Aku berpesan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa taala. Itulah wasiat terbaik bagi seorang Muslim. Dan, seorang Muslim hendaknya selalu ingat akhirat dan menyeru kepada ketakwaan kepada Allah subhanahu wa taala.

Berhati-hatilah terhadap yang diperingatkan Allah subhanahu wa taala. Sebab, itulah peringatan yang tiada tandingannya. Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah yang dilaksanakan karena takut kepada-Nya, ia akan memperoleh pertolongan Allah atas segala urusan akhirat.

Barang siapa di antara kalian yang selalu memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah subhanahu wa taala, baik di secara rahasia maupun di tengah keramaian, dan ia melakukan itu dengan niat tidak lain kecuali hanya mengharapkan rida Allah, maka baginya kesuksesan di dunia dan tabungan pahala setelah mati, yaitu ketika di akhirat setiap orang membutuhkan balasan atas apa yang telah dia kerjakan di dunia.

Dan, jika ia tidak melakukan semua itu, pastilah ia berharap agar waktu hidupnya menjadi lebih panjang. Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dialah dzat yang firman-Nya benar dan menepati janji-Nya.

Allah subhanahu wa taala berfirman di dalam Al-Qur’an surah Qaf ayat 29:

مَا يُبَدَّلُ ٱلْقَوْلُ لَدَىَّ وَمَآ أَنَا۠ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ

Arab-Latin: Mā yubaddalul-qaulu ladayya wa mā ana biẓallāmil lil-‘abīd

Artinya: Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku

Bertakwalah kalian kepada Allah dalam urusan dunia dan akhirat kalian, baik dalam kerahasiaan maupun terang-terangan. Karena sesungguhnya barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahalanya. Barang siapa bertakwa kepada Allah, sungguh ia telah akan mendapatkan keberuntungan yang besar.

Sesungguhnya bertakwa kepada Allah dapat melindungi kalian dari kemarahan, hukuman, dan murka-Nya. Takwa kepada Allah bisa membuat wajah menjadi cerah, membuat Allah rida, dan meninggikan derajat kalian.

Ambillah bagian kalian dan jangan melalaikan hak Allah. Allah SWT telah mengajarkan kepada kalian dalam kitab-Nya dan menunjukkan jalan-Nya, agar Dia orang-orang yang mempercayai-Nya dan mendustakan-Nya.

Maka, berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepada kalian. Dan musuhilah para musuh Allah. Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Dia telah memilih kalian dan menamakan kalian sebagai orang-orang Islam. Agar orang yang binasa itu binasanya dengan bukti yang nyata dan orang-orang yang hidup itu hidupnya dengan bukti yang nyata pula.

Sungguh tiada daya upaya, kecuali hanya dengan pertolongan Allah SWT. Maka, perbanyaklah dzikir kepada Allah dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu. Sesungguhnya barang siapa yang menjaga hubungan baik dengan Allah, maka Allah pun akan menjaga hubungan orang itu dengan manusia lainnya.

Karena Allah Subhanahu wa taala memberikan ketetapan atas manusia, sedangkan manusia tidak dapat menentukan keputusan atas-Nya. Allah SWT memiliki apa pun yang ada pada manusia, sedang manusia tidak bisa memiliki apa pun yang ada pada-Nya. Allah SWT Maha Besar. Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah Yang Maha Agung.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Tata Cara Sholat dengan Posisi Duduk, Boleh Dilakukan saat Ada Uzur


Jakarta

Sholat menjadi ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim dalam kondisi apapun. Allah SWT memberikan keringanan kepada hamba-Nya yang tidak mampu melaksanakan sholat dengan berdiri, yakni diperbolehkan sholat dengan posisi duduk, bahkan dalam keadaan tertentu boleh dengan posisi berbaring. Hal ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang penuh rahmat dan tidak memberatkan pemeluknya.

Dikutip dari buku Fiqhun-nisa Thaharah-shalat karya Adil Sa’di, Rasulullah SAW bersabda,
“Sholatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu maka duduklah, jika tidak mampu maka berbaringlah.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits ini menjadi dasar keringanan sholat bagi orang sakit atau yang tidak mampu berdiri.


Hukum Sholat dengan Posisi Duduk

Dikutip dari buku Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar karya Dra. Neni Nuraeni M.Ag., Rasulullah SAW bersabda tentang hukum sholat ketika dalam keadaan,

“Bila seorang hamba sakit atau dalam perjalanan, maka Allah akan mencatat pahala amalnya sebesar apa yang dikerjakannya sewaktu lagi sehat dan mukim (tidak sedang bepergian).”

Dalam hadits lain, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ
“Barangsiapa sholat dengan berdiri, itu lebih utama. Barangsiapa sholat sambil duduk, maka baginya separuh pahala orang yang sholat berdiri.” (HR. Al-Bukhari)

Tata Cara Sholat Posisi Duduk

Nurul Jazimah dalam bukunya yang berjudul Panduan Sholat Untuk Perempuan menjelaskan tata cara sholat dengan posisi duduk.

1. Duduk dengan posisi yang nyaman, bisa duduk bersimpuh atau duduk bersila dengan posisi menghadap kiblat.

2. Membaca niat dalam hati. Kemudian melakukan takbiratul ihram sambil mengangkat kedua tangan dan mengucap takbir.

3. Letakkan tangan dengan posisi bersedekap seperti salat pada umumnya. Dilanjutkan dengan membaca doa iftitah, membaca salat Al-Fatihah dan surat-surat pendek.

4. Bertakbir untuk melakukan ruku’. Posisi ruku’ ketika sholat posisi duduk adalah dengan sedikit membungkukkan badan ke depan. Lakukan gerakan ruku’ sambil membaca doa ruku’.

5. Bangkit dari ruku’ dan membaca doa i’tidal.

6. Lanjutkan dengan sujud. Posisi sujud bisa dilakukan dengan sujud seperti sholat pada umumnya. Namun jika tidak memungkinkan, maka sujud bisa dilakukan dengan menundukkan kepala sebagai isyarat sujud. Jika tidak mampu juga memakai isyarat dengan kepala, boleh dengan kedipan mata.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Telinga Berdenging, Mitos atau Benar Ada Penjelasan dalam Islam?


Jakarta

Fenomena telinga berdenging seringkali dikaitkan dengan berbagai kepercayaan di masyarakat. Sebagian orang meyakini bahwa itu adalah pertanda gaib, seperti dipanggil orang yang sudah meninggal, atau ada seseorang yang sedang membicarakan kita. Namun, bagaimana Islam memandang hal ini?

Banyak Mitos yang Beredar

Tidak sedikit orang yang langsung mengaitkan telinga berdenging dengan hal-hal mistis. Beberapa kepercayaan menyebutkan bahwa ketika telinga berdenging, itu artinya ada seseorang yang sedang membicarakan kita, atau bahkan pertanda ada keluarga yang telah meninggal sedang “memanggil”.

Menyikapi keyakinan seperti ini, Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah memberikan penjelasan yang tegas dalam salah satu kajian beliau di kanal YouTube resminya:


“Begitu banyak kepercayaan-kepercayaan mengenai telinga berdenging ini. Ada yang bilang dipanggil oleh keluarganya yang lagi di dalam kuburan, ada yang percaya juga bahwa telinga berdenging itu karena ada yang meninggal dunia. Tidak ada hubungannya dengan yang demikian. Jangan percaya hal-hal tidak nyata seperti itu,” tegas Buya Yahya. detikHikmah telah mendapatkan izin dari tim Al-Bahjah TV untuk mengutip ceramah Buya Yahya di kanal tersebut.

Telinga Berdenging, Bukan Panggilan Nabi

Selain mitos seputar arwah atau kematian, ada pula yang meyakini bahwa telinga berdenging adalah tanda bahwa seseorang sedang dipanggil oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, menurut Buya Yahya, anggapan ini juga tidak memiliki dasar yang benar.

“Telinga berdenging bisa jadi ada permasalahan pada kesehatan telinganya. Pertama-tama, coba tanyakan kepada medis, bisa jadi ada tekanan dalam telinga, seperti itu. Jangan dihubung-hubungkan dipanggil Nabi dan sejenisnya, padahal Nabi panggil kita setiap hari, mengajak shalat, mengajak ibadah,’ jelasnya.

Pandangan ini mengingatkan kita bahwa seruan Nabi SAW bukan datang melalui tanda-tanda gaib, melainkan melalui ajaran dan sunnah beliau yang sudah jelas disampaikan kepada umat Islam.

Adakah Penjelasan dalam Hadits?

Meski banyak mitos tidak berdasar, Islam tetap memberikan adab atau sikap ketika seseorang mengalami telinga berdenging. Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi, disebutkan sebuah riwayat:

Kami meriwayatkan dalam Kitab Ibnu As-Sunni dari Abu Rafi’, pembantu Rasulullah, bahwa beliau bersabda:

“Jika telinga salah seorang di antara kalian berdenging, maka sebutkanlah aku, bacalah shalawat kepadaku dan ucapkanlah, ‘Semoga Allah menyebutkan dengan kebaikan untuk orang yang menyebutku.'”

Dari sini kita bisa melihat bahwa Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk menyikapi peristiwa sehari-hari, termasuk telinga berdenging, dengan cara yang positif, yaitu mengingat beliau dan membaca shalawat.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Kenapa Surat Yasin Disebut Jantung Al-Qur’an?


Jakarta

Yasin adalah salah satu surat dalam kitab suci Al-Qur’an. Surat ini berada di urutan ke-36 dalam mushaf Al-Qur’an dan terdiri dari 83 ayat.

Biasanya, surat Yasin dibacakan untuk orang yang mendekati ajal. Selain itu, surat Yasin juga bisa diamalkan untuk orang yang sudah meninggal dunia.

Menukil dari Al Itqan fi Ulumil Qur’an susunan Jalaluddin As Suyuthi yang diterjemahkan Muhammad Halabi, banyak keistimewaan yang terkandung dari surat Yasin. Salah satu keistimewaan itu adalah surat Yasin disebut sebagai Jantung Al-Qur’an.


Lantas, apa alasan surat Yasin dianggap sebagai jantung Al-Qur’an?

Alasan Surat Yasin Disebut Jantung Al-Qur’an

Yasin disebut sebagai jantung Al-Qur’an sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Sesungguhnya segala sesuatu itu memiliki jantung, dan jantung Al-Qur’an adalah surat Yasin. barang siapa membaca surat Yasin maka Allah SWT akan mencatat pahala untuknya seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” (HR Tirmidzi dan Darimi)

Sementara itu, Imam Al Ghazali mengatakan bahwa Yasin disebut sebagai jantung Al-Qur’an karena inti dari isinya membahas tentang keimanan yang baru dapat dinilai benar dengan pengakuan terhadap Hari Akhir. Sama halnya dengan peran jantung dalam kesehatan, keimanan seseorang baru dinilai benar apabila disertai dengan keimanan terhadap hari kebangkitan.

Keutamaan Mengamalkan Surat Yasin bagi Muslim

Mengutip buku Surat Yasin dan Tahlil susunan Muhammad Abdul Karim, berikut sejumlah keutamaan surat Yasin.

  1. Membaca surat Yasin di malam hari akan diberi ampunan oleh Allah SWT
  2. Meninggal dalam keadaan syahid
  3. Dikabulkan hajatnya
  4. Diberikan rasa aman dan kesembuhan
  5. Mendapat kemudahan
  6. Dosanya diampuni oleh Allah SWT
  7. Sakaratul mautnya diringankan

Wallahu a’lam.

Kapan Waktu Dianjurkan Membaca Surat Yasin?

Terkait waktu membaca surat Yasin diterangkan dalam sebuah hadits. Berikut bunyinya,

“Dari al-Hasan (diriwayatkan), barangsiapa yang membaca surat Yasin pada malam hari karena mengharap wajah Allah atau mengharap keridaan Allah niscaya ia akan diampuni. Ia berkata lagi; Telah sampai berita kepadaku bahwa surat itu menyamai Al-Qur’an seluruhnya.” (HR Ad Darimi)

Pada riwayat lainnya juga disebutkan sebagai berikut:

“Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) Rasulullah saw bersabda, barangsiapa di malam Jumat membaca ad-Dukhan dan Yasin, maka ia diampuni di pagi harinya” (HR Al Baihaqi)

Menurut buku 5 Amalan Penyuci Hati yang disusun Ali Akbar bin Aqil dan Abdullah Chris, anjuran membaca surah Yasin pada malam hari juga disebutkan dalam hadits dari Ibnu Sunni dan Ibnu Hibban. Nabi SAW bersabda,

“Siapa yang membaca surah Yasin pada suatu malam karena Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR Ibnu Sunni dan Ibnu Hibban)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Tak Hanya Panas, Ini Azab Neraka yang Sangat Dingin dan Menyiksa



Jakarta

Biasanya, neraka digambarkan sebagai tempat yang sangat panas. Namun, ada juga neraka dengan suhu sangat dingin. Maksud dari dingin di sini bukan berarti sejuk, melainkan dingin yang menyiksa.

Menukil dari kitab Al Umm oleh Imam Syafi’i yang ditahqiq dan takhrij Dr Rif’at Fauzi Abdul Muththalib terbitan Pustaka Azzam, terkait neraka dengan suhu dingin disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA.


Rasulullah SAW bersabda,

“Jika panas menyengat, maka tangguhkanlah salat hingga cuaca agak dingin, sebab sengatan panas berasal dari tiupan neraka Jahannam. Neraka mengadu kepada Tuhannya untuk berkata, “Wahai Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian yang lain.” Lalu Dia (Allah) mengizinkannya untuk bernafas dua kali setiap tahun, yaitu satu nafas di musim dingin dan satu nafas lagi di musim panas.

Jadi, panas paling menyengat yang kalian rasakan adalah berasal dari panasnya neraka Jahannam, dan dingin paling menyengat yang kalian rasakan adalah berasal dari zamharir (dingin yang berlebihan)nya.” (HR Bukhari)

Selain itu diterangkan dalam Latha ‘If Al Ma’arif Fi Ma Li Mawasim Al-‘Am Min Al-Wazha ‘If susunan Al Imam Al Hanbali terjemahan Mastur Ihram dan Abidun Zuhri, dinginnya neraka Zamharir membuat tulang seseorang remuk hingga terdengar suara hancurnya.

Dari Mujahid berkata, “Mereka lari ke Zamharir. Namun ketika mereka telah tiba di sana, tulang-tulang remuk hingga terdengar suara gemeretaknya.”

Lalu, dari Ka’ab juga menyebut hawa dari neraka Zamharir merontokkan tulang. Dia berkata,

“Sesungguhnya di neraka Jahannam ada hawa dingin, yaitu zamharir. Hawa dingin ini bisa merontokkan tulang sehingga mereka meminta tolong dengan panasnya neraka Jahannam.”

Ada juga riwayat dari Abdul Malik yang berasal dari Umair bahwa saking dinginnya neraka Zamharir, para penghuni neraka bisa terbunuh dengan hawa dingin yang dirasakan dari sana.

“Saya mendengar kabar bahwa penghuni neraka meminta kepada penjaganya untuk membawa mereka keluar ke sisi-sisi neraka, lalu mereka pun dibawa keluar. Namun mereka terbunuh oleh dingin dan zamharir hingga mereka kembali ke neraka dan memasukinya dari hawa dingin yang mereka rasakan.”

Naudzubillah min zaalik.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Cara Membaca Yasin dan Mendoakan Orang Meninggal Menurut Sunnah


Jakarta

Surah Yasin bisa dibaca untuk orang yang sudah meninggal dunia. Terkait hal ini diterangkan dalam sebuah hadits yang berasal dari Mu’aqqal bin Yasar Ash-Shalabiy RA.

Rasulullah SAW bersabda,

“Bacalah surah Yasin untuk orang-orang yang meninggal dunia!” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)


Ibnu Qayyim Al Jauziyyah melalui karyanya Ar Ruh li Ibnil-Qayyim yang diterjemahkan Kathur Suhardi menyebut bahwa surah Yasin juga bisa dibaca saat seseorang mendekati ajalnya. Dalam surah Yasin sendiri terkandung makna kegembiraan bagi orang-orang yang wafat sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Yasin ayat 27-28,

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ ٢٧ ۞ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ ٢٨

Artinya: “(bagaimana) Tuhanku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan. Setelah dia (dibunuh), Kami tidak menurunkan satu pasukan pun dari langit kepada kaumnya dan Kami tidak perlu menurunkannya.”

Lantas bagaimana cara mengirim doa yasin untuk orang yang sudah meninggal?

Cara Mengirim Doa Yasin untuk Orang yang Meninggal Dunia

Mengutip dari buku Tuntunan Tanya Jawab Aqidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji oleh Syaikh Muhammad bin Shalih At-Utsaimin, sebelum mengirim doa Yasin untuk orang yang sudah meninggal hendaknya muslim membaca hadroh terlebih dahulu. Hadroh ini terdiri dari istighfar, tawassul, dan Al Fatihah. Setelahnya, maka muslim bisa mengikuti tata cara berikut:

1. Membaca istighfar tiga kali
2. Membaca tawasul kepada Rasulullah SAW,

اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهِ وإِخْوَانِهِ مِنَ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَالأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ المُقَرَّبِيْنَ، ثُمَّ اِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ القُبُوْرِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا إِلَى آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَأَسَاتِذَةِ أَسَاتِذَتِنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِمَنْ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ شَيْءٌ لِلَّهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Ilaa hadhratin nabiyyi shalallahu ‘alaihi wasallama wa aalihi wa ikhwanihi wa minal anbiya-i wal mursalin wal auliyaa-i wasy syuhada-i wash shalihin wash shabati wat tabi’in wal ‘ulamaa-i wal mushonnifinal mukhlashiin wa jami’il malaa-ikatil muqarrabin. Tsumma ilaa jamii’il ahlil kubur minal muslimiina wal muslimati wal mu’minina wal mu’minati min masyariqil ardhi ilaa magharibiha barrihaa wa bahriha khushuushon ila aaabaa-inaa wa ummahaatinaa wa ajdaadinaa wa jaddaatina wa masyaayikhana wa masyaayikhi masyaayikhinaa wa asatidzatina wa asatidzati asatidzatina wa liman ahsana ilaina wa limanij tama’naa hahunaa bisababihi, syaiul lillahi lahum Al-Fatihah.

Artinya: “Untuk yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan saudaranya dari kalangan pada nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, sahabat, tabi’in, ulama al-amilin, ulama penulis yang ikhlas, semua malaikat Muqarrabin, kemudian semua ahli kubur Muslimin, Muslimat, Mukminin, Mukminat dari Timur ke Barat, baik di laut dan di darat, khususnya bapak kami, ibu kami, kakek kami, nenek kami, guru kami, pengajar dari guru kami, ustadz kami, pengajar ustadz kami, mereka yang telah berbuat baik kepada kami, dan bagi ahli kubur atau arwah yang menjadi sebab kami berkumpul di sini. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua, Al-Fatihah.”

3. Membaca surah Al Fatihah
4. Barulah muslim bisa mengamalkan surah Yasin

Bacaan Doa Lainnya untuk Orang yang Meninggal Dunia

Mengacu dari sumber yang sama, terdapat pula doa lainnya yang bisa dibaca bagi orang yang meninggal dunia. Berikut doanya,

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِلْمَاءِ وَالشَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الدَّ نَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارً اخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَادْخِلْهُ الجَنَّةَ وَاعِذْهُ مِنْ عَدَابِ الْقَبرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Allahummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil maa i wats-tsalji walbaradi wa naqqihii minal khathaa ya kamaa yunaqqats- tsawbul abyadhu minad danas, wa abdilhu daaran khairan min daarihii wa ahlan khairan min ahlihii wa zawjan khairan min zawjihi, wa adkhilhul jannata wa a ‘idzhu min ‘adzaabil qabri wa fitnatihi wa min ‘adzaabin naar.

Artinya : “Wahai Allah, ampunilah dan rahmatilah, bebaskanlah, lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih dan sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan seperti baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya, dan siksa api neraka.”

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Niat Sholat Fajar: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Sholat sunnah fajar, atau sering juga disebut sholat qobliyah Subuh, merupakan amalan yang sangat dianjurkan dan senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Keutamaan sholat ini begitu besar, bahkan melebihi nilai dunia dan seisinya.

Seperti yang diriwayatkan dalam hadits dari Aisyah RA yang berkata, “Nabi SAW tidaklah menjaga sholat sunnah yang lebih daripada menjaga sholat sunnah dua rakaat sebelum Subuh.” (HR Muslim)

Hadits lain bahkan menyebutkan, “Dua rakaat fajar (sholat sunnah qobliyah Subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim)


Untuk mendapatkan keutamaan tersebut, mari simak bacaan niat sholat sunnah fajar yang tepat.

Niat Sholat Sunnah Fajar

Berikut adalah niat sholat sunnah fajar dua rakaat yang bisa dibaca di dalam hati:

أصَلِّي سُنَّةٌ قَبْلِيَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Ushallii sunnatan qabliyatash shubhi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “Aku niat sholat sunnah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

Surah yang Dianjurkan untuk Dibaca

Dalam pelaksanaannya, sholat sunnah fajar dikerjakan seperti sholat pada umumnya. Namun, ada surah-surah tertentu yang dianjurkan untuk dibaca agar keutamaannya semakin sempurna.

Menurut buku Tuntunan Mudah Menghafal Bacaan Shalat Plus Juz Amma karya Adi Tri Eka, pada rakaat pertama dianjurkan membaca surah Al-Fatihah dan Al-Kafirun, sementara pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan Al-Ikhlas.

Selain itu, sebagian ulama juga menganjurkan bacaan yang berbeda. Berdasarkan Kitab I’aanah ath Tholibiin, Imam al-Ghazali menyampaikan membaca surah Al-Insyirah pada rakaat pertama dan surah Al-Fil pada rakaat kedua memiliki keutamaan luar biasa.

“Orang yang membaca surah Al-Insyirah dan Al-Fil pada sholat sunnah qobliyah Subuh, maka terjagalah dia dari kejahatan orang yang jahat,” ujar Imam Ghazali dalam kitab tersebut, seperti yang dikutip oleh Syekh Ali.

“Orang yang membaca surah Al Insyirah dan Al Fil pada sholat sunnah qobliyah Subuh, maka terjagalah dia dari kejahatan orang yang jahat. Allah SWT tidak memberi jalan kepada orang jahat untuk menyakiti seseorang tadi dan ini adalah benar lagi sudah teruji tanpa syarat keraguan,” disampaikan oleh Imam Ghazali di dalam kitab tersebut karya Syekh Ali.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Minim Anak Muda di Masjid, Ini Siasat Kemenag



Jakarta

Minimnya kehadiran anak muda di masjid menjadi perhatian serius Kementerian Agama (Kemenag). Banyak masjid di Indonesia, terutama di daerah yang didominasi oleh jemaah lanjut usia, sementara anak muda justru jarang terlihat.

Kemenag punya siasat untuk mengubah fungsi masjid agar lebih relevan dan menarik bagi generasi muda. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsyad Hidayat.

“Kita ingin mencoba memberikan inspirasi ke masjid-masjid yang lain. Anak-anak muda ini harus kita berikan kesadaran pentingnya masjid,” ungkap Arsyad, saat ditemui di Konferensi Pers Blissful Mawlid di Jakarta, Jumat (22/8/2025).


Contohnya seperti zaman nabi. Pada masa itu, di zaman Rasulullah SAW, masjid menjadi pusat segala aktivitas, mulai dari komunikasi, diskusi, hingga strategi perang.

Kini, Kemenag pun ingin mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Salah satu langkah konkretnya adalah menjadikan masjid sebagai tempat yang punya fungsi sosial.

“Jangan masjid itu jauh dari orang-orang miskin. Kita ingin masjid punya kekuatan, punya daya untuk memberikan fungsi sosial kepada masyarakat yang membutuhkan,” jelasnya.

Selain itu, beberapa masjid sudah mulai berinovasi dengan memberikan pinjaman lunak kepada masyarakat. Hal ini dinilai sangat positif karena bisa membantu masyarakat menghindari jeratan pinjaman online (pinjol) dan mengatasi kemiskinan.

“Ini menurut saya positif sekali, membantu program pemerintah kaitan dengan mengatasi kemiskinan,” kata Arsyad.

Dengan berbagai program ini, Kemenag berharap masjid tidak lagi sepi dari anak muda. Masjid harus menjadi pusat kegiatan yang relevan, dinamis, dan memberdayakan umat.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com