Tag Archives: Rasulullah SAW

Saat Fatimah Meminta Pembantu pada Rasulullah, Apa Responsnya?


Jakarta

Fatimah Az-zahra RA adalah salah seorang putri Nabi Muhammad SAW yang menikah dengan seorang sahabat ayahnya sendiri, yaitu Ali bin Abi Thalib RA. Fatimah RA juga merupakan seorang ibu yang mengurus seluruh pekerjaan rumah tangganya sendiri.

Suatu ketika, Fatimah RA pernah meminta pembantu kepada ayahnya karena kelelahan bekerja. Bagaimana respons Rasulullah SAW?

Saat Fatimah RA Meminta Pembantu pada Rasulullah SAW

Dikutip dari buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW yang ditulis oleh Fuad, Fatimah RA dan suaminya Ali bin Thalib hidup dalam kesederhanaan.


Sepasang suami istri ini hanya memiliki dua buah batu penggiling gandum yang digunakan untuk menumbuk gandum. Di dalam rumahnya pula hanya memiliki dua buah wadah air yang terbuat dari kulit kambing, minyak wangi yang tidak banyak, serta bantal berbahan ijuk pohon kurma.

Mereka tidak memiliki pembantu untuk membantu pekerjaan rumah tangga Fatimah RA. Walaupun Ali RA kerap kali membantu mengerjakan pekerjaan rumah Fatimah RA, ia tetap saja masih merasa kelelahan bahkan membuat kedua tangannya menjadi kasar dan melepuh akibat menggiling gandum.

Ali bin Abi Thalib pun mengusulkan kepada istrinya untuk meminta seorang pembantu kepada ayahnya, Nabi Muhammad SAW, agar pekerjaan rumahnya menjadi ringan. Fatimah RA lantas mengunjungi Rasulullah SAW. Saat itu Rasulullah SAW pulang dari sebuah perang dan beliau mendapat banyak harta rampasan perang.

Fatimah RA lantas ditanya oleh ayahnya, “Apa keperluanmu, Putriku?” Namun Fatimah tetap diam dan tidak kuasa untuk mengatakan maksud kedatangannya.

Lantas Fatimah RA berkata, “Tidak ada, wahai Rasulullah. Aku ke sini hanya menyampaikan salam kepadamu,” lalu ia kembali ke rumahnya.

Setibanya di rumah, suaminya sudah menunggunya dan kabar tentang usulannya tadi. Namun, Fatimah RA hanya bisa menjawab bahwa dirinya malu untuk meminta pembantu kepada Rasulullah SAW sehingga tidak mengatakannya.

Keduanya lantas memutuskan untuk mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta pembantu tersebut. Fatimah RA masih tidak berani berkata pada Rasulullah SAW hingga suaminya yang mengambil alih.

Ali RA berkata, “Aku akan memberi tahu kamu, Rasulullah. Ia (Fatimah RA) memutar kincir angin hingga membekas pada tangannya. Ia menuangkan air dengan geriba hingga membekas di dada atasnya,”

“Ketika para pembantu datang, aku menyuruhnya untuk mendatangimu dan meminta pembantu yang akan membantu pekerjaannya dan menjaganya dari beratnya pekerjaan yang dilakukannya.”

Sebaliknya, Rasulullah SAW justru memberi solusi dari kelelahan Fatimah RA setelah melakukan pekerjaan, terutama pekerjaan rumah yang melelahkan seharian. Dikutip dari Husnul bima Tsabala min Allah wa Rasulibi fin Niswab karya Muhammad Shidiq Hasan Khan, Rasulullah SAW menganjurkan Fatimah RA untuk membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali sebelum tidur sebagai obat lelah ketika ditimpa pekerjaan yang banyak.

Keterangan ini bersumber dari salah satu hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu A’bud. Diterjemahkan oleh Muhammad Arifin dalam buku Ensiklopedia Hadits Sahih Kumpulan Hadis tentang Wanita, berikut bunyi haditsnya,

فَقَالَ : اتَّقِى اللَّهَ يَا فَاطِمَةً ، وَأَدِّي فَرِيضَةَ رَبِّكَ ، وَاعْمَلَي عَمَل أَهْلكَ ، فَإِذَا أَخَذْت مَضْحَعَكَ : فَسَبِّحى ثَلاثًا وَثَلاثِينَ ، وَاحْمَدَي ثَلَاثًا وَثَلاثِينَ، وَكَبْرِي أَرْبَعًا وَثَلاثِينَ ، فَتِلْكَ مِائَةٌ فَهِيَ خَيْرٌ لَكَ مِنْ خَادِم. قَالَتْ : رَضِيتُ عَنِ اللهِ عَزَّ وَجَلٌ وَعَنْ رَسُولِهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم. أخرجه الخمسة إلا (النسائي)

Artinya: Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata, “Bertakwalah kepada Allah, Fatimah. Tunaikanlah kewajiban Tuhanmu dan laksanakanlah pekerjaan keluargamu. Jika engkau hendak berangkat ke pembaringan, berdoalah dengan membaca tasbih sebanyak 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali. Semuanya berjumlah 100. Itu semua lebih baik bagimu daripada pembantu rumah tangga.’ Fatimah berkata, Aku rela (rida) atas apa yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya.’ Fatimah tidak dibantu oleh pembantu.” (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Sejak saat itu, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah RA tidak pernah meninggalkan sunnah yang diberikan oleh Rasulullah SAW tersebut.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Saat Umar Menangis Lihat Nabi Tidur Hanya Beralaskan Tikar



Jakarta

Sahabat nabi, Umar bin Khattab RA, pernah sampai menangis karena melihat kesederhanaan Rasulullah SAW. Hal ini diceritakan dalam salah satu riwayat hadits dari Anas bin Malik RA.

Dikutip dari Ibnul Jauzi dalam Al-Wafa, Anas RA bercerita, saat itu Rasulullah SAW tengah tiduran hanya beralaskan tikar dan mengenakan selimut. Bantal yang digunakan sebagai penyangga kepalanya terbuat dari kulit yang diisi serabut.

Seorang sahabat kemudian turut masuk ke kamar Rasulullah SAW, berikut dengan Umar bin Khattab RA.


Saat itulah, Rasulullah SAW membalikkan badannya sehingga Umar bin Khattab RAmelihat pakaian Rasulullah SAW tersingkap pada bagian punggungnya. Umar bin Khattab RA melihat ada bekas-bekas pada punggung beliau karena alas tidurnya yang terlalu keras. Setelahnya, Umar bin Khattab RA menangis.

Rasulullah SAW yang melihat itu pun bertanya pada Umar bin Khattab RA, “Apa yang membuatmu menangis?”

Umar bin Khattab RA menjawab, “Demi Allah, saya menangis setelah mengetahui bahwa engkau lebih mulia dari raja-raja dan kaisar. Mereka hidup sesuai dengan kemauannya di dunia (mewah dan kaya),”

“Sementara engkau adalah Rasulullah SAW (utusan Allah). Seperti yang saya lihat, engkau tidur di tempat yang seperti ini (sangat sederhana),” lanjut Umar bin Khattab.

Setelahnya, Rasulullah SAW bertanya lagi, “Bukankah kamu suka kalau mereka mendapat kesenangan dunia sementara kita mendapat kesenangan akhirat?”

Umar bin Khattab menjawab lagi, “Tentu, wahai rasul.”

“Memang demikianlah adanya,” kata Rasulullah SAW. (HR Ahmad)

Tidak hanya tempat tidurnya, kesederhanaan Rasulullah SAW juga tampak pada seluruh perabotan rumah tangga yang dimilikinya. Salah satunya yang diceritakan oleh Abu Rifa’ah tentang kursi di rumah Rasulullah SAW.

“Saya mendatangi Rasulullah SAW, beliau duduk di atas kursi yang terbuat dari serabut, yang kakinya terbuat dari besi.”

Alas karpet yang dimiliki Rasulullah SAW terbuat dari kulit yang diisi serabut. Kondisinya bahkan sudah usang hingga membuat salah seorang kaum Anshar membawakan permadani berisi wol untuk beliau.

Namun, Rasulullah SAW menolak pemberikan permadani tersebut dan meminta Aisyah RA untuk mengembalikannya. Aisyah RA awalnya sempat menolak, namun Rasulullah SAW mengulangi perintahnya sampai tiga kali dan berkata,

“Wahai Aisyah, demi Allah, kalau aku mau, niscaya Allah akan memberikan gunung emas dan gunung perak kepadaku.” Aisyah pun mengembalikan permadani tersebut. (HR Al Baihaqi)

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Fatimah Az Zahra yang Tak Lama setelah Rasulullah


Jakarta

Fatimah Az Zahra adalah seorang wanita mulia yang memiliki julukan ratu wanita surga karena keutamaan akhlaknya. Putri Rasulullah SAW ini wafat pada usia yang cukup muda, yakni 27 tahun.

Kecintaannya pada Rasulullah SAW membuatnya sangat terpukul ketika beliau wafat. Ia bahkan ingin segera menyusul beliau untuk berhadapan dengan Allah SWT. Bagaimana kisah wafatnya Fatimah Az Zahra?

Sosok Fatimah Az Zahra

Fatimah Az Zahra binti Muhammad RA adalah putri Rasulullah SAW yang keempat dengan pernikahan beliau dengan Khadijah binti Khuwailid. Fatimah RA lahir di Ummul Qura (Makkah) pada hari Jumat, 20 Jumadi al-Tsani.


Ia bahkan dipersunting oleh salah satu sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib. Pernikahan keduanya pun dikaruniai empat orang anak, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan.

Kedua anak laki-laki Fatimah Az Zahra bernama Hasan dan Husain, sedangkan anak perempuan Fatimah RA dan Ali RA bernama Zainab dan Ummu Kultsum.

Fatimah Az Zahra RA adalah anak yang paling disayangi oleh Rasulullah SAW. Beliau bahkan pernah berkata, “Fatimah adalah bagian dari tubuhku. Barangsiapa menyusahkannya, berarti ia menyusahkanku,” seperti yang dikutip dari buku 99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi oleh Tethy Ezokanzo.

Menurut Abdus Sattar Asy-Syaikh dalam buku Fatimah Az-Zahra: Penghulu Wanita Surga, Rasulullah SAW bahkan menyatakan bahwa Fatimah RA adalah sebaik-baik wanita di antara semua wanita di dunia.

Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik wanita seluruh alam adalah Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah istri Firaun.” (HR Muslim)

Kisah Wafatnya Fatimah Az Zahra

Usai Rasulullah SAW wafat, Fatimah RA merasa sedih yang sangat mendalam. Ia bahkan juga merasa bahwa hari-harinya di dunia hanya tinggal sebentar.

Menurut keterangan hadits, Fatimah RA adalah keluarga pertama Rasulullah SAW yang meninggal setelah beliau sendiri. Dari Urwah, dari Aisyah RA, ia berkata, “Fatimah wafat enam bulan sesudah wafatnya Rasulullah.”

Menurut buku Taman-Taman Cinta Sang Nabi: Kisah-Kisah Kekasih Hati Nabi Muhammad SAW yang Penuh Hikmah dan Kesejukan oleh Prof. Dr. Abdurrahman Umairah, sebelum wafatnya, Fatimah RA menderita sakit keras.

Sakit yang dideritanya semakin parah sehingga ia mengadu kepada Asma’ binti Amis, selaku pelayannya, tentang sakit yang menjangkiti tubuhnya. Fatimah RA pun berkata,

“Dapatkah engkau menutupiku dengan sesuatu?” Fatimah RA juga menambahkan, “Aku melihat orang-orang Habsyi itu selalu membuat tempat tidur bagi para wanita dan menutupinya dengan keranda.”

Kemudian Asma’ menyuruh seseorang untuk membuatkan keranda tersebut, ketika Asma’ menoleh, Fatimah RA berkata,

“Wahai pelayanku, siapkanlah air untuk mandi,”

Setelah itu Asma’ benar-benar menyiapkan air untuk mandi Fatimah RA.

Ia lalu berkata kepada Asma’, “Ambilkanlah pakaian baruku,”

Setelah pakaian itu diberikan kepadanya, Fatimah RA kembali berkata, “Wahai pelayanku, aku akan dipanggil saat ini, dan aku sudah mandi, maka jangan sampai ada seorang pun yang membuka bahuku.”

Setelah itu, Fatimah RA pun dipanggil oleh Allah SWT. Wafatnya bertepatan pada malam Selasa bulan Ramadan tahun 11 Hijriah.

Umat Islam berbondong ke Masjid Nabawi untuk menyalatkan Fatimah RA yang dipimpin oleh suaminya, Ali RA. Salat jenazah gelombang kedua dipimpin pamannya Abbas bin Abdul Muthalib RA. Jenazah Fatimah lalu dibawa ke Makam Baqi, dimakamkan bersebelahan dengan saudaranya, Zainab RA, Ruqayyah RA, dan Ummu Kultsum RA.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Masa Remaja Nabi Muhammad SAW hingga Dijuluki Al-Amin


Jakarta

Kisah hidup Nabi Muhammad SAW sangat menarik untuk diulik. Kehidupan beliau tidak hanya diwarnai dengan suka, namun juga penuh duka.

Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang yatim piatu ketika usianya menginjak enam tahun. Beliau lalu diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, selama dua tahun hingga usianya mencapai delapan tahun.

Selama usia itu pula, Abdul Muthalib wafat dan meninggalkan Nabi Muhammad SAW sendirian. Akhirnya beliau dirawat oleh pamannya, Abu Thalib, sekalipun ia mempunyai banyak tanggungan keluarga dan harta yang sedikit, seperti dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X karya Abu Achmadi dan Sungarso.


Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW tumbuh sebagai anak yang penuh kejujuran dan selalu menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Karakter ini terbentuk selama beliau menjadi anak yang sangat bergantung pada pamannya yang hidup serba terbatas.

Nabi Muhammad SAW bahkan mendapatkan gelar dari orang-orang Quraisy sebagai Al-Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya. Sampai-sampai, ketika beliau datang kepada mereka, orang-orang akan menyeru dengan keras, “Telah datang Al-Amin.”

Pasalnya, semasa Rasulullah SAW beliau rajin menggembala kambing bersama anak-anak yang tergolong miskin, sifat sabar, tabah, kasih sayang, serta suka menolong makhluk yang lemah muncul dalam dirinya.

Saat usia Nabi Muhammad SAW menginjak 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya untuk pergi ke negeri Syams untuk berdagang.

Ketika keduanya berada di Kota Bushra, seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira mendatangi rombongan dagang tersebut lalu memperhatikan Nabi Muhammad SAW.

Pendeta itu menyadari bahwa anak yang dia lihat bukanlah manusia biasa. Ia melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad SAW muda. Ia lantas mengatakan kepada Abu Thalib untuk segera membawa keponakannya kembali ke Makkah karena anak itu kelak akan menjadi seorang rasul.

Masa Remaja Nabi Muhammad SAW

Kisah masa remaja Nabi Muhammad SAW dimulai ketika beliau sudah bisa mencari biaya hidup sendiri. Beliau bekerja sebagai penggembala kambing milik beberapa orang Quraisy dan mendapatkan upah dari pekerjaan tersebut.

Pada masa remaja Nabi Muhammad SAW, beliau juga pernah ikut berperang bersama pamannya, Abu Thalib dalam Perang Fijar di Nakhlan antara Makkah dan Madinah. Perang Fijar adalah perang yang terjadi antara Bani Kinanah dan kaum Quraisy.

Setelah terjadi Perang Fijar, tata hukum di Kota Makkah menjadi berantakan dan tidak benar. Hal ini disebabkan karena Abdul Muthalib wafat sehingga terjadilah kesewenang-wenangan di Makkah.

Akhirnya, masyarakat Makkah membuat sebuah persumpahan yang dinamai dengan Hilful-Fudul yang bertujuan untuk melindungi setiap orang, baik penduduk kota Makkah maupun orang asing, dan dibentuk pula organisasi untuk itu.

Nabi Muhammad SAW terpilih menjadi salah seorang pemimpin dalam organisasi Hilful-Fudul ini. Dan di dalam organisasi ini pula terlihatlah betapa besar kasih sayang beliau terhadap sesama manusia.

Selain sifat kasih sayangnya yang terkenal, Muhammad remaja juga dikenal sebagai pemuda yang memiliki budi pekerti yang halus serta sifat yang amat mulia.

Nabi Muhammad SAW juga mendapatkan gelar sebagai Al-Amin berkat jasanya dalam menyelesaikan perseteruan antarsuku dalam hal meletakkan Hajar Aswad di tempatnya, Ka’bah.

Kisah masa remaja Nabi Muhammad SAW juga dilengkapi dengan sifat beliau yang gagah berani, tangkas, dan satria, serta senantiasa maju tak gentar dalam menghadapi musuh.

Selain itu, beliau juga memiliki sifat sabar yang amat tebal ketika menghadapi berbagai cobaan, kuat memegang cita-cita, dan teguh hatinya.

Kisah masa remaja Nabi Muhammad SAW juga dikenal dengan kesederhanaannya. Ia hanya hidup untuk taat kepada Allah SWT tanpa mementingkan kehidupan dunia.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Rasulullah Wafat pada 12 Rabiul Awal, Ini Tahun Persisnya


Jakarta

Wafatnya Rasulullah SAW adalah salah satu peristiwa paling bersejarah dalam sejarah Islam. Sejumlah kitab Tarikh menyebut, Rasulullah SAW wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Tanggal wafatnya Rasulullah SAW sama seperti tanggal kelahiran beliau. Saat itu beliau wafat di usia 63 tahun.

Sakitnya Rasulullah SAW

Dikutip dari buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik karya Mahdi Rizqullah Ahmad dkk, Rasulullah SAW jatuh sakit setelah pulang dari haji Wada’, tepatnya dua hari terakhir di bulan Safar atau menjelang bulan Safar.


Rasulullah SAW diantar budaknya yang bernama Abu Muwaihibah menuju ke pemakaman Baqi’ dan memintakan ampunan untuk ahli kubur yang dimakamkan di sana atas perintah Allah SWT.

Setelah itu, Rasulullah SAW menuju ke rumah Aisyah RA guna memenuhi kewajibannya sebagai suami dengan berkeliling ke rumah istri-istrinya.

Ketika rasa sakit Rasulullah SAW sudah semakin parah, beliau meminta izin kepada semua istrinya untuk tinggal di rumah Aisyah RA selama beliau sakit.

Ibnu Al Jauzi dalam kitabnya, Sifatush-Shafwah, menyatakan bahwa para ulama mempunyai perbedaan pendapat tentang lamanya Rasulullah SAW sakit. Ada yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW jatuh sakit selama 12 hari, dan ada yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW jatuh sakit selama 14 hari.

Wafatnya Rasulullah SAW

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, bahwa sakit yang dialami Rasulullah SAW ini semakin parah hingga menyebabkan beliau wafat.

Aisyah RA berkata, “Ketika sakit Rasulullah SAW semakin parah yang akhirnya membuat beliau wafat, aku memegang tangan beliau. Aku mengusap tangan itu sambil mengucapkan kalimat doa yang telah beliau ucakan. Namun beliau menarik tangannya dariku sembari berkata, ‘Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan segera sampaikan aku ke haribaan-Mu’.” Aisyah berkata, “Inilah kalimat terakhir yang aku dengar dari Rasulullah SAW.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya lbnu Hisyam Jilid 2, karena Rasulullah SAW memperhatikan sahabatnya membawa siwak, Aisyah RA pun memintakan siwak tersebut karena beliau suka bersiwak.

Namun karena kayu siwak tersebut terlalu keras, maka Aisyah RA melunakkannya, dan Rasulullah SAW pun bersiwak.

Setelah meletakkan siwak dan meludah, Aisyah RA melihat wajah Rasulullah SAW terbuka. Rasulullah SAW pun wafat di usia 63 tahun.

Menurut Tarikh Al-Khulafa’ karya Imam As-Suyuthi yang diterjemahkan Samson Rahman, Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Uwais Al Qarni, Sosok Pemuda yang Terkenal di Langit


Jakarta

Pelajaran tentang ketakwaan, keimanan, dan kebaktian seseorang juga bisa dicontoh hanya dari seorang pemuda biasa bernama Uwais Al Qarni. Ia merupakan pemuda yang terkenal di langit karena keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Uwais Al-Qarni adalah seorang pemuda dari Yaman yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Akhmad Mahmudi, Uwais bukan orang yang kaya, melainkan hanya seorang fakir dan yatim yang hanya hidup berdua dengan ibunya yang lumpuh dan buta.

Sehari-hari, Uwais hidup dengan mengandalkan penghasilannya dari menggembala domba. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan ibunya. Sedangkan apabila ada kelebihan, terkadang ia gunakan untuk menolong tetangganya yang juga kesusahan.


Selebihnya Uwais sering berpuasa. Hidupnya hanya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT dan berbakti kepada ibunya, karena ayahnya sudah lama meninggal.

Uwais Al Qarni Datangi Nabi Muhammad SAW

Uwais merasa sangat sedih setiap kali melihat tetangganya yang lepas pergi menemui Nabi Muhammad SAW. Ia belum pernah menemui beliau padahal dirinya sangat ingin bertemu. Namun, di saat yang sama ibunya tidak bisa ia tinggalkan.

Saking cintanya kepada Nabi Muhammad SAW, ketika ia mendengar ada yang melempari Rasulullah SAW hingga membuat giginya patah, Uwais turut mematahkan giginya dengan batu hingga patah.

Hal ini ia lakukan sebagai bentuk kecintaannya yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW yang bahkan belum pernah ia temui itu. Ia selalu bertanya-tanya, kapankah ia bisa bertemu dan memandangi wajah beliau dari dekat.

Akhirnya, pada suatu hari ia ungkapkan semua isi hatinya kepada ibunya dan meminta izin untuk bisa bertemu dengan Nabi Muhamamd SAW. Ibunya pun mengizinkannya untuk pergi ke Madinah.

Ibunya berpesan kepada Uwais, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Dengan hati yang sangat gembira, ia akhirnya tiba di Madinah. Di depan pintu rumah Nabi Muhammad SAW, ia mengetuknya. Setelah pintu dibuka, ternyata yang menyambutnya bukan Rasulullah SAW sendiri, melainkan Aisyah RA. Saat itu nabi sedang berada dalam peperangan sehingga beliau tidak bisa menemuinya.

Uwais sangat kecewa. Bahkan ketika sampai di rumah nabi ia belum juga bisa menemui beliau. Ia ingin sekali menunggu nabi pulang dari medan perang, namun ia teringat dengan pesan ibunya yang menyuruhnya segera pulang ketika sudah bertemu beliau.

Dengan berat hati, akhirnya Uwais memilih untuk mematuhi ibunya dan kembali pulang tanpa pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW pulang dari pertempuran, beliau menanyakan kepada Aisyah RA tentang orang yang mencarinya dan ia pun menceritakannya kepada nabi.

Aisyah RA menjelaskan bahwa ada seorang pemuda dari Yaman yang datang ingin berjumpa dengan Rasulullah SAW. Namun, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan, ia tidak bisa menunggu kedatangan nabi dan memilih untuk pulang.

Nabi Muhammad SAW lalu menjelaskan bahwa pemuda itu adalah penghuni langit. Beliau juga menceritakan kepada para sahabat, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”

Beliau juga menyarankan untuk meminta doa dan istighfar darinya, sebab ia adalah penghuni langit dan bukan penduduk bumi.

Bertahun-tahun kemudian, khalifah Umar RA ingat dengan sabda Nabi SAW tentang pemuda yang terkenal di langit. Sejak saat itu, Umar RA selalu mencari kehadirannya dalam rombongan kalifah yang datang dari Yaman. Hingga suatu saat ia benar-benar bertemu dengan pemuda tersebut.

Khalifah Umar RA dan Ali RA datang ke perkemahan Uwais dan datang menemuinya. Keduanya lalu membuktikan perkataan Nabi SAW tentang tanda di telapak tangan Uwais. Dan benar saja, tanda putih itu ada padanya.

Umar RA dan Ali RA lantas meminta Uwais untuk membacakan doa dan istighfar untuk mereka, namun ditolak oleh Uwais, seraya berkata, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.” Lalu, Umar RA dan Ali RA tetap meminta untuk didoakan. Akhirnya Uwais melakukannya.

Setelah itu, Umar RA hendak memberikan jaminan hidup kepada Uwais. Namun lagi-lagi tawaran itu ditolak olehnya. Ia berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Wafatnya Uwais Al Qarni

Beberapa tahun kemudian, Uwais meninggal dunia. Anehnya, proses pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang yang berebut untuk merawat jenazahnya.

Penduduk Kota Yaman tercengang. Orang-orang yang mendatangi pemakaman Uwais bukanlah orang yang mereka kenal. Padahal semasa hidupnya, ia sangat miskin dan tidak memiliki apa-apa. Lantas bagaimana bisa ribuan manusia ini datang untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

Berita tentang keanehan pemakaman Uwais Al Qarni ini menyebar dengan luas. Akhirnya penduduk Yaman tahu bahwa Uwais Al Qarni ternyata bukanlah penduduk bumi, ia adalah pemuda yang terkenal di langit. Dan manusia-manusia tadi adalah malaikat yang dikirim oleh Allah SWT kepadanya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Hindun, Perempuan Kejam Pemakan Jantung Paman Nabi yang Masuk Islam


Jakarta

Hindun binti Utbah adalah wanita yang sangat kejam. Dialah yang membunuh paman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Hamzah bin Abdul Mutholib. Tak hanya membunuh, Hindun juga merobek tubuh dan memakan jantung Hamzah. Namun, kemudian ia mendapat hidayah dan masuk Islam.

Salah satu kisah menakjubkan tentang hidayah Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih datang dari Hindun binti Utbah. Ia merupakan wanita yang jahil, yang membuat dirinya tega membunuh paman Nabi SAW dan memakan jantungnya.

Bagaimana kisah Hindun binti Utbah yang akhirnya mendapat hidayah dari-Nya dan masuk Islam? Berikut selengkapnya.


Hindun binti Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf adalah wanita yang sangat kejam, sebagaimana diceritakan dalam buku Meniti Berkah dalam Setiap Langkah (Kisah Hebat Para Sahabiyah, Ilmuan Muslimah, dan Muslimah Nusantara) yang ditulis oleh Ririn Astutiningrum.

Hindun binti Utbah memiliki watak yang keras, teguh pendirian, mahir bersyair, dan fasih dalam komunikasi. Di sisi lain, ia sangat membenci dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, Islam dan menjadi salah satu wanita Quraisy yang paling keras menentang dakwah Rasulullah SAW.

Kekejaman dari istri Abu Sufyan bin Harb ini semakin terkenal ketika Perang Uhud terjadi. Ia menyewa seorang budak bernama Wahsy bin Harb untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW.

Hindun binti Harb memang sudah lama memendam dendam kepada Hamzah bin Abdul Muthalib. Hal ini disebabkan lantaran Hamzahlah yang sudah membunuh ayah dan saudara Hindun saat Perang Badar terjadi.

Wahsy bin Harb pun melaksanakan tugas dari majikannya tersebut. Ia menusuk tubuh Hamzah yang dikenal sebagai Sang Singa Allah SWT dengan sebuah tombak. Hamzah akhirnya gugur di peperangan tersebut.

Melihat musuh bebuyutannya sudah diam tak bernyawa lagi, Hindun binti Utbah segera berlari mendekatinya. Kemudian dia dengan kejam merobek dada Hamzah hingga keluar jantungnya.

Hindun binti Utbah kemudian mengunyah jantung Hamzah dan meludahkannya. Ia ungkapkan semua dendamnya dengan aksi tersebut. Kejadian inilah yang membuat Hindun binti Utbah mendapat julukan sebagai “perempuan pemakan jantung.”

Kisah Hindun binti Utbah Masuk Islam

Siapa yang menyangka? Hindun binti Harb yang sangat kejam dan membenci Islam ini, akhirnya menjadi seorang muslim.

Tahun demi tahun berlalu. Kaum muslimin yang mulanya terusir dari tanahnya sendiri, Makkah, kini sudah menjelma menjadi peradaban yang besar.

Delapan tahun setelah hijrah ke Madinah, yakni bertepatan pada bulan Ramadhan tahun 630 Masehi, Rasulullah SAW memimpin 10.000 pasukan kaum muslimin memasuki Makkah.

Hal ini tentunya membuat orang-orang kafir ketakutan. Mereka melakukan perlawanan semampunya yang tak sebanding dengan kekuatan Islam kala itu.

Suami Hindun binti Utbah, Abu Sufyan bin Harb, menghadap Rasulullah SAW pada malam sebelum beliau memasuki Makkah. Di sana ia bersyahadat dan akhirnya masuk Islam.

Abu Sufyan lalu kembali ke kaumnya sambil berteriak,

“Sungguh kaum muslimin telah datang dengan pasukan yang amat besar. Kalian tidak akan mampu melawannya. Sesungguhnya aku telah masuk Islam. siapa yang ke rumahku, maka dia akan selamat!”

Mendengar hal itu, Hindun binti Utbah sangat marah. Ia pun meneriaki suaminya dengan berkata,

“Engkau sungguh seburuk-buruk pemimpin kaum ini! Wahai kalian semua, bunuhlah laki-laki yang tidak berguna ini!”

Abu Sufyan lalu membantah perkataan istrinya itu. Ia kemudian memerintahkan kaumnya untuk masuk ke rumahnya atau masjid di sana.

Orang-orang kafir yang bersembunyi itu dilanda dengan ketakutan dan kepanikan. Mereka seketika ingat perbuatan keji terhadap umat Islam dahulu. Mereka takut kalau umat Islam dan Rasulullah SAW datang untuk membalas dendam kepada mereka.

Namun yang terjadi malah kebalikannya. Rasulullah SAW memasuki Makkah dengan begitu berwibawa dan penuh kasih. Tak ada kekerasan sedikit pun yang kaum muslimin lakukan terhadap orang-orang kafir.

Rasulullah SAW datang menuju Ka’bah dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di sana. Beliau juga menghancurkan gambar Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Pada akhirnya, banyak orang kafir yang terpesona dengan cara dakwah Rasulullah SAW tersebut sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untuk masuk Islam. Salah satu di antaranya adalah Hindun binti Utbah.

Ya, Hindun binti Utbah akhirnya masuk Islam. Ia disarankan oleh suaminya untuk menghadap kepada Rasulullah SAW bersama Usman bin Affan dan wanita yang lainnya.

Hindun binti Utbah datang dengan menggunakan cadar. Ia malu dan takut atas perbuatan jahatnya dahulu. Namun, Rasulullah SAW tetap mengetahui bahwa yang bertemu dengannya itu adalah Hindun.

Rasulullah SAW berkata padanya, “Dulu tidak ada penghuni rumah yang lebih aku ingin hinakan selain penghuni rumahmu. Sekarang, tidak ada penghuni rumah yang lebih dimuliakan daripada penghuni rumahmu.”

Demikianlah kisah Hindun binti Utbah yang masuk Islam. Dirinya meninggal pada tahun 20 Hijriah dalam keadaan memeluk Islam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Muhammad dan Anggur Asam dari Lelaki Miskin



Jakarta

Kisah Nabi Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi dan pembelajaran bagi umat Islam. Salah satu kisah menarik dari kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah kisahnya dengan anggur asam yang diberikan oleh seorang lelaki miskin.

Anggur merupakan buah yang istimewa. Buah dengan rasa manis ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Buah anggur disebutkan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an dan terdapat kisah Nabi Muhammad SAW bersama buah anggur.

Ayat Al-Qur’an tentang Anggur

Allah SWT telah berfirman dalam beberapa ayat Al Qur’an tentang buah anggur.


Surah An Nahl ayat 11,

يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ١١

Artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”

Surah Al Isra ayat 91,

اَوْ تَكُوْنَ لَكَ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْاَنْهٰرَ خِلٰلَهَا تَفْجِيْرًاۙ ٩١

Artinya: “atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya,”

Surah Ar Ra’d ayat 4,

وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٤

Artinya: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”

Kisah Nabi Muhammad dan Anggur Asam dari Lelaki Miskin

Dikutip dari buku Rumah Cinta Rasul karya Dewi Ambarsari, Nabi Muhammad SAW memiliki kisah dengan anggur asam.

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW dihampiri oleh lelaki miskin yang membawa segenggam buah anggur. Buah anggur tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hadiah.

Lelaki miskin itu berkata, “Wahai Rasulullah, terimalah buah anggur ini sebagai hadiah kecil dariku.” Ia sangat senang dan bersemangat ketika memberikan buah anggur itu kepada Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW pun menerima buah anggur pemberian lelaki miskin itu dan mengambil satu butir untuk dimakannya.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang bersama para sahabatnya. Para sahabat sangat berharap agar Nabi Muhammad SAW membagikan buah anggur itu kepada mereka.

Bukannya membagi, Nabi Muhammad SAW justru menghabiskan anggur tersebut seorang diri dan tidak menyisakan untuk sahabatnya.

Lelaki miskin tersebut sangat senang karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan anggur pemberiannya. Kemudian ia pamit dengan hati yang gembira.

Para sahabat pun heran, hingga bertanya, “Wahai Rasulullah kenapa kau makan semua anggur itu dan tanpa sama sekali menawarkannya kepada kami?”

Nabi Muhammad SAW tersenyum dan berkata, “Aku makan semua anggur itu karena rasa buah anggur itu asam. Jika aku menawarkannya pada kalian, aku khawatir kalian tidak dapat menahan rona muka yang tidak mengenakkan. Hal itu bisa menyakiti hati lelaki tersebut. Jadi aku berpikir lebih baik aku makan semuanya demi menyenangkan sang pemberi anggur. Aku tidak ingin menyakiti hati lelaki tersebut.”

Dari kisah Nabi Muhammad dan anggur asam, terdapat beberapa pelajaran seperti untuk saling berbagi dan menghargai usaha yang telah dilakukan oleh orang yang telah memberikan sesuatu.

Manfaat Anggur

Mengutip dari sumber sebelumnya, buah anggur memiliki banyak manfaat. Jika dikonsumsi secara rutin dalam bentuk alami, buah anggur dapat memberi manfaat kesehatan. Berikut beberapa manfaat anggur:

1. Mencegah kanker karena anggur mengandung antioksidan
2. Biji anggur dapat mencegah penuaan dini
3. Menyeimbangkan kadar kolesterol, sehingga mencegah penyakit stroke
4. Menjaga kesehatan jantung
5. Mengatasi insomnia

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Detik-detik Malaikat Izrail Mencabut Nyawa Sang Rasul



Jakarta

Meski Rasulullah SAW merupakan utusan Allah SWT, beliau tetap merasakan sakitnya sakaratul maut. Setiap makhluk yang hidup akan mengalami pencabutan nyawa.

Nabi Muhammad SAW wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Abu Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi melalui Sirah Nabawiyah menjelaskan bahwa sang rasul mulai jatuh sakit pada akhir bulan Safar tahun ke-11 Hijriah.

Dikatakan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW jatuh sakit setelah mengunjungi pemakaman para sahabat di Baqi’ al Gharqadd. Setelah itu,belia menemui Aisyah di rumah.


Nabi Muhammad SAW kemudian memanggil istri-istrinya dan meminta izin tinggal di rumah Aisyah selama sakit. Di rumah Aisyah inilah Rasulullah wafat.

“Maut datang kepada Rasulullah ketika kepala Beliau berada di pangkuanku,” kata Aisyah.

Sebelum wafat, Rasulullah sempat pingsan sebentar, lalu tersadar. Saat sadar pandangan Nabi Muhammad mengarah ke atap rumah dan berkata, “Allahumma Ar-Rafiqal A’la (Ya Allah Dzat yang Maha Tinggi).” Setelah mengucapkan kalimat itu, Rasulullah wafat.

Mengutip dari buku Kisah-kisah Islami Inspiratif for Kids oleh A. Septiyani, kisah tersebut diketahui saat ada yang bertamu ke kediaman Rasulullah SAW namun Fatimah, putri nabi, tidak mengetahui siapa dia.

“Aku mohon maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk karena ayahku sedang demam,” kata Fatimah seraya menutup pintu.

Fatimah segera mendekati ayahnya, dan Rasulullah SAW bertanya, “Wahai anakku, siapa tamu itu?”

“Aku tidak tahu, Ayah. Tapi sepertinya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.” jawab Fatimah.

Rasulullah SAW menatap putri tercintanya dengan tatapan yang menggetarkan. Beliau berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa orang yang kamu lihat adalah yang mengakhiri kenikmatan sesaat. Dia yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia adalah Malaikat Maut.” Mendengar itu, Fatimah tidak bisa menahan tangisnya.

Lalu, Malaikat Maut mendekati Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW menanyakan keberadaan Malaikat Jibril, Malaikat Maut memanggil Malaikat Jibril untuk menemani Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala?”

Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan kedatanganmu.”

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat cemas.

Melihat kecemasan sang rasul, Malaikat Jibril bertanya, “Mengapa engkau masih cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?”

Malaikat Jibril menjawab, “Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku mendengar Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepadaku: ‘Aku telah mengharamkan surga bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'”

Mendengar itu, Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin dekat.

Malaikat Izrail terlihat menjalankan tugasnya. Dengan perlahan, ruh Nabi Muhammad SAW diambil. Tubuh beliau dibanjiri oleh keringat.

Urat-uratnya sang nabi tampak tegang. Sembari merasakan sakit yang tiada tara, Nabi Muhammad SAW berkata, “Wahai Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Melihat Rasulullah SAW kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tidak tega melihat beliau dalam penderitaan.

“Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku sehingga kau memalingkan wajahmu?” tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, “Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi ajalnya?”

Dikisahkan dalam Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah susunan Syekh Nawawi Al-Bantani, hingga di penghujung hidupnya, Nabi Muhammad SAW tetap memikirkan nasib umatnya. Ketika merasakan dahsyatnya sakit sakaratul maut, Rasulullah SAW masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya.

“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh beliau semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, “Jagalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian.”

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, “Ummatii, ummatii, ummatii… (Umatku, umatku, umatku…).”

Mustofa Murod melalui bukunya yang berjudul Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi AS yang bersandar pada hadits riwayat dari Aisyah RA menceritakan terkait perjumpaan Malaikat Maut dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagian menyebut Rasulullah tengah bersama Ali bin Abi Thalib di ujung ajalnya, sebagian lagi mengatakan bersama dengan Aisyah RA.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Nabi Zubair Bin Awwam yang Ditikam saat Salat


Jakarta

Kisah sahabat nabi Zubair bin Awwam RA ini dikenal karena ketauhidannya meski dihadapi dengan siksaan. Pasalnya, ia wafat terbunuh oleh salah satu pengikut Khalifah Ali RA saat ia sedang salat.

Zubair bin Awwam RA adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang menyandang gelar Assabiqunal Awwalun atau orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Hal ini dituliskan dalam buku Biografi 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga oleh Sujai Fadil.

Zubair RA adalah seorang pemuda yang pemberani. Ia masuk Islam di usianya yang ke-14 tahun. Dirinya juga merupakan orang yang terpandang dan berasal dari keluarga bangsawan.


Meski demikian, Zubair bin Awwam RA pernah mengalami penyiksaan dari para kafir Quraisy.

Saat itu, Zubair bin Awwam RA disiksa oleh pamannya sendiri. Ia dibungkus dengan tikar dan diasapi sehingga membuatnya kesulitan bernafas.

Walaupun siksaan yang pedih ini menimpanya, ia tetap berpegang teguh dalam ketauhidan dan tidak akan kembali menjadi kafir selamanya.

Zubair bin Awwam Ditikam Saat sedang Salat

Thalhah RA menceritakan, Zubair bin Awwam RA meninggal setelah Perang Jamal berakhir. Ketika Zubair RA meninggalkan peperangan, ia diikuti oleh sejumlah orang yang menginginkan perang terus berlangsung.

Akhirnya, ketika Zubair bin Awwam RA sedang melakukan salat, seorang pengkhianat kaum muslimin bernama Amir bin Jumruz menghunuskan pedang padanya.

Amin bin Jumruz bahkan mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair bin Awwam RA kepada Khalifah Ali RA. Ia berharap apa yang dilakukannya bisa membuat Ali RA senang, sebab sejauh yang ia tahu, Ali RA memusuhi Zubair bin Awwam RA.

Jauh dari perkiraannya, ketika Ali RA mendapat kabar seperti itu, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putra Shafiah, bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”

Ketika pedang Zubair bin Awwam RA ditunjukkan kepada Ali RA, ia langsung menciumnya. Ali RA lalu menangis seraya berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi nabi dari marabahaya.”

Zubair bin Awwam RA wafat pada tahun 36 Hijriah, sebagai syuhada di umurnya yang ke-61 tahun. Ia dibunuh oleh Amir bin Jumruz, seorang pengkhianat muslimin, saat dirinya sedang salat.

Sahabat nabi Zubair bin Awwam RA memang dikenal karena kebolehannya di medan perang untuk berjihad membela agama Allah SWT. Dirinya tidak takut mati, sebaliknya ia malah sangat merindukan syahid.

Rasulullah SAW sangat sayang kepada Zubair bin Awwam RA. Beliau pernah mengatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair RA. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Bagaimana tidak? Zubair bin Awwam RA selalu ikut dalam peperangan bersama Rasulullah SAW. Tidak ada satu pertempuran pun yang tidak ia ikuti.

Bukti keberanian dan keteguhannya dalam membela Rasulullah SAW ada pada bekas luka pedang dan tombak yang banyak bersarang pada tubuhnya. Dirinya bahkan menamai anak-anaknya dengan nama-nama para syuhada dengan harapan mereka bisa mengikuti jejak teladan tersebut.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com