Tag Archives: Rasulullah SAW

Kisah Rasulullah SAW Hendak Diracun Lewat Hidangan Paha Kambing



Jakarta

Kisah ini terjadi setelah peristiwa penaklukan Khaibar. Seseorang hendak meracuni dan mencelakai Rasulullah SAW lewat makanan berbahan paha kambing.

Hidangan olahan paha kambing ini dibawa kepada Rasulullah SAW oleh seorang wanita Yahudi. Ternyata hidangan ini telah dibubuhi racun.

Dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW oleh Abdurrahman bin Abdul Karim, Anas bin Malik menuturkan, “Ada seorang wanita Yahudi yang datang menemui Rasulullah SAW dengan membawa seekor kambing yang telah diracun. Lalu, beliau memakannya. Kemudian wanita itu ditangkap dengan bukti daging kambing tersebut. Sejak saat itu, aku senantiasa melihat bekas racun tersebut pada langit-langit mulut Rasulullah SAW.”


Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya yang berjudul Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 2 menuliskan kisah ini lewat hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA.

Hadits ini menceritakan peristiwa buruk yang hampir terjadi pada Rasulullah SAW.

“Ketika Khaibar takluk, Rasulullah SAW diberi hadiah berupa daging kambing yang sudah diracuni. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan, “Kumpulkan semua orang-orang Yahudi yang ada di sini.”

“Mereka pun berkumpul lalu Rasulullah SAW berkata, “Aku akan menanyakan sesuatu pada kalian, apakah kalian akan menjawab dengan jujur?” Mereka menjawab, “Ya wahai Abu Qasim.”

Rasulullah SAW bertanya, “Siapa ayah kalian?” Mereka menjawab, “Ayah kami fulan.” Rasulullah SAW berkata, “Kalian dusta, ayah kalian adalah fulan.” Mereka berkata, “Kau benar dan bagus.”

Rasulullah SAW berkata, “Aku akan menanyakan sesuatu pada kalian apakah kalian akan menjawab dengan jujur?” Mereka menjawab, “Ya, Abu Qasim. Jika kami berdusta engkau pasti tahu seperti halnya engkau mengetahui ayah kami yang sebenarnya.”

Rasulullah SAW bertanya kepada mereka, “Siapa penghuni neraka itu?” Mereka menjawab, “Kami berada di sana selang beberapa lama setelah itu kalian menggantikan kami.”

Rasulullah SAW berkata, “Masuklah kalian ke sana, demi Allah kami tidak akan menggantikan kalian di sana selamanya.”

Rasulullah SAW kembali berkata, “Aku akan menanyakan sesuatu pada kalian apakah kalian akan menjawab dengan jujur?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Abu Qasim.”

Beliau bertanya, “Apa kalian meracuni daging kambing ini?” Mereka menjawab, “Ya”

Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang mendorong kalian melakukan hal itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin istirahat darimu jika kau berdusta, dan jika kau memang Nabi, itu tidak membahayakanmu.”

Dalam buku 55 Kisah dari hadis oleh Ad-Dien Abdul Kadir disebutkan bahwa peristiwa ini membuat Rasulullah SAW memaafkan Yahudi tersebut dan tidak menghukumnya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abu Jahal dan Unta dari Raja Habib untuk Rasulullah SAW



Jakarta

Abu Jahal namanya, lelaki yang satu ini merupakan salah satu orang yang paling menentang Rasulullah SAW. Abu Jahal merupakan julukan yang artinya Bapak Kebodohan.

Mengutip buku Cerita Al Qur’an susunan M Zaenal Abidin, nama asli Abu Jahal adalah ‘Amir Ibnul Hasyim. Allah SWT berfirman dalam surah Al Hajj ayat 8,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّجَادِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ ۙ


Artinya: “Dan di antara manusia ada yang berbantahan tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang memberi penerangan.”

Abu Jahal Al Makhzumi merupakan satu dari sekian banyak tokoh yang berpengaruh di Quraisy pada masanya. Namun, ia dikenal dengan sikapnya yang sangat menentang memusuhi Rasulullah SAW.

Selain menentang ajaran Islam, Abu Jahal juga bersikap sombong. Ia merasa lebih unggul dari yang lain hingga sosoknya digambarkan sebagai orang yang zalim.

Abu Jahal tidak pernah setuju dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Sebisa mungkin dirinya selalu mengajak masyarakat Makkah untuk mengingkari apa yang disampaikan sang rasul.

Dikisahkan dalam Buku Dahsyatnya Tobat: 42 Kisah Orang yang Bertobat oleh Isnaeni Fuad, suatu hari ada seorang raja di Makkah yang berterimakasih kepada Rasulullah SAW karena telah membuatnya beriman. Ini dikarenakan sang nabi menunjukkan mukjizatnya yaitu membelah dan menyatukan bulan.

Raja tersebut lantas memberikan Nabi SAW hadiah berupa lima ekor unta dengan bawaan emas, perak, dan kain serta beberapa budak. Tetapi, ketika rombongan itu mendekati kota Makkah, Abu Jahal menghadang dan ingi merebutnya hingga terjadi perkelahian.

Keributan tersebut baru reda ketika warga Makkah dan paman-paman Rasulullah SAW turun tangan. Namun, Abu Jahal bersikeras bahwa hadiah itu ditujukan kepadanya.

Akhirnya, Nabi Muhammad SAW mengusulkan agar masalah tersebut diselesaikan dengan cara menanyakan kepada unta-unta yang membawa hadiah. Bila benar hadiah itu untuk sang rasul, maka mereka akan memberi jawaban jujur.

Abu Jahal menolak usulan tersebut, ia meminta agar masalah ditunda hingga esok hari. Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW setuju akan usulannya seperti diceritakan dalam buku Kisah Hewan-Hewan pada Zaman Nabi dan Rasul susunan Aifa Syah.

Singkat cerita, hari berganti. Abu Jahal pergi ke kuil berhala dan berdoa sampai pagi hari berharap mendapat dukungan dari para berhala itu.

Ketika matahari terbit, penduduk Makkah berkumpul di tempat hadiah-hadiah yang diberikan sang raja. Begitu pula Rasulullah SAW dan Abu Jahal.

Dengan penuh percaya diri, Abu Jahal meminta unta-unta tersebut berbicara atas nama berhalanya yaitu Latta, Uzza dan Manat. Namun, tak satu pun dari hewan berpunuk itu memberi jawaban seperti yang diminta Abu Jahal.

Atas izin Allah SWT, unta-unta tersebut berbicara dengan suara yang nyaring dan dapat dipahami oleh seluruh orang yang hadir saat itu bahwa mereka adalah hadiah dari Raja Habib bin Malik untuk Rasulullah SAW. Mendengar hal itu, Abu Jahal malu bukan kepalang.

Setelah Abu Jahal menjauh dan pergi, Rasulullah SAW lantas membawa unta-unta tersebut ke Gunung Abu Qubais. Seluruh muatan emas, perak, dan kain dielu-elukan menjadi satu tumpukan.

Rasulullah SAW menyatakan kepada tumpukan hadiah yang berharga itu, “Jadilah kalian tanah,”

Dengan mukjizat yang dianugerahi Allah SWT tumpukan emas, perak, dan kain yang merupakan hadiah dari Habib bin Malik berubah menjadi pasir.

Wallahu a’lam.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Nabi yang Usil dan Buat Rasulullah Tertawa



Jakarta

Rasulullah SAW semasa hidupnya dikelilingi oleh para sahabat yang selalu setia menemani beliau. Salah satu sahabat Nabi SAW adalah Nu’aiman, pria yang dikenal jahil dan jenaka.

Nu’aiman merupakan sosok yang suka bercanda dan humoris. Karena kepribadiannya ini, tak jarang Nabi Muhammad SAW tertawa dibuatnya.

Mengutip buku Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi tulisan Muhammad Nasrulloh, tingkah lucu Nu’aiman juga membuat siapapun didekatnya tersenyum. Nama lengkap Nu’aiman adalah Nu’aiman bin Ibnu Amr bin Raf’ah.


Kisah mengenai jahilnya Nu’aiman diceritakan dalam beberapa riwayat. Salah satunya diceritakan Abu as-Syaikh al-Ashbahani dalam Akhlaq an-Nabi wa Abdabuhu yang diterjemahkan Abdullah Mu’alim dengan bersandar pada riwayat Hisyam ibn Urwah dari ayahnya.

Kala itu, ada salah seorang Arab pedalaman yang berkunjung ke Masjid Nabawi dengan mengendarai unta. Ia lalu masuk menemui sang Rasul sementara itu, Hamzah ibn Abdul Muthalib yang juga berada di sana tengah duduk bersama Nu’aiman serta beberapa Muhajirin dan Anshar.

Mereka berkata kepada Nu’aiman, “Hebat, untanya itu gemuk. Maukah kamu menyembelihnya karena kita benar-benar ingin makan daging? Andaikan kamu melakukannya, pastilah Rasulullah SAW akan berutang untuk membayarnya, dan kita pun bisa makan daging,”

Mendengar itu Nu’aiman menjawab, “Tapi jika aku melakukannya dan kalian memberitahukan perbuatanku kepada Rasulullah SAW, pastilah beliau memarahiku,”

“Kamu (kami anggap) tidak melakukan apa-apa!” timpal mereka.

Nu’aiman kemudian bangkit dari duduknya dan tanpa pikir panjang menyembelih unta tersebut. Setelahnya, ia pergi dengan terburu-buru dan melewati seseorang bernama Miqdad bin Amru yang baru selesai menggali lubang.

“Wahai Miqdad, sembunyikanlah aku di dalam lubang ini. Tutupilah aku dan jangan tunjukkan tempatku kepada siapa pun karena aku telah melakukan sesuatu,” kata Nu’aiman.

Miqdad yang mendengar itu lalu menuruti Nu’aiman. Lalu, ketika orang Arab pedalaman itu selesai dengan urusannya dan keluar, dia berteriak histeris melihat untanya sudah mati.

Teriakan itu didengar oleh Rasulullah SAW. Beliau kemudian bertanya siapa yang melakukan hal tersebut.

Para sahabat kompak menjawab bahwa Nu’aiman yang melakukannya. Nabi SAW lalu bertanya lagi, “Ke manakah dia pergi?”

Setelah itu, Rasulullah SAW, Hamzah dan para sahabatnya yang lain pergi mencari Nu’aiman. Mereka juga mendatangi Miqdad dan bertanya di mana keberadaan Nu’aiman.

Miqdad hanya diam, Nabi Muhammad SAW lalu bersabda, “Beritahukanlah kepadaku di mana dia?”

“Aku tidak tahu apa-apa tentangnya,” jawab Miqdad sambil menunjuk ke tempat persembunyian Nu’aiman.

Maka beliau mengungkap persembunyian Nu’aiman dan bersabda, “Wahai musuh bagi dirinya sendiri, apakah yang telah mendorongmu melakukan perbuatanmu itu?”

Nu’aiman menjawab, “Demi Dia yang mengutusmu membawa kebenaran yang telah menyuruhku melakukannya adalah Hamzah dan teman-temannya. Mereka mengatakan begini dan begitu.”

Beliau pun meminta orang Arab pedalaman itu untuk merelakan untanya. Beliau bersabda, “Unta ini menjadi urusan kalian (harus kalian bayar),” Dan mereka pun memakannya.

Apabila Rasulullah SAW mengingat kelakuan Nu’aiman itu maka beliau tertawa sampai-sampai gigi gerahamnya terlihat.

Kisah tentang sosok Nu’aiman lainnya juga diceritakan dalam buku M Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui dikisahkan. Nu’aiman bin Rufa’ah kerap pergi ke pasar untuk mengambil makanan atau buah yang disenanginya.

Lalu, tiba-tiba ia datang kepada Rasulullah SAW untuk memberikannya sambil berkata, “Ini hadiah dari saya untukmu,”

Tak lama setelahnya, penjual itu datang dan menagih uang atas makanan atau buah yang diambilnya. Nu’aiman lalu meminta Nabi SAW membayarnya, sang rasul lalu berkata, “Bukankah engkau telah menghadiahkannya kepadaku?”

Nu’aiman menjawab, “Benar, tetapi saya tidak memiliki harganya dan saya ingin agar engkau membayarnya (dan aku memakannya).”

Mendengar jawaban Nu’aiman, Rasulullah SAW tertawa. Lalu, ia membayar apa yang Nu’aiman ambil.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Adam AS Saat Turun ke Bumi, Diingatkan Waktu Sholat oleh Ayam



Jakarta

Ketika Nabi Adam AS turun ke bumi, ia merasa bingung karena semuanya gelap. Berbeda dengan di surga yang terang benderang. Beliau pun berdoa kepada Allah cara supaya dibangunkan untuk ibadah. Berikut ini cerita ayam dalam kisah nabi Adam AS.

Allah SWT menciptakan Adam AS sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 30 :

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠


Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Cerita Ayam dalam Kisah Nabi Adam AS

Menurut buku 25 Kisah Hewan Bersama Para Nabi karya Dian Noviyanti, mengisahkan pertama kalinya Nabi Adam AS menginjakan kakinya di bumi.

Pada saat pertama kali Nabi Adam turun ke bumi, dunia masih diliputi oleh suasana gelap gulita, berbeda dengan surga yang terang benderang.

Lalu, Adam mulai bertanya, “Bagaimana aku tahu kapan waktu ibadah ku kepada Allah?”

Mendengar permohonan Adam, Allah turunkan seekor hewan ke bumi, binatang tersbeut ialah ayam jago.

Disebutkan bahwa ayam bukanlah hewan yang baru diciptakan, melainkan binatang yang sudah lama tinggal di surga.

Wujud asli ayam tersebut adalah malaikat Ad-dik (berbentuk mirip seperti ayam jago) di langit. Malaikat yang berada di pintu rahmat, bertubuh besar, saking besarnya kedua kakinya mencapai dasar bumi, serta sepasang sayap yang memenuhi jagat raya.

Ketika malaikat itu bertasbih menyerukan nama Allah, maka diwaktu bersamaan ayam-ayam di bumi ikut bertasbih. Setan pun lari menyembunyikan diri dan menutup telinga rapat-rapat saat mendengar tasbih dikumandangkan.

Pada saat waktu sholat tiba, malaikat akan bertasbih yang diiringi oleh ayam-ayam di bumi, maka Adam pun bangkit dari tidurnya, berwudhu, dan berdoa kepada Allah SWT.

Sebagaimana hadits di bawah ini:

“Apabila kalian mendengar ayam berkokok, mintalah karunia Allah (berdoalah), karena dia melihat malaikat. Dan apabila kamu mendengar (suara) kuda meringkik (di malam hari), maka mohonlah perlindungan Allah, karena dia melihat setan (iblis).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Larangan Mencela Ayam Jago

Menurut buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Ruhul Ihsan, seorang muslim dilarang untuk mencela ayam jago ketika ia berkokok.

Ayam berkokok karena ikut membantu membangunkan orang beribadah pada saat malam dan di waktu Subuh.

Imam Nawawi dalam karyanya Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi, menuliskan sebuah hadits. Kami telah meriwayatkan dalam kitab Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih, dari Zaid bin Khalid RA dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian mencela ayam jantan, karena dia membangunkan orang untuk sholat.”

Demikian pembahasannya, kisah ayam dalam kehidupan Nabi Adam AS mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga waktu ibadah. Sejak awal penciptaan, Allah SWT telah memberikan tanda-tanda dan petunjuk bagi manusia melalui alam dan makhluk-Nya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Nasihat Rasulullah SAW soal Keimanan dan Amal yang Utama



Jakarta

Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk membawa ajaran Islam. Banyak pesan yang disampaikan Rasulullah SAW untuk dijadikan pedoman umat Islam dalam menjalankan kehidupan.

Kepada para sahabat, Rasulullah SAW menyampaikan beberapa nasihat yang mengandung makna mendalam. Termasuk nasihat kepada Muadz bin Jabal soal kewajiban setiap manusia dan nasihat kepada Abu Dzarr soal amalan yang paling utama.

Nasihat-nasihat tersebut diceritakan dalam buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Fuad Abdurahman dengan bersandar pada sejumlah hadits.


Dikisahkan, sahabat Rasulullah SAW, Muadz ibn Jabal pernah duduk berboncengan dengan Rasulullah SAW sehingga jarak antara keduanya hanya seujung pelana.

Ketika itu Rasulullah SAW berkata,”Hai Muadz ibn Jabal.”

“Labbaika, ya Rasulullah,” jawab Muadz.

Kemudian Rasulullah SAW berjalan sesaat dan memanggil lagi, “Hai Muadz ibn Jabal.”

“Labbaika, ya Rasulullah,” jawab Muadz lagi.

Beliau berjalan sesaat, kemudian berkata lagi, “Hai Muadz ibn Jabal.”

Muadz pun menjawab, “Labbaika, ya Rasulullah.”

“Apakah kau mengetahui kewajiban manusia terhadap Allah?” tanya Rasulullah SAW.

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” jawab Muadz.

“Sesungguhnya kewajiban manusia terhadap Allah adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”

Beliau berjalan sesaat, lalu kembali menyeru, “Hai Muadz ibn Jabal.”

Muadz menjawab, “Labbaika, ya Rasulullah.”

“Apakah kamu tahu apa hak yang pasti dipenuhi oleh Allah terhadap manusia apabila mereka telah melakukan kewajibannya?”

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menyiksa mereka.”

Amalan Paling Mulia

Dalam hadits lain, dikisahkan suatu saat Abu Dzarr bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama?”

“Iman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya,” jawab Rasulullah SAW.

Abu Dzarr bertanya lagi, “Budak apa yang paling utama dimerdekakan?”

Beliau menjawab, “Budak yang paling bernilai menurut pemiliknya dan paling tinggi harganya.”

“Seandainya aku tidak bisa melakukan itu?”

“Kau bantu kaum buruh atau kau menolong orang bodoh.”

Abu Dzarr masih bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Tuan jika aku tidak mampu dalam beberapa amal perbuatan itu?”

Rasulullah SAW bersabda, “Cegahlah dirimu dari berbuat buruk kepada orang lain. Itu adalah sedekahmu terhadap dirimu sendiri.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Ibrahim yang Dilindungi Allah SWT saat Digoda Raja



Jakarta

Siti Sarah memiliki paras yang sangat cantik, istri Nabi Ibrahim AS ini pernah dilindungi Allah SWT dari raja yang zalim.

Abu Hurairah bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ibrahim tidak pernah berkata dusta kecuali tiga kali. Dua dusta berkaitan dengan Allah, yaitu perkataannya, ‘Aku sedang sakit,’ ketika diajak menyembah berhala oleh kaumnya, dan perkataannya, ‘Yang melakukan penghancuran berhala adalah berhala yang paling besar ini’.”

Sementara satu dusta lainnya adalah berkenaan dengan Siti Sarah, sang istri tercinta.


Mengutip buku 70 Kisah Teladan yang ditulis Mushthafa Murad diceritakan, suatu ketika Nabi Ibrahim AS datang ke sebuah daerah yang dikuasai oleh seorang raja yang zalim. Ia ditemani sang istri yang cantik jelita, Siti Sarah.

Nabi Ibrahim AS berkata pada sang istri bahwa raja zalim tersebut tidak mengetahui status pernikahan mereka. Sebab jika raja tersebut tahu bahwa Sarah adalah istri Nabi Ibrahim AS, maka ia harus menyerahkannya pada raja tersebut.

Nabi Ibrahim AS ingin melindungi istrinya agar tidak direbut paksa oleh raja zalim.

“Jika nanti dia bertanya kepadamu, kabarkan kepadanya bahwa kamu adalah saudaraku. Sebab, engkau adalah saudariku dalam Islam,” kata Nabi Ibrahim AS.

Ketika Nabi Ibrahim AS memasuki daerah tersebut, para pengikut raja langsung terpesona melihat paras Siti Sarah yang cantik jelita. Mereka lantas menghampiri Nabi Ibrahim AS dan berkata, “Jika engkau memasuki wilayahmu, istrimu adalah milikmu. Tetapi, jika engkau memasuki wilayah ini, istrimu harus engkau lepaskan!”

Siti Sarah kemudian dipaksa untuk dibawa kepada sang raja.

Nabi Ibrahim AS kemudian pergi untuk salat. Ia memohon kepada Allah SWT agar melindungi sang istri dari kejahatan raja zalim.

Ketika Siti Sarah memasuki istana, raja zalim tersebut hendak menyentuhnya. Tiba-tiba tangan raja menjadi lumpuh. Raja itu kemudian berkata pada Siti Sarah, “Berdoalah engkau kepada Allah SWT agar menyembuhkan tanganku ini dan aku tidak akan mengganggu dirimu!”

Maka Siti Sarah berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Namun setelah sembuh, ternyata raja ini kembali melakukan niat jahatnya untuk menyentuh tangan Siti Sarah.

Tangan raja ini pun kembali lumpuh dengan keadaan yang lebih parah. Kejadian ini berulang beberapa kali hingga akhirnya raja memerintahkan pengawalnya untuk membawa Siti Sarah ke luar istana.

Dalam buku Air Mata Para Nabi: Kisah-Kisah Inspiratif tentang Ketabahan Para Nabi yang ditulis oleh Tuan Guru Lalu Ibrohim, raja zalim tersebut kemudian berkata, “Tukang sihir yang kamu bawa ini?”

Siti Sarah lantas menjawab, “Saya bukan tukang sihir. Saya istri kekasih Allah. Ia kini sedang melihat saya dari luar, mohon ampunlah padanya, agar engkau selamat.”

Raja itu kemudian memohon ampun. Nabi Ibrahim AS memaafkannya, dan kembalilah badan dan tangan raja ini seperti semula. Sayangnya, raja zalim ini justru hendak menyerang Nabi Ibrahim AS.

Pada peristiwa ini, malaikat Jibril turun dan bersabda, “Jangan kamu terlalu mudah memberi maaf. Kalau ia mau menyerahkan seluruh kerajaannya, maafkan, tetapi jika tidak mau, jangan maafkan dia!”

Raja zalim tersebut lantas menyerahkan seluruh kerajaannya. Ia juga menyerahkan seorang budak dari keluarganya yaitu Siti Hajar.

Wallahu a’lam.

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Yusuf, Benarkah Mampu Menafsirkan Mimpi?


Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah salah satu dari 25 nabi dan Rasul disebut dalam Al-Qur’an dan wajib kita ketahui. Ia adalah putra dari Nabi Yakub AS dan merupakan keturunan Nabi Ibrahim AS melalui garis keturunan Nabi Ishaq AS, putra Nabi Ibrahim AS.

Nabi Yusuf AS adalah salah satu manusia yang paling mulia. Hal ini mengacu pada salah satu sabda Nabi Muhammad SAW.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang yang mulia, anak dari seorang yang mulia, cucu dari seorang yang mulia, cicit dari seorang yang mulia, yaitu Yusuf bin Yakub bin Ishaq bin Ibrahim.” (HR Bukhari & Ahmad)


Nabi Yusuf AS dikenal memiliki sejumlah mukjizat yang menunjukkan kebesaran dan kuasa Allah SWT. Mukjizat-mukjizat tersebut menjadi bukti nyata keistimewaan beliau sebagai seorang nabi dan menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia sepanjang masa.

Mukjizat Nabi Yusuf

Nabi Yusuf AS dianugerahi beberapa mukjizat yang mencerminkan keagungan dan keajaiban dari Allah SWT. Keberadaan mukjizat-mukjizat ini menegaskan kedudukannya sebagai seorang nabi.

1. Wajah yang Tampan

Dikutip dari buku Kisah dan Mukjizat 25 Nabi dan Rasul oleh Aifa Syah, salah satu mukjizat Nabi Yusuf AS adalah memiliki wajah yang sangat tampan. Ketampanan Nabi Yusuf AS tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 31,

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَـاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ ٣١

Artinya: “Maka, ketika dia (istri al-Aziz) mendengar cercaan mereka, dia mengundang wanita-wanita itu dan menyediakan tempat duduk bagi mereka. Dia memberikan sebuah pisau kepada setiap wanita (untuk memotong-motong makanan). Dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika wanita-wanita itu melihatnya, mereka sangat terpesona (dengan ketampanannya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri seraya berkata, “Mahasempurna Allah. Ini bukanlah manusia. Ini benar-benar seorang malaikat yang mulia.” (QS Yusuf: 31)

Menurut buku Takdir dan Mukjizat Manusia Tertampan Yusuf Alaihi Salam yang ditulis oleh Sulistyawati Khairu, Nabi Yusuf AS memulai dakwahnya saat berada di penjara. Ia dipenjara oleh majikannya, Al-Aziz, karena memiliki paras tampan.

Ketampanan Nabi Yusuf AS membuat Al-Aziz merasa terganggu. Sebab, banyak wanita Mesir datang ke rumahnya hanya untuk melihat wajah Nabi Yusuf AS.

Bahkan Siti Zulaikha, seorang wanita yang sudah bersuami, pun tergoda oleh ketampanan Nabi Yusuf AS. Rasulullah SAW pernah menggambarkan keindahan Nabi Yusuf AS seolah mencakup setengah dari keindahan seluruh alam semesta, sedangkan setengahnya lagi dibagikan kepada semua manusia di bumi.

2. Mampu Menafsirkan Mimpi

Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Yusuf AS dengan kemampuannya dalam menafsirkan mimpi. Mukjizat Nabi Yusuf AS ini diceritakan Allah dalam surat Yusuf ayat 43,

وَقَالَ الْمَلِكُ اِنِّيْٓ اَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ اَفْتُوْنِيْ فِيْ رُءْيَايَ اِنْ كُنْتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُوْنَ٤٣

Artinya: “Raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus serta tujuh tangkai (gandum) yang hijau (dan tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai para pemuka kaum, jelaskanlah kepadaku tentang mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkannya!

Dalam buku Takdir dan Mukjizat Manusia Tertampan Yusuf Alaihi Salam yang ditulis oleh Sulistyawati Khairu, dijelaskan bahwa Nabi Yusuf AS memanfaatkan mukjizatnya untuk berdakwah. Beliau mengajarkan kepada orang-orang yang meminta tafsir mimpinya untuk beribadah hanya kepada Allah SWT.

Mukjizat ini diceritakan digunakan dalam penafsiran mimpi Raja Mesir. Awalnya, Nabi Yusuf AS menafsirkan mimpi Raja Mesir kepada dua mantan pelayan kerajaan yang juga menjadi tahanan, dan mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan rasa kagum.

Penjelasan Nabi Yusuf AS mengejutkan kedua tahanan tersebut karena beliau memperkenalkan ajaran agama Nabi Ibrahim AS dan mengajak mereka untuk tidak menyekutukan Allah SWT.

Karena berita tentang kemampuan tafsir mimpi Nabi Yusuf AS menyebar di kalangan istana, Raja Mesir memanggilnya untuk menjelaskan mimpi-mimpinya yang terkait angka tujuh. Nabi Yusuf AS menafsirkan bahwa tujuh sapi gemuk melambangkan masa kemakmuran dan kesuburan, sedangkan tujuh sapi kurus melambangkan masa kemalangan dan kekeringan.

Nabi Yusuf AS menafsirkan mimpi itu sebagai tanda tujuh tahun masa panen melimpah yang akan diikuti oleh tujuh tahun kekeringan panjang.

Selain itu, biji gandum dalam mimpi tersebut melambangkan hasil pertanian. Nabi Yusuf AS menyarankan agar selama tujuh tahun masa panen, pemerintah dan rakyat menabung sebagian hasil pertanian untuk menghadapi tujuh tahun kekeringan yang akan datang.

Mendengar tafsiran ini, Raja Mesir segera memerintahkan pembuatan lumbung untuk menyimpan cadangan pangan yang cukup untuk menghadapi tujuh tahun kekeringan seperti yang diramalkan Nabi Yusuf AS.

Berkat tafsirannya yang tepat, Nabi Yusuf AS akhirnya dibebaskan dari penjara dan diangkat sebagai bendahara kerajaan Mesir.

3. Baju Nabi Yusuf Membuat Nabi Yakub Bisa Melihat

Kembali mengutip dari buku Kisah dan Mukjizat 25 Nabi dan Rasul oleh Aifa Syah, mukjizat Nabi Yusuf AS yang lainnya adalah bajunya yang bisa membuat ayahnya Nabi Yakub AS bisa melihat kembali setelah kehilangan penglihatannya.

Pada masa itu, Nabi Yusuf AS disingkirkan oleh saudara-saudaranya yang merasa iri dan dengki terhadapnya. Hal ini disebabkan karena Nabi Yusuf AS adalah putra kesayangan Nabi Yakub AS dan istrinya.

Saudara-saudaranya kemudian merencanakan jebakan dengan mengajak Nabi Yusuf AS pergi berburu ke hutan. Setibanya di sana, mereka menanggalkan pakaiannya dan melemparkan Nabi Yusuf AS ke dalam sumur yang kering.

Ketika kembali ke rumah, mereka membawa pakaian Nabi Yusuf AS yang sudah dilumuri dengan darah domba. Mereka berbohong kepada Nabi Yakub AS dengan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah dimangsa serigala, sambil menunjukkan pakaian berlumuran darah itu sebagai bukti.

Karena sangat berduka, Nabi Yakub AS terus menangisi kepergian Nabi Yusuf AS hingga menjadi buta. Namun, kesedihannya berubah menjadi kegembiraan ketika ia mengetahui bahwa Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dengan izin Allah SWT, ketika Nabi Yakub mengusap wajahnya dengan baju Nabi Yusuf AS, penglihatannya kembali pulih. Peristiwa ini tercatat dalam Surah Yusuf ayat 96.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Usia Rasulullah SAW Menikah dan Pertemuannya dengan Cinta Pertama


Jakarta

Rasulullah SAW bertemu dengan cinta pertamanya, Khadijah, pada waktu mereka berdagang. Dalam Sirah Nabawiyah, Khadijah menurut riwayat Ibn al-Atsir dan Ibn Ishaq adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya raya.

Ia sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Kala itu, ia mendengar kabar kejujuran Nabi SAW dan kemuliaan akhlaknya. Khadijah coba mengamati Nabi SAW yang membawa barang dagangannya ke Syam.

Dikutip dalam buku Sirah Nabawiyah Nabi Muhammad dalam Kajian Sosial-Humaniora karya Dr. Ajid Thohir disebutkan bahwa Khadijah menitipkan barang dagangan yang lebih dari apa yang dibawakan orang lain. Dalam perjalanan dagang ini, Nabi SAW ditemani Maisarah, seorang pegawai kepercayaan Khadijah.


Nabi Muhammad SAW menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah untuk meniagakan barang-barang Khadijah. Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW berhasil membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya.

Selama perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejujuran Nabi. Semua sifat dan perilaku itu dilaporkan oleh Maisarah kepada Khadijah.

Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh berkah yang diperoleh dari perniagaan Nabi SAW. Khadijah kemudian menyatakan keinginan untuk menikah dengan Nabi SAW dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi menyetujuinya, hingga kemudian beliau menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya.

Pernikahan Pertama Rasulullah SAW

Setelah itu, mereka meminang Khadijah untuk Nabi SAW kepada paman Khadijah, Amr bin Asad. Ketika menikahi Khadijah, Rasulullah SAW berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

Sebelum menikah dengan Nabi SAW, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin A’idz at-Tamimi dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi, yang juga dikenal dengan Hindun bin Zurarah.

Khadijah menjadi istri yang sosoknya sangat berpengaruh terhadap kehidupan Nabi SAW. Disebutkan dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ali RA pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik wanita (langit) adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita (bumi) adalah Khadijah binti Khuwailid.” (HR Bukhari dan Muslim)

Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah RA bahwa ia berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-istri Nabi SAW kecuali kepada Khadijah, sekalipun aku tidak pernah bertemu dengannya. Rasulullah SAW apabila menyembelih kambing, maka ia berpesan, ‘Kirimkan daging ini kepada teman-teman Khadijah. Pada suatu hari, aku marah kepada beliau, lalu aku katakan, ‘Khadijah?’ Maka Nabi SAW bersabda, ‘Sesungguhnya aku telah dikaruniai cintanya.’

Sementara Ahmad dan Ath-Thabarani meriwayatkan dari Masruq dari Aisyah RA, ia berkata, “Hampir Rasulullah SAW tidak pernah keluar rumah sehingga menyebut Khadijah dan memujinya. Pada suatu hari, beliau menyebutnya, sehingga membuatku cemburu. Lalu aku katakan, ‘Bukankah ia hanya seorang wanita tua dan Allah telah mengganti dengan orang yang lebih baik darinya untuk engkau?’ Rasulullah SAW seketika marah seraya bersabda, ‘Demi Allah, Allah tiada menggantikan untukku orang yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakanku, dia membelaku dengan hartanya ketika orang- orang menghalangiku, dan aku dikaruniai Allah anak darinya, sementara aku tidak dikaruniai anak sama sekali dari istri-istriku yang lain.’

Pernikahan Rasulullah SAW dengan Khadijah ini berlangsung hingga Khadijah meninggal dunia, tepatnya pada usia 65 tahun, sementara Rasulullah SAW telah mendekati usia 50 tahun.

Dalam rentang waktu tersebut, beliau tidak pernah berpikir untuk menikah dengan wanita atau gadis lain.

(lus/rah)



Sumber : www.detik.com

Sosok Nabi yang Punya Mukjizat Air Zamzam-Sosok Penunggang Kuda Pertama


Jakarta

Nabi Ismail AS adalah nabi dan rasul yang wajib diimani dalam Islam. Beliau merupakan keturunan seorang nabi juga yaitu Ibrahim AS.

Menukil dari Ibrahim Khalilullah: Da’iyah At-Tauhid wa Din Al-Islam wa Al-Uswah Al-Hasanah oleh Ali Muhammad Ash-Shallabi yang diterjemahkan Muhammad Misbah, ibu dari Ismail AS adalah Siti Hajar. Kala itu, Nabi Ibrahim AS belum juga dikaruniai keturunan meski sudah puluhan tahun pindah ke Palestina.

Sang nabi lalu berdoa sebagaimana tercantum dalam surah Ash-Shaffat ayat 100-101. Berikut bunyinya,


رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّلِحِينَ * فَبَشَّرْنَهُ بِغُلَمٍ حَلِيمٍ

Artinya: “(Ibrahim berdoa), ‘Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.” Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun.”

Kelahiran Nabi Ismail AS

Kelahiran Nabi Ismail AS disambut dengan bahagia. Meski demikian, kelahirannya ini juga menjadi ujian bagi Ibrahim AS dan sang istri.

Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa Siti Hajar dan Ismail AS bayi ke sebuah lembah tandus, yaitu Makkah. Kala itu, Makkah masih belum berpenghuni.

Saking tandusnya, lembah itu bahkan tanpa tanaman dan air. Hanya ada batu dan pasir kering yang terlihat di sana.

Siti Hajar dan Nabi Ismail AS diuji dengan rasa haus karena tak adanya air. Pada kondisi tersebut, Siti Hajar berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air hingga akhirnya malaikat Jibril tiba dan air zamzam memancar dari tanah dekat kaki Ismail AS.

Perintah Menyembelih Nabi Ismail AS

Masih dari sumber yang sama, Nabi Ibrahim AS menerima wahyu lainnya dari Allah SWT dalam mimpi. Ia diperintahkan menyembelih sang putra, Nabi Ismail AS yang masih remaja.

Mendengar hal itu, Nabi Ismail AS rela menerima nasib sebagai bentuk kepatuhan terhadap Allah SWT. Kisah ini termaktub dalam surat As Saffat ayat 102,

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Ibrahim AS lantas membawa Ismail AS ke tempat yang ditentukan. Ketika ia hendak menyembelih putranya, tiba-tiba Allah SWT mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor hewan. Peristiwa tersebut menjadi asal muasal ibadah kurban yang kini dilakukan oleh umat Islam.

Diterangkan dalam Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, ulama nasab dan sejarah peperangan mengatakan bahwa Nabi Ismail AS adalah orang pertama yang naik kuda. Sebelumnya, kuda merupakan hewan liar dan dijinakkan oleh Ismail AS untuk ditunggangi.

Sa’id bin Yahya Al-Umawi menuturkan dalam Al Maghazi sebagai berikut, “Seorang syaikh Quraisy bercerita kepada kami, Abdul Malik bin Abdul Aziz bercerita kepada kami, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda: “Pergunakan kuda (sebagai tunggangan) naiklah secara bergantian , karena ia adalah warisan ayah kalian, Ismail.”

Wafatnya Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS semasa hidupnya membimbing suku Amalika di Yaman. Selama lebih dari 50 tahun masa kenabian beliau, Ismail AS menyampaikan firman Allah SWT kepada orang-orang musyrik. Ia mengajak mereka untuk memeluk Islam dan mempercayai keberadaan Allah SWT.

Berkat jasanya itu, Islam menyebar luas di Yaman. Beliau lalu kembali ke Makkah setelah sebagian besar masyarakat Yaman memeluk Islam.

Nabi Ismail AS wafat pada usia 137 tahun, tepatnya pada 1779 SM di Makkah, Arab Saudi. Beliau dimakamkan di dekat ibunya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perang Uhud dan Kesalahan Fatal Penyebab Kalahnya Pasukan Muslim


Jakarta

Perang Uhud adalah peristiwa bersejarah dalam Islam di masa Rasulullah SAW. Terjadinya perang ini disebabkan karena kekalahan pada perang sebelumnya.

Perang Uhud adalah upaya balas dendam dari kaum Quraisy setelah kekalahan mereka di Perang Badr. Pernyataan tersebut ditulis dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan “Khalid Bin Walid” karya Hanatul Ula Maulidya. Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal di Tahun ketiga Hijriyah (325 M).


Dalam pertempuran ini, Nabi Muhammad SAW mengerahkan 1.000 pasukan, tetapi 300 di antaranya, yang dipimpin oleh Abdullah ibn Abi al-Munafik, membelot. Akibatnya, pasukan Rasulullah tersisa 700 orang, termasuk 50 penunggang kuda.

Menghadapi jumlah musuh yang lebih banyak, Nabi Muhammad SAW menyusun strategi dengan menempatkan pasukan di atas Jabal Uhud untuk menghadapi perang ini.

Persiapan Kedua Pihak Menghadapi Perang

Merangkum buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Setelah kalah di Perang Badr, kebencian masyarakat Makkah terhadap kaum Muslim semakin membara. Quraisy merasa kehilangan banyak pemimpin dan bertekad untuk membalas dendam, sehingga mereka melarang penduduk Makkah meratapi korban Badr dan menunda tebusan tawanan agar kaum Muslim tidak merasa lebih unggul.

Quraisy sepakat untuk melancarkan serangan besar-besaran sebagai bentuk balas dendam. Pemimpin seperti Ikrimah bin Abu Jahl, Shafwan bin Umayyah, dan Abu Sufyan bin Harb sangat antusias dalam persiapan ini. Mereka mengumpulkan barang dagangan yang hilang dan menggugah semangat warga kaya untuk memberikan dukungan finansial. Shafwan membujuk penyair Abu Azzah untuk membantu membangkitkan semangat kabilah-kabilah.

Setelah setahun persiapan, mereka berhasil mengumpulkan sekitar tiga ribu prajurit, termasuk lima belas wanita untuk memberikan semangat. Pasukan ini terdiri dari tiga ribu unta, dua ratus orang penunggang kuda, dan tujuh ratus prajurit bersenjata. Abu Sufyan ditunjuk sebagai komandan tertinggi, dengan Khalid bin Al-Walid memimpin pasukan berkuda.

Sementara itu, di Madinah, umat Islam dalam keadaan siaga. Setiap Muslim siap siaga dengan senjata, bahkan saat salat. Juga ada sekumpulan Anshar seperti Sa’d bin Mu’adz yang selalu menjaga dekat Rasulullah SAW.

Di setiap pintu gerbang Madinah terdapat penjaga untuk mengantisipasi serangan mendadak. Selain itu, sejumlah muslim bertugas memata-matai gerakan musuh, berkeliling di jalur-jalur yang mungkin dilalui para musyrik untuk menyerang orang-orang Muslim.

Meletusnya Bara Peperangan

Merangkum kembali dari sumber sebelumnya, saat pertempuran dimulai, dua pihak saling mendekat. Thalhah bin Abu Thalhah Al-Abdari, pembawa bendera musyrik dan penunggang kuda Quraisy yang terkenal berani, muncul menantang adu tanding sambil menunggang unta.

Tak seorang pun berani menyambut tantangannya karena ketakutan akan keberaniannya. Namun, Az-Zubair akhirnya maju dengan semangat, melompat seperti singa, dan sebelum Thalhah bisa turun dari untanya, Az-Zubair menusukkan pedangnya, membuat Thalhah terjatuh dan tewas.

Nabi Muhammad SAW yang menyaksikan pertarungan ini segera mengangkat suaranya dalam takbir, yang diikuti oleh seluruh umat Islam. Beliau memuji Az-Zubair dan bersabda, “Sesungguhnya setiap Nabi itu mempunyai pengikut setia. Adapun pengikut setiaku adalah Az-Zubair.”

Setelah Az-Zubair mengalahkan Thalhah bin Abu Thalhah, pertempuran semakin memanas, terutama di kalangan pasukan musyrik. Pertempuran berkecamuk di seluruh medan, sementara umat Islam, dipenuhi iman, menyerbu musuh dengan semangat, berteriak “Matilah, matilah!” selama Perang Uhud.

Di titik lain, Wahsy bin Harb, seorang budak dari Habasyah yang mahir melempar tombak, melihat Hamzah bin Abdul Muththalib yang bertarung dengan gagah, mengalahkan banyak musuh. Wahsy bersembunyi di balik batu dan pohon, menunggu kesempatan.

Saat Hamzah sedang bertarung dengan Siba’ bin Abdul Uzza dan berhasil membunuhnya, Wahsy memanfaatkan momen itu. Dia melemparkan tombaknya, mengenai perut bagian bawah Hamzah hingga tembus ke selangkangan. Hamzah terluka parah dan akhirnya jatuh dan meninggal.

Perang Uhud semakin berjalan dengan cepat. Kaum Muslim yang berperang di garis depan awalnya tidak menyadari perkembangan situasi yang terjadi. Namun, begitu mereka mendengar suara Rasulullah SAW, mereka segera bergegas menghampiri beliau.

Setibanya di lokasi, mereka menemukan keadaan yang mengkhawatirkan. Rasulullah SAW terluka, enam orang Anshar tewas, dan orang lainnya terluka parah, sementara Sa’d dan Thalhah masih bertarung dengan berani.

Para sahabat segera menggunakan tubuh dan senjata mereka untuk melindungi Rasulullah SAW dari serangan musuh. Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW, adalah orang yang pertama tiba dan melihat Thalhah yang dengan gagah berani melindungi Rasulullah SAW.

Bersama Abu Ubaidah, ia berusaha melepaskan dua keping rantai topi besi yang menancap di pipi Nabi Muhammad SAW. Abu Ubaidah bahkan rela menggunakan giginya untuk mencabut kepingan besi tersebut, meskipun hal itu menyebabkan giginya goyah.

Setelah melewati situasi yang sangat berbahaya, sahabat lebih banyak berkumpul untuk melindungi sekitar Rasulullah SAW, termasuk Abu Dujanah, Mush’ab bin Umair, dan Ali bin Abu Thalib.

Kesalahan Fatal Penyebab Kalahnya Prajurit Muslim

George F Nafziger dalam bukunya Islam at War menggambarkan keadaan dalam kekalahan perang Uhud. Saat perang berlangsung, pasukan muslim sempat unggul.

Keunggulan ini disebabkan karena strategi Rasulullah SAW dalam menempatkan 150 pasukan pemanah di atas bukit untuk melindungi pasukan yang ada di bawah bukit.

Rasulullah menginstruksikan pasukan pemanah agar jangan berpindah posisi, apapun yang terjadi.

Akan tetapi imbauan Rasulullah ini tidak dihiraukan. Ketika pasukan Quraisy berjatuhan, pemanah muslimin justru berbondong-bondonv turun dari bukit untuk berebut harta rampasan perang.

Hal inilah yang menjadi penyebab pasukan Quraisy yang sebelumnya sudah mundur menjadi kembali karena aman dari ancaman pemanah.

Dalam Perang Uhud, sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib ikut gugur. Ia dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, seorang budak Quraisy yang kemudian masuk Islam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com