Tag Archives: rasulullah

Doa ‘Belum’ Diijabah, Kesal Nggak?



Jakarta

Menunggu doa diijabah kadang muncul gelisah. Timbul keadaan hati yang merasa kurang berkenan. Padahal sudah berdoa sambil menangis, boleh jadi sambil berteriak-teriak walau dalam hati. Tapi, kalau sudah diri merasa butuh, merasa timing-nya sekarang. Lalu menduga sepertinya Tuhan kurang memperhatikan doa yang dipinta. Kesal nggak?

Pernah orang berdoa, sudah sambil menerangkan latar belakang mengapa ia berdoa. Pun juga sembari menerangkan bagaimana kalau Tuhan sebenarnya mudah mengabulkan doa. Itu kalimat juga masuk di dalam lantunan doa.

Disertai hati yang agak-agak kurang setuju. Belum sepaham dengan mengapa Tuhan seolah belum berkenan mendengar bahkan mengabulkan doanya. Apa sulitnya sih. Bukankah Tuhan tinggal berfirman kun (jadilah) maka terjadi. Gitu saja kok sulit.


Boleh jadi ada yang bergumam demikian, walau hanya dalam dada!

Mungkin ada sebagian kecil, atau bahkan sebagian besar di antara sidang pembaca yang merasakan hal yang mirip dengan perasaan seorang pendoa di atas? Lalu bagaimana. Berhenti berdoa. Pindah usaha kepada yang lain saja. Ke paranormal misalnya. Astaghfirullah, na’uudzubillah tsumma na’uudzubillah.

Semoga Gusti Allah selamatkan setiap kita dari sangka kurang bagus terutama kepada Tuhan. Subhaanallah. Pasti setiap kita selalu berlindung kepadaNya dari pekerjaan syirik, sekecil apa pun. Laa ilaaha illaa Allah.

Pernah suatu ketika. Kondisi Rasulullah dan para sahabat dikepung musuh, dari dalam kota Madinah dan dari arah luar. Dari luar terdiri dari beberapa kabilah. Mereka ada kafir Qurays, Bani Sulaim, Ghathafan, Bani Murrah, dan Asyja’.

Dari dalam kota Madinah ada Yahudi Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan orang-orang munafiq.
Gabungan seluruh mereka dikenal dengan nama ahzab, sekutu.

Jumlah mereka yang dari luar sekitar 10.000 orang. Sedangkan Rasulullah dan para sahabatnya berjumlah hanya 3000an orang.

Jarak di antara Rasulullah dan para sahabatnya dengan pasukan kafir yang bersekutu hanya berbatas parit. Siasat parit yang diinisiasi oleh Salman Al-Farisi RA.

Selama keadaan mencekam; ketakutan, lapar, tidak tidur akibat berjaga beberapa puluh malam. Letih, lelah, persediaan makanan menipis. Belum lagi rasa khawatir yang hadir karena istri dan anak-anak para pasukan Rasulullah ada di rumah. Sementara ancaman dari dalam kota, dari kaum Yahudi bisa datang sewaktu-waktu.

Untuk itu Rasulullah bermunajat memanjatkan doa selamat dari Tuhan. Apa seketika langsung dikabulkan? Tidak. Belum langsung. Menunggu waktu sesuai dengan kebijaksaan Tuhan.

Fakta keadaan yang benar-benar genting, menyangkut agama, menyangkut orang banyak. Menyangkut para shalihin yang kemuliaannya di peringkat atas. Sedang yang berdoa adalah Rasulullah. Nabiy dan Rasul yang paling mulia. Doa beliau belum langsung dikabulkan Tuhan pada saat beliau berdoa itu.

Nah, bagaimana dengan yang berdoa hanya untuk kepentingan pribadi, sedang kondisinya belum sangat mencekam, biasa-biasa saja. Si pendoa memiliki status kedudukan iman yang juga biasa? Kita paham kan?

Tiba masanya keluarga Rasulullah menghadapi fitnah. Sangat keji. Ummul Mu’minin Aisyah RA. difitnah melakukan hal yang di luar pantas.
Fitnah menyebar begitu cepat, membuat Rasulullah sampai terpengaruh. Lama fitnah itu menyebar, belum ada kejelasan fakta.

Bukankah pada waktu itu Rasulullah juga bermunajat agar tersingkap fakta yang sebenarnya. Agar keraguan dan dugaan keliru terhadap suatu perbuatan keji segera tersingkirkan? Iya Rasulullah berdoa, namun seperti yang kita tahu bersama. Tidak serta merta doa beliau diijabah Tuhan. Ada waktu yang sesuai untuk itu.

Sekali lagi, yang berdoa Rasul paling mulia menyangkut kasus keluarga yang paling agung. Menyangkut juga putri dari sahabat Rasulullah yang paling agung. Waktu yang berlalu juga bukan sebentar. Tapi doa tetap sesuai dengan kebijaksanaan Tuhan.
Semoga kita paham agar senantiasa shabar.

Ada logika sederhana yang bisa dijadikan bahan rujukan. Iya ya, Tuhan itu kan Maha Pencipta dan Maha pemelihara alam semesta. Andai sedikit saja Tuhan ‘keliru’, nol koma nol, nol, nol. Bukankah semesta ini sudah runtuh dari dulunya. Sudah kiamat sejak jaman purbakala?

Tengok saja misalnya Tuhan keliru menghitung jumlah air yang naik ke langit dan yang turun. Suatu ketika terselip selisih nol koma sekian. Bukankah setelah beberapa waktu, sebentar atau sedikit lama, bumi segera kekeringan atau segera kebanjiran?

Bagaimana kalau hitungan oksigen yang beredar di udara berubah kadarnya. Meningkat sekian prosen, pasti kebakaran di mana-mana. Oksigen berkurang sekian prosen saja konsentrasinya di udara, pasti ibu-ibu tak bisa memasak karena kompor tidak bisa dinyalakan, tidak muncul apinya.

Duh, subhaanallah, Tuhan Yang Maha Sempurna, seringkali harus menerima tuduhan yang berupa-rupa. Masalahnya ringan. Karena menduga bahwa doa pribadi tidak segera diijabah Tuhan.

Ada seorang yang memohon-mohon agar Tuhan segera menurunkan air hujan karena tanamannya sudah mulai malas tumbuh. Bahkan hampir sekarat. Sedang tetangga sebelah memohon kepada Tuhan yang sama untuk menahan hujan karena ada hajatan istimewa. Ingin menikahkan putrinya dalam sepekan ini.

Dua orang berdoa dengan jenis doa yang 100% berbeda. Andai saja ada Tuhan yang lain. Boleh jadi akan kesal dan bumi dibiarkan kiamat saja? Apa kita semua bisa terima?

Itu baru doa dari dua orang berbeda. Lah kalau yang berdoa sekian milyar orang dengan maksud yang semuanya berbeda dalam satu waktu yang sama. Padahal yang didoakan satu suasana yang sama persis.

Misalnya pada saat yang sama satu minta hujan, satu minta terang. Andai saja kita pernah menjadi Tuhan. Pasti sebentar saja bisa murka. Untung Tuhan Maha Terpuji, Maha Mulia, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Shabar. Maha Pembimbing, Pendidik, Pemelihara alam semesta.

Yuk kita terus berusaha tanpa kenal putus asa (shabar) sambil terus memohon ke haribaanNya (shalat, doa). Kita bersungguh-sungguh selalu bersangka baik kepadaNya.

Jika ini yang kita lakukan, jangan-jangan kita selalu menjadi hamba yang rela. Selalu ridlo akan keputusanNya. Itulah hamba yang sungguh mencintai Tuhannya.
Semoga itu adalah kita, aamiin!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Perjumpaan Democracy dan Shuracracy (2)



Jakarta

Asumsi sebagian orang bahwa demokrasi AS adalah demokrasi liberal dalam arti terbebas sama sekali dari nilai-nilai agama sepenuhnya tidak benar. Seperti diungkapkan dalam artikel-artikel terdahulu, bagaimana simbol-simbol AS secara eksplisit memberikan ruang terhadap nilai-nilai agama di dalam demokrasi. Nilai-nilai agama di samping nilai-nilai luhur dan konstitusi menjadi yang ikut mengawal pelaksanaan demokrasi agar tidak menjadi demokrasi “kebablasan” (absolute democracy).

Dapat diperhatikan secara teliti, apa arti Ikrar Kesetiaan Kebangsaan (The Pledge of Allegiance), yaitu: “I pledge allegiance to the Flag of the United States of America, and to the Republic for which it stands, one Nation under God, indivisible, with liberty and justice for all”. (“Saya berjanji setia kepada Bendera Amerika Serikat, dan kepada Republik tempatnya ditegakkan, satu Bangsa di bawah Tuhan, tak terpisahkan, dengan kebebasan dan keadilan untuk semua). Kata “one Nation under God” (satu Bangsa di bawah Tuhan) yang sebelumnya tidak ada kemudian ditambahkan pada tanggal 12 Februari 1948. Kalimat ini pertama kali disarankan oleh Louis Albert Bowman, seorang pengacara dari Illinois dengan alasan menyesuaikan semangat Gettysburg Lincoln.

Semula frase ini kontroversi, apakah itu constitusional atau tidak, apakah ini tidak bertentangan dengan perinsip demokrasi? Siapa yang diamksud “Tuhan” dalam kata itu? Apa arti frase “under God” itu sendiri? Akhirnya, Presiden Eisenhower dan Kongres menyetujuipenambahan itu dalam bentuk undang-undang pada tanggal 14 Juni 1954. Hingga saat ini frase itu sudah diabadikan di dalam berbagai lambang AS, termasuk lagu kebangsaan AS yang dihafalkan kepada murid-murid seklolah.


Ini bukti bahwa demokrasi AS memberi ruang terhadap nilai-nilai agama di dalam menata negara. Hingga saat ini frase itu sudah diabadikan di dalam berbagai lambang AS, termasuk lagu kebangsaan AS yang dihafalkan kepada murid-murid seklolah. Ini bukti bahwa demokrasi AS memberi ruang terhadap nilai-nilai agama di dalam menata negara.

Tambahan frase itu tentu saja mendapatkan dukungan penuh para tokoh agama di AS, termasuk tokoh agama Islam yang juga ikut menjadi faktor sejak awal berdirinya negara AS, sebagaimana diselaskan dalam artikel terdahulu. Mereka menyadari bahwa keajaiban AS terjadi atas perkenan Tuhan. Banyak sekali peristiwa yang terjadi di AS sulit dijelaskan secara akal pikiran tetapi menjadi kenyataan. Sama halnya negara Indonesia dalam meraih kemerdekaannya dari penjajah asing juga mengalami banyak keajaiban. Deklarasi kemerdekaan AS dari Inggris juga tidak pernah dibayangkan akan secepat itu dan dengan dampak yang sangat minim.
Frase “under God” ini juga membuat banyak orang berfikir lebih jauh, benarkan AS sebagai sebuah negara sekuler? Dengan frase ini sekali lagi menegaskan sesungguhnya AS bukanlah sebuah negara sekuler murni, dalam arti tidak memberi ruang dan tempat untuk membicarakan Tuhan di dalam mengurus bangsa, negara, dan masyarakat. Mungkin dalam konstitusi tidak tampil sebagai sebuah negara agama tetapi dalam kenyataan dan praktek sehari- hari, jelas AS adalah sebuah negara yang sangat religius.

Frase one Nation under God, indivisible, with liberty and justice for all sesungguhnya sesungguhnya dapat dikatakan sebagai sebuah kalimat yang sangat islami. Bukankah dalam Islam juga mengajarkan segalanya tercipta dengan dan oleh Allah Swt? Setelah tercipta dengan berbagai bentuk realitas, kembali kita diingatkan, janganlah perbedaan itu menjadi faktor munculnya kemudharatan dan musibah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (Q.S. A-Hujurat/49:13).

E Pluribus Unum, ” = “Out of Many, One”, 1782 Kalimat In God We Trust selalu mengingatkan seluruh warga Amerika untuk selalu mengingat Tuhan. Jika demikian adanya, maka tidak tepat disebut negeri AS sebagai negeri yang sekuler- Ateis. Informasi dari Prof Muhammad Ali, Direktur Middle Eastern and Islamic Studies
Program, University of California, Riverside, menyampaikan sebuah data survey terakhir, menunjukkan 92% warga AS percaya kepada Tuhan. Bagi orang-orang AS kalimat ini berbekas dibenak mereka. Bahkan kalimat ini sering menjadi langgam bahasa pergaulan sehari hari, mirip dengan kata lain yang paling sering digunakan orang-orang AS, yaitu “Oh my God”, di Indonesia padanannya “Ya Allah”, sebuah lafaz ekspresi paling lazim di AS. Mungkin disiplin sosial AS yang mengagumkan diinsprasi oleh paflet kehidupan yang religoius itu, faktor untuk Secara mikro, penerapan demokrasi (the real democracy) di AS sebenarnya tidak bisa sepenuhnya disamakan dengan demokrasi sekolarisme sebagaimana yang diterapkan di sejumlah negara tua di Eropa, seperti Perancis, yang tidak memberikan tempat terhadap nilai- nilai agama di dalam ruang publik.

Pemerintah Perancis misalnya melarang atribut-atribut agama ditampilkan di ruang publik seperti menggunakan hijab (untuk muslimah) sampai kepada lambang salib untuk Kristen, dan Kappa(penutup kepala Rabbi untuk Yahudi). Di AS, penggunaan atribut-atribut keagamaan, sepanjang tidak secara eksludif mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, tidak dilarang. Banyak kaum muslimah menggunakan hijab, kappa, dan tanda salib di ruang publik di AS. Demokrasi di AS tidak kaku dan memberi ruang nilai-nilai agama dan budaya lokal ikut serta memperkaya tatanan kehidupan masyarakat. Lihat saja Amandemen Pertama AS (The First Amendment) tahun 1791 yang dengan tegas memberikan pengakuan nilai-nilai agama untuk memperkuat sensi-sendi negara AS, apalagi mata uangnya secara ekslisit mencantumkan: In God We Trust (kepada Tuhan kita percaya.

Itulah sebabnya mengapa Islam begitu gampang diterima di AS karena susbstansi keagamaan Islam paralel dengan nilai-nilai luhar AS. Secara teoretis teodemokrasi bukan sekedar sintesa antara demokrasi liberal dan demokrasi sosial, tetapi memiliki unsur distinctif lain. Dalam wacana demokrasi liberal dan demokrasi sosial (baca: demokrasi sekuler) murni bersifat horizontal, yakni antara kebebasan individu dan keutuhan masyarakat. Sedangkan dalam konsep teodemokrasi, di samping wacana yang bersifat horizantal tadi juga masuk di dalam wacana vertikal (teologis). Bahkan sering ditemukan wacana yang bersifat vertikal ini lebih dominan ketimbang wacana wacana yang bersifat horizontal. Lihatlah misalnya kelompok-kelompok yang berhaluan keras di dalam lintasan sejarah dunia Islam, memandang politik kenegaraan itu sebagai sesuatu yang “suci” yang tidak boleh dikotori oleh pemikiran subyektivitas manusia yang “tidak suci”, bahkan cenderung korup. Bagi mmereka Islam adalah urusan agama dan negara (al-islam din wa daulah), karena itu mereka lebih dekat kepada konsep teokrasi.

Berbeda dengan kelompok pemikir muslim kontemporer atau biasa disebut kelompok pembaharu. Mereka beranggapan bahwa Islam adalah agama dan tidak mengatur secara mendetail soal politik kenegaraan, ekonomi, hightec, dan urusan duniawi lainnya. Mereka berpendapat bahwa Islam memang meiliki ajaran yang komperhensif (kafah), yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Namun ke-kaffah-an Islam hanya dalam batas perinsip-perinsip ajaran, bukan secara mendetail. Bagi mereka (pembaharu muslim), perinsip-perinsip Islam sebagaimana ditemukan di dalam Al-Qur’an, hadis, dan tradisi sahabat, hanya mengatur
perinsp-perinsip Islam tentang politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial tetapi tidak sampai mengatur lebih detail misalnya tentang sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosia, dan sistem lainnya. Tentu ini ada hikmahnya untuk kelenturan ajaran Islam sebagai agama akhir zaman, harus mempu mengakomodir perkembangan zaman yang sedang dan akan dilaluinya. Jika Islam melengkapi dirinya sampai ke tingkat sistem yang lebih teknik maka sudah barang tentu Islam
akan sibuk berbenturan dengan nilai-nilai lokal. Tetapi kenyataannya sampai sekarang masih tetap sebagai agama paling cepat mengalami perkembangan di seluruh belahan bumi. Para pemikir pembaharu mendasarkan pandangannya di samping kepada ayat seperti Q.S. Ali Imran/3:159 dan al-Sura/42:38, yang menekankan perinsip musyawarah sebagai media untuk menyelesaikan masalah kontemporer keduniaan. Mereka menemukan sejumlah hadis yang
senapas dengan ayat tersebut. Mereka juga belajar dari fakta sejarah dunia Islam bahwa medel-model suksesi tidak satu tetapi beragam. Fakta sejarah yang paling gampang difahami ialah, mengapa urusan politik kenegaraan, termasuk urusan suksesi kepemimpinan tidak mendapatkan penjelasan di dalam Al-Qur’an. Sampai pada detik-detik terakhir menjelang wafat, Rasulullah tidak pernah memberikan wasiayat dan petunjuk bagaimana mengantisipasi suksesi pergantian
dirinya dan juga para pelanjutnya. Sampai ketika Rasulullah wafat pada hari Senin tertunda pemakamannya ke hari Rabu, antara lain disebabkan rumitnya proses pergantian dirinya, baik sebagai kepala pemerintahan Madinah maupun sebagai pemimpin spiritual. Untung kewibawaan Abu Bakar sebagai sahabat senior yang sering ditunjuk menggantikan beliau sebagai imam shalat pada setiap kali beliau sakit atau berhalangan, memudahkan dirinya terpilih sebagai khalifah di Bani Tsaqifah. Demikian pula penggantian Abu Bakar, Utsman, Ali, dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, masing-masing mempunyai model suksesi yang berbeda-beda.

Menimbang syurakrasi sebagai model, Murad Hofmann melihat teodemokrasi dan apalagi teokrasi sebagai Istilah yang kurang tepat untuk mewadahi perinsip dan sistem politik di dalam Islam. Karena itu ia mengusulkan untuk memermanenkan istilah syurakrasi sebagai model, bukan hanya untuk negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, tetapi juga untuk negara-negara lainnya. Hofmann melihat ada kekuatan yang terdapat di dalam musyawarah (consultation) di dalam menyelesaikan setiap persoalan, khususnya persoalan politik kemasyarakatan. Secara psikologis, persoalan yang diselesaikan dengan musyawarah jauh lebih
permanen ketimbang persoalan yang diselesaikan dengan 50 + 1 suara alyas voting. Munculnya partai politik yang bercorak aliran keagamaan di Barat, seperti Partai
Demokratik Kristen di Jerman dan di Italia mengindikasikan adanya sekelompok masyarakat di sana yang melihat sisi-sisi kelemahan sistem demokrasi liberal dan demokrasi sosial, lantas mereka mendeklarasikan demokrasi yang bercorak keagamaan.

Demokrasi sekuler di dunia Barat oleh komunitas dunia barat sendiri sudah mulai dipertanyakan. Apalagi sejumlah masyarakat di Asia dan Afrika sudah lebih dahulu mempertanyakannya. Semakin populernya istilah “double standard” di dunia Barat oleh dunia Timur menjadi bukti adanya kelemahan konsep tersebut. Semangat syurakrasi sesungguhnya sudah terjabarkan di dalam Pancasila dan UUD 45 kita. Mari kita pertahankan NKRI.

Jakarta, 9 April 2009

Nasaruddin Umar
Katib Am PB NU & Rektor Institut PTIQ Jakarta

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Iftitah yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW


Jakarta

Doa iftitah adalah doa yang dipanjatkan saat salat setelah takbiratul ihram. Hukum membacanya adalah sunnah dan tak perlu melakukan sujud sahwi bila tak sengaja lupa untuk membacanya.

Menurut Kusnadi S.Ag M.Ag M.AHum dalam bukunya yang berjudul buku QnA Persoalan Islam, doa iftitah memiliki banyak bentuk. Berdasarkan riwayat-riwayat hadits, ada sebanyak 5 jenis doa iftitah yang bisa diamalkan.

Berikut 5 doa iftitah yang bisa dipakai saat melaksanakan salat sunnah maupun salat wajib.


5 Versi Bacaan Doa Iftitah dan Artinya

Doa Iftitah 1

Berikut doa iftitah yang pertama berdasarkan hadits riwayat Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Arab-latin: Subhaanakallahumma wa bi hamdika wa tabaarokasmuka wa ta’aalaajadduka wa laa ilaha ghoiruk.

Artinya: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.

Doa Iftitah 2

Doa iftitah selanjutnya berdasarkan hadits riwayat Muslim. Doa ini dibaca ketika Rasulullah SAW melakukan salat malam.

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Arab-latin: Allahumma robba jibroo-iila wa mii-ka-iila wa isroofiila, faathiros samaawati wal ardhi ‘aliimal ghoibi wasy syahaadah anta tahkumu bayna ibaadika fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun, ihdinii limakhtulifa fiihi minal haqqi bi-idznik, innaka tahdi man tasyaa-u ilaa shirootim mustaqiim.

Artinya: Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang gaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum untuk memutuskan apa yang mereka pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.

Doa Iftitah 3

Doa iftitah ini mungkin tak asing ditelinga pembaca. Doa ini umum dipakai oleh umat Islam ketika awal diajari salat oleh orang tuanya.

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا.

Arab-latin: Allahu akbar, kabirau walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila

Artinya: Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore.

أنى وجهت وجهي للذى فطر السموات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين

Arab-latin: inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin

Artinya: Kuhadapkan wajahku kepada zat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah.

ان صلاتى ونسكى ومحياي ومماتى لله رب العالمين لاشريك له وبذلك امرت وانا من المسلمين

Arab-latin: inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin

Artinya: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.

Doa Iftitah 4

Nabi Muhammad SAW juga membaca doa iftitah pendek lainnya seperti hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Arab-latin: Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.

Artinya: Ya Allah, jauhkan lah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.

Doa Iftitah 5

Berdasarkan hadis riwayat Abu Daud, Rasulullah pernah mengamalkan doa iftitah ini:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ نَفْخِهِ وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ

Arab-latin: Allahu akbar kabiiro, allahu akbar kabiiro, allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, walhamdulillahi katsiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw washilaa, wa subhanallahi bukrotaw washilaa, wa subhanallahi bukrotaw washilla a’udzu billahi minasy syaithooni min nafkhihi, wa naftshihi, wa hamzih.

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Aku berlindung kepada Allah dari tiupan, bisikan, dan godaan setan.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Sesudah Adzan: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Adzan adalah panggilan atau seruan yang diberikan oleh seorang muadzin (pemberi adzan) untuk mengumumkan waktu-waktu shalat dalam agama Islam. Adzan dilakukan secara terbuka di masjid atau tempat ibadah Islam lainnya dengan tujuan untuk mengajak umat Muslim melakukan shalat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pengumuman adzan biasanya terdiri dari beberapa frasa pendek yang diucapkan secara berulang-ulang. Adzan mencakup kalimat-kalimat seperti “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar), yang diucapkan empat kali, “Ashhadu an la ilaha illallah” (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah), dan lain-lain. Setelah adzan selesai, umat Muslim diundang untuk bergerak menuju masjid atau tempat shalat untuk melaksanakan shalat wajib.

Adzan juga memiliki nilai simbolis dan spiritual dalam Islam. Ini mengingatkan umat Muslim tentang kewajiban untuk melaksanakan shalat dan mengingatkan mereka akan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Adzan biasanya dilakukan oleh seorang muadzin yang memiliki suara yang jelas dan bermakna, sehingga panggilan ini dapat didengar oleh banyak orang dalam wilayah sekitarnya.


Saat mendengar adzan, seorang muslim dianjurkan melakukan tiga hal ini sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

Artinya: “Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin. Kemudian membacalah sholawat untukku. Sebab barang siapa yang membaca sholawat untukku sekali, maka Allah akan bershalawat padanya (memberi ampunan padanya) sebanyak sepuluh kali. Kemudian mintalah wasilah pada Allah untukku. Sebab wasilah itu adalah tempat di surga yang hanya diperuntukkan bagi hamba Allah, aku berharap akulah yang mendapatkannya. Siapa yang meminta untukku wasilah seperti itu, dialah yang berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR Muslim).

Doa Setelah Adzan Lengkap dengan Artinya

Menukil buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al Faifi, berikut doa sesudah adzan yang diriwayatkan oleh Al Bukhari. Doa ini diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ اِنَكَ لاَ تُخْلِفُ اْلمِيْعَاد

Bacaan latin: Allahumma rabba haadzihid da’watit taammah. Wash shalaatil qaa-imah. Aati muhammadal wasiilata wal fadhiilah, wab’atshu maqoomam mahmuudal ladzii wa’adtahu innaka la tukhliful mi’ad.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang sempurna dan memiliki sholat yang didirikan. Berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah dia ke tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau telah janjikan.”

Khusus untuk adzan magrib, seorang muslim bisa menambahkan bacaan sebagai berikut:

اللّٰهُمَّ هَذَا إِقْبَالُ لَيْلِكَ وإدْبَارُ نَهَارِكَ وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ فَاغْفِرْ ليْ

Arab latin: Allahumma hadza iqbalu lailika wa idbaru naharika wa ashwatu du’aika faghfir lii.

Artinya: “Ya Allah, ini menjelang datang malam-Mu, dan telah berlalu siang-Mu, telah diserukan seruan-Mu, maka ampunilah aku.”

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Tobat 100 Kali Sehari, Ternyata Ini Istighfar yang Rasulullah SAW Baca


Jakarta

Setiap manusia tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Karena itu, hendaknya kita tobat dan memohon ampunan Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW yang memiliki sifat maksum saja senantiasa bertobat kepada-Nya setiap hari.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Jami’us Sirah mengemukakan bahwa Nabi SAW adalah manusia yang paling banyak tobatnya. Beliau juga adalah manusia yang paling sering beristighfar. Para sahabat mendengar beliau membaca istighfar lebih dari 100 kali dalam sekali duduk.

Dalam sejumlah hadits disebutkan pula kalau Rasul SAW bertobat dan meminta ampun lebih dari 70 kali atau sebanyak 100 kali setiap harinya. Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA bahwa beliau SAW bersabda:


“Wahai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya aku (sendiri) bertobat kepada-Nya sebanyak 100 kali dalam sehari.” (HR Ahmad [4/211] dan Muslim [2702])

Abu Hurairah RA mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, sungguh aku beristighfar kepada Allah SWT dan bertobat kepada-Nya dalam sehari sebanyak lebih dari 70 kali.'” (HR Bukhari)

Nabi SAW selalu bertobat dan memohon ampunan Allah SWT setiap harinya sekalipun dosa-dosa beliau di masa lalu maupun di masa mendatang telah diampuni oleh-Nya. Beliau SAW bersabda: “Sesungguhnya, qalbuku tidak akan terhibur kecuali setelah aku beristighfar kepada Allah SWT dalam satu hari 100 kali.” (HR Muslim)

Dari hadits-hadits di atas dapat diketahui jelas bahwa Nabi SAW bertobat dan memohon ampunan Allah SWT hingga 100 kali setiap harinya. Beliau melakukan itu karena hatinya merasa tenang setelah beristighfar.

Sebagai manusia biasa tentu kita harus malu dengan Rasul SAW. Lantaran kita tidak seperti beliau yang dosanya telah diampuni dan maksum (terhindar dari perbuatan dosa), serta kita hanyalah manusia biasa yang sering melakukan dosa dan kesalahan.

Karenanya marilah kita bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Kita bisa mulai dengan cara termudah, yakni mengikuti bacaan istighfar yang Nabi SAW baca. Seperti apa redaksi istighfar yang beliau lafalkan dalam tobat hariannya?

Bacaan Istighfar 100 Kali Rasulullah SAW

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar memberi tahu bacaan istighfar yang dibaca Nabi SAW dalam tobat hariannya. Dia menukil riwayat dari Ibnu Umar RA dalam kitab Sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.

Ibnu Umar RA mengatakan bahwa Rasul SAW membaca istighfar sebanyak 100 kali setiap harinya dengan redaksi berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Latin: Raabbighfir lii watub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim.

Artinya: “Ya Allah Tuhanku, ampunilah aku dan berikanlah tobat atasku, sungguh Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih.”

Imam Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini hasan.

Keutamaan Istighfar

Bertobat dan memohon ampunan Allah SWT dengan istighfar bukanlah perkara yang sepele. Pasalnya, dosa dan kesalahan yang dimiliki pembaca istighfar akan terampuni.

Sayyidah Aisyah RA pernah menuturkan: “Nabi SAW bersabda kepadaku, ‘Apabila engkau melakukan sebuah dosa, mohon ampunlah kepada Allah SWT dan segera bertobatlah kepada-Nya. Niscaya akan diterima serta engkau akan diampuni dari dosa tersebut.'” (HR Nasa’i)

Bukan hanya dosa dan kesalahannya diampuni, istighfar juga punya keistimewaan lain. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Siapa saja yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah SWT akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalah, melapangkan kesempitannya, dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)

Demikian, marilah kita semua bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT, minimal dengan melafalkan bacaan istighfar. Bisa dengan membaca redaksi istighfar Rasulullah SAW di atas.

(fds/fds)



Sumber : www.detik.com

Ini yang Dilakukan Rasulullah ketika Sedih dan Gundah


Jakarta

Rasulullah SAW pernah dilanda kesedihan dan kegundahan semasa hidupnya. Sejumlah riwayat menyebut beliau senantiasa membaca doa untuk mengatasi kesedihan dan kegundahan itu.

Riwayat tersebut dijelaskan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Zadul Ma’ad yang diterjemahkan Tim Griya Ilmu. Riwayat-riwayat ini termuat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Jami’ At-Tirmidzi, Musnad Ahmad, dan Sunan Abu Dawud.

Baca Ya Hayyu Ya Qayyum

Disebutkan dalam Jami’ At-Tirmidzi melalui riwayat Anas RA, Rasulullah SAW mengucapkan ya Hayyu ya Qayyum apabila bersedih karena suatu hal. Berikut bacaan selengkapnya.


يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْتُ

Ya Hayyu, ya Qayyum birahmatika astaghitsu

Artinya: “Ya Allah Al-Hayyu (Yang Mahahidup), Al-Qayyum (Yang Maha Terjaga), dengan rahmat-Mu aku memohon keselamatan.”

At-Tirmidzi mengeluarkan hadits tersebut dalam Ad-Da’awaat. Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan dalam sanadnya terdapat Yazid bin Abaan Ar-Raqaasyi, seorang rawi yang dhaif.

Baca Doa Qurb

Ibnu Abbas RA turut meriwayatkan hadits sebagaimana termuat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, saat tertimpa kesusahan Rasulullah SAW biasa berdoa dengan bacaan:

لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمِ الْحَلِيمِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ ، وَرَبُّ الْأَرْضِ، رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Laa ilaaha illallaahul ‘Azhimul Haliim. Laa ilaaha illallaahu Rabbul ‘arsyil ‘azhiim. Laa ilaaha illallaahu Rabbus-samaawaati sab’i wa Rabbul ardhi wa Rabbul ‘arsyil kariim

Artinya: “Tidak ada yang berhak disembah secara benar melainkan Allah yang Mahaagung dan Mahalembut. Tidak ada yang berhak disembah secara benar melainkan Allah, Rabb dari Arsy yang agung. Tidak ada yang berhak disembah secara benar melainkan Allah, Rabb dari langit (yang tujuh), Rabb dari bumi serta Rabb dari Arsy yang mulia.”

Imam Bukhari mengeluarkan hadits tersebut dalam Ad-Da’awaat bab Ad Du’a ‘Indal Karbi dan Muslim mengeluarkannya dalam Adz-Dzikr wad Du’aa bab Du’a al-Karbi.

Baca Kalimat Tasbih

Menurut riwayat lain yang berasal dari Abu Hurairah RA, saat mengalami kegundahan karena suatu hal, Rasulullah SAW memandang ke langit seraya berkata,

سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Subhanallahil ‘azhim

Artinya: “Mahasuci Allah yang Mahaagung.”

Namun, apabila Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh dalam doanya, beliau mengucapkan,

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ

Ya Hayyu ya Qayyum

Riwayat di atas dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Ad-Da’awaat bab Maa Yaquulu ‘Inda al-Karbi. Dikatakan, dalam sanadnya terdapat Ibrahim bin Al-Fadhl Al-Makhzumi, seorang perawi yang matruk (dituduh dusta).

Dalam Sunan Abu Dawud terdapat riwayat dari Abu Bakar Ash-Shiddiq saat Rasulullah SAW mengajarkan doa untuk menghadapi musibah. Doa yang dimaksud sebagai berikut,

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُوْ؛ فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ؛ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya: “Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri biarpun sekejap mata. Perbaikilah segala urusanku, tidak ada yang berhak disembah secara benar melainkan Engkau.”

Hadits tersebut turut diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Bukhari dalam Al-Adabu Al-Mufrad. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ila Hadrotin Nabiyil Mustofa untuk Tahlil dan Doa Arwah



Jakarta

Bacaan ila hadrotin nabiyil mustofa sering digunakan sebagai pengantar dalam membacakan Al-Fatihah. Bacaan ini biasanya dipakai saat mengawali pembacaan tahlil, doa arwah, bahkan untuk berbagai kegiatan yang dimulai dengan membaca Al-Fatihah.

Simak artikel ini untuk mengetahui bacaan ila hadrotin nabiyil mustofa. Simak juga bacaan tahlil dan doa arwah lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan terjemahannya.

Bacaan Ila Hadrotin Nabiyil Mustofa dan Artinya

إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَأَوْلَادِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ الْفَــاتِحَةُ


Arab latin: Ila ḫadlratin-nabiyyil-musthafâ sayyidinâ Muḫammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama wa âlihi wa azwâjihi wa awlâdihi wa dzurriyyâtihi al-fâtiḫah

Artinya: “Kepada yang terhormat Nabi Muhammad ﷺ, segenap keluarga, istri-istrinya, anak-anaknya, dan keturunannya. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah…”

Urutan Bacaan Tahlil dan Doa Arwah

Dimulai dengan membaca ila hadrotin nabiyil mustofa, berikut ini urutan dari bacaan tahlil dan doa arwah:

Membaca Pengantar Surat Al Fatihah

ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا إِلَى سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِي وَخُصُوْصًا إِلَى مُؤَسِّسِيْ جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ الْفَــاتِحَةُ

Arab latin: Tsumma ilâ ḫadlrati ikhwânihi minal-anbiya’i wal-mursalîn wal-auliya’i wasy-syuhadâ’i wash-shâlihîn wash-shaḫâbati wat tâbi’în wal-‘ulamâ’il-‘âmilîn wal-mushannifînal-mukhlishîn wa jamî’il-malâikatil-muqarrabîn, khusûshan ilâ sayyidinâsy-syaikh ‘abdil qâdir al-jîlânî wa khushûshan ilâ muassisî jam’iyyah Nahdlatil Ulama, al-fâtiḫah

Artinya: “Lalu kepada segenap saudara beliau dari kalangan pada nabi, rasul, wali, syuhada, orang-orang saleh, sahabat, tabi’in, ulama al-amilin (yang mengamalkan ilmunya), ulama penulis yang ikhlas, semua malaikat Muqarrabin, terkhusus kepada Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan para pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua (dilanjutkan membaca surat Al-Fatihah).”

Membaca Surat Al Fatihah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ

Arab latin: Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil aalamiin. Ar Rohmaanir rohiim. Maliki Yaumiddin. Iyya Kana’budu wa iyyaka nasta’in. Ihdinash shiroothol mustaqiim. Shirathal ladziina an’amta’ alaihim ghairil maghdubi alaihim waladhaalin.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,”

Membaca Surat Al Ikhlas 3 Kali

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ. اَللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكٌنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ

Arab latin: Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul huwallahu ahad, allahu samad, lam yalid walam yalid, walam yakul lahu kufuwan ahad (3X)

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah (Nabi Muhammad), Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

Membaca Tahlil dan Takbir

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Arab latin: Laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar

Artinya: “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”

Membaca Surat Al Falaq

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَاثاتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Arab latin: Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul a’udzu birabbil falaq. Min Syarri maa khalaq. Wamin Syarri ghaasiqin idzaa waqob. Wamin Syarri Nafasati Fil uqad. Wamin Syarril hasidin idza hasad.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

Membaca Tahlil dan Takbir

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Arab latin: Laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar

Artinya: “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”

Membaca Surat An Nas

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. اِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Arab latin: Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul a’uudzu birabbi nnaas. Malikinnaas. Ilaahinnaas. Min Syarril was waasil khannas. Alladzi yuwas wisufi sudurinnas. Minal jinnati wannaas.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

Membaca Tahlil dan Takbir

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Arab latin: Laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar

Artinya: “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”

Kembali Membaca Surat Al Fatihah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ

Arab latin: Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil aalamiin. Ar Rohmaanir rohiim. Maliki Yaumiddin. Iyya Kana’budu wa iyyaka nasta’in. Ihdinash shiroothol mustaqiim. Shirathal ladziina an’amta’ alaihim ghairil maghdubi alaihim waladhaalin.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,”

Membaca Surat Al Baqarah Ayat 1-5

المّ. ذَلِكَ الكِتابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدَى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا اُنْزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْاَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. اُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ، وَاُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ .

Arab latin: Alif laam miim. Dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudan lil muttaqin. Alladziina yu’minuuna bil ghoibi wayukimunas sholata wa mimma rozakna hum yunfiquuna. Walladziina yu’minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila minqoblika wabil aakhirati hum yuuqinuun. Ulaaika’ min rabbihim wa ulaika humul muflihuun.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alif Lām Mīm. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Membaca Surat Al Baqarah Ayat 163

وَاِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَّاحِدٌ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Arab latin: Wa ilaahukum ilaahuw waahid, laa ilaaha illaa huwar-rahmaanur-rahiim

Artinya: “Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Membaca Ayat Kursi (Surat Al Baqarah ayat 255)

اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَاْ خُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَّهُ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَينَ اَيْدِيْهِمِ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلاَ يُحْيِطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ اِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ، وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمُا، وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ

Arab latin: Allahu laa ilaaha illaa huwal-hayyul-qayyum, laa ta’khudzuhu sinatuw wa laa naum, lahu maa fis-samaa waati wama fil-ar, man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi’idznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum, wala yuhituna bisya’in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus-samaawaati wal-ard, wala ya’uduhu hifzuhumaa, wa huwal-‘aliyyul-‘aziim.

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

Membaca Surat Al Baqarah Ayat 284-286

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Arab latin:

Lillahi maa fis samaawaati wamaa fil ardli, wa in tubduu maa fii anfusikum autukhfuuhu yuhaasibkum bihillaah. Fa yaghfiru limay yasyaa u wa yu’adzibu man yasyaa wallaahu ‘alaa kulli syai-in qadiir.

Aamanar rasuulu bimaa unzila ilaihi mirrabbihii wal muu’minuun kullun amana billahi wa malaikatihi wa kutubihi wa rusulihi, laa nufarriqu baina ahadin min rusulihi waqaaluu sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir.

Laa yukallifullaahu illaa wus ‘ahaa, lahaa maa kasabat wa ‘alaihaa maktasabat, rabbanaa laa tu’aakhidznaa in nasiinaa au akhtha’naa, rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahu ‘alalladziina min qablina, rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihii. (Wa’fu ‘annaa, waghfir-lanaa warhamnaa) anta maulaanaa ‘alal qaumil kaafiriin.

Artinya: “Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorangpun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”

Membaca Surat Hud Ayat 73 3 Kali

إِرْحَمْنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Arab latin: Irhamna ya arhamarrohimin

Artinya: “Kasihani kami, wahai Tuhan yang Maha Pengasih.” (3 kali)

Dilanjut dengan bacaan berikut,

رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Arab latin: Rahmatullahi wa barakatuh ‘alaikum ahlal baiti innahu hamiidun majiid.

Artinya: “Rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Membaca Surat Al Ahzab Ayat 33

إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا

Arab latin: Innamaa yuridullahu liyudhiba ‘ankumurrijsa ahlal baiti wa yuthohhirakum tathhiiran

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya hendak menghilangkan dosa darimu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

Membaca Surat Al Ahzab Ayat 56

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا

Arab latin: Innallaha wa malaaikatahu yusholluuna ‘alan nabiyyi yaa ayyuhalladziina aamanuu shollu ‘alaihi wasallimu tasliimaa

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Membaca Sholawat Nabi 3 Kali

أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

Arab latin: Allahumma sholli afdholas sholati ‘ala as’adi makhluqotika nuril huda sayyidinaa wa maulanaa muhammadin wa ‘ala alihi sayyidinaa muhammad. ‘Adadama ma’lumaatika wa midaada kalimaatika kullamaa dzakaraka rzaakirun. Wa ghofala ‘andzikrikal ghoofiluun

Artinya: “Ya Allah, tambahkanlah rahmat dan kesejahteraan untuk pemimpin dan tuan kami Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, sebanyak pengetahuan-Mu dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Mu pada saat zikir orang-orang yang ingat dan pada saat lengah orang-orang yang lalai berzikir kepada-Mu.”

Membaca Salam Nabi SAW

وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ

Arab latin: Wasallim waradhiyallagu ta’ala ‘an ash haabi sayyidina rasulillahi ajma’in

Artinya: “Semoga Allah yang Maha Suci dan tinggi meridhoi para sahabat dari pemimpin kami (Rasulullah).”

Membaca Surat Ali Imran Ayat 173

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

Arab latin: Hasbunallah wani’mal wakiil

Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

Membaca Surat Al Anfal Ayat 40

نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Arab latin: Ni’mal maula wani’man nashiir

Artinya: “Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”

Membaca Doa

وَلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Arab latin: Walaa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhiim

Artinya: “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan agung.”

Membaca Istighfar 3 Kali

اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ

Arab latin: Astaghfirullahal ‘adziim

Artinya: “Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.” (3 kali).

Membaca Dzikir dan Tahlil

أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَوْجُوْدٌ

Arab latin: Afdlaludz dzikri fa’lam annahu lâ ilâha illallâhu ḫayyun maujûd(un)

Artinya: Sebaik-baik dzikir-ketahuilah-adalah lafal ‘Lâ ilâha illallâh’, tiada tuhan selain Allah, Dzat yang Mahahidup dan Wujud.

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَعْبُوْدٌ

Arab latin: La ilâha illâllâhu ḫayyun ma’bûd

Artinya: Tiada tuhan selain Allah, Dzat yang mahahidup dan disembah.”

لَاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، حَيٌّ بَاقٍ

Arab latin: La ilâha illâllâhu ḫayyun bâq

Artinya: Tiada tuhan selain Allah, Dzat yang Mahahidup dan kekal.

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ ×١٠٠

Arab latin: La ilâha illâllâh 100x

Artinya: Tiada tuhan selain Allah (100 kali).

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ ×٢

Arab latin: Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muḫammadin, Allâhumma shalli ‘alaihi wa sallim

Artinya: Ya Allah, limpahkan rahmat takzim dan keselamatan kepada pemimpin kami, Nabi Muhammad (2 kali).

سُبْحَــانَ اللهِ عَدَدَ مَـــا خَلَقَ اللهُ ×٧

Arab latin: Subḫânallâhi ‘adada mâ khalaqallâhu

Artinya: Mahasuci Allah sebanyak makhluk yang Allah ciptakan (7 kali).

سُبحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ ×٣٣

Arab latin: Subḫânallâhi wa biḫamdihi subḫânallâhil ‘adhîm

Artinya: Mahasuci Allah dengan segala pujian untuk-Nya. Mahasuci Allah yang Mahaagung (33 kali)

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ ×٢

Arab latin: Allâhumma shalli ‘alâ ḫabîbika sayyidinâ Muḫammadin wa âlihi wa shaḫbihi wa sallim 2x

Artinya: Ya Allah, limpahkan rahmat takzim dan keselamatan kepada kekasih-Mu, pemimpin kami, Nabi Muhammad, berikut keluarga dan sahabatnya (2 kali).

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ أَجْمَعِيْنَ

Arab latin: Allâhumma shalli ‘alâ ḫabîbika sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi wa shaḫbihi wa bârik wa sallim ajma’în

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada kekasih-Mu, pemimpin kami, Nabi Muhammad, berikut keluarga dan sahabatnya. Limpahkanlah pula berkah dan keselamatan kepada mereka semua.

Doa Arwah

Berikut ini bacaan doa arwah lengkap:

﴿الدعاء﴾ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ، حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُّوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحِمَّدٍ

Arab latin: A’ûdzubillâhi minasy-syaithâr-rajîm, bismillâhir-raḫmânir-raḫîm, al-ḫamdulillâhi rabbil-‘alamîn, ḫamdasy syâkirin, ḫamdan nâ’imîn, ḫamdan yuwâfî ni’amahu wa yukâfî’u mazîdah(u), yâ rabbanâ lakal-ḫamdu kamâ yanbaghî lijalâli wajhika wa ‘adhîmi sulthânika, allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ Muḫammadin.

Artinya: Aku berlindung diri kepada Engkau dari setan yang di rajam. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, sebagaimana orang-orang yang bersyukur dan orang yang memperoleh nikmat sama memuji, dengan pujian yang sesuai dengan nikmatnya dan memungkinkan di tambah nikmatnya. Tuhan kami, hanya Engkau segala puji, sebagaimana yang patut terhadap kemuliaan Engkau dan keagungan Engkau. Ya Allah tambahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada penghulu kami Nabi Muhammad dan kepada keluarganya.

اَللّٰهُمَّ تَقَبَّلْ وَأَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَاْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْنَا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً إِلَى حَضَرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِلَى جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْن، خُصُوْصًا إِلَى سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِيّ، ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا إِلَى آبَائِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا، وَنَخَصُّ خَصُوْصًا إِلَى مَنِ اجْتَمَعْنَا هٰهُنَا بِسَبَبِهِ وَلِأَجْلِهِ

Arab latin: Allâhumma taqabbal wa aushil tsawâba mâ qara’nâhu minal-qur’anil-‘adhîmi wa mâ hallalnâ wamâ sabbaḫnâ wamâstaghfarnâ wamâ shallainâ ‘alâ sayyidinâ Muḫammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallamâ hadiyyatan wâshilatan wa raḫmatan nâzilatan wa barakatan syâmilatan ilâ ḫadlrati ḫabîbinâ wa syafî’nâ wa qurrati a’yuninâ sayyidinâ wa maulana Muḫammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallamâ, wa ilâ jamî’i ikhwânihi minal-anbiyâ’i wal mursalîna wal-auliyâ’i wasy-syuhadâ’i wash-shaliḫina wash-shaḫâbati wat-tâbi’înâ wal-‘ulamâ’il-‘âmilîna wal-mushannifînal-mukhlashîna wa jamî’il-mujâhidînâ fî sabîlillâhi rabbil-‘âlamîna wal-malâ’ikatil-muqarrabîna, khusûshan ilâ sayyidinâsy-Syaikhi Abdil Qâdir al-Jîlâni, tsumma ilâ arwâhi jami’i ahlil-qubûri minal-muslimînâ wal-muslimâti wal-mu’minînâ wal-mu’minâti min masyâriqil-ardli wa maghâribihâ barrihâ wa baḫrihâ khusushan ilâ âbâ’inâ wa ummahâtinâ wa ajdâdinâ wa jaddâtinâ, wa nakhushshu khusûshan ilâ man ijtama’nâ hahunâ bisababihi wa liajlihi.

Artinya: Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala ayat-ayat Quranul ‘adhim yang telah kami baca, tahlil kami, tasbih dan istighfar kami, dan bacaan shalawat kami kepada penghulu kami Nabi Muhammad dan kepada keluarganya. Sebagai hadiah yang bisa sampai, rahmat yang turun, dan berkah yang cukup kepada kekasih kami, penolong dan buah mata kami, penghulu dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, kepada semua temannya dari para Nabi dan para Utusan, kepada para wali, pahlawan yang gugur (Syuhada), orang-orang yang salih, para sahabat, dan tabi’in (para pengikutnya); kepada para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, kepada semua pejuang di jalan Allah (membela agama-Nya), Allah raja seru sekalian alam; dan kepada para Malaikat muqarrabin, terutama Syekh Abdul Qadir al-Jilani, kemudian kepada ahli kubur, muslim yang laki-laki dan yang perempuan, mukmin yang laki-laki dan yang perempuan, dari dunia timur dan barat di darat dan di laut, terutama lagi kepada bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, nenek-nenek kami yang laki-laki dan yang perempuan, lebih terutama lagi kepada orang yang menyebabkan kami sekalian berkumpul di sini dan untuk keperluannya.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ، اَللّٰهُمَّ أَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ أَهْلِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ

Arab latin: Allâhummaghfirlahum warḫamhum wa ‘âfihim wa’fu ‘anhum, allâhumma anzilir-raḫmata wal-maghfirata ‘alâ ahlil-qubûri min ahli lâ ilâha illallâhu muḫammadur-rasûlullahi

Artinya: Ya Allah ampunilah mereka, kasihanilah mereka, dan maafkanlah mereka. Ya Allah turunkanlah rahmat, dan ampunan kepada ahlul kubur yang ahli mengucapkan “Laa ilaaha illaallah, Muhammadur rasulullah” (Tidak ada tuhan selain Allah, Muhammad Utusan Allah).

رَبَّنَا أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَّارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَّارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، اَلْفَاتِحَة

Arab latin: Rabbanâ arinâl-ḫaqqa ḫaqqan warzuqnât-tibâ’ah, wa arinâl-bâthila bâthilan warzuqnâj tinâbah. Rabbanâ âtinâ fid-dunyâ ḫasanatan wa fil-âkhirati ḫasanatan wa qinâ ‘adzaban-nâr. Subḫâna rabbika rabbil-‘izzati ‘ammâ yashifun, wa salamun ‘alal-mursalîn, wal-ḫamdulillâhi rabbil-‘âlamîn. Al-fâtiḫah..

Artinya: Tuhan kami, tunjukkanlah kami kebenaran dengan jelas, jadikanlah kami pengikutnya, tunjukkanlah kami perkara batil dengan jelas, dan jadikanlah kami menjauhinya. Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka, Maha Suci Tuhanku, tuhan yang bersih dari sifat yang diberikan oleh orang-orang kafir, semoga keselamatan tetap melimpahkan kepada para Utusannya dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian Alam. Al Fatihah.

Demikian tadi bacaan ila hadrotin nabiyil mustofa untuk pengantar Al-Fatihah, tahlil, hingga doa arwah, lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan artinya.

(bai/row)



Sumber : www.detik.com

Ayat dan Hadits Tentang Kemerdekaan Serta Cinta Tanah Air


Jakarta

Mensyukuri kemerdekaan Republik Indonesia (RI) bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan agama. Tak sedikit ulama yang mengatakan bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman.

Bahkan disebutkan ada dalil yang berisi tentang kemerdekaan dan cinta tanah air. Simak artikel ini untuk mengetahui ayat dan hadits tentang kemerdekaan serta cinta tanah air.

Arti Kemerdekaan dalam Islam

Dikutip dari Mimbar Jumat 4 Muharram 1443 H/13 Agustus 2021 M dari situs Masjid Istiqlal, kemerdekaan berbangsa dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Istiqlal. Tafsir Al-Istiqlal adalah al-Taharrur wa al-Khalash min ayy Qaydin wa Saytharah Ajnabiyyah, yang berarti bebas dan terlepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain.


Bisa juga diartikan sebagai kemerdekaan individu, yaitu al-Qudrah ‘ala al-Tanfidz ma’a In’idam Kulli Qasr wa ‘Unf min al-Kharij. Artinya adalah kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.

Dengan demikian, kemerdekaan adalah bebas dari segala bentuk penindasan bangsa lain. Kata lainnya adalah al-hurriyyah yang diartikan sebagai kebebasan. Dari kata ini terbentuk kata al-tahrir yang artinya pembebasan. Maka orang yang bebas atau merdeka disebut sebagai al-hurr, lawan katanya adalah al-‘abd (budak).

Ayat Al-Qur’an Tentang Kemerdekaan dan Cinta Tanah Air

Dikutip dari situs Kemenag, dalil pertama tentang kemerdekaan dan cinta tanah yaitu bersumber dari Al-Qur’an. Beberapa ayat yang menerangkan hal ini antara lain sebagai berikut:

1. Surat Al-Isra Ayat 70

Dalam Al-Qur’an surat al-Isra ayat 70 dijelaskan bahwa setiap manusia berhak hidup mulia.

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Untuk mencapai kemuliaan ini, lslam menjamin kehidupan adil, aman secara jasmani dan rohani, serta merdeka dari penindasan.

2. Surat Al-Mumtahanah Ayat 8

Disampaikan oleh Prof Dr Quraish Shihab, mencintai tanah air sama kedudukannya dengan membela agama. Hal ini sesuai dengan Al-Quran surat Al Mumtahanah ayat 8 yang bunyinya:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Untuk itu, para ulama menyerukan kewajiban umat Islam untuk mengikuti jihad fi sabilillah melawan penjajah dan menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.

Hadits Tentang Kemerdekaan dan Cinta Tanah Air

Selain dari ayat Al-Qur’an, ada banyak hadits tentang kemerdekaan dan cinta tanah air. Berikut ini beberapa hadits yang dikutip dari NU Online:

1. Hadits Menjaga Keselamatan

Hadits tentang kemerdekaan yang pertama adalah tentang menjamin keselamatan sesama muslim. Rasulullah bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang Muslim adalah orang yang sanggup menjamin keselamatan orang-orang Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Bukhari).

2. Hadits Rasulullah Mencintai Madinah

Hadits selanjutnya adalah mengenai sikap Rasulullah saat hendak tiba di Madinah. Dalam hadits ini dijelaskan betapa Nabi SAW mencintai kota di negara kelahirannya.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ……. وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany dalam kitabnya berjudul Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari (Beirut, Dar Al-Ma’rifah, 1379 H, Juz 3, hal. 621), menjelaskan bahwa hadits di atas memiliki makna tentang keutamaan kota Madinah, dan syariat tentang cinta tanah air.

3. Hadits Tentang Doa Nabi untuk Madinah

Rasulullah juga menunjukkan kecintaannya kepada Madinah melalui doanya. Tak heran, Madinah menjadi kota yang paling penuh berkah. Berikut hadits yang berisi doa untuk Madinah:

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (رواه البخارى)

Artinya: “Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah” (HR Bukhari).

Nah, itulah berbagai dalil, baik ayat Al-Qur’an maupun hadits tentang kemerdekaan dan cinta tanah air. Jadi, kita sebagai muslim dan warga Indonesia, harus selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini.

(bai/row)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Yunus untuk Apa? Benarkah dapat Mengabulkan Hajat?


Jakarta

Dalam Islam, doa adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Allah SWT. Melalui doa, kita dapat menyampaikan segala keluhan, harapan, dan permohonan kita.

Doa Nabi Yunus merupakan salah satu doa populer yang sering kita bacakan sebagai kaum Muslim. Lantas, doa Nabi Yunus untuk apa?

Bacaan Doa Nabi Yunus

Menurut buku Mutiara Doa Para Nabi dan Rasul dari Al-Qur’an dan Hadis karya Ahmad Suhendra, doa ini dibaca oleh Nabi Yunus AS ketika berada dalam perut ikan paus untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT.


Berikut ini adalah doa Nabi Yunus lengkap, Arab, Latin, dan artinya:

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazzaalimiin

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Doa Nabi Yunus ini merupakan potongan dari surat Al-Anbiya ayat 87. Allah SWT berfirman,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧

Artinya: “(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim’.”

Doa Nabi Yunus untuk Apa?

Dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi karya Syamsuddin Noor, dijelaskan bahwa dalam kitab Fathul Mu’in karya Imam Zainuddin bin Abdul ‘Aziz Al Malebari, disebutkan bahwa doa Nabi Yunus dapat diamalkan ketika seseorang memohon petunjuk saat menghadapi kesulitan.

Selain itu, doa ini juga dianjurkan untuk dibaca ketika seseorang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga mengungkapkan keistimewaan doa Nabi Yunus AS. Doa ini disebut dapat mengabulkan permohonan dari seorang muslim kepada Allah SWT.

دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Artinya: “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: ‘Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin’ Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR At Tirmidzi).

Keistimewaan Doa Nabi Yunus

Doa Nabi Yunus AS memiliki keutamaan yang luar biasa. Umat Muslim dianjurkan untuk mengucapkan doa Nabi Yunus AS agar mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Berdasarkan buku Tadabbur Doa Sehari-hari karya Jumal Ahmad, terdapat beberapa hadis yang menjelaskan keutamaan doa Nabi Yunus AS. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash RA, di mana Nabi SAW bersabda:

“Doa Nabi Yunus tatkala ia berada di dalam perut ikan: Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Sesungguhnya tak seorang muslim yang berdoa kepada Rabb-nya dengan doa tersebut dalam kondisi apapun kecuali Allah akan mengabulkan untuknya.” (HR Tirmidzi)

Selain itu, daram riwayat Al-Hakim, Rasulullah juga bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu sesuati jika kamu ditimpa suatu masalah atau ujian dalam urusan dunia ini, kemudian berdoa dengannya yaitu, doa Dzun Nun atau Nabi Yunus.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Sulaiman Mengusir Semut, Jangan Dibunuh!


Jakarta

Doa Nabi Sulaiman untuk mengusir semut dapat menjadi salah satu cara alternatif dalam mengatasi kehadiran semut di rumah. Semut adalah serangga kecil yang sering kita temui di berbagai tempat, termasuk di dalam rumah.

Semut termasuk hewan yang dilarang dibunuh. Dalam kitab Hadis Qudsi susunan Imam an-Nawawi dan Imam Qasthalani yang diterjemahkan Abu Firly Bassam Taqiy terdapat sebuah hadits yang menyatakan hal ini, Ibnu Abbas berkata:

“Sesungguhnya Nabi melarang membunuh empat binatang, yaitu semut, lebah, burung hudhud, dan burung shurad.”


Selanjutnya Al-Qasthalani menyatakan bahwa larangan membunuh semut itu dikhususkan kepada semut besar, sedangkan semut kecil diperbolehkan untuk membunuhnya. Imam Malik menyatakan bahwa makruh hukumnya membunuh semut kecuali jika ia membahayakan dan tidak dapat menolaknya kecuali dengan membunuhnya.

Mengutip buku Hadis Shahih Bukhari-Muslim Jilid 3 oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, larangan membunuh semut juga diceritakan dalam salah satu hadits Abu Hurairah, beliau bersabda:

“Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Seekor semut menyengat seorang nabi dan para nabi yang ada, lalu dia memerintahkan untuk mendatangi sarang semut, maka dibakarlah sarang semut itu. Maka Allah mewahyukan kepadanya, “Apakah hanya seekor semut menyengat kamu, lalu engkau membakar satu umat dari umat-umat yang bertasbih (mensucikan Allah)?” (HR Bukhari)

Dari uraian di atas, Islam melarang membunuh semut. Oleh sebab itu penting sekali bagi kita mengetahui doa Nabi Sulaiman saat mengusir semut sebagai alternatif untuk tidak membunuh semut.

Doa Nabi Sulaiman Mengusir Semut

Bersumber dari buku karya Adil Mustafa Abdul Karim yang berjudul Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an, doa mengusir semut telah diajarkan Nabi Sulaiman kepada rombongannya saat berada di lembah di negeri Syam yang banyak dihuni semut. Kisah ini tercantum dalam surah An-Naml ayat 18:

حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Arab latin: Hattaa idzaa atau ‘alaa waadin-namli qaalat namlatuy yaa ayyuhan-namludkhulụ masaakinakum, laa yahṭimannakum sulaimaanu wa junuduhụ wa hum laa yasy’urụn

Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Nabi Sulaiman dan Tentara Semut

Ada sebuah kisah antara Nabi Sulaiman dan tentara semut sebagaimana diceritakan dalam Tafsir Qashashi Jilid III karya Syofyan Hadi. Suatu hari, Nabi Sulaiman mengumpulkan pasukan dari berbagai golongan, termasuk jin, manusia, dan burung, untuk mengadakan parade.

Melihat Nabi Sulaiman dan rombongannya yang sangat banyak, ratu semut memerintahkan pasukannya untuk menghindar dan memberi jalan. Semut-semut tersebut kemudian bersembunyi di dalam lubang-lubang agar tidak terinjak Nabi Sulaiman dan rombongannya.

Sebagai Nabi yang diberi mukjizat dapat berbicara dengan hewan, Nabi Sulaiman mendengar perkataan yang diucapkan semut-semut itu. Beliau kemudian membaca doa agar hewan kecil itu diberi petunjuk oleh Allah SWT.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com