Tag Archives: renovasi masjid

Bukan Masjid Nabawi! Ini Masjid Pertama yang Dibangun Nabi Muhammad


Jakarta

Banyak yang mengira Masjid Nabawi adalah masjid pertama dalam Islam. Padahal, masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW adalah Masjid Quba. Simak sejarah lengkapnya berikut ini.

Pada masa kenabian Nabi Muhammad SAW, masjid memiliki fungsi yang sangat penting, tidak hanya sebagai tempat ibadah. Masjid juga menjadi pusat aktivitas umat Islam, tempat bermusyawarah, dan wadah pemersatu kaum Muslimin.

Salah satu masjid bersejarah yang memainkan peran sentral dalam awal peradaban Islam adalah Masjid Quba. Masjid ini menjadi masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW, bahkan sebelum Masjid Nabawi berdiri.


Sejarah Pembangunan Masjid Quba

Dalam buku Khazanah Peradaban Islam di Timur dan Barat karya Abdul Syukur al-Azizi, dijelaskan bahwa saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah ke Madinah, mereka disambut hangat oleh kaum Anshar, terutama dari kalangan Aus dan Khazraj.

Ketika tiba di kawasan Quba, Nabi Muhammad SAW singgah selama lima hari. Di sinilah beliau membangun sebuah masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Quba. Masjid ini dibangun di atas tanah milik keluarga Kaltsum bin Al-Hidm dari Kabilah Amir bin Auf yang mewakafkan lahannya untuk Rasulullah SAW.

Saat itu, Quba merupakan sebuah perkampungan di pinggiran kota Yatsrib (Madinah), terletak sekitar tiga kilometer di sebelah selatan. Rasulullah SAW bahkan rutin mengunjungi Masjid Quba setiap hari Sabtu untuk melaksanakan salat berjamaah dan menyampaikan dakwah.

Masjid Pertama dalam Sejarah Islam

Menurut Histori 72 Masjid di Tanah Suci dalam Khazanah Sunnah Nabi karya Brilly El-Rasheed, Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (bertepatan dengan 20 September 622 M). Lokasinya sekitar 5 kilometer di barat daya Kota Madinah.

Nama “Quba” sendiri berasal dari sebuah sumur di perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Auf, bagian dari Qabilah Al-Aus, kaum Anshar. Dalam perjalanan hijrah dari Makkah, Rasulullah SAW dan para sahabat sempat singgah di kampung ini, dan Rasul tinggal di rumah Kaltsum bin Al-Hidm untuk beberapa hari guna membangun Masjid Quba sebelum melanjutkan perjalanan ke pusat kota Madinah.

Perkembangan dan Renovasi Masjid Quba

Pada awalnya, Masjid Quba dibangun berbentuk persegi empat dengan tiga pintu. Renovasi pertama dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, yang memperluas masjid dan menambah jumlah pintu menjadi enam.

Selanjutnya, pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA, tiang-tiang dari batang pohon kurma diganti dengan batu, dan bangunan masjid diperbesar lagi. Kemudian pada masa Dinasti Umayyah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz memperbarui struktur Masjid Quba dan membangun menara adzan pertama dalam sejarah Islam.

Barulah setelah itu, masjid ini dilengkapi dengan kubah (qubah), mihrab, dan mimbar yang terbuat dari marmer. Salah satu bukti sejarah penting tentang Masjid Quba adalah sebuah prasasti beraksara Kufi yang mencatat bahwa renovasi besar-besaran dilakukan pada tahun 435 Hijriah.

Masjid Quba bukan hanya tempat ibadah biasa, tapi juga simbol awal kebangkitan umat Islam dalam membangun peradaban. Keistimewaannya pun diabadikan dalam Al-Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah SAW, salah satunya menyebutkan bahwa salat di Masjid Quba memiliki keutamaan besar, setara dengan pahala umrah.

Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 108:

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا۟ ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُطَّهِّرِينَ

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Saat umrah dan mengunjungi Madinah, jemaah sebaiknya mampir untuk salat di masjid Quba. Sebab, seorang muslim yang salat di masjid ini, pahalanya setara dengan umrah.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif RA, bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia salat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Masjid Agung Pati yang Rencananya Akan Direnovasi dengan Biaya Rp 15 Miliar



Jakarta

Masjid Agung Baitunnur Pati atau dikenal juga dengan Masjid Agung Pati adalah salah satu masjid bersejarah dan terbesar di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam, masjid ini juga menjadi landmark penting yang menyimpan perjalanan sejarah panjang, mulai dari masa pemerintahan bupati pada abad ke-19 hingga rencana renovasi modern di tahun 2025.

Lokasi dan Gaya Arsitektur Masjid Agung Pati

Dikutip dari laman Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Pati, Rabu (13/8/2025), Masjid Agung Baitunnur Pati terletak di sisi barat Alun-Alun Simpang Lima Pati, pusat keramaian dan kegiatan masyarakat kota. Di sebelah kiri (utara alun-alun) berdiri Kantor Bupati Pati dan Gedung DPRD Kabupaten Pati, menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan, sosial, dan keagamaan.


Lokasinya yang strategis membuat masjid ini selalu ramai oleh jamaah dan pengunjung dari berbagai daerah.

Keindahan Masjid Agung Baitunnur Pati terlihat dari kombinasi harmonis antara marmer putih pada lantai dan dinding bagian depan dengan ornamen kayu berwarna coklat yang memberikan kesan hangat dan anggun. Selain itu, masjid ini memiliki menara tunggal di sisi kiri yang terpisah dari bangunan utama, serta halaman belakang yang terhubung dengan Gedung Islamic Centre, tempat wudhu, dan kamar mandi melalui teras berkerikil dan kolam air yang unik.

Sejarah Pembangunan

Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1261 H / 1845 M oleh Raden Adipati Aryo Condro Adinegoro (Raden Bagus Mita), Bupati Pati yang memerintah antara 1829-1895 M. Bukti tahun pembangunan ini dapat dilihat pada prasasti kaligrafi Arab yang kini tersimpan di Masjid Gambiran, berbunyi:

“ibtidaa’u binaa’i hadza al-masjid fii sanah 1261 H / 1845 M”
(Artinya: Awal pembangunan masjid ini adalah pada tahun 1261 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1845 Masehi)

Pada awalnya, Masjid Agung Baitunnur memiliki atap berundak khas masjid kuno Jawa seperti Masjid Agung Demak, tanpa kubah.

Renovasi Pertama (1969)

Renovasi pertama dilakukan pada 1389 H / 1969 M, di masa Bupati A.K.B.P. Raden Soehargo Djojolukito. Pada periode ini, masjid mulai memiliki kubah di atas atap berundaknya, meskipun struktur berundak tetap dipertahankan. Renovasi ini juga menghilangkan menara depan yang sebelumnya berdiri megah.

Renovasi Kedua (1979-1980)

Renovasi kedua dilakukan di penghujung masa jabatan Bupati Kol. Pol. Drs. Edy Rustam Santiko dan selesai saat kepemimpinan Kol. Inf. Panoedjoe Hidayat. Desain baru karya arsitek Nu’man (ITB Bandung) ini mengubah total tampilan masjid. Kubah dan atap berundak dihilangkan, diganti dengan desain minimalis yang bertahan hingga sekarang.

Memiliki Mimbar Bersejarah Berusia 160 Tahun

Salah satu peninggalan bersejarah yang masih terjaga adalah mimbar kuno hadiah dari Raden Adipati Aryo Condro Adinegoro, diberikan sembilan tahun setelah pembangunan masjid, tepatnya pada 1270 H / 1854 M. Mimbar ini memiliki prasasti Arab Pegon yang mencatat waktu pemberian dan menjadi bukti autentik nilai sejarah masjid.

Rencana Renovasi 2025

Pemerintah Kabupaten Pati merencanakan renovasi besar Masjid Agung Baitunnur pada Agustus 2025 dengan alokasi anggaran Rp 15 miliar. Renovasi ini dikabarkan akan melibatkan arsitek terbaik untuk memperbarui wajah masjid tanpa menghilangkan nilai historisnya.

Dilansir dari laman RRI, Rabu (13/8/2025), Bupati Pati, Sudewo, menyampaikan bahwa proses renovasi akan memakan waktu sekitar empat bulan. Selama periode tersebut, masjid akan ditutup sementara agar pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal tanpa gangguan kegiatan ibadah.

“Dengan desain terbaru, masjid ini diharapkan menjadi tempat ibadah yang lebih nyaman serta pusat budaya yang membanggakan. Kami ingin masyarakat semakin mencintai warisan leluhur yang sarat sejarah,” kata Sudewo.

Dengan renovasi ini, diharapkan Masjid Agung Baitunnur Pati tampil dengan wajah baru yang lebih representatif, nyaman, dan mampu menampung jamaah lebih banyak, sambil tetap mempertahankan nilai sejarahnya sebagai ikon keagamaan Kabupaten Pati.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com