Tag Archives: ridwan abdullah

Sosok Nabi Zakaria AS yang Sabar, Dikaruniai Anak di Usia Senja


Jakarta

Nabi Zakaria AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dalam Islam. Ia merupakan keturunan dari Nabi Sulaiman AS.

Sebagai utusan Allah SWT, Nabi Zakaria AS berdakwah kepada bani Israil dan menyerukan untuk menyembah sang Khalik semata. Alih-alih patuh, bani Israil justru membangkang dan enggan beriman kepada Allah SWT.

Mengutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul yang disusun oleh Ridwan Abdullah Sani, kisah terkait Nabi Zakaria AS tercantum dalam surah Maryam ayat 2-15 serta surah Ali Imran ayat 38-41. Ia sangat mendambakan seorang keturunan untuk meneruskan dakwahnya, karena di usia senja Zakaria AS belum juga dikaruniai seorang anak.


Nabi Zakaria AS Berdoa agar Memiliki Keturunan

Sang nabi terus berdoa kepada Allah SWT memohon agar diberi keturunan untuk meneruskan tugas dan dakwahnya memimpin bani Israil. Nabi Zakaria AS khawatir jika sewaktu-waktu ia wafat, tidak ada yang menggantikannya dan kaumnya kehilangan pemimpin hingga berujung ingkar kepada Allah SWT.

Selayaknya manusia, Nabi Zakaria AS juga tidak ingin keturunannya terputus.

Nabi Zakaria AS bermunajat kepada Allah SWT. Doanya tercantum dalam surah Maryam ayat 4-6,

“Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putra yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari keluarga Yaqub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Israil. Aku khawatir bahwa sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mereka tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang istriku adalah seorang perempuan yang mandul, namun kekuasaan-Mu adalah di atas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengaruniakan kepadaku seorang putra yang saleh yang Engkau ridai.” (QS Maryam 4-6)

Atas kuasa sang Khalik, Allah SWT menjawab doa Nabi Zakaria AS sebagaimana tersemat dalam surah Maryam ayat 7,

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS Maryam: 7)

Benar saja, ia dikaruniai keturunan yang juga merupakan seorang nabi yaitu Yahya AS. Padahal, selain usia Nabi Zakaria AS yang menginjak 90 tahun, istrinya yang bernama Hanna juga mandul.

Namun, atas kuasa Allah SWT justru beliau diberikan keturunan yang saleh sekaligus utusan Allah SWT. Nama Yahya diberikan langsung oleh Allah SWT.

Wafatnya Nabi Zakaria AS

Terkait wafatnya Nabi Zakaria AS ada berbagai versi keterangan yang berbeda. Menukil dari Qashash Al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan H Dudi Rosyadi, Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa sang nabi meninggal secara wajar, namun sebagian mengatakan ia dibunuh.

Abdul Mun’im bin Idris bin Sinan dari ayahnya yang meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih dari Mukhtashar Tarikh Dimasyqa menceritakan kala itu Nabi Zakaria AS sedang melarikan diri dari penganiayaan kaumnya.

Tempat pelariannya adalah kebun yang ditumbuhi pepohonan di Baitul Maqdis. Pepohonan itu memanggilnya, “Wahai Nabi Allah, silakan datang ke dekatku.”

Tanpa pikir panjang, Nabi Zakaria AS mendekat. Pepohonan tersebut membuka dirinya dan memungkinkan Nabi Zakaria AS bersembunyi di dalamnya.

Saksi mata, iblis, melihat ini dan mengambil sepotong kain dari pakaian Nabi Zakaria AS. Ia membawa kain tersebut keluar dari tumbuhan untuk membuktikan keberadaan Nabi Zakaria AS kepada kaum yang mencarinya.

Akhirnya, kaumnya yang mengetahui keberadaan Nabi Zakaria AS memutuskan untuk menebang pohon dengan menggergajinya.

“Setelah kaumnya mengetahui bahwa dia berada dalam pohon tersebut, mereka mengambil gergaji dan mulai menebang pohon itu,” demikian cerita dari Wahab.

Hingga saat gergaji tersebut hampir mengenai Nabi Zakaria AS, Allah SWT memberikan wahyu untuknya, “Apabila eranganmu tidak berhenti, maka Aku akan membalikkan negerimu dan semua orang yang ada di atasnya.”

Pada saat itulah, erangan Nabi Zakaria AS berhenti dan pohon pun terbelah menjadi dua bersamaan dengan Nabi Zakaria AS.

Namun, pada pendapat lainnya dari Ishaq bin Bisyr yang meriwayatkan dari Idris bin Sinan, dari Wahab bin Munabbih. Wahab mengatakan, “Orang yang diselubungi oleh pohon tersebut adalah Yesaya, sementara Zakaria meninggal dunia secara wajar. Wallahu a’lam.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya Setelah Diasuh Firaun


Jakarta

Nabi Musa adalah keturunan dari Bani Israil, la lahir di negeri Mesir. Pada saat itu Mesir dikuasai oleh Firaun, seorang raja yang kejam dan menganggap dirinya sendiri sebagai Tuhan. Nabi Musa AS memiliki kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an sendiri, nama ibu Nabi Musa AS adalah Yukabad. Saat kelahirannya, Nabi Musa AS memiliki kisah menarik dalam sejarah islam. Ia sempat berpisah dari ibunya sendiri dan diasuh oleh firaun. Berikut kisah Nabi Musa AS selengkapnya.

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya

Dalam buku Kisah Nabi Musa AS karya Abdillah, diceritakan bahwa kisah ini bermula pada suatu malam, firaun bermimpi seolah-olah melihat Mesir yang dipimpinnya terbakar habis. Seluruh rakyatnya mati, kecuali seorang dari Bani Israil.


Firaun menjadi gelisah sejak datangnya mimpi tersebut. la mengumpulkan seluruh ahli ramal untuk mengartikan mimpinya.

Setelah terkumpul, salah seorang dari mereka berusaha mengartikan mimpi tersebut. la berkata bahwa suatu saat akan datang seorang laki-laki dari keturunan bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaannya. Mendengar hal itu, Firaun menjadi gelisah dan ketakutan.

Sejak saat itu, ia memerintahkan kepada bawahannya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keturunan Bani Israil.

Setiap ibu yang hamil dari keturunan Bani Israil dilanda kegelisahan. Mereka khawatir jika bayi mereka nanti adalah laki-laki dan akan dibunuh.

Dikisahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, para pengawal dan tentara Firaun pun melaksanakan perintahnya, setiap rumah dimasuki dan diselidiki, dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka saat melahirkan bayinya. Banyak bayi laki-laki dari Bani Israil yang dibunuh pada saat itu.

Firaun menjadi tenang dan merasa aman setelah mendapat kabar dari pasukannya bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak ada seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup.

Namun, ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah SWT tidak dapat ditolak. Ternyata pada saat itu di wilayah kerajaannya masih ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi laki-laki yang tidak diketahui sama sekali oleh Firaun dan pasukannya.

Ia adalah ibu dari Nabi Musa AS, yang sedang menantikan datangnya seorang bidan untuk memberinya pertolongan saat melahirkan. Bidan yang ditunggu pun datang dan menolong ibu Musa melahirkan, namun hati ibu Musa menjadi khawatir setelah mengetahui bahwa bayinya adalah seorang laki-laki.

Ia meminta agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi Musa dari siapa pun, dan hal tersebut diterima oleh sang bidan karena merasa simpati terhadap bayi Musa yang lucu itu, serta merasakan betapa sedihnya hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan.

Selama beberapa waktu, ibu Musa menyusui bayinya, namun ia merasa tidak tenang dan selalu cemas serta khawatir terhadap keselamatan bayinya. Suatu ketika, Allah SWT memberi petunjuk kepadanya agar menyembunyikan bayinya dalam sebuah peti, kemudian menghanyutkan peti yang berisi bayinya itu di Sungai Nil.

Allah SWT juga memberi petunjuk bahwa ibu Musa tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya, Allah SWT menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.

Akhirnya, ibu Musa menghanyutkan peti bayi berisi Musa di permukaan air Sungai Nil dengan bertawakal kepada Allah SWT. Ibu Musa memerintahkan kakak Musa untuk mengawasi dan mengikuti peti itu agar mengetahui di mana peti itu berlabuh dan siapa yang akan mengambil peti tersebut.

Betapa khawatirnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasinya itu ditemukan oleh istri Firaun yang sedang berada di tepi Sungai Nil bersama beberapa dayangnya, kemudian peti tersebut dibawanya masuk ke dalam istana.

Ibu Musa yang mengetahui kejadian tersebut menjadi sedih dan sangat cemas, tetapi ia ingat bahwa Allah SWT telah menjamin keselamatan anaknya tersebut. Perlu diketahui bahwa Asiyah istri Firaun adalah orang yang beriman, walaupun suaminya adalah seorang yang kejam.

Asiyah istri firaun memberitahukan tentang bayi laki-laki yang ditemuinya di dalam peti yang terapung di atas permukaan Sungai Nil tersebut kepada firaun. Firaun segera memerintahkan untuk membunuh bayi itu sambil berkata kepada istrinya,

“Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.”

Akan tetapi, istri firaun yang sudah telanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi Musa itu, kemudian berkata kepada suaminya,

“Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil ia sebagai anak, kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu.”

Demikianlah, jika Allah yang Maha kuasa menghendaki sesuatu, maka jalan bagi terlaksananya takdir itu akan dimudahkan. Allah SWT telah menakdirkan bahwa nyawa bayi tersebut akan selamat dan Musa akan diasuh oleh keluarga Firaun.

Keluarga Firaun memberikan nama Musa kepada bayi itu. Musa adalah bayi yang masih “merah” dan membutuhkan air susu sehingga keluarga Firaun mencari orang yang dapat memberikannya susu pada bayi tersebut.

Setelah itu, beberapa ibu didatangkan untuk Musa, namun semua ibu yang mencoba memberi air susunya langsung ditolak oleh bayi itu.

Istri Firaun menjadi sangat bingung memikirkan bayi angkatnya itu yang enggan meminum susu dari sekian banyak ibu yang didatangkan ke istana.

Kakak Nabi Musa AS yang memang dari awal sudah diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi keadaan adiknya pun mendengar informasi tersebut, kemudian ia memberanikan diri datang menjumpai istri firaun untuk menawarkan seorang ibu yang mungkin diterima oleh bayi itu untuk disusui.

Agar penyamarannya tidak diketahui oleh firaun, maka kakak Nabi Musa berkata kepada mereka,

“Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini, hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.”

Tawaran kakak Musa diterima oleh istri Firaun, dan ibu kandung Musa dijemput untuk menyusui bayi tersebut. Begitu Musa disusukan oleh ibu kandungnya sendiri yang tidak diketahui oleh keluarga firaun, Nabi Musa AS meminumnya dengan sangat lahap.

Melihat hal tersebut maka Musa diserahkan kepada ibu kandungnya sendiri untuk diasuh selama masa menyusui dengan imbalan upah yang besar. Hal tersebut sesuai dengan janji Allah SWT kepada ibu Nabi Musa AS bahwa ia akan menerima kembali putranya itu.

Setelah selesai masa menyusui Nabi Musa, AS, Nabi Musa AS dikembalikan oleh ibunya ke istana, untuk diasuh, dibesarkan, dan dididik seperti anak-anak raja yang lain.

Nabi Musa AS mengendarai kendaraan firaun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Firaun, ia dikenal orang sebagai Musa bin Firaun.

Kisah Nabi Musa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Qasas ayat 4 sampai 13.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ya’qub AS Kehilangan Penglihatan setelah Menangisi Yusuf AS



Jakarta

Nabi Ya’qub AS merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS. Ia sangat menyayanginya hingga menimbulkan kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf AS.

Menukil dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, saudara-saudara Yusuf AS lantas memiliki rencana buruk. Mereka menjebloskan Yusuf AS kecil ke dalam sebuah sumur.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 15,


فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah itu, para saudara Yusuf AS berbohong dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah tewas akibat diterkam binatang buas. Mendengar cerita itu, Nabi Ya’qub AS sedih bukan main hingga terus menerus menangis sampai-sampai kedua matanya buta.

Meski demikian, Allah SWT memberi kekuatan kepada Ya’qub AS untuk tetap tegar melewati ujian. Padahal, putra-putranya berbohong karena sebetulnya Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dikisahkan dalam Qashash Al Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, setelah sekian lama waktu berlalu, ia dapat mencium aroma baju Yusuf AS. Seperti diketahui, Ya’qub AS dikaruniai mukjizat indra penciuman yang tajam.

Setelah mencium aroma baju Nabi Yusuf AS, tiba-tiba Nabi Ya’qub AS dapat melihat kembali. Ini terjadi ketika baju tersebut diusapkan ke wajah sang nabi.

Mengetahui hal itu, Nabi Ya’qub AS memohon ampunan atas perbuatan anak-anaknya seperti tertuang dalam surah Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Saudara-saudara Yusuf AS juge memohon ampun kepada Allah SWT atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. Sang Khalik yang Maha Pemaaf, memberi mereka ampun dan mengabulkan permohonan mereka.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Zakaria AS dan Wasiat Darinya


Jakarta

Nabi Zakaria AS adalah sosok yang bertakwa sekaligus seorang yang sabar. Ia adalah ayah dari Nabi Yahya AS sekaligus pemimpin Bani Israil.

Ada dua riwayat yang menceritakan tentang peristiwa wafatnya Nabi Zakaria AS. Satu riwayat menyebutkan bahwa Nabi Zakaria AS meninggal dalam keadaan tubuh terbelah namun riwayat lainnya menyebutkan Nabi Zakaria AS meninggal dalam keadaan wajar.

Mengutip buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah, Nabi Zakaria AS adalah ayah dari Nabi Yahya AS. Sebelum sang istri melahirkan Nabi Yahya AS, Nabi Zakaria sangat mendambakan anak yang kelak akan menjadi pewarisnya.


Dengan penuh kesabaran, Nabi Zakaria AS berdoa pada siang dan malam agar Allah SWT mengabulkan doanya dan memberikan keturunan kepadanya. Kelak putra Zakaria AS ini yang akan memimpin Bani Israil.

Kisah Wafatnya Nabi Zakariya AS

Merujuk buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, terdapat riwayat yang berbeda dari Wahab bin Munabbih, apakah Nabi Zakariya AS wafat secara wajar ataukah beliau wafat terbunuh.

Berkaitan dengan hal ini, terdapat dua riwayat, yaitu: Pertama, riwayat yang berasal dari Abdul Mun’in bin Idris bin Sinan. Ia meriwayatkan dari ayahnya, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata: ‘Zakariya melarikan diri dari kaumnya. Kemudian beliau masuk ke dalam pohon. Lalu kaumnya mendekati pohon tersebut dengan membawa gergaji dan menggergaji pohon itu. Ketika gergaji mengenai tulang rusuk beliau, Allah menurunkan wahyu kepadanya: Jika engkau tidak bisa menenangkan diri saat menahan rasa sakit, niscaya Aku akan membalikkan bumi dan segala yang ada di permukaannya.’ Oleh sebab itu, Zakariya menenangkan diri saat menahan rasa sakitnya, hingga tubuhnya terbelah menjadi dua.”

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Idris bin Sinan, dari Wahab, ia berkata bahwa yang wafat dengan kondisi tubuh terbelah di dalam pohon adalah Sya’ya sedangkan Nabi Zakariya AS wafat secara wajar. Wallahu a’lam.

Wasiat Nabi Zakariya AS

Imam Ahmad berkata, “Affan menceritakan kepada kami, Abu Khalaf Musa nin Khalaf telah memberitahu kami, Yahya bin Abi Katsir menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Salam, dari kakeknya, Mamthur, dari al-Harits al-Asy’ari bahwa Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya, Allah memberi perintah kepada Yahya bin Zakariya dengan lima perintah untuk dikerjakan dan memerintahkan kepada Bani Israil agar mereka mengerjakannya. Namun, Yahya terkesan lambat untuk merealisasikan perintah itu sehingga Isa berkata kepadanya: “Sesungguhnya, engkau telah diberi tugas untuk segera melaksanakan lima perintah dan menyampaikannya kepada Bani Israil untuk melaksanakannya juga, tetapi engkau terkesan lambat dalam merespon perintah itu. Oleh sebab itu, engkau sendiri yang akan menyampaikannya ataukah aku perlu turun tangan untuk menyampaikannya?”

Yahya menjawab:”Wahai saudaraku, sesungguhnya aku khawatir, engkau menyebabkan aku disiksa duluan atau membuat diriku disambar petir.’ Kemudian, Yahya bin Zakariya segera mengumpulkan Bani Israil di Baitul Maqdis, sehingga tempat itu dipenuhi kerumunan manusia. Kemudian, Yahya duduk menempati podium kehormatan. Beliau mengawali pidatonya dengan memuji dan menyanjung Allah SWT. Setelah itu, beliau berkata, “Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla telah memberikan tugas kepadaku untuk melaksanakan lima perintah. Allah telah memerintahkan kepadaku dan kepada kalian semua untuk melaksanakan lima perintah tersebut:

Pertama: Allah memerintahkan kalian semua agar menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Perumpamaan tentang hal ini adalah adalah seperti orang yang membeli hamba sahaya dengan hartanya yang benar-benar murni, baik berupa uang maupun emas. Kemudian, hamba tersebut bekerja dan mengabdi pada orang lain sebagai tuannya. Siapakah di antara kalian yang senang jika hamba sahayanya bekerja seperti itu? Sesungguhnya, Allah menciptakan kalian semua dan memberi rezeki kepada kalian, agar kalian hanya menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Kedua: Allah memerintahkan kalian semua untuk mengerjakan salat. Sesungguhnya, Allah menghadapkan wajah-Nya kepada seorang hamba, selama hamba itu tidak berpaling dari-Nya. Ketika kalian mengerjakan salat, janganlah kalian berpaling dari-Nya.

Ketiga: Allah memerintahkan kalian semua untuk berpuasa. Perumpamaan tentang hal ini adalah seperti orang yang membawa botol minyak kasturi di tengah-tengah kerumunan orang banyak, sehingga semua orang mencium aromanya yang harum semerbak. Sesungguhnya, bau (aroma) mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum dari aroma misik.

Keempat: Allah memerintahkan kalian untuk bersedekah. Perumpamaan tentang hal ini adalah seperti orang yang ditawan oleh musuh. Ia diikat dan dibelenggu tangannya ke belakang lehernya oleh musuh. Kemudian ia berkata:’Apakah aku boleh menebus diriku dari kalian (wahai musuhku)? Lalu ia menebus dirinya dengan tebusan barang yang sedikit atau barnyak sehingga ia terbebas dari cengkeraman musuhnya.

Kelima: Allah Azza wa Jalla memerintahkan kalian banyak berzikir kepada-Nya. Perumpamaan tentang hal ini adalah seperti seseorang yang sedang dikejar-kejar musuh yang telah mengetahui jejaknya, sehingga ia hampir ditangkap oleh musuh yang sangat berbahaya itu. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah benteng yang sangat kokoh lalu ia memasukinya sehingga ia terlindung di dalam bentengitu dari kejaran musuh yang sangat berbahaya. Sesungguhnya, zikir merupakan benteng yang sangat tangguh hingga setan pun tidak akan mampu membobolnya selama ia berzikir kepada Allah “

Perawi berkata, “Rasulullah juga bersabda: ‘Aku juga memerintahkan lima hal kepada kalian semua sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepada diriku, yaitu berjamaah, mendengarkan, taat, hijrah, dan berjihad di jalan Allah. Siapa yang keluar dari jamaah walau hanya sejengkal, berarti ia telah melepaskan ikatan Islam di lehernya, kecuali ia kembali lagi. Siapa yang berdoa dengan doa jahiliyah, berarti ia telah mencampakkan dirinya sendiri ke Neraka Jahanam.”

Wallahu ‘alam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com