Tag Archives: ridwan abdullah sani

Saat Nabi Ibrahim AS Mengajak Ayahnya untuk Beriman, Ini Kisahnya



Jakarta

Kisah Nabi Ibrahim AS ketika menyeru ayahnya agar beriman dan menyembah Allah SWT diabadikan dalam sejumlah ayat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW.

Para ulama berbeda pendapat terkait nama ayah Nabi Ibrahim. Menukil buku Kisah Para Nabi terjemah Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir, jumhur ulama nasab menyatakan nama bapak dari Ibrahim AS yakni Tarikh.

Pendapat Ibnu Jarir dan sebagian ulama lain, nama ayahnya adalah Azar lantaran merujuk Surat Al-An’am ayat 74. Mereka berpandangan, nama Tarikh merupakan gelar dari berhala yang disembah bapaknya itu, sehingga Azar yaitu nama asli ayahnya.


Terlepas dari nama ayah Nabi Ibrahim, Ibnu Katsir mengemukakan bahwa dakwah pertama kali yang dilaksanakan Ibrahim AS adalah kepada ayah kandungnya. Yang mana ayahnya adalah seorang penyembah berhala.

Bahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri disebutkan ayah Nabi Ibrahim yakni pedagan dari patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri. Kemudian ia menjual berhala itu kepada kaumnya untuk disembah.

Maka dari itu, bapak kandunganya menjadi orang pertama sekaligus terdekat yang diajak Ibrahim AS untuk beriman dan menyembah Alah SWT, serta meninggalkan tuhan lamanya itu.

Kisah Dakwah Nabi Ibrahim AS kepada Ayahnya

Masih dari buku Kisah Para Nabi terjemah Qashash Al-Anbiya, Allah SWT menceritakan kisah Ibrahim AS dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Pada Surat Maryam ayat 41-48 diceritakan:

“Ceritakanlah (Nabi Muhammad, kisah) Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an)! Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat benar dan membenarkan lagi seorang nabi. “

Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak pula bermanfaat kepadamu sedikit pun?

Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu. Ikutilah aku, niscaya aku tunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

Wahai Bapakku, janganlah menyembah setan! Sesungguhnya setan itu sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Wahai Bapakku, sesungguhnya aku takut azab dari (Tuhan) Yang Maha Pemurah menimpamu sehingga engkau menjadi teman setan.”

Dia (bapaknya) berkata, “Apakah kamu membenci tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika tidak berhenti (mencela tuhan yang kusembah), engkau pasti akan kurajam. Tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.”

Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan bagimu. Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia Mahabaik kepadaku.

Aku akan menjauh darimu dan apa yang engkau sembah selain Allah. Aku akan berdoa kepada Tuhanku semoga aku tidak kecewa dengan doaku kepada Tuhanku.” (QS Maryam: 41-48)

Terlihat dari ayat tersebut, ajakan Ibrahim AS kepada ayahnya dengan begitu tulus dan lembut. Beliau menggunakan kata-kata persuasi santun tanpa adanya bentakan atau kekerasan dan menyatakan fakta bahwa berhala tidak dapa mendengar maupun melihat, sehingga bagaimana mampu patung itu merupakan tuhan yang pantas disembah.

Beliau bahkan berjanji akan memohonkan ampunan atas ayahnya itu kepada Allah SWT jika ia mau mengikuti ajaran yang diwahyukan Nabi Ibrahim. Setelah berbagai usaha yang dilakukan oleh Ibrahim AS, beliau melihat dengan jelas segala penolakan yang dilakukan oleh ayahnya tersebut. Maka jelas bagi Nabi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah SWT.

Sebagaiman Allah SWT nyatakan dalam Surat At-Taubah ayat 114, “Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah dia ikrarkan kepadanya. Maka, ketika jelas baginya (Ibrahim) bahwa dia (bapaknya) adalah musuh Allah, dia (Ibrahim) berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”

Rasul SAW melalui sabdanya juga mengisahkan tentang Ibrahim AS yang bertemu ayahnya kelak di hari kiamat, tetapi bapaknya itu sudah tidak diberi kesempatan lagi oleh Allah SWT. Abu Hurairah meriwayatkan hadits bahwa Nabi SAW bersabda:

“Ibrahim AS bertemu dengan ayahnya, Azar, pada hari Kiamat nanti. Ketika itu wajah Azar tampak hitam berdebu. Lalu Ibrahim AS berkata kepada ayahnya: ‘Bukankah sudah aku katakan kepada ayah agar ayah tidak menentang aku?’

Ayahnya menjawab, ‘Hari ini aku tidak akan menentangmu.’

Kemudian Ibrahim AS berkata, ‘Wahai Tuhan, Engkau sudah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakan aku pada hari berbangkit. Lalu kehinaan apalagi yang lebih hina dari pada keberadaan ayahku yang jauh (dariku)?’

Allah SWT berfirman: ‘Sesungguhnya, Aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir.” (HR Bukhari)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Azab bagi Kaum Madyan, Hawa Panas dan Petir Menggelegar



Yogyakarta

Dalam Al-Qur’an disebutkan kaum Madyan adalah golongan yang mengingkari Allah dan mengabaikan peringatan dari Nabi Syuaib AS. Kaum Madyan kemudian ditimpa azab yang mengerikan berupa badai petir dan hawa panas sebagai hukuman.

Penduduk negeri Madyan adalah umat Nabi Syuaib AS. Disebutkan dalam buku Pemahaman Terjemahan Ayat Suci Al Qur’an oleh Zen Muhammad Al Hadi, nama Madyan diambil dari salah seorang putra Nabi Ibrahim AS, yang kemudian menjadi nama bagi anak keturunan dan pengikutnya, yakni kaum Madyan.

Kota Madyan (Yordania) adalah kota yang makmur dan memiliki padang rumput yang luas. Terletak di sebelah timur daerah Sinai berdekatan dengan Teluk Aqabah. Di zaman sekarang, daerah tersebut berada di sebelah selatan Palestina.


Kaum Madyan, Golongan Orang yang Ingkar

Mayoritas kaum Madyan berprofesi sebagai pedagang, tetapi tidak jujur dalam timbangan dan sering melakukan penipuan. Kaum Madyan juga dikenal sebagai penyembah berhala dan suka mengurangi timbangan serta menumpuk harta.

Sementara itu dalam beberapa sumber, Madyan adalah negeri yang sangat korup dalam aktivitas dagangnya. Jika ada kafilah yang datang ke negeri itu untuk menjual barang, mereka segera mengeluarkan timbangan yang beratnya sudah dikurangi.

Allah pun mengutus Nabi Syuaib AS kepada mereka. Nabi Syuaib memerintahkan mereka untuk menyembah Allah semata. Ia pun melarang mereka berbuat kezaliman yakni dengan berhenti mengurangi takaran dan timbangan.

Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 84 yang berbunyi:

وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗوَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ اِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ بِخَيْرٍ وَّاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيْطٍ

Artinya: Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan! Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (makmur). Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab pada hari yang meliputi (dan membinasakanmu, yaitu hari Kiamat).”

Peringatan dari Nabi Syuaib AS

Atas segala kemungkaran dan perbuatan tercela yang diperbuat oleh kaum Madyan, Allah SWT memerintahkan Nabi Syuaib AS untuk memberi peringatan bagi kaum tersebut. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 89:

وَيٰقَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِيْٓ اَنْ يُّصِيْبَكُمْ مِّثْلُ مَآ اَصَابَ قَوْمَ نُوْحٍ اَوْ قَوْمَ هُوْدٍ اَوْ قَوْمَ صٰلِحٍ ۗوَمَا قَوْمُ لُوْطٍ مِّنْكُمْ بِبَعِيْدٍ

Artinya: “Wahai kaumku, janganlah sekali-kali pertentanganku (denganmu) menyebabkan apa yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh juga menimpamu, sedangkan (tempat dan masa kebinasaan) kaum Lut tidak jauh dari kamu.”

Kemudian, kaum Madyan justru berkata, “Wahai Syuʻaib, Kami tidak banyak mengerti apa yang engkau katakan itu, sedangkan kami sesungguhnya memandang engkau sebagai seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah melemparimu (dengan batu), sedangkan engkau pun bukan seorang yang berpengaruh atas kami.”

Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri dalam bukunya Hikmah Kisah Nabi dan Rasul, menyebutkan bahwa Nabi Syuaib berhasil menyadarkan sebagian kecil dari kaumnya. Akan tetapi sebagian besar kaum Madyan masih tertutup hatinya terhadap Allah.

Mereka malah menuduh Nabi Syuaib sebagai tukang sihir yang ulung dan menentang Nabi Syuaib untuk membuktikan kebenaran dari risalahnya dengan mendatangkan bencana dari Allah.

Mendengar tantangan tersebut, Nabi Syuaib pun berdoa dan memohon kepada Allah untuk menurunkan azab bagi kaum Madyan sebagai peringatan bagi generasi di masa yang akan datang.

Azab bagi Kaum Madyan

Allah mengabulkan permohonan Nabi Syuaib dan menurunkan udara yang sangat panas. Udara tersebut dapat mengeringkan kerongkongan karena menimbulkan dahaga yang tidak dapat dihilangkan oleh air.

Udara tersebut juga membakar kulit dan tidak dapat dihindari dengan berteduh di bawah atap rumah atau rerimbunan pohon.

Kaum Madyan yang ingkar berada dalam kebingungan dan kepanikan. Mereka berlari ke sana ke mari mencari perlindungan dari panasnya terik matahari yang membakar.

Kemudian terlihat gumpalan awan hitam tebal di atas kepala mereka, lalu mereka berbondong-bondong lari untuk berteduh di bawah awan tersebut.

Namun, setelah mereka berada di bawah awan hitam sembari berdesakan, jatuhlah percikan api dari awan hitam itu ke kepala mereka diiringi dengan suara petir dan gemuruh ledakan yang sangat dahsyat.

Pada saat itu bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya sehingga mereka berjatuhan, saling tertimbun satu sama lain, dan selesailah sudah riwayat mereka. Hal ini tercantum dalam Al Qur’an Surat Hud ayat 94.

وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ

Artinya: Ketika keputusan Kami (untuk menghancurkan mereka) datang, Kami selamatkan Syuʻaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Adapun orang-orang yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang menggelegar sehingga mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.

Ahmad Fatih, S.Pd. dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul menyebutkan bahwa ketika datang azab, Allah menyelamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman. Dalam Al-Qur’an Surat Al Araf disebutkan gempa yang dahsyat, sedangkan di dalam Surat Asy-Syura disebutkan azab pada hari mereka dinaungi oleh awan.

Fakta tersebut diperkuat dan diperjelas dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 95.

كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَا بُعْدًا لِّمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُوْدُ

Artinya: (Negeri itu tak berbekas) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di sana. Ingatlah, (penduduk) Madyan binasa sebagaimana juga (kaum) Samud.

Dalam hal ini, tempat tinggal orang-orang Madyan bertetangga dengan orang-orang Samud. Berdasarkan sejarah, mereka kurang lebih berbuat kekufuran yang sama, yakni suka merampas yang bukan haknya.

Demikian azab yang menimpa kaum Madyan . Azab dan hukuman yang dilimpahkan pada kaum Madyan merupakan balasan yang setimpal atas kedurhakaan yang telah mereka lontarkan kepada Nabi Syuaib AS sebagai utusan Allah.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Siapakah Nama Asli Nabi Ilyasa? Masuk Golongan Orang Terbaik di Al-Qur’an



Jakarta

Nabi Ilyasa AS adalah salah satu dari 25 nabi yang wajib kita imani. Nabi Ilyasa memiliki sedikit kisah yang diceritakan namun dapat memberikan pelajaran dan hikmah kepada umat muslim.

Nama asli Nabi Ilyasa AS menurut penulisan di Al-Qur’an pada Surah Al-An’am: 86 adalah Alyasa’. Selanjutnya, pada surah Sad: 48 dituliskan nama beliau adalah Ilyasa’.

Menurut buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri disebutkan Nabi Ilyasa adalah putra dari paman Nabi Ilyas. Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israil dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun dan Ilyas.


Dalam Bahasa Ibrani, Nabi Ilyasa AS disebutkan sebagai Eliyahu. Dalam Bahasa Yunan disebutkan Nabi Ilyasa AS disebutkan sebagai Elias, sama seperti terjemahan dalam Bahasa Indonesia.

Nabi Ilyasa AS adalah salah satu dari beberapa nabi yang nama dan kisahnya disebutkan dalam 3 agama berbeda, yaitu: Islam, Kristen, dan Yahudi. Hal yang membuat menarik adalah kisah Nabi Ilyasa AS tidak bisa dipisahkan dari kisah Nabi Ilyas AS yaitu pendahulunya.

Masa Kecil Nabi Ilyasa AS

Dalam buku 25 Nabi dan Rasul yang ditulis oleh Nurul Ihsan disebutkan bahwa Nabi Ilyasa AS lahir dari kaum Bani Israil yang saat itu dituntun oleh Nabi Ilyas AS atas perintah Allah SWT. Nabi Ilyasa lahir dari seorang perempuan yang rumahnya dijadikan tempat berlindung dan bersembunyi oleh Nabi Ilyas AS atas kejaran kaumnya.

Umat Nabi Ilyas AS sangat kejam dan durhaka kepada pesan yang disampaikan olehnya. Meskipun demikian, dengan tekanan yang ada beliau tetap berdakwah secara lembut kepada kaumnya.

Ketika Nabi Ilyasa AS kecil, beliau mengalami sakit yang cukup sulit disembuhkan. Oleh karena itu, Nabi Ilyas AS berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhan Nabi Ilyasa AS.

Doa seorang nabi ternyata langsung dikabulkan oleh Allah SWT sehingga Nabi Ilyasa AS langsung sembuh dari sakitnya. Singkat cerita, Nabi Ilyasa AS selalu mendampingin kemanapun Nabi Ilyas AS pergi berdakwah.

Kisah Kenabian Nabi Ilyasa AS

Menurut Tafsir Kemenag, Allah menyebutkan bahwa Nabi Ilyasa AS merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim. Diolah dari tafsir Kemenag dalam Surah Sad: 48 bahwa Nabi Ilyasa AS termasuk orang yang paling baik yang dipilih oleh Allah SWT untuk membimbing kaumnya agar taat kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan.

Nabi Ilyasa AS melanjutkan perjuangan dakwah yang sebelumnya dilaksanakan Nabi Ilyas AS. Nabi Ilyasa AS berdakwah kepada Bani Israil yang saat itu sedang ramai menyembah berhala.

Ba’labak adalah sebutan daerah yang ditugaskan Allah SWT kepada Nabi Ilyasa AS untuk melaksanakan dakwahnya. Penduduk tersebut secara berangsur pada zaman dakwah Nabi Ilyas AS mulai mendapatkan hidayah dan mengikuti seruannya untuk beriman kepada Allah SWT.

Setelah Nabi Ilyas AS wafat, kemudian masyarakat Ba’labak kembali ke kemungkaran dan tidak lagi beriman kepada Allah SWT.

Keburukan masyarakat Ba’labak inilah yang menjadi tantangan bagi Nabi Ilyasa AS dalam masa berdakwahnya dari awal kenabian hingga masa akhir kenabiannya yaitu ketika beliau wafat. Nabi Ilyasa dengan tidak kenal lelah tetap berdakwah dan menyerukan ajaran Allah SWT dengan lembut dan berusaha untuk mengajak kaumnya untuk kembali ke jalan yang lurus.

Hingga menjelang akhir kenabian Nabi Ilyasa AS, Bani Israil yang dipandu oleh Nabi Ilyasa AS masih tidak mau untuk mendengar dan mengikuti ajakan Nabi Ilyasa AS. Hal ini mengakibatkan Allah murka dan memberikan bencana kekeringan yang luar biasa.

Kesabaran yang dikisahkan oleh berbagai riwayat inilah yang mungkin menjadi penyebab Allah SWT memasukan nama Ilyasa sebagai golongan orang yang paling baik di dunia Wallahu a’lam bish-shawabi. Semoga kisah ini menambah kesabaran serta keimanan kita kepada Allah SWT ya, detikers!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Nabi Yaqub, Sosok Teladan yang Berbakti pada Orang Tua



Jakarta

Nabi Yaqub merupakan anak dari Nabi Ishaq dan cucu dari Nabi Ibrahim. Dalam beberapa riwayat, Nabi Yaqub digambarkan sebagai sosok yang berbakti kepada orang tua.

Dalam kisah yang diceritakan melalui ayat-ayat Al-Qur’an, sebelum wafat, Nabi Yaqub sempat berpesan pada para putranya untuk senantiasa menjalankan perintah Allah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 133,

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ


Artinya: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.

Berikut ini adalah rangkuman dari kisah Nabi Yaqub yang perlu diketahui dan teladani oleh umat muslim.

Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Yaqub AS

Dikutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri diceritakan Nabi Yaqub adalah anak kandung dari Nabi Ishaq dengan Rafqa binti A’zar, seorang perempuan yang masih kerabat Nabi Ibrahim.

Melalui surah Huud ayat 71, sebelumnya sudah terjadi peristiwa tatkala Nabi Ibrahim As beserta sang istri, Siti Sarah, didatangi malaikat utusan Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira.

وَٱمْرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَٰهَا بِإِسْحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسْحَٰقَ يَعْقُوبَ

Artinya: “Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Yaqub”.

Nabi Yaqub memiliki kembaran yang bernama Ish. Mereka berdua tumbuh besar bersama meskipun dengan sifat yang bertolak belakang. Berbeda dengan Nabi Yaqub yang tenang, penyabar, baik hati, dan menghindari keburukan, saudara kembarnya Ish justru penuh dengan iri dengki dan berbuat maksiat.

Ia selalu mengejek dan mengganggu Nabi Yaqub, akan tetapi Nabi Yaqub dengan penuh kesabarannya tidak membalas perbuatan saudara kembarnya dengan keburukan. Tatkala ia sudah tidak tahan dengan tingkah Ish, Nabi Yaqub pun mengadu pada ayahandanya.

Akhirnya Nabi Ishaq pun berdiskusi dengan istrinya. Ia memutuskan untuk menikahkan Ish dengan harapan supaya perangai anaknya dapat berubah menjadi pribadi yang lebih tenang dan dewasa.

Akan tetapi, Ish tidak berubah sebagaimana yang diekspektasikan. Ia justru makin sering mengganggu dan menganiaya Nabi Yaqub. Bahkan ia menyimpan dendam pada saudara kembarnya karena merasa bahwa ibu mereka lebih menyayangi Nabi Yaqub.

Nabi Ishaq akhirnya menitipkan Nabi Yaqub pada saudara istrinya, Syekh Labban, yang bertempat tinggal di Faddan A’ram (Irak). Hal ini adalah sebagai bentuk perlindungan dari Nabi Ishaq pada Nabi Yaqub agar ia tidak lagi diganggu oleh saudara kembarnya.

Nabi Yaqub adalah seorang yang sangat patuh pada perintah orang tuanya. Dengan segala baktinya ia pun berangkat ke Irak selepas menjalankan sholat subuh dan sang ayah berpesan agar ia dapat banyak belajar dari sang paman dan menitipkan secarik surat padanya.

Masa Kenabian Nabi Yaqub AS

Ujian pertama Nabi Yaqub adalah perjalanan dari Kan’an menuju Faddan A’ram dengan melewati gurun pasir yang luas, ia membawa perbekalan secukupnya dan memakannya ketika lelah. Saat siang hari, Nabi Yaqub akan beristirahat sementara ketika malam telah datang ia akan melanjutkan perjalanan.

Dengan penuh rasa sabar, Nabi Yaqub terus menelusuri jalan panjang menuju Irak. Di tengah rasa lelahnya, ia tertidur dan bermimpi tentang kehidupannya di masa depan yang berlimpah rezeki dan penuh kedamaian. Ketika terbangun, ia memikirkan mimpinya.

Jibril pun berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah, kabar gembira bahwa Allah telah mengangkat dirinya sebagai Nabi. Rasa lelah dan penat pun menghilang. Hal ini juga diabadikan dalam QS. Al Baqarah ayat 132.

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, dikisahkan sesampainya di tempat Syekh Labban, Nabi Yaqub pun berjumpa dengan Rahil, seorang gadis cantik yang tengah menggembala kambing. Rahil adalah putri kedua dari Syekh Labban dan merupakan sepupu Nabi Yaqub.

Setelah tinggal di sana, ia menyampaikan surat dari ayahnya pada pamannya tersebut. Ternyata, isinya adalah keinginan Nabi Ishaq untuk menikahkan Nabi Yaqub dengan salah satu putri Syekh Labban.

Syekh Labban kemudian memberikan prasyarat pada Nabi Yaqub untuk menggembala selama tujuh tahun sebelum menikahi salah seorang putrinya, hal tersebut dianggap sebagai mas kawin. Syekh Labban pun bertanya pada Nabi Yaqub siapa yang ingin dinikahinya dan ia menjawab Rahil.

Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dilakukan jika Laya, sebagai putri pertama belum menikah. Hal tersebut adalah hukum adat di wilayah mereka. Akhirnya Nabi Yaqub menerima solusi dari Syekh Labban dengan menikahi kedua putrinya sekaligus dan mulai menggembala selama tujuh tahun lamanya.

Setelah melewati ujian tersebut dan berdoa pada Allah, akhirnya Nabi Yaqub dapat menikahi Laya dan juga Rahil. Oleh karena kebaikannya sebagai suami, Laya dan Rahil pun meminta Nabi Yaqub menikahi budak mereka yang cantik parasnya, yakni Balhah dan Zulfah. Dari pernikahannya dengan empat perempuan tersebut, Nabi Yaqub dikaruniai banyak anak, salah satunya Nabi Yusuf.

Meneladani Nabi Yaqub AS

Melalui kisah Nabi Yaqub AS dan segala kesabaran serta keteguhannya memiliki banyak hal yang dapat dipelajari oleh umat muslim. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita teladani dari sosok Nabi Yaqub.

1. Seorang Ayah yang Penyayang

Dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an yang ditulis oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Yusuf menceritakan mimpi yang didapatnya pada ayahnya. Ia bermimpi menyaksikan sebelas bintang yang datang dari langit tunduk bersujud kepadanya.

Menyadari tanda-tanda kenabian dari putranya, Nabi Yaqub pun menasihati Nabi Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya pada saudara-saudaranya yang penuh iri dengki. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga Nabi Yusuf dari kejahatan saudara-saudaranya yang selalu berbuat jahat padanya.

2. Penyabar dan Teguh Pendirian

Meski tidak mudah, Nabi Yaqub menjalankan dan menyelesaikan ujian-ujian dari Allah SWT. Ia tidak pantang menyerah, senantiasa memanjatkan doa, dan berpikir positif. Ia juga berbesar hati dan selalu mengalah atas saudara kembarnya, Ish. Nabi Yaqub tidak mau membalas perbuatan buruk Ish dengan kejahatan.

3. Adil dan Bijaksana

Nabi Yaqub memiliki empat orang istri yang mana ia harus berlaku adil. Dari keempat istrinya pun ia dikaruniai belasan anak. Oleh karenanya, Nabi Yaqub selalu memperlakukan istri-istri dan anak-anaknya dengan adil tanpa ada rasa pilih kasih.

Demikian penjelasan dari kisah Nabi Yaqub yang sangat berbakti pada orang tuanya. Ketika menjadi ayah, Nabi Yaqub pun senantiasa memberikan nasihat pada anak-anaknya untuk selalu beriman kepada Allah SWT. Dari kisahnya, kita sebagai umat muslim bisa mempelajari dan mengambil sisi positif untuk kita amalkan di kehidupan sehari-hari.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ilyasa AS, Sosok Penerus Dakwah Nabi Ilyas



Jakarta

Nabi Ilyasa merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui. Ilyasa AS merupakan rasul dari kalangan Bani Israil sekaligus berasal dari garis keturunan yang sama dengan Harun, Musa dan Ilyas.

Mengutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul yang ditulis oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Ilyasa AS berdakwah usai Nabi Ilyas wafat dan berpegang teguh pada metode Nabi Ilyas ketika berdakwah.

Dalam kitab Taurat disebutkan bahwa Nabi Ilyasa mendapat mukjizat menghidupkan orang yang telah mati. Di Al-Qur’an, Nabi Ilyasa dijelaskan dalam surat Al-An’am ayat 86, berikut bunyinya:


وَإِسْمَٰعِيلَ وَٱلْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا ۚ وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ

Arab latin: Wa ismā’īla walyasa’a wa yụnusa wa lụṭā, wa kullan faḍḍalnā ‘alal-‘ālamīn

Artinya: “Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),”

Kisah Nabi Ilyasa tidak terlepas dari Nabi Ilyas, karena ketika Ilyasa masih muda beliau kerap mengikuti kemanapun Nabi Ilyas berdakwah. Dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Ahmad Fatih SPd, Nabi Ilyas sudah menganggap Ilyasa sebagai putranya sendiri hingga berbagai rintangan dirasakan oleh keduanya ketika mensyiarkan ajaran Allah SWT.

Adapun, mengenai kelahiran Nabi Ilyasa tidak banyak sumber yang menceritakannya. Namun, Nabi Ilyasa diketahui lahir dari keluarga sederhana.

Menurut buku Nabi Ilyasa AS: Penerus Dakwah di Negeri Ba’labak tulisan Olman Dahuri, Nabi Ilyasa sempat menderita sakit keras dan hanya ditemani oleh sang ibu yang terus berusaha untuk kesembuhannya. Badannya kurus kering karena penyakit yang dideritanya.

Sepanjang hari, Nabi Ilyasa hanya terbujur lemah di kasur. Sang ibu bahkan hampir putus asa karena putranya tak kunjung sembuh, namun Ilyasa tetap tabah dan percaya dirinya bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas saat beliau dikejar oleh kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Kemungkinan besar, Ilyasa tinggal di sekitar lembah Sungai Yordania.

Saat Nabi Ilyas bersembunyi di rumah Ilyasa, usia Nabi Ilyasa masih sangat belia dan menderita sakit. Atas izin Allah, Nabi Ilyas membantu menyembuhkan penyakit Nabi Ilyasa hingga akhirnya beliau terus mendampingi Ilyas dalam berdakwah.

Dikutip dari buku Nabiku Teladanku oleh Lutfiya Cahyani, wafatnya Nabi Ilyasa AS ketika dirinya berpindah dari Damaskus ke Palestina dan menetap di sana. Saat usianya menginjak 90 tahun, Nabi Ilyasa wafat dan dikuburkan di Palestina.

Nabi Ilyasa membimbing kaum Bani Israil dengan baik hingga mereka hidup damai dan taat kepada Allah. Sayangnya, ketika beliau wafat, kaum tersebut kembali ke kufur terhadap Allah SWT.

Allah kemudian mengutus nabi-nabi lainnya untuk memperingatkan mereka, sayangnya mereka tidak mengindahkan ajakan tersebut. Kaum Bani Israil banyak melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran, akhirnya Allah mencabut rezeki, nikmat, hingga kesenangan mereka.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sosok Nabi Zakaria AS yang Sabar, Dikaruniai Anak di Usia Senja


Jakarta

Nabi Zakaria AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dalam Islam. Ia merupakan keturunan dari Nabi Sulaiman AS.

Sebagai utusan Allah SWT, Nabi Zakaria AS berdakwah kepada bani Israil dan menyerukan untuk menyembah sang Khalik semata. Alih-alih patuh, bani Israil justru membangkang dan enggan beriman kepada Allah SWT.

Mengutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul yang disusun oleh Ridwan Abdullah Sani, kisah terkait Nabi Zakaria AS tercantum dalam surah Maryam ayat 2-15 serta surah Ali Imran ayat 38-41. Ia sangat mendambakan seorang keturunan untuk meneruskan dakwahnya, karena di usia senja Zakaria AS belum juga dikaruniai seorang anak.


Nabi Zakaria AS Berdoa agar Memiliki Keturunan

Sang nabi terus berdoa kepada Allah SWT memohon agar diberi keturunan untuk meneruskan tugas dan dakwahnya memimpin bani Israil. Nabi Zakaria AS khawatir jika sewaktu-waktu ia wafat, tidak ada yang menggantikannya dan kaumnya kehilangan pemimpin hingga berujung ingkar kepada Allah SWT.

Selayaknya manusia, Nabi Zakaria AS juga tidak ingin keturunannya terputus.

Nabi Zakaria AS bermunajat kepada Allah SWT. Doanya tercantum dalam surah Maryam ayat 4-6,

“Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putra yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari keluarga Yaqub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Israil. Aku khawatir bahwa sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mereka tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang istriku adalah seorang perempuan yang mandul, namun kekuasaan-Mu adalah di atas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengaruniakan kepadaku seorang putra yang saleh yang Engkau ridai.” (QS Maryam 4-6)

Atas kuasa sang Khalik, Allah SWT menjawab doa Nabi Zakaria AS sebagaimana tersemat dalam surah Maryam ayat 7,

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS Maryam: 7)

Benar saja, ia dikaruniai keturunan yang juga merupakan seorang nabi yaitu Yahya AS. Padahal, selain usia Nabi Zakaria AS yang menginjak 90 tahun, istrinya yang bernama Hanna juga mandul.

Namun, atas kuasa Allah SWT justru beliau diberikan keturunan yang saleh sekaligus utusan Allah SWT. Nama Yahya diberikan langsung oleh Allah SWT.

Wafatnya Nabi Zakaria AS

Terkait wafatnya Nabi Zakaria AS ada berbagai versi keterangan yang berbeda. Menukil dari Qashash Al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan H Dudi Rosyadi, Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa sang nabi meninggal secara wajar, namun sebagian mengatakan ia dibunuh.

Abdul Mun’im bin Idris bin Sinan dari ayahnya yang meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih dari Mukhtashar Tarikh Dimasyqa menceritakan kala itu Nabi Zakaria AS sedang melarikan diri dari penganiayaan kaumnya.

Tempat pelariannya adalah kebun yang ditumbuhi pepohonan di Baitul Maqdis. Pepohonan itu memanggilnya, “Wahai Nabi Allah, silakan datang ke dekatku.”

Tanpa pikir panjang, Nabi Zakaria AS mendekat. Pepohonan tersebut membuka dirinya dan memungkinkan Nabi Zakaria AS bersembunyi di dalamnya.

Saksi mata, iblis, melihat ini dan mengambil sepotong kain dari pakaian Nabi Zakaria AS. Ia membawa kain tersebut keluar dari tumbuhan untuk membuktikan keberadaan Nabi Zakaria AS kepada kaum yang mencarinya.

Akhirnya, kaumnya yang mengetahui keberadaan Nabi Zakaria AS memutuskan untuk menebang pohon dengan menggergajinya.

“Setelah kaumnya mengetahui bahwa dia berada dalam pohon tersebut, mereka mengambil gergaji dan mulai menebang pohon itu,” demikian cerita dari Wahab.

Hingga saat gergaji tersebut hampir mengenai Nabi Zakaria AS, Allah SWT memberikan wahyu untuknya, “Apabila eranganmu tidak berhenti, maka Aku akan membalikkan negerimu dan semua orang yang ada di atasnya.”

Pada saat itulah, erangan Nabi Zakaria AS berhenti dan pohon pun terbelah menjadi dua bersamaan dengan Nabi Zakaria AS.

Namun, pada pendapat lainnya dari Ishaq bin Bisyr yang meriwayatkan dari Idris bin Sinan, dari Wahab bin Munabbih. Wahab mengatakan, “Orang yang diselubungi oleh pohon tersebut adalah Yesaya, sementara Zakaria meninggal dunia secara wajar. Wallahu a’lam.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya Setelah Diasuh Firaun


Jakarta

Nabi Musa adalah keturunan dari Bani Israil, la lahir di negeri Mesir. Pada saat itu Mesir dikuasai oleh Firaun, seorang raja yang kejam dan menganggap dirinya sendiri sebagai Tuhan. Nabi Musa AS memiliki kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an sendiri, nama ibu Nabi Musa AS adalah Yukabad. Saat kelahirannya, Nabi Musa AS memiliki kisah menarik dalam sejarah islam. Ia sempat berpisah dari ibunya sendiri dan diasuh oleh firaun. Berikut kisah Nabi Musa AS selengkapnya.

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya

Dalam buku Kisah Nabi Musa AS karya Abdillah, diceritakan bahwa kisah ini bermula pada suatu malam, firaun bermimpi seolah-olah melihat Mesir yang dipimpinnya terbakar habis. Seluruh rakyatnya mati, kecuali seorang dari Bani Israil.


Firaun menjadi gelisah sejak datangnya mimpi tersebut. la mengumpulkan seluruh ahli ramal untuk mengartikan mimpinya.

Setelah terkumpul, salah seorang dari mereka berusaha mengartikan mimpi tersebut. la berkata bahwa suatu saat akan datang seorang laki-laki dari keturunan bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaannya. Mendengar hal itu, Firaun menjadi gelisah dan ketakutan.

Sejak saat itu, ia memerintahkan kepada bawahannya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keturunan Bani Israil.

Setiap ibu yang hamil dari keturunan Bani Israil dilanda kegelisahan. Mereka khawatir jika bayi mereka nanti adalah laki-laki dan akan dibunuh.

Dikisahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, para pengawal dan tentara Firaun pun melaksanakan perintahnya, setiap rumah dimasuki dan diselidiki, dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka saat melahirkan bayinya. Banyak bayi laki-laki dari Bani Israil yang dibunuh pada saat itu.

Firaun menjadi tenang dan merasa aman setelah mendapat kabar dari pasukannya bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak ada seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup.

Namun, ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah SWT tidak dapat ditolak. Ternyata pada saat itu di wilayah kerajaannya masih ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi laki-laki yang tidak diketahui sama sekali oleh Firaun dan pasukannya.

Ia adalah ibu dari Nabi Musa AS, yang sedang menantikan datangnya seorang bidan untuk memberinya pertolongan saat melahirkan. Bidan yang ditunggu pun datang dan menolong ibu Musa melahirkan, namun hati ibu Musa menjadi khawatir setelah mengetahui bahwa bayinya adalah seorang laki-laki.

Ia meminta agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi Musa dari siapa pun, dan hal tersebut diterima oleh sang bidan karena merasa simpati terhadap bayi Musa yang lucu itu, serta merasakan betapa sedihnya hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan.

Selama beberapa waktu, ibu Musa menyusui bayinya, namun ia merasa tidak tenang dan selalu cemas serta khawatir terhadap keselamatan bayinya. Suatu ketika, Allah SWT memberi petunjuk kepadanya agar menyembunyikan bayinya dalam sebuah peti, kemudian menghanyutkan peti yang berisi bayinya itu di Sungai Nil.

Allah SWT juga memberi petunjuk bahwa ibu Musa tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya, Allah SWT menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.

Akhirnya, ibu Musa menghanyutkan peti bayi berisi Musa di permukaan air Sungai Nil dengan bertawakal kepada Allah SWT. Ibu Musa memerintahkan kakak Musa untuk mengawasi dan mengikuti peti itu agar mengetahui di mana peti itu berlabuh dan siapa yang akan mengambil peti tersebut.

Betapa khawatirnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasinya itu ditemukan oleh istri Firaun yang sedang berada di tepi Sungai Nil bersama beberapa dayangnya, kemudian peti tersebut dibawanya masuk ke dalam istana.

Ibu Musa yang mengetahui kejadian tersebut menjadi sedih dan sangat cemas, tetapi ia ingat bahwa Allah SWT telah menjamin keselamatan anaknya tersebut. Perlu diketahui bahwa Asiyah istri Firaun adalah orang yang beriman, walaupun suaminya adalah seorang yang kejam.

Asiyah istri firaun memberitahukan tentang bayi laki-laki yang ditemuinya di dalam peti yang terapung di atas permukaan Sungai Nil tersebut kepada firaun. Firaun segera memerintahkan untuk membunuh bayi itu sambil berkata kepada istrinya,

“Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.”

Akan tetapi, istri firaun yang sudah telanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi Musa itu, kemudian berkata kepada suaminya,

“Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil ia sebagai anak, kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu.”

Demikianlah, jika Allah yang Maha kuasa menghendaki sesuatu, maka jalan bagi terlaksananya takdir itu akan dimudahkan. Allah SWT telah menakdirkan bahwa nyawa bayi tersebut akan selamat dan Musa akan diasuh oleh keluarga Firaun.

Keluarga Firaun memberikan nama Musa kepada bayi itu. Musa adalah bayi yang masih “merah” dan membutuhkan air susu sehingga keluarga Firaun mencari orang yang dapat memberikannya susu pada bayi tersebut.

Setelah itu, beberapa ibu didatangkan untuk Musa, namun semua ibu yang mencoba memberi air susunya langsung ditolak oleh bayi itu.

Istri Firaun menjadi sangat bingung memikirkan bayi angkatnya itu yang enggan meminum susu dari sekian banyak ibu yang didatangkan ke istana.

Kakak Nabi Musa AS yang memang dari awal sudah diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi keadaan adiknya pun mendengar informasi tersebut, kemudian ia memberanikan diri datang menjumpai istri firaun untuk menawarkan seorang ibu yang mungkin diterima oleh bayi itu untuk disusui.

Agar penyamarannya tidak diketahui oleh firaun, maka kakak Nabi Musa berkata kepada mereka,

“Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini, hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.”

Tawaran kakak Musa diterima oleh istri Firaun, dan ibu kandung Musa dijemput untuk menyusui bayi tersebut. Begitu Musa disusukan oleh ibu kandungnya sendiri yang tidak diketahui oleh keluarga firaun, Nabi Musa AS meminumnya dengan sangat lahap.

Melihat hal tersebut maka Musa diserahkan kepada ibu kandungnya sendiri untuk diasuh selama masa menyusui dengan imbalan upah yang besar. Hal tersebut sesuai dengan janji Allah SWT kepada ibu Nabi Musa AS bahwa ia akan menerima kembali putranya itu.

Setelah selesai masa menyusui Nabi Musa, AS, Nabi Musa AS dikembalikan oleh ibunya ke istana, untuk diasuh, dibesarkan, dan dididik seperti anak-anak raja yang lain.

Nabi Musa AS mengendarai kendaraan firaun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Firaun, ia dikenal orang sebagai Musa bin Firaun.

Kisah Nabi Musa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Qasas ayat 4 sampai 13.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ya’qub AS Kehilangan Penglihatan setelah Menangisi Yusuf AS



Jakarta

Nabi Ya’qub AS merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS. Ia sangat menyayanginya hingga menimbulkan kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf AS.

Menukil dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, saudara-saudara Yusuf AS lantas memiliki rencana buruk. Mereka menjebloskan Yusuf AS kecil ke dalam sebuah sumur.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 15,


فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah itu, para saudara Yusuf AS berbohong dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah tewas akibat diterkam binatang buas. Mendengar cerita itu, Nabi Ya’qub AS sedih bukan main hingga terus menerus menangis sampai-sampai kedua matanya buta.

Meski demikian, Allah SWT memberi kekuatan kepada Ya’qub AS untuk tetap tegar melewati ujian. Padahal, putra-putranya berbohong karena sebetulnya Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dikisahkan dalam Qashash Al Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, setelah sekian lama waktu berlalu, ia dapat mencium aroma baju Yusuf AS. Seperti diketahui, Ya’qub AS dikaruniai mukjizat indra penciuman yang tajam.

Setelah mencium aroma baju Nabi Yusuf AS, tiba-tiba Nabi Ya’qub AS dapat melihat kembali. Ini terjadi ketika baju tersebut diusapkan ke wajah sang nabi.

Mengetahui hal itu, Nabi Ya’qub AS memohon ampunan atas perbuatan anak-anaknya seperti tertuang dalam surah Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Saudara-saudara Yusuf AS juge memohon ampun kepada Allah SWT atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. Sang Khalik yang Maha Pemaaf, memberi mereka ampun dan mengabulkan permohonan mereka.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com