Tag Archives: ridwan abqary

Ratu Balqis Masuk Islam dan Kisah di Balik Usaha Nabi Sulaiman AS



Jakarta

Ratu Balqis merupakan ratu Saba yang dikisahkan tunduk kepada Nabi Sulaiman. Dilansir dalam Ridwan Abqary dalam bukunya 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur’an, Ratu Balqis mendiami sebuah negeri yanag subur dan masyarakatnya sejahtera yang bernama Negeri Saba.

Kisah Ratu Balqis ini juga diabadikan oleh Allah SWT melalui firmanNya di dalam beberapa ayat Al-Qur’an Surah An-Naml. Bagaimana kisahnya?

Awal Mula Ratu Balqis Diketahui Oleh Nabi Sulaiman AS

Hal ini dikisahkan dalam Surah An-Naml ayat 23 dan 24, yang berbunyi:


اِنِّيْ وَجَدْتُّ امْرَاَةً تَمْلِكُهُمْ وَاُوْتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَّلَهَا عَرْشٌ عَظِيْمٌ(23

وَجَدْتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُوْنَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُوْنَۙ(24

Artinya: “Sesungguhnya aku (burung hudhud) mendapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka (penduduk negeri Saba’). Dia dianugerahi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang besar.Aku (burung Hudhud) mendapati dia dan kaumnya sedang menyembah matahari, bukan Allah. Setan telah menghiasi perbuatan-perbuatan (buruk itu agar terasa indah) bagi mereka sehingga menghalanginya dari jalan (Allah). Mereka tidak mendapat petunjuk.”

Menurut Tafsir Quran Kemenag dijelaskan yang dimaksud dengan perempuan dalam ayat ini adalah Ratu Balqis yang memerintah kerajaan Saba’ pada zaman Nabi Sulaiman AS. Diketahui meskipun Ratu Balqis memiliki segalanya, ia tidak menyembah Allah SWT sebagai pemilik seluruh alam beserta isinya.

Ketegasan Nabi Sulaiman AS Menyampaikan Pesan Keagungan Allah SWT kepada Ratu Balqis

Dikutip dalam Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul karangan Iip Syarifah, Nabi Sulaiman AS merasa heran ketika mendengar ada orang yang menyembah selain Allah SAW. Oleh karena itu, Nabi Sulaiman AS segera mengirim surat kepada Ratu Balqis yang diantarkan oleh Hudhud.

Setelah Ratu Balqismenerima surat itu kemudian ia segera mengumpulkan orang-orang kepercayaannya untuk membicarakan isi surat itu. Para orang terpercayanya menyampaikan pandangan mereka mengenai surat itu.

Mereka menyarankan kepada Ratu Balqis agar tidak mudah percaya pada isi surat itu, karena bisa saja raja (Nabi Sulaiman AS) pengirim surat itu ingin menguasai kerajaan mereka. Ratu Balqis bersikap sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan dan mengirimkan surat balasan kepada Nabi Sulaiman AS yang berisi bahwa beliau akan mengirimkan utusannya.

Kemudian, Hudhud kembali membawa surat balasan. Ratu Balqis mengirimkan utusannya kepada Nabi Sulaiman AS dengan membawa berbagai macam hadiah mewah dari kerajaannya. Untuk menyambut kehadiran utusan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman mempersiapkan istana yang keindahan dan kemegahannya tidak tertandingi.

Ratu Balqis Tunduk kepada Nabi Sulaiman AS melalui Kuasa Allah SWT

Singkat cerita, utusan Ratu Balqis ini menyampaikan apa yang dilihatnya ini sangat di luar nalarnya. Bagaimana ada istana yang lebih megah dibandingkan kepunyaan Ratu Balqis, hal ini membuat Ratu Balqis penasaran.

Ratu Balqis kemudian berniat berangkat sendiri untuk memastikan apa yang disampaikan oleh utusannya. Mendengar kabar bahwa Ratu Balqis ingin datang langsung ke istananya, Nabi Sulaiman AS bertanya kepada para jin, “Siapa yang sanggup memindahkan kerajaan Ratu Balqis ke istanaku dalam waktu sekejap?”

Akhirnya istana yang megah ini berhasil dibangun oleh anugerah yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Sulaiman AS. Segera setelah Ratu Balqis sampai di istana Nabi Sulaiman AS, ia bertanya “Seperti inikah singgasanamu?” kepada Ratu Balqis yang kebingungan mengamati siggahsana itu.

Setelah kebingungan beberapa saat, Ratu Balqis menjawab, “Seakan-akan singgasana ini adalah singgasanaku”.

Nabi Sulaiman AS kemudian berkata lagi, “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”

Kalimat terakhir yang disampaikan Nabi Sulaiman bertujuan mengingatkan agar Ratu Balqis dapat berpikir ada kuasa di atas kemampuannya. Tindakannya selama ini dengan menyembah matahari dan kemajuan ilmu yang telah dicapainya tidak ada apa-apanya sama sekali jika dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman AS dan keislamannya.

Ratu Balqis akhirnya tersadar bahwa yang dilihatnya adalah benar-benar singgasananya. Ratu Balqis kemudian sangat terpesona dengan keimanan Nabi Sulaiman AS yang telah disaksikannya.

Dia juga terpesona dengan kemajuan ilmu yang telah dicapai di kerajaan Nabi Sulaiman AS. Beliau kemudian mempersilakan Ratu Balqis untuk masuk ke istana yang sudah dipersiapkannya.

Akhirnya Ratu Balqis tersadar bahwa matahari yang selama ini disembah oleh kaumnya hanyalah makhluk yang telah diciptakan oleh Allah SWT untuk semua hamba-Nya. Ratu Balqis lalu mengumumkan keislamannya. Dia pun tunduk dan berserah diri kepada Allah SWT dan diikuti oleh seluruh rakyatnya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Nabi yang Dijuluki Singa Allah, Siapakah Dia?



Jakarta

Hamzah bin Abdul Muthalib namanya. Sosok sahabat Nabi Muhammad yang satu ini merupakan paman sekaligus saudara sepersusuan beliau.

Mengutip dari buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur’an oleh Ridwan Abqary, tahun kelahiran Hamzah dan Rasulullah SAW hampir sama karena usia keduanya tidak jauh berbeda. Hamzah dikenal sebagai sosok pemberani dan mahir dalam berperang.

Karenanya, banyak kaum Quraisy yang takut terhadap Hamzah. Bagaimana tidak? Hamzah dikenal sebagai sosok yang tidak segan mengajak berkelahi siapapun, meski lawannya adalah pemuka dari kaum Quraisy.


Dijelaskan dalam buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah karya Abdul Wadud Kasyful Humam, Hamzah merupakan anak kedua Abdul Muthalib dengan Haulah binti Wuhaib dari bani Zuhrah. Ia memiliki saudara dari istri yang berbeda berjumlah 16 dengan rincian sepuluh laki-laki dan enam perempuan.

Hamzah merupakan sosok yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Saking sayangnya beliau kepada Rasulullah, tak ada satu hari pun Hamzah tidak melindungi Nabi SAW.

Tidak ada seorang pun yang Hamzah biarkan menghina atau menganiaya keponakannya itu. Jika nekat, maka orang tersebut harus berhadapan dengan Hamzah.

Pembelaan Hamzah kepada Rasulullah dibuktikan ketika ia mendengar Abu Jahal menghina dan mengejeknya. Mengetahui hal itu dari seorang budak perempuan yang melaporkan kepada Hamzah.

Apa yang Hamzah perbuat? Meledaklah amarahnya. Ia lantas mendatangi Abu Jahal yang tengah mengadakan pertemuan dengan para pemuka Quraisy.

Tidak peduli akan situasi, dengan satu tarikan tangan diseretnya Abu Jahal dari tengah-tengah kaumnya. Wajah Abu Jahal menjadi pucat pasi melihat siapa yang datang dan berlaku kasar kepadanya.

“Berani sekali engkau sudah bertindak keji pada saudaraku, Muhammad!” teriak Hamzah.

Setelah itu, dipukulnya Abu Jahal dengan keras hingga darah mengalir dari pelipisnya. Berkali-kali Hamzah memukul pria itu di depan para kaum Quraisy.

Pemuka Quraisy yang turut hadir di sana merasa kaget dan ketakutan. Hamzah terlihat sungguh-sungguh akan ucapannya.

“Sekarang, kalian tahu bahwa aku berada di pihak Muhammad!” ujarnya ketus sebelum meninggalkan kaum Quraisy.

Sejak saat itu, Hamzah menyatakan keislamannya di depan Rasulullah. Ia selalu mendampingi dan melindungi Nabi SAW ke manapun ia pergi.

Karena keberaniannya itulah Hamzah memperoleh julukan “Singa Allah dan Rasul”. Sayangnya, Hamzah wafat karena salah seorang yang bernama Hindun memiliki dendam yang amat kuat terhadapnya.

Ketika Hamzah turut serta dalam Perang Badar, ia membunuh banyak musuh salah satunya ayah dari Hindun. Sebab itu, ketika Perang Uhud pecah, Hindun dengan rencananya yang matang berusaha membunuh Hamzah, ia menyewa budak yang bernama Wahsyi.

Wahsyi lalu membidik tombaknya ketika Hamzah lengah. Akibatnya, Hamzah tewas seketika hingga membuat Rasulullah dan kaum muslimin berduka.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Keledai Nabi Uzair Hidup Lagi Meski Tinggal Tulang Selama Ratusan Tahun



Jakarta

Kisah Nabi Uzair dan keledainya diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 259. Keledai Nabi Uzair yang telah menjadi tulang belulang bisa kembali hidup dan utuh.

Kisah ini termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 259,

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Artinya: Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minuman yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dijelaskan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran karya Ridwan Abqary, Uzair adalah seorang nabi dari kaum bani Israil. Kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an dan disebutkan sebagai orang yang tertidur selama 100 tahun lamanya.

Tidurnya Nabi Uzair ini terjadi atas kuasa Allah SWT. Bersama Nabi Uzair, ada seekor keledai yang mati. Setelah 100 tahun, tulang belulang keledai ini kembali berkumpul, terlapisi daging dan kembali hidup atas kehendak Allah SWT. Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi Uzair.

Nabi Uzair Tertidur 100 Tahun

Merangkum kitab Qashash al-Anbiyaa karya Imam Ibnu Katsir yang diterjemahkan Dudi Rosyadi, suatu hari Nabi Uzair berteduh usai memetik buah-buahan, ia ditemani seekor keledai.

Nabi Uzair beristirahat di sebuah tempat tua sambil menikmati sepotong roti dan air perasan anggur yang baru saja ia petik. Sambil menyandarkan kaki, ia merenungi pemandangan rumah yang atap-atapnya hampir roboh karena ditinggal penghuninya.

Ia juga melihat tulang belulang yang tergeletak di sana seraya berkata, “Bagaimana Allah SWT menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Ia tidak meragukan bahwa Allah dapat menghidupkan kembali negeri itu. Ia berkata seperti itu karena merasa takjub dengan kuasa Allah SWT.

Di saat itu juga, Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawanya, lalu ia dimatikan selama seratus tahun. Keledai Nabi Uzair pun mati beberapa hari setelahnya karena ia tak mendapatkan makan dan minum sementara ia diikat dengan kuat.

Kisah Keledai Nabi Uzair

Dalam kurun waktu 100 tahun itu, banyak peristiwa yang telah terjadi. Kemudian Allah SWT mengutus kembali malaikat untuk menghidupkan Nabi Uzair.

Semua anggota tubuh Nabi Uzair mulai dihidupkan kembali. Pertama akalnya agar ia dapat berpikir, lalu matanya agar ia dapat melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan kembali orang yang sudah mati.

Malaikat yang bertugas menghidupkan Nabi Uzair lantas berseru, “Sekarang lihatlah keledaimu.” Lalu Nabi Uzair segera melihat ke arah keledainya yang ternyata tinggal tulang belulang.

Malaikat tersebut berseru kepada tulang belulang itu untuk bersatu kembali, lalu tulang belulang itu pun menyatu dan membentuk seekor keledai.

Makailat itu menunggangi tulang belulang yang membentuk seekor keledai, sementara Uzair memperhatikannya.

Keledai itu kemudian dibungkus dengan urat-urat syaraf, lalu dibungkus dengan daging, kemudian dibungkus lagi dengan kulit dan bulu, kemudian ditiupkan kembali nyawanya. Keledai itu pun dapat bergerak lagi dan langsung menghadapkan kepala dan kedua telinganya ke atas langit karena mengira Hari Kiamat telah tiba.

Firman Allah SWT, “Tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”

Peristiwa ini membuat Nabi Uzair kemudian berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kehancuran Kaum Saba’, Hidup Makmur Tanpa Rasa Syukur


Jakarta

Kaum Saba’ merupakan salah satu dari empat peradaban besar yang terdapat di Arab. Menurut buku Kisah Kota-kota Dalam Al Quran karya Rani Yulianty, diperkirakan kaum Saba’ hidup pada tahun 1000-750 SM. Kisah kaum ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Saba’ ayat 15-19.

Disebutkan dalam buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-makhluk Allah yang disadur oleh Kaserun AS Rahman, mereka disebut dengan Saba’ karena mereka adalah orang Arab pertama yang pernah menjadi tawanan. Mereka memiliki mahkota yang dikenakan bagi para penguasa.

Banyak rasul yang diutus kepada mereka untuk mengajak mereka kepada agama tauhid dan menyembah Allah SWT. Akan tetapi, mereka tetap hidup semau mereka dan tidak mau menyambut ajakan para rasul tersebut. Akhirnya, kaum Saba’ mendapat azab berupa banjir besar yang menghancurkan hidup mereka. Berikut kisah kehancuran kaum Saba’.


Kisah Kehancuran Kaum Saba’

Diceritakan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran yang ditulis oleh Ridwan Abqary, kaum Saba’ adalah kaum yang hidup makmur dan serba berkecukupan di wilayah Arab Selatan. Allah SWT sudah menurunkan rahmat-Nya kepada seluruh kaum Saba’ dengan hasil pertanian yang subur dan tempat yang sangat cocok untuk berdagang.

Kebun anggur tumbuh subur di mana-mana dengan hasil yang sangat melimpah. Mereka menjual anggur-anggur hasil panen dan mencukupi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Sebuah bendungan yang cukup kuat dan kokoh tampak berdiri tegak di wilayah Ma’rib, yang disebut sebagai Bendungan Ma’rib.

Bendungan Ma’rib ini menampung air yang mengalir dari Sungai Adhanah dan digunakan untuk mengairi kebun-kebun anggur milik kaum Saba’. Dengan pengairan yang baik dan tanah yang subur, mereka bisa menikmati hasil panen yang baik setiap tahunnya. Oleh karena itu, seluruh penduduk Saba’ tidak ada yang hidup kekurangan.

Kaum Saba’ adalah kaum yang lengkap, mereka hidup makmur dan bergelimang kemewahan. Selain kenikmatan hidup dari berbagai usaha yang mereka jalankan, mereka pun memiliki pasukan tentara yang sangat kuat.

Dengan keamanan yang kuat, mereka bisa menjaga kehidupan kaum mereka dengan aman. Mereka hidup dengan nikmat dan berkah dunia yang sangat tinggi.

Kaum Saba’ pun terkenal sebagai salah satu kaum yang hebat pada saat itu dan disegani oleh kaum-kaum yang lain. Namun ternyata, keberhasilan dan kehidupan mewah mereka tidak diikuti oleh iman dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Mahakuasa.

Kemakmuran yang merupakan limpahan nikmat dari Allah SWT tidak diiringi dengan rasa syukur. Mereka tenggelam dalam harta duniawi dan mulai melupakan Sang Pemberi Rezeki. Air mengalir terus ke kebun-kebun mereka, namun tidak ada ucapan pujian sedikit pun kepada Allah SWT.

Merujuk kembali pada buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-Makhluk Allah, kisah kehancuran kaum Saba’ ini terjadi ketika mereka tidak menjalankan perintah Allah SWT, maka Allah SWT mengirimkan pasukan tikus yang melubangi bendungan mereka yang begitu kokoh itu.

Bendungan yang kokoh itu pun runtuh hingga terjadi banjir yang sangat besar dan menghantam seluruh penduduk beserta taman-taman mereka yang bagaikan surga. Bumi yang subur dan indah itu pun rusak dan hancur. Batu-batu yang berasal dari bendungan membanjiri seluruh tanah mereka hingga tidak lagi subur dan tidak bisa ditanami.

Beberapa waktu kemudian, taman bunga dan buah-buahan mereka berganti dengan kebun yang ditumbuhi pohon-pohon berduri. Anggur, kurma, dan buah-buah segar lainnya telah musnah, berganti dengan pohon yang buruk dan berduri.

Mengutip kembali buku Kisah Kota-kota Dalam Al-Quran, hukuman yang dikirimkan kepada Kaum Saba’ dinamakan ‘Sail Al-Arim’ atau banjir Arim. Penamaan ini merupakan ungkapan yang menggambarkan datangnya banjir yang menimpa kaum Saba’ bersamaan dengan runtuhnya monumen penting Negeri Saba’, yaitu bendungan Arim.

Akibatnya, Negeri Saba’ hancur, baik dari segi perekonomian maupun bidang lainnya.

Disebutkan pula dalam buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-Makhluk Allah, bahwa hingga saat ini, penduduk Saba’ masih tinggal di desa dan rumah-rumah mereka. Namun, Allah SWT mempersulit dan mempersempit rezeki mereka. Kemakmuran dan nikmat yang mereka rasakan dahulu telah berganti dengan kemiskinan dan kekurangan.

Meski demikian, Allah SWT tidak sepenuhnya menghancurkan mereka dan tidak memecahbelahkan mereka. Wilayah mereka masih tetap terhubung dengan wilayah yang penuh berkah, Makkah Al-Mukarramah di Jazirah Arabia dan Baitul Maqdis di Syam.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com