Tag Archives: rumah rasulullah

Kisah Sahabat Nabi yang Pilih Berjauhan dengan Rumah Rasulullah, Kenapa?



Jakarta

Menurut kisah, ada salah satu sahabat nabi yang lebih memilih rumahnya berjauhan dengan rumah Rasulullah SAW. Padahal, sahabat-sahabat yang lain bahkan berebut untuk mendiami rumah yang berdekatan dengan beliau.

Nama sahabat tersebut diketahui bernama Sya’ban. Alasannya ini bahkan membuatnya menyesal pada saat sakaratul maut.

Sahabat yang Pilih Rumah Berjauhan dengan Rumah Rasulullah

Dikutip dari buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III tulisan Yusak Burhanudin dan Muhammad Najib, Rasulullah SAW mendiami rumah yang terletak di samping Masjid Nabawi. Para sahabatnya kerap menunaikan ibadah di sana.


Sya’ban Radhiyallahu’anhu adalah sahabat yang selalu hadir di masjid sebelum waktu salat tiba dan memilih posisi di pojok masjid saat salat berjamaah. Hal itu ditujukan agar tidak mengganggu ibadah orang lain. Rasulullah SAW dan semua orang mengetahui akan kebiasaannya itu.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW dan para sahabat melaksanakan salat berjamaah di masjid. Namun, Rasulullah SAW terkejut karena tidak melihat Sya’ban hadir.

Beliau menunggu kehadiran Sya’ban, tetapi Sya’ban tidak datang. Akhirnya, Rasulullah SAW memutuskan untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah tanpa kehadiran Sya’ban.

Setelah salat Subuh berjamaah selesai, Sya’ban masih belum muncul di masjid. Rasulullah SAW sangat khawatir dan meminta seorang sahabat untuk menemui Sya’ban di rumahnya.

Saat sampai di rumah Sya’ban, istri Sya’ban memberitahu Rasulullah SAW bahwa Sya’ban telah meninggal dunia. Istri tersebut juga menceritakan tentang teriakan Sya’ban pada saat sakaratul maut. Saat itu, Sya’ban berteriak,

“Aduh, kenapa tidak lebih jauh. Aduh, kenapa tidak yang baru. Aduh, kenapa tidak semua.”

Pada saat menjelang ajal, Sya’ban diberi penglihatan tentang perjalanan hidupnya dan ganjaran dari perbuatan-perbuatannya selama hidup di dunia. Ia berteriak, “Aduh, kenapa tidak lebih jauh,”

Hal ini diketahui karena ia menyesal tidak memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid. Sebab, setiap langkah ke masjid dihitung sebagai pahala.

Poin pertama teriakan inilah yang diketahui juga menerangkan kenapa Sya’ban memilih berjauhan dengan rumah Rasulullah SAW yang dekat masjid. Mengutip laman Kementerian Agama (Kemenag) Kanwil Aceh dan laman NU Online, saat itu, diketahui Sya’ban yang harus berjalan tiga jam dari rumahnya ke Masjid Nabawi.

Perihal ini kemudian sampai ke telinga Ubay bin Ka’ab, seorang mantan pendeta Yahudi yang telah memeluk Islam dan menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW. Ubay bin Ka’ab merasa kasihan dan menyarankan agar Sya’ban membeli seekor keledai agar perjalanannya lebih cepat dan kakinya tidak terasa sakit.

Akan tetapi, Sya’ban menolak dengan tegas sembari berkata, “Demi Allah, aku tidak ingin rumahku berdekatan dengan rumah Rasulullah. Aku lebih suka tinggal di sebuah rumah yang jauh dari beliau,”

Ubay bin Ka’ab terkejut dengan jawaban Sya’ban dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Rasulullah SAW. Tak lama kemudian, Rasulullah memanggil Sya’ban untuk mengonfirmasi mengapa ia tidak ingin tinggal dekat dengan beliau.

Sya’ban pun menjawab bahwa pernah ada sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa setiap langkah seseorang menuju masjid akan menghapuskan satu dosa atau meningkatkan derajatnya satu tingkat.

Kembali mengutip buku berjudul Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III, ada dua penyesalan Sya’ban yang dirasakannya saat sakaratul maut.

Pertama, ia berteriak “Aduh, kenapa tidak yang baru,” lantaran menyesal tidak memberikan baju baru kepada seseorang yang pernah ia temui. Pada suatu kesempatan, ia memberikan bajunya pada seseorang yang kedinginan di luar masjid.

Sementara itu, ia berteriak, “Aduh, kenapa tidak semua,” karena ia menyesal hanya memberikan sebagian roti yang dimilikinya kepada seseorang yang kelaparan.

Sya’ban mengucapkan ketiga kalimat tersebut karena ia sangat menyesal. Ia merasa menyesal karena tidak melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ini karena Allah SWT akan membalas setiap perbuatan manusia sesuai dengan kebesaran amal yang telah dilakukannya. Wallahua’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rumah Pertama Rasulullah di Madinah yang Dipilih oleh Unta



Jakarta

Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dilakukan secara sembunyi-sembunyi bersama salah seorang sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau memilih jalur yang berlawanan agar tidak diketahui oleh kafir Quraisy.

Setibanya di Madinah, Nabi Muhammad SAW mendapat sambutan suka cita dari penduduk setempat yang telah menantikan kedatangannya. Bahkan para penduduk saling berebut menawarkan tempat tinggal untuk beliau.

Setiap kali unta Rasulullah SAW bernama Qashwa melewati rumah kaum Anshar, penghuninya selalu memegang tali kekangnya seraya berkata, “Mari singgah di rumah kami, wahai Rasulullah, sudah dipersiapkan dan sudah disiapkan, juga ada perlindungan dan kekuatan.”


Sementara Rasulullah SAW hanya bersabda kepada mereka, “Biarkan unta itu berjalan, sesungguhnya ia sudah diperintahkan,” sebagaimana dikutip dari buku Negeri Iman, Orang beriman dan Kemenangan yang Nyata karya Hamid Ahmad Ath-Thahir.

Banyak di antara sahabat Anshar yang menawarkan tempat tinggal, tetapi Rasulullah SAW selalu sama menjawabnya. Lantas, rumah siapa yang pertama kali dijadikan sebagai tempat tinggal Nabi SAW?

Kisah Berdirinya Rumah Pertama Nabi Muhammad di Madinah

Dikisahkan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, unta milik Rasulullah SAW terus berjalan menyusuri jalan-jalan di Madinah.

Saat tiba di perkampungan Bani Malik bin Najjar, unta tersebut menderum di sebuah tempat pengeringan kurma. Pemiliknya adalah dua anak yatim dari Bani Najjar yang berada dalam pengasuhan Mu’adz bin Afra, yaitu bernama Sahal dan Suhail bin Amru.

Namun, tak lama kemudian unta Rasulullah SAW menderum sehingga beliau tidak turun dari punggungnya. Ternyata si unta masih berjalan lagi tak jauh dari tempat semula. Beliau pun tetap membiarkan tali kekangnya dan tidak membelokkannya

Unta tersebut akhirnya berhenti dan berlutut di depan rumah milik Abu Ayyub al Anshari. Rumah ini kemudian dikenal sebagai tempat tinggal pertama Rasulullah SAW di Madinah.

Ketika tinggal di rumah Abu Ayyub, Rasulullah SAW kemudian bertanya tentang tempat pengeringan kurma sebelumnya, “Milik siapakah itu?”

Mu’adz bin Afra menjawab, “Wahai Rasulullah, tempat itu milik Sahal dan Suhail bin Amru. Keduanya anak yatim yang berada dalam pengasuhanku. Aku akan meminta kepada keduanya untuk merelakannya agar engkau bisa menggunakannya sebagai lokasi masjid.”

Abul Hasan al-Ali Hasan an-Nadwi dalam bukunya Sirah Nabawiyah turut menceritakan bahwa kala itu Rasulullah SAW memanggil kedua anak yatim pemilik tempat pengeringan kurma.

Beliau menanyakan harganya kepada mereka untuk dibelinya dan menjadikannya sebagai masjid. Kedua anak yatim itu berkata, “Justru kami telah menghibahkannya untukmu, wahai Rasulullah.”

Akan tetapi, Rasulullah SAW menolak untuk menerima sebagai hibah mereka. Beliau memutuskan untuk membelinya dari mereka lalu membangun masjid di tanah tersebut. Selama masa pembangunan, Nabi Muhammad SAW tetap tinggal di rumah milik Abu Ayyub selama tujuh bulan.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW membeli tanah tempat pengeringan kurma tersebut seharga 10 dinar emas yang beliau bayarkan dari harta milik Abu Bakar.

Di tempat itulah Rasulullah SAW membangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Nabawi. Pada sebagian tanahnya, Nabi SAW membangun rumah pertama milik beliau serta membangun bilik untuk istri-istrinya di samping masjid.

Demikianlah kisah berdirinya rumah pertama Nabi Muhammad SAW di Madinah yang dipilih oleh unta Qashwa miliknya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com