Tag Archives: sa

Apa Itu Harta Haram dan Bagaimana Cara Bertaubatnya?


Jakarta

Keberkahan harta sangat erat kaitannya dengan cara memperolehnya. Harta yang didapat secara tidak benar tidak hanya membawa dosa, tetapi juga bisa menjadi penghalang diterimanya amal ibadah. Allah SWT memperingatkan dalam surat An-Nisa ayat 29,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā ta’kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takūna tijāratan ‘an tarāḍim minkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha kāna bikum raḥīmā(n).


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Apa Itu Harta Haram?

Harta haram adalah segala hal dalam kepemilikan yang bertentangan dengan syariat Islam, baik dari segi zatnya maupun cara memperolehnya. Dalam buku Berguru Kepada Jibril Seri 1 karya H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., Prof. Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri membagi harta haram menjadi tiga kategori utama:

1. Harta yang Haram dari Zatnya

Contohnya adalah khamr (minuman keras), babi, dan barang najis. Barang-barang seperti ini tidak sah dipergunakan dalam bentuk apa pun, termasuk untuk sedekah. Satu-satunya tindakan yang dibenarkan adalah memusnahkannya agar tidak memberi manfaat kepada siapa pun.

2. Harta yang Haram Karena Merugikan Hak Orang Lain

Seperti barang hasil curian, misalnya handphone atau kendaraan. Harta ini harus dikembalikan kepada pemiliknya. Jika tetap digunakan atau disedekahkan, maka tidak sah dan tetap dianggap berdosa.

3. Harta yang Haram Karena Cara Memperolehnya

Ini mencakup hasil dari usaha yang dilarang, seperti riba atau jual beli barang haram. Meski bentuknya mungkin tampak biasa, namun secara syariat tidak bisa diterima. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula shadaqah dari ghulul (harta haram).” (HR. Muslim no. 224)

Cara Bertaubat dari Harta Haram

Taubat dari harta haram tidak cukup dengan penyesalan di dalam hati. Harus ada tindakan nyata untuk membersihkannya. Dalam buku Tanya Jawab Islam PISS KTB, merujuk kepada Kitab Al-Majmu’, Imam Al-Ghazali memberikan panduan sebagai berikut:

1. Mengembalikan kepada Pemiliknya

Jika diketahui siapa pemiliknya dan orang tersebut masih hidup, maka harta itu wajib dikembalikan kepadanya atau wakilnya.

2. Menyerahkan kepada Ahli Waris

Jika pemilik sudah wafat, maka harta tersebut harus diberikan kepada ahli warisnya yang sah.

3. Dialokasikan untuk Kepentingan Umat Islam

Jika pemiliknya tidak diketahui atau mustahil ditemukan, maka harta itu digunakan untuk keperluan umum yang bermanfaat bagi umat Islam, seperti membangun masjid, jembatan, pesantren, atau memperbaiki jalan.

4. Diberikan kepada Fakir Miskin

Bila tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan umum, maka harta tersebut bisa diberikan kepada fakir miskin. Bukan sebagai sedekah yang mengharap pahala, tetapi sebagai tanggung jawab untuk membersihkan diri dari sesuatu yang haram.

Memiliki harta yang halal dan bersih adalah fondasi bagi keberkahan hidup dan diterimanya segala amal ibadah. Jika sudah menyadari bahwa sebagian harta berasal dari sumber yang tidak halal, maka hendaknya segera mengambil langkah taubat yang sesuai dengan tuntunan agar mendapatkan ketenangan hati dan dijauhkan dari hal-hal batil.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah: Arab, Latin, dan Terjemahannya


Jakarta

Surat Al-Baqarah ayat 285-286 adalah dua ayat terakhir dalam surah tersebut. Ayat-ayat ini mengandung berbagai makna penting, seperti pengertian iman, ketawakalan, Islam, permohonan ampun, serta rahmat dari Allah.

Kedua ayat ini juga dikenal dengan sebutan ‘kafaatahu’, yang berarti dua ayat yang cukup atau mencukupi. Istilah “cukup” di sini merujuk pada pemenuhan rezeki atau kebutuhan bagi setiap muslim yang membaca ayat tersebut.

Bagaimana Bunyi 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah?

Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, yaitu ayat 285 dan 286, berikut ini adalah teks lengkapnya beserta tulisan latin dan terjemahannya.


آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Bacaan latin: āmanarrrasụlu bimā unzila ilaihi mirrabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadimmirrusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr

lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā innasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali,” (Al-Baqarah:285)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”, (Al-Baqarah:286)

Keutamaan 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

Berdasarkan buku Tafsir dan Makna Doa-Doa dalam Al-Qur’an karya Syaikh Bakar Abdul Hafizh Al-Khulaifat, seorang muslim yang rutin membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan memperoleh berbagai keutamaan.

Ibnu Katsir dalam karyanya juga mengutip beberapa hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan keistimewaan dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah tersebut.

1. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya ia berkata, “Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah pada malam hari, maka itu cukup baginya.”

2. Diriwayatkan dari Abu Dzarr bahwasanya ia berkata, “Rasulullah bersabda, “Aku diberikan (ayat-ayat) akhir dari Surat Al-Baqarah dari sebuah perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy yang tidak diberikan kepada satupun Nabi sebelumku.”

3. Diriwayatkan dari Hudzaifah bahwasanya ia berkata, “Rasulullah bersabda, Allah mengutamakan kita dari seluruh manusia dengan tiga hal. Aku diberikan ayat-ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah dari sebuah perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy yang tidak diberikan kepada seseorang sebelumku dan setelahku.”

4. Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir dari Nabi bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab (Lauh Mahfuzh) dua ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Dia menurunkan dua ayat dari kitab tersebut yang menjadi akhir Surat Al-Baqarah dan tidaklah seseorang membacanya di dalam rumah selama tiga malam kecuali setan tidak akan memasukinya.”

5. Diriwayatkan dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas berkata, “Ketika Nabi Muhammad duduk di hadapan Jibril, maka beliau mendengar suara menggelegar dari atas kepalanya, kemudian beliau mengangkat kepalanya, maka Jibril berkata, “Ini adalah salah satu pintu langit yang telah dibuka hari ini, tidak pernah dibuka kecuali hari ini” Turunlah darinya seorang malaikat. Maka disebutkan, “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan tidak pernah turun sebelumnya kecuali hari ini.” Maka malaikat tersebut mengucapkan salam dan mengatakan, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu dan tidak ada seorang Nabi pun yang pernah diberikan dua cahaya ini, yaitu; Al-Fatihah dan akhir-akhir dari Surat Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf pun di antara dua surat tersebut kecuali akan diberikan kepadamu.”

6. Diriwayatkan dari Ali bahwasanya ia berkata, “Saya tidak melihat orang yang memahami Islam kecuali ia akan membaca sebelum ia tidur ayat kursi dan akhir-akhir Surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya Surat Al-Baqarah ia diturunkan untuk Nabi kalian dari perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy.

7. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah membaca akhir Surat Al-Baqarah dan ayat kursi, maka ia tersenyum sambil berkata, “Sesungguhnya keduanya diturunkan dari perbendaharaan Allah yang terletak di bawah Arsy.”

Dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah memiliki keutamaan yang sangat besar karena dianggap sebagai pemberian khusus dari Allah yang tidak diberikan kepada nabi lain sebelumnya.

Ayat-ayat ini berasal dari perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy, sehingga membacanya memberikan perlindungan dari gangguan setan dan menjadi cahaya serta berkah bagi yang membacanya secara rutin.

Kapan 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah Dibaca?

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membaca ayat-ayat ini dari Surah Al-Baqarah karena keutamaannya yang besar.

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan,” (HR Bukhari dan Muslim).

Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah sangat dianjurkan untuk dibaca pada malam hari karena saat itu merupakan waktu yang penuh ketenangan dan kesempatan untuk bermunajat serta mendekatkan diri kepada Allah.

Membacanya di malam hari juga diyakini membawa keberkahan dan kecukupan bagi pembacanya, seperti yang disebutkan dalam hadits.

Namun, pada dasarnya ayat-ayat ini boleh dibaca kapan saja selama niatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon rahmat serta perlindungan-Nya. Jadi, waktu membaca bukanlah halangan utama, melainkan kesungguhan hati dalam menghayati maknanya yang paling penting.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sedekah Apa yang Paling Bermanfaat untuk Orang yang Sudah Meninggal? Ini Jawabannya


Jakarta

Berbagi kebaikan melalui sedekah merupakan amalan yang dianjurkan dalam Islam, terutama untuk memberikan manfaat kepada sesama. Namun, bagaimana jika kita tetap ingin memperoleh pahala dari sedekah tersebut meski telah meninggal dunia?

Dalam hal ini, Islam mengenal sedekah jariyah, sebuah bentuk sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun pemberinya telah tiada. Jenis sedekah ini dianggap paling bermanfaat karena pahalanya tidak terputus selama membawa manfaat bagi orang lain.

Jenis Sedekah yang Terus Mengalir untuk Orang yang Sudah Meninggal

Sedekah jariyah adalah hadiah terbaik untuk orang yang sudah meninggal. Karena pahalanya terus mengalir sampai ke akhirat.


Menurut buku Quran Hadits karya Asep B.R, sedekah jariyah diartikan sebagai pemberian harta atau benda secara ikhlas demi Allah SWT, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang secara berkelanjutan.

Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW menyebutkan tiga amal yang pahalanya tetap mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia, salah satunya adalah sedekah jariyah.

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali dari tiga hal ini, yakni; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Bentuk Sedekah Jariyah

Menurut Manshur Abdul Hakim dalam Buku Saku Terapi Bersedekah, sedekah jariyah merupakan sedekah yang pahalanya terus berlanjut meskipun pemberinya telah wafat.

Jenis sedekah ini dianggap yang paling baik bagi orang yang sudah meninggal, karena pahalanya tetap mengalir selama sedekah tersebut masih memberikan manfaat atau digunakan oleh banyak orang.

Berikut ini adalah beberapa bentuk sedekah jariyah:

1. Mengalirkan air untuk banyak orang

Menyediakan sumber air bersih, seperti menggali sumur atau membangun saluran air, merupakan bentuk sedekah jariyah yang besar manfaatnya. Selama air tersebut digunakan oleh manusia, hewan, atau tumbuhan, pahala bagi pemberinya akan terus mengalir meskipun ia telah meninggal dunia.

Rasulullah SAW bersabda:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ

Artinya: “Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal dunia, apakah boleh aku bersedekah atas namanya?” Jawab Rasulullah, “Iya, boleh.” Sa’ad bertanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling afdal?” Jawab Rasulullah, “Memberi minum air.” (HR. An-Nasai)

2. Memberi makan

Memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan, baik dalam bentuk sedekah langsung maupun penyediaan sumber pangan berkelanjutan, termasuk sedekah jariyah. Selama makanan tersebut mengenyangkan perut yang lapar dan memberikan energi bagi penerimanya, pahala bagi pemberi sedekah tetap akan terus dicatat.

Rasulullah bersabda:

مَنْ أَطْعَمَ مُؤْمِنًا حَتَّى يُشْبِعَهُ مِنْ سَغَبٍ أَدْخَلَهُ اللهُ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ لَا يَدْخُلُهُ ٳِلَّا مَنْ كَانَ مِثْلَ رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ فِي الْكَبِيْرِ

Artinya: “Siapa memberikan makan orang mu’min sehingga dia kenyang dari kelaparannya, maka Allah SWT akan memasukkannya ke satu pintu dari pintu-pintunya surga, tidak ada lagi yang masuk melalui pintu tersebut kecuali orang yang serupa dengannya.”

3. Membangun masjid

Membangun masjid sebagai tempat ibadah memberikan manfaat besar bagi umat Islam yang memanfaatkannya untuk shalat, belajar, atau kegiatan keagamaan lainnya. Selama masjid tersebut digunakan, pahala untuk orang yang mendirikannya akan terus mengalir tanpa terputus.

Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, Ibnu Majah, Ath-Thabrani, dan Baihaqi. Rasulullah bersabda,

وَمَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

Artinya: “Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membuatkan rumah di surga untuknya.” (HR Muslim, Ath-Thabrani, Ibnu Majah, & Baihaqi)

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Macam Sedekah yang Paling Bermanfaat bagi Orang yang Meninggal Dunia


Jakarta

Sedekah tidak hanya bisa dilakukan kepada yang masih hidup, melainkan juga yang sudah meninggal dunia. Dalil terkait sedekah disebutkan dalam sejumlah ayat suci, salah satunya surah Ali Imran ayat 92.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”


Menukil dari buku Hikmah Sedekah: Menemukan Kebaikan dalam Memberi oleh Sakti Wibowo, sedekah dimaknai sebagai tindakan memberi harta atau bantuan kepada orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan atau balasan dari penerima.

Sedekah banyak jenisnya. Namun, sedekah yang dilakukan atas nama orang yang telah meninggal dunia tergolong sebagai sedekah jariyah.

Sedekah yang Paling Bermanfaat bagi Orang yang Meninggal Dunia

Sedekah jariyah merupakan sedekah yang paling bermanfaat untuk orang yang sudah wafat. Sebab, pahala dari sedekah jariyah akan terus mengalir meski pelaku sedekah telah meninggal dunia.

Dalil mengenai sedekah jariyah tercantum dalam hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali dari tiga hal ini, yakni; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Seperti Apa Bentuk Sedekah Jariyah?

Mengutip Buku Saku Terapi Bersedekah yang ditulis Manshur Abdul Hakim, berikut beberapa bentuk dan jenis dari sedekah jariyah.

1. Mendirikan Masjid

Membangun masjid termasuk salah satu jenis sedekah jariyah. Sebagaimana diketahui, masjid merupakan tempat ibadah yang bisa dimanfaatkan untuk salat, belajar, mengaji atau kegiatan keagamaan lain.

Ketika masjid tersebut terus digunakan untuk hal-hal yang baik, maka pahala bagi orang yang membangunnya terus mengalir tanpa terputus. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membuatkan rumah di surga untuknya.” (HR Muslim)

2. Memberi Makan Orang yang Membutuhkan

Jenis sedekah jariyah yang kedua adalah memberi makan orang yang membutuhkan. Ini bisa berupa sedekah secara langsung atau penyediaan sumber pangan berkelanjutan.

Pahala bagi si pemberi sedekah akan tercatat jika makanan yang diberikan mengenyangkan perut orang yang lapar. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Siapa memberikan makan orang mukmin sehingga dia kenyang dari kelaparannya, maka Allah SWT akan memasukkannya ke satu pintu dari pintu-pintunya surga, tidak ada lagi yang masuk melalui pintu tersebut kecuali orang yang serupa dengannya.”

3. Mengalirkan Air

Maksud dari mengalirkan air di sini yaitu menggali sumur atau membangun saluran air untuk kepentingan khalayak. Terkait hal ini turut dijelaskan dalam hadits dari Rasulullah SAW,

“Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal dunia, apakah boleh aku bersedekah atas namanya?” Jawab Rasulullah, “Iya, boleh.” Sa’ad bertanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling afdal?” Jawab Rasulullah, “Memberi minum air.” (HR An-Nasai)

4. Membantu Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Membantu pengembangan ilmu pengetahuan termasuk sedekah jariyah. Ini bisa dilakukan dengan menerbitkan buku atau Al-Qur’an, membiayai sekolah atau asrama bagi fakir miskin dan semacamnya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Amal saleh dan kebaikan seorang mukmin yang tetap lestari setelah kematiannya adalah; ilmu yang diamalkan dan disebarkan, anak saleh yang di tinggalkan, buku yang diwariskan, masjid yang di bangun, rumah yang didirikan untuk ibnu sabil, saluran air yang dialirkan, atau sedekah yang ia keluarkan sewaktu masih sehat ketika masih hidup. Sedekah ini akan tetap lestari setelah ia meninggal.” (HR Ibnu Majah)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Ketaatan kepada Pemimpin



Jakarta

Figur pemimpin yang patut mendapatkan ketaatan warganya (rakyatnya) adalah pemimpin yang baik seperti dicontohkan Rasulullah SAW. Keempat sifat kepemimpinannya ( siddiq, amanah, tabligh, fathonah ) sering dibahas dan terbukti membuahkan hasil yang luar biasa.

Sebelum datangnya Islam, umat manusia kehilangan daya dan selera hidupnya dalam semua hal. Mereka dipaksa untuk berkorban, menanggung dan menghadapi berbagai persoalan yang berat di luar keinginannya sendiri. Mereka tidak menyukai pemimpin-pemimpinnya dan sebaliknya. Mereka mengorbankan jiwa dan harta untuk kepentingan orang yang mereka tidak sukai. Maka padamlah semangat yang membara dalam hati dan membekulah jiwa dan perasaan mereka. Akhirnya mereka menjadi manusia-manusia penjilat dan bersifat munafik.

Maka di tengah umat manusia yang sedang kebingungan dan kezaliman, datanglah Rasulullah SAW. melepaskan belenggu yang mengungkung kehidupan umat manusia. Ajarannya telah meniupkan semangat dan jiwa baru, menghidupkan masyarakat yang hatinya telah membeku, dan membuka matanya yang telah membuta. Rasulullah SAW. dikarunia oleh Allah SWT. sifat-sifat yang serba indah dan sempurna, disertai nilai-nilai kebajikan yang tinggi.


Adapun orang-orang yang menyaksikan sendiri menceritakan sebagai berikut ,” Pada masa sebelum dan sepeninggal Rasulullah SAW., aku belum pernah melihat ada manusia seperti beliau. Setiap orang menumpahkan kecintaan yang sungguh-sungguh kepada beliau laksana tumpahan air terjun di lereng yang curam. Jiwa dan hati setiap orang tertarik kepada beliau, bagaikan sekerat besi tertarik pada magnet. Beliau dicintai oleh umatnya, ditaati dan dipatuhi sepenuhnya.”

Keutamaan sifatnya adalah kejujuran. Sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta.”

Taat kepada pemimpin merupakan kekuatan yang digerakkan oleh mahabbah ( kecintaan ) yang muncul secara sadar dan suka rela. Bukan ketaatan dan kepatuhan karena ancaman atau karena kekuasaan yang besar. Ingatlah, dan sering terjadi seseorang yang berkedudukan tinggi akan menciptakan kondisi ketaatan atas kekuasaannya bukan kecintaan padanya. Pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya dengan sepenuh hati pasti ditaati oleh mereka dengan segenap kekuatan dan tenaga.

Contoh pemimpin yang ditaati, telah diceritakan oleh Sa’ad bin Mu’adz tentang dirinya dan orang-orang Anshar sebelum terjadi Perang Badar. Ia berkata kepada Rasulullah SAW.,”Ya Rasulullah, aku berbicara atas nama orang-orang Anshar dan menjawab atas nama mereka juga. Ya Rasulullah, kemana saja Anda hendak pergi, hubungilah siapa saja yang Anda sukai. Ambillah harta kekayaan kami sesuka Anda. Berilah kami apa yang Anda mau berikan. Apa yang Anda ambil dari kami, lebih kami sukai daripada jika Anda tinggalkan. Apa saja yang hendak Anda perintahkan kepada kami, perintah itu akan kami laksanakan. Demi Allah, seandainya Anda mengajak kami pergi bersama-sama mengarungi samudera, kami akan terjun kedalamnya bersama Anda.”

Perintah menaati Rasul-Nya sebagaimana dalam surah an-Nisa Ayat 80 yang terjemahannya, “Siapa yang menaati Rasul [Muhammad], maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau [Nabi Muhammad] sebagai pemelihara mereka.”
Makna ayat ini : Barang siapa menaati Rasul dan mengikuti ajaran-ajarannya, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah karena Allah yang telah mengutusnya. Dan barangsiapa berpaling dari ketaatan itu, maka ketahuilah bahwa Kami tidak mengutusmu, wahai Nabi Muhammad, untuk menjadi pemelihara mereka sebagai orang yang bertanggung jawab dan menjamin mereka untuk tidak berbuat kesalahan.

Kondisi riil saat ini, sebagian elite menerapkan kepemimpinan agar masyarakat taat padanya karena kekuasaan, masih jarang ditemukan pemimpin yang dicintai rakyatnya. Ketaatan karena kekuasaan itu bersifat jangka pendek, karena saat kekuasaan sirna atau habis masanya maka bersamaan hilangnya ketaatan padanya. Hal yang berbeda saat ketaatan itu datangnya dari kecintaan padanya. Ada seloroh yang umum terjadi di Jawa Timur. Jika seseorang bertanya, “Siapa Gubernur Jatim ? Maka dijawab, “M. Noer. Kemudian yang bertanya protes, ” Itu yang saat ini menjabat Ibu Khofifah.” Di jawab lagi, “Itu kan penggantinya.”

Di balik seloroh tersebut menggambarkan bahwa Gubernur Muhammad Noer pada saat itu, merupakan sosok yang sangat dicintai oleh masyarakat Jawa Timur. Wahai para pemimpin yang saat ini masih memegang kekuasaan, jadikanlah dirimu sebagai pemimpin yang dicintai, dan ingatlah kekuasaan itu tidak bisa engkau genggam seterusnya karena akan lepas pada saatnya. Jagalah diri saat berkuasa, jika engkau lalai dan nafsumu menguasai maka tidak lama lagi engkau tergelincir.

Ya Allah, jagalah hati para penguasa agar tetap kokoh dan bisa melawan nafsunya dan berikan cahaya-Mu agar mereka menjadi pemimpin yang dicintai dan memberikan rasa keadilan.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Menag Ajak Ribuan Jemaah Umrah Doakan Indonesia dan Palestina



Makkah

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak ribuan jemaah umrah Indonesia di Tanah Suci untuk memanjatkan doa demi kemajuan bangsa dan perjuangan rakyat Palestina. Pesan ini disampaikan Menag usai melaksanakan ibadah umrah di Masjidil Haram, Sabtu (23/11/2024) malam waktu Arab Saudi.

Menag berada di Arab Saudi atas undangan Menteri Haji dan Umrah Saudi, Tawfiq F. Al Rabiah. Pertemuan keduanya yang dijadwalkan berlangsung di Makkah akan membahas persiapan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025.

Saat menjalankan umrah, Menag menyaksikan langsung ribuan jemaah Indonesia yang berbaur dengan jemaah dari berbagai negara. Antusiasme jemaah terlihat jelas dari penuhnya area thawaf (mathaf) dan sa’i (mas’a).


“Saya baru menunaikan umrah. Saya melihat banyak sekali jemaah yang hadir, mungkin karena cuacanya sangat mendukung. Saya yakin jemaah umrah dan jemaah haji Indonesia akan menjadi yang terbaik,” kata Menag.

Menag juga mengapresiasi sikap santun jemaah Indonesia yang dikenal menghormati sesama. Ia pun mengajak mereka untuk mendoakan kebaikan bagi bangsa.

“Mari kita doakan bangsa kita, negara kita. mendoakan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kita,” ujar Menag.

Selain itu, ia turut menyerukan doa bagi perjuangan rakyat Palestina. “Mari kita juga mendoakan rakyat Palestina, semoga cepat selesai perjuangannya dan berakhir dengan baik dan mendapat berkah,” tambahnya.

Menag dijadwalkan berada di Arab Saudi hingga 26 November 2024. Selain pertemuan dengan Menteri Tawfiq F. Al Rabiah, agenda lainnya mencakup rapat di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah bersama Dubes RI untuk Arab Saudi, Abdul Aziz, onjen RI di Jeddah Yusron Ambari, Kepala Badan Penyelenggara Haji Mochammad Irfan, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief, Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji Fadlul Imansyah, Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid, serta Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam.

Selain itu, dalam kunjungannya, Menag juga akan meninjau persiapan awal proses penyediaan layanan haji di Madinah Al-Munawwarah.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa untuk Orang Umroh, Amalkan Demi Keberkahan Selama Perjalanan


Jakarta

Melaksanakan ibadah umroh adalah salah satu perjalanan mulia bagi umat Islam. Selama berada di Tanah Suci, jemaah umroh tidak hanya menjalani serangkaian ibadah, tetapi juga diberikan kesempatan untuk lebih dekat dengan Allah SWT.

Berikut ini serangkaian doa yang bisa dipanjatkan oleh orang yang sedang menjalani umroh, maupun bagi keluarga dan kerabat yang melepas kepergian jamaah umroh.

Doa untuk Orang Umroh yang Dipanjatkan oleh Keluarga yang Mengantar

Saat menjalani umroh, jemaah tidak hanya dianjurkan berdoa untuk diri sendiri dan orang-orang terdekatnya atau keluarganya. Dalam buku Perjalanan Religi Haji dan Umroh yang ditulis oleh Fuad Thohari disebutkan bahwa kerabat, sahabat, dan keluarga jemaah dianjurkan juga untuk melepas calon jemaah dengan doa untuk orang umroh. Hal ini sesuai sunnah Rasulullah SAW berikut ini.


زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَيَسَّرَ لَكَ الخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ

Arab Latin: Zawwadakallâhuttaqwa, wa ghafara dzanbaka, wa yassara lakal khaira haitsumâ kunta.

Artinya, “Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosamu, dan memudahkanmu dalam jalan kebaikan di mana pun kau berada.”

Doa ini dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika salah seorang sahabat Rasulullah SAW menyatakan diri untuk mengadakan perjalanan jauh.

Selain itu, ada juga kumpulan doa untuk orang umroh yang dapat diamalkan oleh jemaah sendiri selama menjalani perjalanan ibadah, agar perjalanan mereka senantiasa diliputi keberkahan dan keselamatan.

Doa untuk Orang yang Menjalani Ibadah Umroh

Berikut adalah beberapa doa untuk orang umroh yang dapat diamalkan ketika sebelum berangkat hingga selesai beribadah, yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Niat Ibadah Umroh

Imam Nawawi menyebutkan dalam kitab Khasiat Zikir dan Doa terjemahan Bahrun Abu Bakar, apabila seseorang hendak mengerjakan ibadah umroh, disunnahkan untuk membaca niat umroh berikut:

أوْ لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ.

Arab Latin: Labbayk bi umrah.

Artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, dengan (mengerjakan ibadah) umrah.”

2. Doa sebelum Berangkat

Agar ibadah umroh dapat berjalan dengan lancar dan diberi keselamatan hingga tujuan oleh Allah SWT, dianjurkan untuk membaca doa tertentu sebelum berangkat menuju Tanah Suci.

Mengutip arsip detikhikmah, jemaah umrah disunnahkan menunaikan salat dua rakaat sebelum berangkat. Setelah salat selesai, hendaknya jemaah membaca doa ini:

الحَمْدُ لِلهِ الذِيْ هَدَانِيْ بِالإسْلَامِ، وَأَرْشَدَنِيْ إلَى أدَاءِ مَنَاسِكِي حَاجًا بِبَيْتِهِ وَمُعْتَمِرًا بِمَشَاعِرِه. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلى آلهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ إِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ، وَبِكَ اعْتَصَمْتُ. اللَّهُمَّ اكْفِنِي مَا هَمَّنِي وَمَا لاَ أَهْتَمُّ لَهُ، اللَّهُمَّ زَوِّدْنِي التَّقْوَى، وَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي

Arab Latin: Alhamdulillaahilladzi hadaani bil islaami, wa arshadani ila adaa’i manasiki haajjan bibaaitihi wa mu’tamiran bimasya’irihi. Allahumma solli ‘ala nabiyyi al-ummiyi wa ‘ala aalihi wa ashabiihi ajma’iin. Allahumma ilayka tawajjhtu, wabika ‘tashamtu. Allahumma ikfini maa hammanii wa maa laa ahtammu lahu, Allahumma zawwidni at-taqwaa, waghfir lii dzanbi.

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepadaku dengan Islam dan memberi bimbingan kepada ku untuk menunaikan manasik hajiku di rumah-Nya, dan mengerjakan umrah di tempat lambang-lambang keagungan-Nya (Masyair). Ya Allah berilah shalawat atas Nabi yang tidak bisa baca dan tulis (ummi) dan atas keluarga dan para sahabatnya sekalian. Ya Allah kepada-Mu aku menghadap dan dengan-Mu aku berpegang teguh. Ya Allah lindungilah aku dari sesuatu yang menyusahkan dan sesuatu yang tidak saya perlukan. Ya Allah berilah aku dengan taqwa dan ampunilah dosaku.”

3. Doa ketika Selesai Berihram

اللَّهُمَّ أُحَرِّمُ شَعْرِي وَبَشَرِي وَجَسَدِي وَجَمِيعَ جَوَارِحِيْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ حَرَّمْتَهُ عَلَى الْمُحْرِمِ ابْتَغِي بِذَالِكَ وَجْهَكَ الْكَرِيمَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

Arab Latin: Allaahumma uharrimu sya’rii wabasyarii wajasadii wajamii’a jawaarihii min kulli syai-in harramtahu ‘alal muhrimi abtaghii bidzaalika wajhakal kariima yaa rabbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah aku haramkan rambut, kulit, tubuh, dan seluruh anggota tubuhku dari semua yang Kau haramkan bagi seorang yang sedang berihram, demi mengharapkan diri-Mu semata, wahai Tuhan pemelihara alam semesta.”

4. Bacaan Talbiyah

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ

Arab Latin: Labbaik Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbarika, innal hamda wan-ni’mata laka wal-mulka laa syariika laka.

Artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”

5. Doa ketika Sampai di Kota Makkah

Apabila jemaah yang berihram telah sampai di tanah suci Makkah, ia disunnahkan mengucapkan doa berikut.

اللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُكَ وَامْنُكَ فَجَرَ مَنِي عَلَى النَّارِ ، وَامَّتِي مِنْ عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَاهْلِ طَاعَتِك

Arab Latin: Allahumma haadzaa haramuka wamannuka fajir mani ‘ala an-naar, wamati min adzaabika yawm tab’athu ‘ibaadaka, waajilnii min awliyaa’ika wa ahli taaatika.

Artinya: “Ya Allah, ini adalah Tanah Suci-Mu dan keamanan-Mu. Haramkanlah diriku atas neraka, amankanlah daku dari azab-Mu di hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu, dan jadikanlah diriku termasuk kekasih-Mu dan orang yang taat kepada-Mu.”

6. Doa ketika Minum Air Zam-zam

Ulama mengatakan, orang yang meminum air zam-zam disunnahkan berniat untuk memohon ampunan, kesembuhan dari penyakit, atau sebagainya. Ketika meminumnya hendaklah mengucapkan doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ، اللَّهُمَّ وَإِنِّي اشْرَبُهُ لِتَغْفِرَ لِي وَلِتَفْعَلَ بي كَذَا وَكَذَا، فَاغْفِرْ لِي أَوِ افْعَلْ

Arab Latin: Allahumma innahu balaghani annar Rasulu-llahi sallallahu alayhi wa sallam qaal: maaa’u zamzam limaa shuriba lahu, Allahumma wa inni ashrabuhu litaghfir lii walitaf’ala bii kaza wa kaza, faghfir lii aw if’alu.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Air zamzam itu menurut niat peminumnya.’ Ya Allah, sesungguhnya aku meminumnya agar Engkau mengampuniku dan melakukan demikian dan demikian kepadaku, maka ampunilah daku atau lakukanlah (demikian dan demikian kepadaku).”

7. Doa ketika Melihat Ka’bah

Apabila seseorang memasuki kota Makkah dan pandangan matanya melihat Ka’bah, serta hendak memasuki Masjidil Haram, ia disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan dan berdoa. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa doa seorang muslim akan mustajab ketika ia melihat Ka’bah. Doa yang dimaksud adalah seperti berikut.

اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا البَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً، وَزِدْ مَنْ شَرَفَهُ وَكَرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِ اعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَكْرِيمًا وَتَعْظِيمًا وبرا

Arab Latin: Allahumma zid haadhal bayta tashreefan wa ta’zeemaan wa takreeman wa mahaabatan, wa zid man sharrafahu wa karramahu mimman hajjahu awi ‘tamrahu tashrifan wa takriman wa ta’zimaan.

Artinya: “Ya Allah, berilah tambahan kepada rumah ini kemuliaan dan kebesaran, kehormatan dan wibawa, dan berilah (pula) tambahan kepada orang yang memuliakannya dan yang menghormatinya dari kalangan orang yang berhaji dan berumrah ke padanya, tambahan kemuliaan, kehormatan, kebesaran, dan ketakwaan.”

8. Doa ketika Thawaf

Ketika mengusap Hajar Aswad dan hendak memulai thawaf, disunnahkan untuk membaca doa berikut.

بِسمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ إِيمَانًا بِكَ وَتَصْدِيقَا بِكِتَابِكَ وَوَفَاهُ بِعَهْدِكَ وَاتَّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Arab Latin: Bismillahi wallahu akbar. Allahumma imanan bika wa tasdiqan bikitabika wa wafa’an bi’ahdika wa ittiba’an lisunnati nabiyyika sallallahu ‘alayhi wa sallam.

Artinya: “Dengan menyebut asma Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, (Kami lakukan hal ini) karena iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menunaikan janji-Mu, dan mengikuti sunnah Nabi Mu SAW.”

9. Doa ketika Sa’i

Imam Nawawi menyebutkan bahwa melakukan doa ketika sa’i dipercaya akan mustajab. Selain itu, disunnahkan untuk memperpanjang berdiri di atas Shafa sambil menghadap ke arah kiblat, lalu bertakbir dan berdoa serta mengucapkan zikir berikut:

للهُ اَكْبَرْ, للهُ اَكْبَرْ, للهُ اَكْبَرْ, لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللهُ اَكْبَرْ عَلَى مَا هَدَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى مَااَوْلَانَا لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Arab Latin: Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, La-ilaha ilallahu wa llahu akbar, Allahu akbar walilahil-hamd, Allahu-akbar ‘ala mahadana wal-hamdulillahi ‘ala ma aulana, La-ilaha ilalloh wahdahu lasyarikalahu lahul-mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu biyadihil-khoiri wahuwa ‘ala kuli syai-inqadir

Artinya: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan bagi Allah segala puji. Allah Mahabesar atas petunjuk-Nya kepada kami, dan segala puji bagi Allah atas apa yang telah dianugerahkan-Nya kepada kami. Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya semua keraja- an (kekuasaan), bagi-Nya segala puji. Dia yang menghidup- kan dan Yang mematikan, di tangan (kekuasaan)-Nya-lah se- gala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan selain Allah, Dia telah menunaikan janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan golongan yang bersekutu sendirian. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya seraya mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya, sekalipun orang kafir benci. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah berfirman, “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku memperkenankan bagi kalian,” dan sesungguhnya Engkau tidak akan mengingkari janji. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebagaimana Engkau telah menunjukkan aku kepada Islam, semoga Engkau tidak mencabut Islam dariku hingga Engkau mewafatkan diriku, sedangkan aku dalam keadaan muslim.”

10. Doa sebelum Meninggalkan Makkah

Apabila seorang yang berumroh hendak meninggalkan Makkah menuju tanah airnya, dianjurkan untuk melakukan thawaf wada’ terlebih dahulu, lalu mendatangi Multazam dan menetapinya serta mengucapkan doa berikut:

اللَّهُمَّ، البَيْتُ بَيْتُكَ، وَالعَبْدُ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، حَمَلْتَنِي عَلَى مَا سَخَّرْتَ لِيْ مِنْ خَلْقِكَ، حَتَّى سَيَّرْتَنِي فِي بِلَادِكَ، وَبَلَّغْتَنِي بِنِعْمَتِكَ حَتَّى أَعَنْتَنِي عَلَى قَضَاءِ مَنَاسِكِكَ، فَإِنْ كُنْتَ
رَضِيْتَ عَنِّي فَازْدَدْ عَنِّي رِضًى، وَإِلَّا فَمُنَّ الآنَ قَبْلَ أَنْ يَنْأَى عَنْ بَيْتِكَ دَارِي، هَذَا أَوَانُ انْصِرَافِي، إِنْ آذَنْتَ لِي غَيْرَ مُسْتَبْدِلٍ بِكَ وَلَا بِبَيْتِكَ، وَلَا رَاغِبٍ عَنْكَ وَلَا عَنْ بَيْتِكَ
اللَّهُمَّ فَأَصْحِبْنِي العَافِيَةَ فِي بَدَنِي وَالعِصْمَةَ فِي دِيْنِي، وَأَحْسِنْ مُنْقَلَبِي، وَارْزُقْنِي طَاعَتَكَ مَا أَبْقَيْتَنِي وَاجْمَعْ لِي خَيْرَيِ الآخِرَةِ وَالدُّنْيَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Arab Latin: Allāhumma albaytu baytuka, wal ‘abdu abduka, wabnu ‘abdika wabnu amatika, hamaltanī alā mā sakhkharta lī min khalqika hattā sayyartanī fī bilādika wa ballaghtanī bi ni’matika hattā a’antanī ‘alā qadhā’i manāsikika, fa in kunta radhīta ‘annī fazdad ‘annī ridha, wa illā fa munnal āna qabla an yan’ā ‘an baytika dārī, hādzā awānu inshirāfī, in ādzanta lī ghayra mustabdilin bika wa lā bi baytika, wa lā rāghibin ‘anka wa lā ‘an baytika.

Artinya: “Ya Allah, bait (rumah) ini adalah rumah-Mu; dan hamba ini adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Engkau telah membawaku melalui apa yang telah Engkau tundukkan kepadaku dari kalangan makhluk-Mu sehingga Engkau menyampaikan diriku ke negeri-Mu serta memberiku bekal dengan nikmat-Mu hingga Engkau membantuku untuk menunaikan manasik-manasik-Mu. Jika Engkau rida kepadaku, maka tambahkanlah keridaan-Mu kepadaku; dan jika tidak, maka sejak sekarang (ridailah diriku) sebelum rumahku menjauh dari rumah-Mu. Sekarang adalah masa keberangkatanku, jika Engkau mengizinkanku tanpa melupakan Engkau dan rumah-Mu, serta tanpa ada rasa benci kepada-Mu dan kepada rumah-Mu. Ya Allah, semoga kesehatan badanku selalu menyertaiku dan agamaku terpeliharą. Perbaikilah tempat kembaliku, dan berilah aku rezeki dengan ketaatan kepada-Mu selama Engkau menetapkan diriku, dan himpunlah bagiku kebaikan di akhirat dan di dunia, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Musim Liburan Sekolah Jumlah Pengunjung Masjidil Haram Meningkat



Jakarta

Jumlah Muslim yang datang dari berbagai wilayah di Arab Saudi untuk melaksanakan umrah di Masjidil Haram melonjak. Hal ini dikarenakan liburan sekolah pertengahan tahun di Arab Saudi telah dimulai.

Libur selama 10 hari ini berlangsung hingga 12 Januari mendatang. Menurut Gulf News (05/01) banyak warga negara dan ekspatriat yang memanfaatkan waktu libur untuk berkunjung ke Masjidil Haram, tempat paling suci bagi umat Islam untuk beribadah dan melaksanakan umrah.

TV Saudi Al Ekhbariya juga mengabarkan bahwa waktu liburan ini telah berkontribusi pada peningkatan jumlah jemaah dan peziarah di dalam masjid dan di halaman luarnya.


“Hotel-hotel di wilayah pusat Makkah mengalami lonjakan dan hampir penuh karena banyaknya jemaah umrah,” jelas TV Saudi Al Ekhbariya.

Pemerintah daerah dan badan negara yang bertanggung jawab atas masjid berupaya keras untuk menyediakan layanan terbaik bagi para jemaah dan memungkinkan mereka untuk melaksanakan ibadah dengan lancar.

Otoritas Umum untuk Perawatan Dua Masjid Suci mengatakan Masjidil Haram dipadati banyak jemaah dan menghimbau para jemaah untuk mematuhi instruksi. “Hindari berdesakan dengan orang lain dan utamakan orang tua serta penyandang disabilitas,” jelas Otoritas dalam posting X.

Ritual utama saat umrah adalah tawaf dan sa’i. Tawaf adalah salah satu rukun haji dan umrah yang dilakukan dengan mengelilingi Ka’bah dan dilakukan sebanyak tujuh kali. Sedangkan sa’i adalah berlari kecil bolak-balik dari bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

Pemerintah Arab Saudi menyarankan kepada jemaah untuk memilih waktu yang paling baik untuk menghindari kepadatan di Masjidil Haram.

Waktu terbaik umrah terbagi dalam tiga sesi. Pertama, pukul 6 pagi sampai 8 pagi, lalu pukul 12 siang sampai 2 siang, serta pukul 2 pagi sampai 4 pagi. Titik kepadatan biasanya terjadi di area Ka’bah. Mengingat, ritual utama umrah adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali atau biasa disebut tawaf.

(lus/inf)



Sumber : www.detik.com

Anjuran Berdoa dan Beristighfar pada Pertengahan Malam



Jakarta

Pada malam hari terdapat waktu mustajab untuk berdoa. Untuk itu, umat Islam dianjurkan berdoa dan beristighfar pada waktu tersebut.

Melansir Kitab adz-Dzikru wa ad-Du`a` fi Dhau`il Kitab wa as-Sunnah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr dan diterjemahkan oleh Abu Thahir al-Marwadi, Allah SWT telah memberikan perintah kepada umat-Nya untuk senantiasa memperbanyak zikir dan memanjatkan doa kepada-Nya.

Zikir dan doa tersebut dapat dilakukan baik ketika berdiri, duduk, dan berbaring, ketika malam maupun siang, di daratan maupun lautan, saat safar maupun mukim, waktu kaya maupun miskin, ketika sehat maupun sakit, rahasia maupun terang-terangan, dan di segala keadaan.


Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 103,

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ١٠٣

Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.”

Masih dalam buku yang sama bahwa orang-orang yang banyak berdzikir pada Allah SWT niscaya akan mendapatkan keberuntungan yang besar dan bagian yang sempurna berupa penyebutan Allah SWT terhadap mereka. Begitu pula sholawat Allah SWT atas mereka dan para malaikat-Nya.

Sa’atul Ijabah Berdoa dan Beristighfar Tengah Malam

Berdoa dan beristighfar pada tengah malam menjadi sa’atul ijabah atau diijabahnya doa. Hal ini turut dijelaskan dalam buku Eksiklopedia Ibadah Jumat karya Wawan Shofwan dan Doa & Dzikir Mustajab untuk Wanita karya Muzdalifah Muhammad dan Dinah Muhiddin.

Dikatakan, sa’atul ijabah merupakan sebuah waktu yang diijabahnya bagi sebuah doa oleh Allah SWT atau bisa juga diartikan sebagai waktu dan tempat yang mustajab dalam berdoa. Berdoa dan berzikir pada waktu tengah malam ini juga dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Dari Abu Umamah RA bahwa dia berkata, “Kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, doa apakah yang lebih didengar?’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada waktu tengah malam bagian akhir dan setelah salat-salat wajib’.” (HR at-Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun pada setiap malam ke langit dunia saat waktu tersisa sepertiga malam terakhir, lalu berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku perkenankan baginya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku memberinya, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka Aku mengampuninya.” (HR Muslim)

Dalam Rawai’ul Istighfaar fiil as-Haar karya Majdi Muhammad Asy-Syahawi dan diterjemahkan oleh Hassanudin Slamet, menjelaskan bahwa Allah SWT menerima tobat dan istighfar pada setiap waktu, baik malam maupun siang. Hal tersebut diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda:

إنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Artinya: “Allah Azza wa Jalla masih memberi kesempatan pada waktu malam atau siang, untuk menerima taubat pelaku dosa yang dikerjakan pada siang hari atau malamnya, hingga terbit matahari di sebelah barat.” (HR Muslim)

Masih dalam buku yang sama waktu yang sangat diutamakan untuk bertobat dan beristighfar dilakukan pada tengah malam, maka ampunan dan karunia Allah SWT sangatlah dekat. Orang yang memohon kepada-Nya pada waktu itu akan diberikan rasa aman dan kedamaian.

هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرُ لَهُ هَلْ مِنْ تَابٍ فَأَتُوبُ عَلَيْهِ

Artinya: “Apakah ada yang beristighfar? Jika ada, maka Aku akan mengampuninya. Dan apakah ada yang bertobat? Jika ada, maka aku akan menerima taubatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selain pada pertengahan malam, ada sejumlah waktu dikabulkannya doa. Mengutip buku Rahasia & Keutamaan Hari Jumat karya Komarudin Ibnu Mikam berikut di antaranya:

  • Saat tengah malam terutama pada 1/3 malam terakhir
  • Saat hujan lebat
  • Ketika di antara khutbah pertama dan kedua (ketika khatib duduk) yaitu pada hari Jumat
  • Saat sedang berpuasa
  • Saat sedang dianiaya
  • Ketika melaksanakan wukuf di Arafah
  • Di antara adzan dan iqamah
  • Usai melaksanakan salat wajib
  • Sedang berjihad di jalan Allah (jihad fisabilillah)
  • Saat melakukan perjalanan (safar) yang bukan maksiat

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Mengusir Cicak dan Hukum Membunuhnya dalam Islam


Jakarta

Keberadaan cicak mungkin dianggap mengganggu oleh sebagian orang. Dalam Islam, ada doa mengusir cicak yang bisa dipanjatkan.

Cicak merupakan salah satu hewan melata yang merayap di dinding. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Sa’id bin Abi Waqqash RA, Rasulullah SAW menyebut cicak sebagai penjahat kecil dan beliau menganjurkan untuk membunuhnya.

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا.


Artinya: “Nabi Muhammad SAW menyuruh untuk membunuh cicak, dan beliau menamainya si penjahat kecil.” (HR Muslim)

Selain itu, Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha menceritakan dari Rasulullah SAW bahwa ketika Nabi Ibrahim AS dilemparkan ke dalam api oleh Raja Namrud, tidak ada seekor hewan pun yang tidak berusaha memadamkan api kecuali cicak.

Doa Mengusir Cicak

Kesunnahan membunuh cicak telah dijelaskan dalam banyak riwayat. Bahkan pahala sebagai ganjarannya bila melakukan beberapa pukulan pada cicak.

Selain dengan membunuh, tahukah jika ada amalan doa yang bisa dibaca untuk menghalau cicak masuk ke dalam rumah. Berikut adalah amalan doa tersebut, dirangkum dari berbagai sumber:

1. Surat Al-Isra Ayat 44

Muhammad Asy-Syafrowi dalam buku Sukses Dunia Akhirat dengan Doa-Doa Harian mengungkapkan, bahwa surat Al-Isra ayat 44 dapat menjadi alternatif untuk memohon perlindungan dari Allah. Baik perlindungan dari kejahatan ataupun dari hewan-hewan seperti cicak:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Arab latin: tusabbihu lahus-samawatus-sab’u wal-ardlu wa man fîhinn, wa im min syai’in illa yusabbiḫu bihamdihi wa lakil la tafqahuna tasbihahum, innahu kana ḫaliman ghafura

Artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.”

2. Doa Berlindung dari Ancaman

Terdapat doa yang dapat diamalkan dan diajarkan kepada anak-anak agar terlindung dari hewan melata salah satunya cicak. Amalan doa ini merujuk pada buku Kitab Doa-Doa Bagi Keluarga karya Siti Nur Aidah:

أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ

Arab latin: U’îdzuka bikalimatillahit tammati min kulli syaithanin, wa hammatin, wa min kulii ‘ainin lammah. Allahumma barik fîhi, wa la tadhurrah.

Artinya, “Saya menyerahkan perlindunganmu dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, binatang melata/serangga, dan segala pengaruh mata jahat. Tuhanku, turunkan keberkahan-Mu pada anak ini. Jangan izinkan sesuatu membuatnya celaka.”

Hukum Membunuh Cicak

Dibanyak hadits disebutkan hukumnya sunnah membunuh cicak. Namun yang jadi pertanyaan adalah masih relevankah membunuh cicak pada masa sekarang jika merujuk dari hadts-hadits terdahulu.

Menukil buku Kajian Islam Profesi Peternakan karya Retno Widyani, keutamaan dan pahala yang kita dapatkan ketika membunuh cicak adalah sebagaimana yang disebutkan Rasulullah SAW sebagai berikut:

مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِى الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ وَفِى الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ

Artinya: Barang siapa membunuh cicak dengan sekali pukulan, maka ia mendapat kebaikan sekian dan sekian. Barang siapa membunuh cicak dengan dua kali pukulan, maka ia memperoleh kebaikan sekian dan sekian, yang lebih sedikit daripada yang pertama. Jika ia membunuh cicak dengan tiga kali pukulan, maka ia memperoleh kebaikan sekian dan sekian, yang lebih sedikit daripada yang kedua. (HR Muslim)

Penafsiran lengkap mengenai hadits di atas telah diterjemahkan oleh Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam As-Sulmi dalam buku Jawaban Pertanyaan Rumit dalam Islam. Imam Nawawi mengatakan:

“Yang dimaksudkan dari dibanyakkannya pahala dalam pukulan pertama sewaktu membunuh cicak yaitu anjuran untuk berinisiatif atau bergegas membunuhnya dan anjuran untuk membunuhnya dalam sekali pukulan. Jika ingin memukulnya beberapa kali, bisa jadi cicak justru kabur dan usahanya menjadi gagal (karena kehilangan fokus lantaran asal pukul saja). Wallahu a’lam,” terang Imam Nawawi.

Selanjutnya, harus dipastikan, kata `al-auzagh` dalam hadis tersebut apakah untuk menunjukkan kata cicak seperti cicak-cicak di rumah kita atau tidak. Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim-nya menjelaskan bahwa auzagh yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah yang sejenis saamul abrash, yakni cicak yang dapat mendatangkan penyakit.

Selain itu, dalam salah satu hadits diriwayatkan bahwa pada masa Rasulullah SAW, cicak dianggap dapat menularkan penyakit kusta, sebagaimana disebutkan oleh Badruddin Al-Aini dalam Umdatul Qari:

ويصير ذلك مادة لتولد البرص

Artinya: “Cicak mengandung zat yang dapat menimbulkan penyakit kusta.”

Saat memahami hadits tersebut, perlu diketahui bahwa inti pembahasannya adalah karena cicak dianggap dapat menularkan penyakit, bukan hanya sebagai bentuk dendam terhadap tindakan cicak terhadap Nabi Ibrahim AS. Selain itu, kata ‘auzagh’ tidak boleh diartikan sebagai cicak yang biasa ada di dalam rumah karena maksudnya berbeda.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com