Tag Archives: sabar

Hadits tentang Sabar, Sikap Mulia yang Perlu Diteladani Muslim


Jakarta

Sabar termasuk ke dalam akhlak terpuji yang patut dimiliki oleh kaum muslimin. Terkait sabar, Allah SWT berfirman dalam surah Al Kahfi ayat 28,

وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا

Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”


Mengutip buku Sabar dan Syukur susunan Ulya Ali Ubaid, Allah SWT mensifatkan orang-orang yang sabar dengan sejumlah sifat dan menyebutkan kata sabar sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an. Sabar diartikan sebagai menahan jiwa atau diri untuk tidak galau, menahan lisan untuk tidak mengeluh dan semacamnya.

Kumpulan Hadits tentang Sabar

Selain dalil Al-Qur’an, ada juga sejumlah hadits yang menjelaskan sifat sabar. Menukil buku Hikmah Sabar oleh Pracoyo Wiryoutomo, berikut hadits tentang sabar.

1. Hadits tentang Sabar Mendatangkan Kemenangan

Sifat sabar dapat mendatangkan kemenangan, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berbunyi:

“Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti ada kemudahan.” (HR Abd Humaid)

2. Hadits tentang Sabar sebagai Sesuatu yang Baik

Sebagai akhlak mulia, tentu sabar termasuk ke dalam sesuatu yang baik. Dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits dari Suhaib RA,

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar karena ia mengetahui bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim)

3. Hadits tentang Sabar Dapat Menggugurkan Dosa

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, marabahaya, dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)

4. Hadits Orang Sabar akan Dijaga Oleh Allah SWT

Orang yang memiliki sifat sabar akan dijaga oleh Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari,

“Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari)

5. Hadits tentang Ganjaran Sabar bagi Orang yang Tertimpa Musibah

“Sesungguhnya sabar terhadap musibah ditulis tiga ratus derajat bagi seorang hamba, sabar dalam ketaatan ditulis enam ratus derajat bagi seorang hamba, dan sabar dari maksiat-maksiat ditulis sembilan ratus derajat bagi seorang hamba.” (Diriwayatkan Ibnu Abu Ad-Dunya dan Ibnu Jarir Ath-Thabari)

Itulah sejumlah hadits tentang sabar. Semoga kita senantiasa diberi kesabaran dalam menghadapi segala ujian hidup yang diberikan Allah SWT.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Selalu Bersyukur dan Sabar



Jakarta

Abu Qilabah adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal selalu bersyukur. Nama lengkapnya, yaitu Abdullah bin Zaid al-Jarmi. Beliau termasuk seorang perawi yang banyak meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik.

Mengutip dari buku Kearifan Islam karya Maulana Wahiduddin Khan, Abu Qilabah berasal dari kota Bashrah dan wafat di Syam pada tahun 104 H. Ia juga merupakan seorang yang masyhur sebagai ahli ibadah dan zuhud.

Sosok Abu Qilabah memiliki kepribadian selalu bersyukur terhadap rahmat Allah dan selalu haus akan ilmu.


Suatu hari, Abu Qilabah pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling kaya?” Kemudian ia menjawab, “Orang yang paling kaya adalah orang yang bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya.”

“Lalu siapakah orang yang paling berilmu?” tanya seseorang itu lagi.

Abu Qilabah menjawab, “Orang yang selalu meningkatkan pengetahuannya melalui (pemberian) itu.”

Kisah Abu Qilabah yang Selalu Bersyukur dan Sabar dalam Setiap Keadaan

Kisah Abu Qilabah yang selalu bersyukur dikisahkan dalam buku Rahasia Dahsyat di Balik Kata Syukur karya Yana Adam, berdasarkan riwayat dari Abdullah bin Muhammad.

Abdullah bin Muhammad pernah mengatakan, “Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil yang dari bentuknya menunjukkan bahwa pemiliknya orang yang sangat miskin.

Lalu, aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku melihat ada seorang laki-laki, tetapi bukan laki-laki biasa.

Kondisi laki-laki itu sedang berbaring dengan tangan dan kakinya yang buntung, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.

Dari lisannya, orang tersebut mengucapkan, “Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat memuliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.”

Lantas aku pun menemuinya dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?”

Sang laki-laki pemilik kemah menjawab, “Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung apa yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.”

Aku kembali bertanya, “Bersyukur atas apa?”

Laki-laki pemilik kemah menjawab lagi, “Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu sholat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun, sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?”

Aku pun menyanggupi permohonannya dan pergi untuk mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku mendapati jenazah yang sedang dikerubungi oleh singa. Ternyata, anak laki-laki tersebut telah diterkam oleh kumpulan singa.

Mengetahui tragedi itu, aku pun bingung bagaimana cara mengatakan kepada laki-laki pemilik kemah itu. Aku lalu kembali dan berkata kepadanya untuk menghiburnya.

“Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayyub?”

Lelaki itu menjawab, “Iya, aku tahu kisahnya.”

Kemudian aku bertanya lagi, “Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?”

Ia menjawab, “Ia menghadapinya dengan sabar.” Aku bertanya kembali, “Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub dengan kefakiran. Bagaimana keadaannya?”

Lagi-lagi ia menjawab, “Ia bersabar.” Aku kembali memberi pertanyaan, “Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?”

Ia menjawab, “Ia tetap bersabar.” Aku kembali bertanya yang terakhir kali, “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?”

Ia menjawab dan balik bertanya, “Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku dimana anakku?”

Lalu aku berkata, “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau.”

Selanjutnya, laki-laki pemilik kemah itu berkata, “Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga ia di azab di neraka.”

Kemudian ia menarik napas panjang lalu meninggal dunia. aku pun membaringkannya di tangan, kututupi dengan jubahku, dan meminta bantuan kepada empat orang laki-laki yang lewat mengendarai kuda untuk mengurus jenazahnya.

Keempat laki-laki tersebut ternyata mengenali jenazah yang tinggal di kemah kecil, mereka berkata, “Ini adalah Abu Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini pernah dimintai oleh khalifah untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut.”

Dikatakan dalam riwayat lain, Abu Qilabah merupakan sahabat terakhir Rasulullah SAW terakhir pada masa itu sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim. Itu merupakan jabatan yang mulia, tetapi Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti ini.

Demikianlah kisah Abu Qilabah, sahabat nabi yang senantiasa selalu bersyukur dan bersabar. Semoga, sifat mulianya tersebut dapat diteladani oleh umat muslim.

Belajar dari sosok sahabat nabi Abu Qilabah, detikers juga bisa tantang diri kamu untuk mengucap rasa syukur hari ini lewat program Alhamdullah Challenge yang ada DI SINI. Tak hanya itu, kamu turut berkesempatan untuk memenangkan hadiah smartphone dan uang jutaan rupiah kalau rutin bersyukur. Yuk, ceritakan hal-hal yang kamu syukuri hari ini!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ayyub yang Sabar Diuji dengan Penyakit Kulit Bertahun-tahun


Jakarta

Nabi Ayyub AS adalah sosok nabi dikenal sabar dalam menghadapi setiap musibah yang mendatanginya. Sepanjang perjalanan hidupnya, ia pernah mendapat ujian berupa kehilangan harta dan keluarga, hingga penyakit kulit yang mendera tubuhnya bertahun-tahun.

Ibnu Katsir mengisahkan dalam bukunya Qashash Al-Anbiyya, Nabi Ayyub AS mulanya termasuk seseorang yang sangat kaya raya. Di antara harta kekayaan yang dimilikinya, yakni berupa hewan ternak serta tanah pertanian yang terbentang luas di daerah Hauran.

Tak hanya itu, Nabi Ayyub AS juga memiliki seorang istri yang melahirkan anak-anak baik dan saleh. Namun, Allah SWT kemudian mengujinya dengan mengambil seluruh kenikmatan yang dimilikinya saat itu.


Banyak musibah kian berdatangan menimpa Nabi Ayyub AS mulai dari anak-anaknya yang meninggal dunia, harta kekayaan yang habis tak tersisa, serta beliau mengalami penyakit kulit selama 18 tahun yang sangat sulit disembuhkan.

Meski demikian, Nabi Ayyub AS senantiasa sabar dan tidak pernah mengeluh terhadap segala ujian yang menerpanya. Ia selalu berbaik sangka dan bertawakal atas kehendak Allah SWT.

Diuji Penyakit Kulit hingga Diusir dari Kampung Halaman

Ujian berupa penyakit kulit yang menimpa Nabi Ayyub AS berlangsung selama bertahun-tahun. Kondisi tersebut membuatnya semakin lama dikucilkan oleh masyarakat hingga diusir dari kampung halamannya.

Bahkan, Anas meruwayatkan bahwa Nabi Ayyub AS dibuang di tempat sampah milik bani Israil hingga tubuhnya dikerumuni lalat dan berbagai macam serangga lainnya.

Kala itu, tak ada seorang pun yang merasa kasihan kepada Nabi Ayyub AS, kecuali istrinya sendiri yang selalu memuliakan dan mengurus segala kebutuhannya.

As-Saddiy menceritakan, “Daging yang melekat pada tubuh Ayyub mulai berjatuhan hingga tidak ada yang tersisa di tubuhnya, kecuali tulang belilang dan otot-ototnya saja. Sementara itu, istrinya tiada henti menemui beliau sembari membawa abu gosok sebagai alas untuk berbaring.”

Usai kondisi yang sangat memprihatinkan itu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, istrinya berkata, “Duhai Ayyub, seandainya engkau berdoa memohon kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan menyembuhkanmu.”

Kemudian Nabi Ayyub AS menjawabnya, “Aku telah menjalani hidup dalam keadaan sehat walafiat selama tujuh puluh tahun. Oleh sebab itu, tidak sewajarnyakah jika aku bersabar kepada Allah dalam menjalani ujian yang lebih pendek dari tujuh puluh tahun?”

Betapa terkejutnya istri Nabi Ayyub AS tatkala mendengar ucapan suaminya itu. Selanjutnya, ia bekerja pada orang lain agar dapat mencukupi kebutuhan hidup bersama suaminya.

Ketika tidak mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya bekerja, istri Nabi Ayyub AS lantas menjual salah satu dari dua kepang rambutnya kepada putri seorang pejabat dan ditukarkan dengan makanan yang sangat banyak.

Saat Nabi Ayyub AS mengetahui kepala istrinya yang sudah tidak berambut, beliau berdoa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 83,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.

Dikabulkannya Doa Nabi Ayyub Sembuh dari Penyakit Kulit

Dikutip dari buku Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah oleh Syafi’ie el-Bantanie, penyakit kulit yang diderita Nabi Ayyub AS akhirnya sembuh atas pertolongan dari Allah SWT dengan mengabulkan doa-doanya.

Pada saat itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ayyub AS agar menghentakkan kakinya ke tanah hingga terpancarlah air yang dapat digunakannya untuk mandi dan meminumnya. Perintah ini termaktub dalam surah Shad ayat 42, Allah SWT berfirman,

ٱرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

Artinya: (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

Setelah Nabi Ayyub AS mandi dan minum dengan air tersebut, seketika penyakit kulit yang menimpanya sembuh, badannya sehat kembali, dan wajahnya pun tampak lebih segar dan berseri.

Tak hanya itu, Nabi Ayyub AS juga kembali dianugerahi dengan harta kekayaan seperti sedia kala, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Ia pun hidup bahagia bersama istrinya dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ayub dan Kesabarannya Hadapi Beratnya Ujian


Jakarta

Allah SWT mengutus para nabi untuk menyampaikan ajaran tauhid. Para nabi utusan Allah SWT tersebut melewati berbagai ujian selama berdakwah.

Nabi Ayub AS adalah salah satu nabi yang terkenal dengan kesabarannya dalam menghadapi ujian. Berikut kisah Nabi Ayub AS dan kesabarannya menghadapi ujian.

Kisah Kesabaran Nabi Ayub

Dirangkum dari buku Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Umar Mujtahid, Nabi Ayub AS termasuk salah satu nabi yang diberikan wahyu, seperti yang tertera dalam surah An-Nisa’ ayat 163,


۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ ١٦٣

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan keturunan(-nya), Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami telah memberikan (Kitab) Zabur kepada Daud.”

Nabi Ayub AS adalah orang yang kaya raya. Ia memiliki berbagai jenis harta, mulai dari binatang ternak, budak, hewan, tanah yang terbentang dari Tsaniyah sampai Hauran. Nabi Ayub AS juga memiliki banyak anak dan istri.

Meski memiliki harta kekayaan yang sangat melimpah, Nabi Ayub AS mendapatkan berbagai ujian pada tubuhnya. Tidak ada satu pun anggota badan yang sehat tanpa penyakit, selain hati dan lisan.

Dengan hati dan lisan, Nabi Ayub AS senantiasa menyebut Allah SWT. Ia menghadapi semua ujian itu dengan sabar dan selalu mengingat Allah SWT.

Lamanya Nabi Ayub AS sakit membuat teman dekatnya merasa jijik. Hingga Nabi Ayub AS diusir dari kampung halamannya. Tidak ada satu orang pun yang merasa iba kepada dirinya, selain istrinya.

Istri Nabi Ayub AS senantiasa menjaga haknya. Ia sering menengok Nabi Ayub AS, merawatnya, dan membantunya untuk buang hajat.

Kondisi istri Nabi Ayub AS mulai lemah dan harta bendanya semakin berkurang. Ia kemudian bekerja pada orang lain untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan. Sang istri senantiasa bersabar menghadapi ujian bersama Nabi Ayub AS.

Semua ujian yang menimpa tersebut membuat Nabi Ayub AS senantiasa sabar. Ia selalu mengharap pahala, memuji dan bersyukur, hingga menjadi perumpamaan dalam kesabaran, juga perumpamaan orang yang mendapat berbagai macam ujian.

Namun karena orang-orang sudah mengetahui bahwa istri Nabi Ayub AS yang bekerja bersama mereka, orang-orang tersebut tidak mau menggunakan jasa istri Nabi Ayub AS lagi. Sebab, mereka khawatir akan tertimpa ujian seperti yang dialami Nabi Ayub AS atau tertular penyakitnya.

Kemudian istri Nabi Ayub AS menjual sebagian salah satu kucir rambut pada putri salah seorang terhormat dengan imbalan makanan enak dan banyak. Ia membawakan makanan itu untuk Nabi Ayub AS. Nabi Ayub AS senantiasa berdoa kepada Allah SWT dan mengharap kesembuhan penyakitnya.

Suatu hari, istri Nabi Ayub AS tidak kunjung datang, lalu Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Ayyub AS. Allah SWT berfirman,

اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ ٤٢

Artinya: “(Allah berfirman,) “Entakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (QS Sad: 42)

Kemudian Nabi Ayub AS mandi dan minum dengan air tersebut. Ketika istrinya datang, Nabi Ayub AS pun menghampirinya. Ujian yang menimpa Nabi Ayub AS telah hilang. Nabi Ayub AS terlihat lebih tampan dari sebelumnya.

Namun karena ketampanan Nabi Ayub AS, istrinya pun bingung dan berkata kepada Nabi Ayub AS, “Hai hamba Allah! Ke mana perginya orang yang tertimpa ujian yang biasa berada di sini? Sepertinya ia telah dibawa pergi anjing atau serigala.”

Nabi Ayub AS pun berkata kepada istrinya, “Bagaimana kau ini? Aku Ayub!” Istrinya berkata, “Apa kau meledekku, wahai hamba Allah?” Nabi Ayub AS kembali berkata, “Bagaimana kau ini? Ini aku, Ayub! Allah telah mengembalikan tubuhku.”

Allah SWT telah menghilangkan penyakit dan gangguan yang ada pada Nabi Ayub AS secara lahir dan batin. Allah SWT menggantinya dengan kesehatan lahir batin, rupa nan elok, dan harta benda yang banyak. Allah SWT juga menurunkan hujan belalang emas padanya dan mengembalikan keluarganya.

Inilah jalan keluar yang Allah SWT berikan bahwa hamba yang bertakwa dan taat kepada-Nya. Terlebih terkait istrinya yang sabar lagi mengharap pahala, pendamping setia, berbakti, dan bertindak dengan benar.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Ayub yang Menjual Rambutnya agar Bisa Beli Makanan



Jakarta

Nabi Ayub AS memiliki seorang istri yang setia dan sabar. Sang istri tetap mendampingi Nabi Ayub AS saat dilanda kemiskinan dan didera penyakit.

Banyak kisah yang menceritakan Nabi Ayub AS dan istrinya. Pasangan ini tetap berdampingan dalam segala kondisi, termasuk ketika Allah SWT memberi ujian berupa kemiskinan dan sakit parah.

Dalam buku Kisah Orang-orang Sabar karya Nasiruddin S. Ag., MM dikisahkan bahwa Nabi Ayub awalnya dikaruniai harta berlimpah, namun kemudian Allah SWT mengambil seluruh hartanya lagi.


Nabi Ayub AS yang asalnya mempunyai banyak putra, satu per satu dicabut nyawanya hingga tak ada sisa. Nabi Ayub AS yang tadinya gagah dan sehat, kemudian ditimpa penyakit yang tak ada obatnya.

Penyakit langka ini membuat badannya membusuk dan mengeluarkan bau tak sedap. Istri-istrinya, satu per satu meninggalkannya, namun hanya satu yang setia.

Dalam buku Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir, istri Nabi Ayyub disebutkan ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa nama istri Nabi Ayyub adalah Rahmah binti Afratsim. Selain itu ada juga yang mengemukakan nama istrinya yakni Liya binti Yusuf binti Ya’qub.

Istrinya ini adalah yang justru paling cantik di antara semua istri Nabi Ayub AS.

Nabi Ayub AS merupakan sosok yang penyabar. Ia dengan lapang dada menerima ujian dari Allah SWT meskipun seluruh masyarakat mengasingkannya. Kesabaran Nabi Ayub AS juga dimiliki sang istri.

Dalam keterpurukannya, Nabi Ayub tetap ingat dan patuh kepada Allah. la selalu rajin bermunajat, bukan berdoa untuk kesembuhan, tapi berdoa agar diberi ketabahan menerima segala ujian.

Suatu hari Nabi Ayub AS dan istrinya tak memiliki sesuatu apa pun untuk mengisi perutnya. Nabi Ayub AS dan istri setianya kelaparan.

Sang istri kemudian pergi ke pasar. Bukan untuk menjual atau membeli sesuatu, karena memang tak punya apa-apa yang dapat dijual. Tidak juga memiliki uang untuk membeli bahan kebutuhan.

Istri Nabi Ayub AS justru menjual rambutnya yang panjang hanya untuk membeli makanan bagi suami tercinta. Pada zaman itu, masyarakat memang terbiasa memakai rambut palsu atau rambut penyambung.

Ketika si istri pulang dengan membawa makanan, Nabi Ayub AS bukannya gembira dengan apa yang dilakukan istrinya, ia malah marah karena istrinya telah menyalahi hukum Allah SWT dengan menjual rambutnya hanya demi makanan.

Nabi Ayub bersumpah, bila Allah SWT memberi kesembuhan ia akan menghukum istrinya, mencambuk seratus kali.

Akhirnya Nabi Ayub memanjatkan doa agar diberi kesembuhan. Singkat kata, Allah SWT pun akhirnya memberi kesembuhan.

Setelah mendapatkan kesembuhan, Nabi Ayub AS hendak melaksanakan sumpahnya untuk menghukum sang istri. Tapi mengingat kesetiaan dan kesalehan perempuan ini, Allah SWT yang Maha Penyayang mengajari Nabi Ayub AS bagaimana melaksanakan sumpah, memukul istri 100 kali tapi tak menyakiti.

Caranya yakni menggabungkan 100 lidi yang diikat jadi satu menjadi sapu, lantas dipukulkan sekali dengan keras. Dengan demikian, berarti Nabi Ayub AS telah memukul 100 kali sekaligus.

Inilah kesabaran yang dicontohkan oleh Nabi Allah. Semua cobaan yang dilaluinya tidak sedikit pun menggoyahkan keimanan dan kesabarannya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Ketabahan Urwah bin Zubair dalam Menghadapi Musibah yang Menimpanya



Jakarta

Ada banyak kisah-kisah Islami dari orang-orang beriman di masa lalu yang menunjukan sisi positif sehingga bisa diteladani. Seperti kisah seorang yang tetap sabar dan tabah saat ditimpa sakit dan anaknya meninggal. Inilah kisah Urwah bin Zubair.

Mengutip buku Cahaya Abadi Muhammad Saw. 3 karya M. Fethullah Gulen disebutkan bahwa Urwah bin Zubair adalah putra dari sahabat Rasulullah SAW bernama Zubair bin Awwam RA yang merupakan anak dari bibi Rasulullah SAW bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib.

Sementara itu, ibu Urwah bin Zubair bernama Asma’ RA yang merupakan saudara kandung dari Sayyidah Aisyah RA, putri Abu Bakar As-Siddiq. Maka Urwah tumbuh besar diantara orang-orang mulia membuatnya memiliki keimanan dan keutamaan.


Kisah Urwah bin Zubair

Mengutip buku Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi karya Imron Mustofa keutamaan Urwah bin Zubair juga dijelaskan oleh anaknya bernama Hisyam yang menuturkan:

“Ia (Urwah bin Zubair) terkena penyakit kanker pada kakinya, dan seseorang pernah berkata, ‘Maukah Anda aku panggilkan tabib?’ Ia berkata, Jika kamu berkenan.’ Lalu, sang tabib datang dan berkata, ‘Aku akan memberikan minuman kepada Anda dan minuman itu menghilangkan kesadaran Anda untuk beberapa saat.’ Mendengar itu, Urwah berkata, ‘Urus saja dirimu, aku tidak yakin kalau ada seseorang yang mau meminum obat yang menghilangkan kesadarannya, sehingga ia tidak ingat lagi kepada Tuhannya.”

Ia berkata, “Kemudian sang tabib itu akhirnya memotong lutut- nya tanpa obat bius, dan kami semua berada di sekelilingnya me- nyaksikan. Hebatnya, ia tidak mengeluh sedikitpun. Ketika kakinya telah terpotong, ia berkata, ‘Kalaulah memang Engkau Ya Allah telah mengambil kakiku, Engkau pun telah menyisakan hidup kepadaku. Kalaulah engkau memberikan cobaan sakit kepadaku, Engkau pun telah memberikan kesembuhannya. Dan hebatnya, pada malam itu juga ia tidak meninggalkan rutinitasnya, yaitu melakukan shalat malam dengan membaca seperempat al-Qur’an.”

Dari ‘Am bin Shalih dari Hisyam bin Urwah mengatakan bahwa ayahnya pergi menghadap Khalifah al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Ketika sampai di lembah Qura, ia mendapati kakinya terkena sesuatu dan terluka. Kemudian, ia pun merasakan sakitnya semakin parah.

Sesampainya di hadapan Khalifah al-Walid, ia (al-Walid) berkata, “Wahai Abu Abdillah, potong saja kakimu itu!” Urwah berkata, “Boleh saja.” Lalu, sang khalifah memanggilkan tabib untuknya. Tabib itu berkata, “Minumlah ramuan yang mengandung obat tidur.” Namun ia (Urwah) tidak mau meminumnya. Kemudian, tanpa obat bius, tabib itu memotongnya sampai sebatas lutut dan tidak lebih.”

Setelah itu, Urwah berkata, “Cukup, cukup!” Al-Walid berkata, “Aku sama sekali belum pernah melihat orang tua yang kesabarannya seperti ini.”

Apalagi disaat Urwah melakukan perjalanan, ia ditimpa musibah sebeba putranya bernama Muhammad meninggal dunia (Diserang keledai saat berada di kandang) namun dia tidak berkomentar apapun hingga di lembar Qura, Urwah bin Zubair pun berkata (Kutipan surah Al-Kahfi ayat 62):

لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا ٦٢

Artinya: “Bawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini.”

Selanjutnya urwah bin Zubair pun berkata, “Ya Allah, aku telah mempunyai tujuh keturunan dan Engkau telah mengambil satu dari mereka dan Engkau masih meninggalkan yang enam. Aku juga mempunyai anggota tubuh yang empat, dan Engkau telah mengambil salah satunya, dan Engkau masih tinggalkan yang tiga. Jikalau Engkau memberikan cobaan sakit, Engkau pun telah menyembuhkannya. Jikalau Engkau telah mengambilnya (kaki), Engkau masih memberikan hidup.”

Hikmah Kisah Urwah bin Zubair

Mengutip buku 88 Kisah Orang-Orang Berakhlak Mulia karya Harlis Kurniawan hikmah yang bisa dipetik dari kisah ketabahan Urwah bin Zubair adalah.

Siapa saja yang ridha dengan takdir Allah SWT, maka dia adalah hamba yang bersyukur. Karena dia senantiasa melihat nikmat Allah SWT yang banyak daripada melihat berkurangnya nikmatnya yang sedikit.

Demikianlah kisah ketabahan Urwah bin Zubair dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com