Tag Archives: sanad

Hadits Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China, Benarkah Ada?


Jakarta

Salah satu hadits populer yang kerap digunakan oleh para khatib dan da’i adalah hadits yang berbunyi, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.” Benarkah ada hadits yang demikian?

Hadits tersebut diketahui bersumber dari Anas bin Malik RA. Hadits tersebut juga termaktub dalam tulisan Ibnu ‘Addi dalam Al Kamil, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbihan, Al Khathib dalam Tarikh Baghdadh, Al Baihaqiy dalam Al Madkhal, dan Ibnu Abdil Barr dalam Al Jami’.

Berikut bunyi hadits yang dimaksud,


أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ يا الْصِيْنِ

Artinya: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.”

Sementara, dikutip dari Hadits Tarbawi oleh Abu Ubaidah, hadits tersebut merupakan potongan dari hadits lengkap yang berbunyi,

أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ يا الْصِيْنِ فَإِنَّ الْعِلْمَ فَرِضَة عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنَحَتِهَا لِطَلِبِ رِضَا عًا بِمَا يَطْلُبُ

Artinya: “Carilah ilmu sekalipun di negeri China, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridha terhadap amal perbuatannya.”

Dikutip dari Abdul Bakir, S.Ag dalam buku 150 Hadits Dha’if yang Sering Dijadikan Dalil, hadits ini disebut sebagai hadits dhaif jiddan atau lemah sekali. Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman mengatakan bahwa hadits tersebut populer matannya namun bersanad lemah.

“Telah diriwayatkan dari beberapa jalan namun seluruhnya dhaif,” demikian jelasnya.

Senada dengan itu, Ibnu Adi’ menambahkan, ia tidak tahu ada yang meriwayatkannya selain al-Hasan bin Athiyyah dari Abu Atikah dari Anas.

Al-Bazzar juga mengatakan Abu Atikah adalah sosok yang tidak dikenal, dan tidak diketahui dari mana dia berasal. Untuk itu disebutkan, hadits ini tidak memiliki asal atau la ashla lahu.

Al Bukhari bahkan mengatakan bahwa Abu Atikah adalah munkar al hadits. Sependapat dengan Ibnu Hibban dalam Al Majruhin yang mengatakan bahwa Abu Atikah adalah munkar al hadits jiddan.

As-Suyuti dalam Al-La’all’ Al-Mashnu’ah menyebutkan dua jalur lain bagi hadits ini dengan tujuan menguatkan. Ternyata, hasil kedua jalur tersebut sama dhaifnya bahkan lebih parah.

Jalur yang pertama, terdapat seorang pendusta, yaitu Ya’qub bin Ishaq Al-‘Asqalaniy. Jalur kedua, terdapat yang suka memalsukan hadits, Al-Juwaibariy.

Dengan demikian, As Suyuti mengatakan bawa hadits ini bathil, tidak boleh diamalkan, tidak boleh dijadikan hujjah dan tidak boleh diyakini sebagai sabda Rasulullah SAW.

Ada beberapa hadits lainnya yang menyebutkan anjuran bagi muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu. Hal ini mengindikasikan, ilmu dalam pandangan Islam dianggap sebagai sebuah kebutuhan untuk mengetahui kebenaran dan ditempatkan pada posisi yang tinggi. Berikut di antaranya:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

1. Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)

مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ

2. Artinya: “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang,” (HR Tirmidzi)

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

3. Artinya: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR Muslim)

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

4. Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah)

العلم قبل القول و العمل

5. Artinya: “Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas.” (HR Bukhari).

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

6. Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

7. Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridaan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti.” (HR Abu Daud)

Berdasarkan hadits menuntut ilmu yang telah dipaparkan di atas, Syekh Al-Zarjuni dalam kitabnya Ta’limul Muta’allim menekankan niat dalam menuntut ilmu itu harus didasari keikhlasan. Sebab, menuntut ilmu dilakukan semata-mata untuk mencari rida Allah SWT dan kehidupan akhirat.

(rah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Contoh Hadits Shahih Lengkap dengan Sanad, Matan dan Rawi


Jakarta

Sanad, matan, dan rawi merupakan unsur penting dalam ilmu hadits. Berikut contoh hadits shahih lengkap dengan sanad, matan, dan rawinya.

Dijelaskan dalam buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi, sanad menurut bahasa artinya sandaran tempat atau bersandar, sedangkan menurut istilah sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits.

Sanad terdiri dari semua penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam kitabnya hingga jalurnya sampai pada Rasulullah SAW. Sanad berfungsi menggambarkan keaslian riwayat.


Lebih lanjut dijelaskan, sebuah hadits bisa terdiri dari beberapa sanad dengan jumlah penutur atau perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya (thaqabah).

Adapun, matan menurut bahasa artinya tanah yang tinggi. Para ahli hadits mendefinisikan matan sebagai kalimat tempat berakhirnya sanad atau lafaz-lafaz hadits yang di dalamnya mengandung makna tertentu. Sederhananya matan adalah ujung sanad (gayah al-sanad) atau redaksi hadits.

Ada dua hal penting dalam memahami matan suatu hadits. Pertama, ujung sanad yang menjadi sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW atau bukan. Kedua, hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya dan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Unsur pokok dari sebuah hadits adalah rawi. Rawi atau ar rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-hadits). Rawi juga termasuk orang yang menerima dan memindahkan hadits.

Rawi menjadi unsur yang tak terpisahkan dari sanad. Sebab, sanad hadits pada setiap lapisan sanadnya juga disebut rawi. Meski demikian, ada hal yang membedakan keduanya, yakni pada pembukuan hadits. Orang yang menerima hadits kemudian menghimpunnya dalam kitab disebut perawi.

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh hadits shahih lengkap dengan sanad, matan, dan rawinya. Hadits ini termuat dalam kitab Shahih Bukhari edisi bahasa Indonesia yang disusun oleh Yoli Hemdi, terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Contoh Hadits Shahih

حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ هَمَّامٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَنْفَقَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ كسب زَوْجِهَا عَنْ غَيْر أمره فَلَهُ نِصْفُ أَجْرٍ

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abdur Razaq dari Ma’mar dari Hammam berkata, aku mendengar Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW bersabda, “Jika seorang istri bersedekah dari harta hasil usaha suaminya tanpa perintah suaminya maka bagi suaminya mendapat separuh pahalanya.” (HR Bukhari)

Penjelasan hadits

  • Sanad: Jika diurutkan dari namanya, Yahya bin Ja’far sampai Nabi Muhammad SAW adalah sanad dari hadits tersebut.
  • Matan: Kalimat “Jika seorang istri bersedekah dari harta hasil usaha suaminya tanpa perintah suaminya maka bagi suaminya mendapat separuh pahalanya.” adalah matan hadits.
  • Rawi: Imam Bukhari adalah perawinya. Ia juga juga termasuk mudawwin atau pencatat hadits.

Apabila dipecah berdasarkan tingkatan periwayatannya, maka Abu Hurairah RA adalah rawi dari tingkatan sahabat; Abdur Razaq, Ma’mar, dan Hammam adalah rawi dari tingkatan tabi’in; dan Imam Bukhari adalah rawi dari tingkatan mudawwin.

Contoh hadits shahih lain adalah sebagai berikut,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ حَدَّثَنَا يُونُسُ قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ الزُّهْرِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلُ رَحِمَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Ya’qub Al-Kirmani, telah menceritakan kepada kami Hassan, telah menceritakan kepada kami Yunus, berkata Muhammad, dia adalah Az-Zuhri, dari Anas bin Malik RA, berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturahmi.” (HR Bukhari)

Penjelasan hadits

  • Sanad: Jika diurutkan dari namanya, Muhammad bin Abu Ya’qub Al-Kirmani sampai Rasulullah SAW adalah sanad.
  • Matan: Kalimat “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturahmi.” dalam hadits tersebut adalah matan.
  • Rawi: Imam Bukhari adalah perawinya. Ia juga juga termasuk mudawwin atau pencatat hadits.

Apabila dipecah berdasarkan tingkatan periwayatannya, maka Anas bin Malik RA adalah rawi dari tingkatan sahabat; Muhammad bin Abu Ya’qub Al-Kirmani, Hassan, Yunus, Muhammad, Az-Zuhri adalah rawi dari tingkatan tabi’in; dan Imam Bukhari adalah rawi dari tingkatan mudawwin.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Turun Hujan Tulisan Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Salah satu sunnah saat hujan adalah berdoa. Doa turun hujan dianjurkan untuk diamalkan umat Islam sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah SWT.

Hujan dapat menyuburkan tanah, menghidupkan tanaman, dan menambah persediaan air. Dalam Islam, hujan dipandang sebagai tanda rahmat dan kebaikan dari Allah SWT.

Membaca doa turun hujan adalah salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas rahmat yang diberikan Allah SWT. Selain itu, doa juga dipanjatkan untuk memohon agar hujan yang datang tidak membawa malapetaka, melainkan mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi makhluk-Nya.


Berikut ini beberapa doa turun hujan yang dapat diamalkan muslim. Ada juga doa khusus untuk meminta perlindungan agar terhindar dari banjir, doa ketika mendengar petir, dan doa saat menghadapi angin kencang.

Simak berikut ini beberapa doa yang bisa diamalkan saat hujan turun.

Doa Turun Hujan Tulisan Arab, Latin dan Artinya

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيًّا وَسَيِّبًا نَافِعًا

Latin: Allâhumma shayyiban haniyyâ wa sayyiban nâfi’â.

Artinya: “Wahai Tuhanku, jadikan ini hujan terpuji kesudahannya dan menjadi aliran air yang bermanfaat.”

Doa turun hujan tersebut tercantum pada kitab Maslakul Akhyar sebagaimana dilansir dari situs Kementerian Agama RI.

Kumpulan Doa Seputar Hujan

Berikut adalah doa-doa seputar hujan dirangkum dari situs Kemenag RI dan Buku Doa dan Dzikir Seputar Hujan karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani.

1. Doa Ada Angin Ribut

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِهَا

Latin: Allahumma innii as aluka khoirohaa wa a’uudzubika min syarrihaa

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya.”

2. Doa saat Mendengar Petir

سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ

Latin: Subhaanalladzii yusabbihurro’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi

Artinya: “Maha Suci Allah yang petir bertasbih dengan memuji-Nya, begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya.”

3. Doa Minta Turun Hujan

اللَّهُمَّ أَسْقِنَا غَيْئًا مُغِيْئًا مَرِيئًا مَرِيعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍ، عَاجِلاً غَيْرَ أَجِلٍ

Latin: Allahumma asqinaa ghoitsan mughiitsan mariian marii’an, naafian ghoiro doorrin, ‘aajilan ghoiro aajilin

Artinya: “Ya Allah! Berilah kami hujan yang merata, menyegarkan tubuh dan menyuburkan tanaman, bermanfaat, tidak membahayakan. Kami mohon hujan secepatnya, tidak ditunda-tunda.”

4. Doa setelah Hujan Turun

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ

Latin: Muthirnaa bifadhlillahi warohmatihi

Artinya: “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”

5. Doa agar Hujan Berhenti/ Doa agar Hujan tidak Mendatangkan Banjir/ Doa agar Hujan Dialihkan ke Tempat Lain

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الْأَكَامِ وَالظُّرَابِ، وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Latin: Allahumma hawalainaa walaa ‘alainaa, allahumma ‘alal aakaami wazzhiroobi, wa buthuuni’ audiyati wa manaabitissyajari

Artinya: “Ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.”

Apakah Doa ketika Hujan Mustajab?

Doa yang dipanjatkan ketika hujan disebut mustajab. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan dengan sanad mursal sebagaimana dipaparkan Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm. Rasulullah SAW bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

Artinya: “Carilah oleh kalian doa yang dikabulkan: di saat kedua pasukan bertemu (di jalan Allah), ketika salat diiqamahkan, dan ketika hujan turun.”

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Adam AS Saat Turun ke Bumi, Diingatkan Waktu Sholat oleh Ayam



Jakarta

Ketika Nabi Adam AS turun ke bumi, ia merasa bingung karena semuanya gelap. Berbeda dengan di surga yang terang benderang. Beliau pun berdoa kepada Allah cara supaya dibangunkan untuk ibadah. Berikut ini cerita ayam dalam kisah nabi Adam AS.

Allah SWT menciptakan Adam AS sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 30 :

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠


Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Cerita Ayam dalam Kisah Nabi Adam AS

Menurut buku 25 Kisah Hewan Bersama Para Nabi karya Dian Noviyanti, mengisahkan pertama kalinya Nabi Adam AS menginjakan kakinya di bumi.

Pada saat pertama kali Nabi Adam turun ke bumi, dunia masih diliputi oleh suasana gelap gulita, berbeda dengan surga yang terang benderang.

Lalu, Adam mulai bertanya, “Bagaimana aku tahu kapan waktu ibadah ku kepada Allah?”

Mendengar permohonan Adam, Allah turunkan seekor hewan ke bumi, binatang tersbeut ialah ayam jago.

Disebutkan bahwa ayam bukanlah hewan yang baru diciptakan, melainkan binatang yang sudah lama tinggal di surga.

Wujud asli ayam tersebut adalah malaikat Ad-dik (berbentuk mirip seperti ayam jago) di langit. Malaikat yang berada di pintu rahmat, bertubuh besar, saking besarnya kedua kakinya mencapai dasar bumi, serta sepasang sayap yang memenuhi jagat raya.

Ketika malaikat itu bertasbih menyerukan nama Allah, maka diwaktu bersamaan ayam-ayam di bumi ikut bertasbih. Setan pun lari menyembunyikan diri dan menutup telinga rapat-rapat saat mendengar tasbih dikumandangkan.

Pada saat waktu sholat tiba, malaikat akan bertasbih yang diiringi oleh ayam-ayam di bumi, maka Adam pun bangkit dari tidurnya, berwudhu, dan berdoa kepada Allah SWT.

Sebagaimana hadits di bawah ini:

“Apabila kalian mendengar ayam berkokok, mintalah karunia Allah (berdoalah), karena dia melihat malaikat. Dan apabila kamu mendengar (suara) kuda meringkik (di malam hari), maka mohonlah perlindungan Allah, karena dia melihat setan (iblis).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Larangan Mencela Ayam Jago

Menurut buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Ruhul Ihsan, seorang muslim dilarang untuk mencela ayam jago ketika ia berkokok.

Ayam berkokok karena ikut membantu membangunkan orang beribadah pada saat malam dan di waktu Subuh.

Imam Nawawi dalam karyanya Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi, menuliskan sebuah hadits. Kami telah meriwayatkan dalam kitab Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih, dari Zaid bin Khalid RA dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian mencela ayam jantan, karena dia membangunkan orang untuk sholat.”

Demikian pembahasannya, kisah ayam dalam kehidupan Nabi Adam AS mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga waktu ibadah. Sejak awal penciptaan, Allah SWT telah memberikan tanda-tanda dan petunjuk bagi manusia melalui alam dan makhluk-Nya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com