Tag Archives: Sayyid Sabiq

Bacaan Doa Masuk Masjid Nabawi, Perhatikan saat Berkunjung



Jakarta

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW setelah Masjid Quba ketika dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Masjid Nabawi menjadi tempat istimewa bagi umat muslim, bahkan ada doa ketika masuk ke dalamnya.

Terletak di Kota Madinah, Masjid Nabawi menjadi tempat bersejarah yang ditinggali Nabi Muhammad SAW ketika memimpin umat Islam selama bertahun-tahun.

M. Irawan dalam bukunya yang berjudul Keajaiban Masjid Nabawi menjelaskan bahwa di Masjid Nabawi terdapat makam Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabat Nabi. Masjid ini juga menjadi salah satu tujuan utama para jamaah haji dan umroh untuk melakukan ibadah.


Sebelum berkunjung ke Masjid Nabawi, pahami bacaan doa masuk Masjid Nabawi dan adab yang harus dilakukan berikut.

Bacaan Doa Masuk Masjid Nabawi

Mengutip dari buku Fiqih Sunnah 3 karya Sayyid Sabiq berikut bacaan doa masuk Masjid Nabawi:

أَعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Latin: A’udzu billahil-‘azhimi wa bi wajhihil-karimi wa sulthanihil-qadimi min asy-syaithani ar-rajimi, bismillahi Allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa alihi wa sallim. Allahumma igfir li dzunubi wa-ftah li abwaba rahmatika.

Artinya: “Hamba berlindung kepada Allah yang Maha Agung, kepada wajah-Nya yang Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya yang Mahadahulu, dari setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah; ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad beserta keluarga Beliau. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba dan bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untuk hamba.”

Doa ini juga dianjurkan untuk dibaca setiap masuk masjid-masjid yang lainnya.

Adab Masuk Masjid Nabawi

Masjid Nabawi memiliki keistimewaan dari masjid-masjid lainnya sehingga ketika hendak masuk ke dalam masjid perlu memperhatikan adab-adabnya. Berikut ini adalah adab masuk Masjid Nabawi berdasarkan buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi:

1. Tenang dan Tidak Tergesa-Gesa

Adab pertama ketika memasuki Masjid Nabawi yaitu usahakan dalam keadaan tenang dan tidak tergesa-gesa. Dianjurkan pula untuk memakai wewangian serta pakaian yang bagus. Kemudian masuk ke dalam masjid dengan mendahulukan kaki sebelah kanan.

2. Membaca Doa Masuk Masjid

Ketika kaki masuk ke dalam masjid, baca doa masuk Masjid Nabawi dengan bacaan yang telah disebutkan di atas.

3. Melakukan Sholat Tahiyatul Masjid

Setelah membaca doa masuk Masjid Nabawi, dianjurkan untuk datang ke Raudhah Asy-Syarif terlebih dahulu kemudian melakukan sholat tahiyatul masjid di sana dengan rasa tenang dan khusyu.

4. Menuju Makam Rasulullah SAW dan Sahabat Nabi

Setelah melakukan sholat tahiyatul masjid, bisa dilanjutkan dengan mendatangi makam Rasulullah SAW dan sahabat Nabi. Ketika sampai ke makam, hadaplah ke makam, lalu mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW.

Kemudian bergeser ke sebelah kanan dan mengucapkan salam kepada Abu Bakar As-Shiddiq RA. Selanjutnya bergeser lagi dan mengucapkan salam kepada Umar bin Khattab RA.

5. Menghadap Kiblat dan Berdoa

Setelah mengunjungi makam Rasulullah SAW dan sahabatnya, kemudian menghadap ke arah kiblat dan berdoa untuk dirinya, kekasih, saudara, dan umat Islam pada umumnya. Bagi yang berziarah, hendaknya tidak mengeraskan suara kecuali hanya sekadar dapat didengar oleh dirinya sendiri.

Tak hanya itu, tidak dianjurkan pula untuk mengusap makam dan menciumnya karena hal tersebut termasuk perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah SAW.

Itulah bacaan doa masuk Masjid Nabawi dan adab-adab yang harus dilakukan. Dengan membaca doa dan memperhatikan adab-adab saat berkunjung di Masjid Nabawi, umat muslim insyaAllah akan mendapatkan keberkahan dan manfaat dari ibadah yang dilakukannya. Semoga artikel ini dapat menjadi manfaat bagi detikers yang berencana untuk berkunjung ke Masjid Nabawi.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Doa Malam Lailatul Qadar sesuai Sunnah Nabi, Ini Bacaannya



Jakarta

Islam mengenal sejumlah malam mulia dalam setahun, yang mana salah satunya adalah lailatul qadar. Nabi SAW menganjurkan kaum muslim berdoa pada malam istimewa itu, tetapi bacaan doa apa yang bisa dibaca?

Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam bukunya Majalis Syahri Ramadhan mengemukakan lailatul qadar terjadi di malam Ramadan, bukan pada bulan lainnya.

Hal ini dapat dipastikan karena Allah SWT nyatakan dalam surat Al-Qadar ayat 1 bahwa telah menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar itu. Dan melalui surat Al-Baqarah ayat 185, Dia juga ungkapkan bahwa Al-Qur’an turun pada Ramadan. Sehingga, kata Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, secara jelas bisa diketahui bahwa lailatul qadar bertepatan di bulan Ramadan.


Rasulullah SAW juga kemukakan lailatul qadar terdapat pada bulan Ramadan dalam sebuah hadits, di mana Abu Dzar bertanya kepada beliau,

“Wahai Rasulullah, terangkanlah kepadaku tentang lailatul qadar, apakah ia terdapat pada bulan Ramadan atau juga pada bulan lainnya?” Beliau menjawab: “Hanya pada bulan Ramadan.”

Dia bertanya lagi, “Apakah ia (lailatul qadar) hanya ada bersama nabi-nabi selama mereka masih hidup, sehingga jika mereka telah meninggal dunia lantas tidak ada lagi lailatul qadar, ataukah ia tetap ada sampai datangnya hari kiamat?” Beliau menjawab: “Sampai hari kiamat ….” (HR Ahmad dan an-Nasa’i)

Meski lailatul qadar terjadi di bulan Ramadan, tetapi tak ada yang tahu pasti kapannya. Melalui hadits pun Nabi SAW hanya memerintahkan kaum muslim untuk mencari malam mulia itu di 10 malam ganjil akhir bulan Ramadan.

Dalam riwayat Aisyah contohnya, beliau SAW bersabda,

تَحَرَّوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Syekh Al-Utsaimin dalam buku Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Salat, Zakat, Puasa, dan Haji menyebutkan bahwa sejumlah hadits mengenai lailatul qadar yang bersumber dari Rasul SAW seperti di atas menunjukkan lailatul qadar tidak terjadi tetap pada satu malam. Karena demikian, beliau menganjurkan kaum muslim untuk mencarinya di malam-malam terakhir dengan memperbanyak ibadah dan doa.

Lebih lanjut, Syekh Al-Utsaimin mengatakan, “Lailatul qadar itu berpindah-pindah turunnya, dari satu malam kepada malam yang lain dan tidak terjadi pada malam tertentu setiap tahunnya.”

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Bukan hanya mengabarkan waktu lailatul qadar di 10 malam terakhir Ramadan meski tak ada yang tahu pastinya, Nabi SAW melalui sabdanya juga menjelaskan ciri-ciri malam mulia itu. Sehingga muslim yang mendapati sejumlah tandanya, kemungkinan benar mendapati lailatul qadar.

Ciri malam lailatul qadar termuat dalam hadits riwayat Ubadah bin Shamit, yang dinukil dari buku Khutbah Nabi oleh Muhammad Khalil Khathib. Di mana Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya tanda-tanda datangnya lailatul qadar adalah bahwa pada malam itu langit benar-benar cerah dan terang seakan-akan ada rembulan yang sedang memancarkan cahayanya.

Suasana malam itu begitu tenang, hening, dan memiliki corak yang lain (ketimbang biasanya). Dan pada malam itu udara tidak terasa dingin dan tidak juga terasa panas, serta (di angkasa) tidak terlihat bintang-bintang jatuh (meteor) sampai pagi tiba.

Dan ciri- ciri lain darinya adalah bahwa pada keesokan harinya, matahari di pagi hari itu akan terbit dengan cahaya yang bersinar sedang. Matahari tidak memancarkan sinar yang terlalu panas (terang) dan hanya akan bersinar seperti bulan, karena pada pagi hari itu setan tidak diperbolehkan keluar bersamaan dengan terbitnya matahari itu.” (HR Ahmad dalam Majma’ az-Zawaid, dan tokoh-tokohnya dianggap semuanya tsiqah.)

Doa Malam Lailatul Qadar: Arab, Latin & Arti

Kaum muslim yang menemukan malam pada bulan Ramadan bertanda seperti dalam hadits di atas, memungkinkan bahwa benar itu adalah lailatul qadar. Dan mereka yang mendapati malam mulia itu hendaknya membaca sebuah doa dari Nabi SAW dan memperbanyaknya..

Menukil Kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, berikut bacaan doa malam lailatul qadar sesuai sunnah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ، تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Latin: Allahumma innala ‘afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mulia. Engkau senang memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Aisyah)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Hadits Lailatul Qadar Terletak pada Malam 23 Ramadan, Begini Penjelasannya



Jakarta

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk mencari lailatul qadar pada 10 hari terakhir Ramadan, tepatnya pada malam ganjil. Ada sebuah hadits yang menyebut lailatul qadar jatuh pada malam 23 Ramadan.

Hadits yang menyebut bahwa lailatul qadar terletak pada malam 23 Ramadan diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdillah bin Anis. Ia mengatakan bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, kapan Anda mencari malam lailatul qadar?”

Rasulullah SAW menjawab, “Carilah ia pada malam 23 Ramadan.”


Imam Muslim juga mengeluarkan hadits dengan redaksi yang lebih panjang tentang keberadaan malam lailatul qadar. Hadits ini termuat dalam Kitab Shahih Muslim, Kitab Puasa dan Kitab I’tikaf. Abu Ahsan bin Usman turut menukilnya dalam Kitab At-Tadzhib fi Adillati Matnil Ghaya wat Taqrib.

Dari Abu Sa’id al Khudri RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah beritikaf pada sepuluh malam pertengahan bulan Ramadan untuk mencari lailatul qadar sebelum dijelaskan kepada beliau.”

Kata Abu Sa’id, “Setelah sepuluh malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk dibuatkan bilik, tetapi kemudian dibongkar. Kemudian dijelaskan kepada beliau bahwa malam lailatul qadar ada pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali.

Kemudian beliau keluar menemui orang-orang dan berkata, ‘Saudara-saudara! Sungguh telah dijelaskan kepadaku tentang lailatul qadar, dan aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun kemudian datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani oleh setan. Sehingga lailatul qadar terlupakan olehku. Maka carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, carilah lailatul qadar pada malam ke-9, ke-7, dan ke-5 (dalam sepuluh malam terakhir itu).’

Seseorang berkata, ‘Hai Abu Sa’id! Kamu tentu lebih mengetahui bilangan itu daripada kami.’

Ia menjawab, ‘Tentu kami lebih mengetahui hal itu daripada kalian.’

Orang itu bertanya, ‘Apa yang dimaksud dengan malam ke-9, ke-7, dan ke-5?”

Ia menjawab, ‘Jika malam ke-21 telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke-22, dan itulah yang dimaksud malam ke-9. Apabila malam ke-23 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-7, jika malam ke-25 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-5.'” (HR Muslim 3/173)

Ada pula riwayat yang menyebut bahwa malam lailatul qadar terletak pada malam ke-27. Ulama Syafi’iyah Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah-nya mengatakan, ini yang menjadi pendapat mayoritas ulama.

Ulama yang meyakini hal ini bersandar dengan hadits yang disebutkan oleh Ubai bin Ka’ab. Ia berkata,

“Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya lailatul qadar itu berada dalam bulan Ramadan. Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui malam ke berapakah dia? Dia adalah malam yang kita diperintahkan untuk menghidupkannya, yaitu malam ke-27. Tandanya, matahari pada pagi harinya tampak putih tak bersinar.”

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim, Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Ahmad dalam Musnad Ahmad, dan At Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi. Adapun, Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.

Juga dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّهَا، فَلْيَتَحَرَّهَا فِي لَيْلَة سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ

Artinya: “Siapa saja yang berupaya untuk mendapati lailatul qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya)

Malam 23 Ramadan jatuh pada hari ini, Kamis (13/4/2023) ba’da Magrib hingga Jumat (15/4/2023) dini hari menjelang salat Subuh.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Masuk dan Keluar Masjid: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Masjid merupakan rumah Allah SWT yang memiliki kedudukan sebagai tempat istimewa dalam Islam. Setiap langkah menuju dan meninggalkan masjid memiliki nilai ibadah yang agung, sehingga terdapat adab khusus yang dianjurkan ketika hendak memasukinya.

Salah satu adab utama yang dianjurkan saat masuk dan keluar masjid adalah berdoa. Doa masuk dan keluar masjid merupakan bentuk penghormatan kepada kesucian masjid sekaligus permohonan keberkahan kepada Allah SWT. Berikut bacaan yang bisa diamalkan.

Doa Masuk Masjid

Mengutip kitab Al-Azhar Imam Nawawi terjemahan Bahrun Abu Bakar, seseorang yang hendak memasuki masjid, hendaknya membaca doa berikut.


أعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ

A’ûdzu billâhil ‘azhîm wa biwajhihil karîm wa sulthânihil qadîm minas syaithânir rajîm. Bismillâhi wal hamdulillâh. Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ muhammadin. Allâhummaghfirlî dzunûbî waftahlî abwâba rahmatik.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Besar, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kerajaan-Nya Yang Sedia dari setan yang terlontar. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah. Hai Tuhanku, berilah shalawat dan sejahtera atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad. Hai Tuhanku, ampuni untukku segala dosaku. Bukakanlah bagiku segala pintu kemurahan-Mu.”

Setelah itu, hendaknya mengucapkan Bismillah sambil mendahulukan kaki kanan ketika memasuki masjid, dan mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari masjid.

Doa Keluar Masjid

Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa, ketika keluar masjid, cukup mengganti doa masuk masjid pada ayat terakhir, yaitu abwaba rahmatika (semua pintu rahmat-Mu) dengan abwaba fadhlika (semua pintu kemurahan-Mu). Sehingga, bacaan doa keluar masjid seperti berikut ini.

أعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ

A’ûdzu billâhil ‘azhîm wa biwajhihil karîm wa sulthânihil qadîm minas syaithânir rajîm. Bismillâhi wal hamdulillâh. Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ muhammadin. Allâhummaghfirlî dzunûbî waftahlî abwâba fadhlik.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Besar, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kerajaan-Nya Yang Sedia dari setan yang terlontar. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah. Hai Tuhanku, berilah shalawat dan sejahtera atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad. Hai Tuhanku, ampuni untukku segala dosaku. Bukakanlah bagiku segala pintu kemurahan-Mu.”

Keutamaan Masuk dan Duduk dalam Masjid

Dalam kitab Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap dkk, terdapat hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Bukhari, dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

فمن غدا إلى المسجد أو راح أعد الله له في الجنة نزلا كلما غدا أو راح

Artinya: “Barang siapa datang ke masjid dan pulang (dari masjid), maka Allah menyiapkan jamuan surga baginya, (yaitu) setiap kali dia pergi dan pulang.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,

إذا رأيتم الرجل يعتاد المسجد فاشهدوا له بالإيمان قال الله تعالى إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر

Artinya: “Apabila kalian melihat seseorang terbiasa ke masjid, maka bersaksilah bahwa dia benar-benar beriman.” Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 18,

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ

Artinya: “Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Imam Muslim juga telah meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

من تطهر في بيته، ثم مشى إلى بيت من بيوت الله ليقضي فريضة من فرائض الله، كانت خطواته إحداهما تحط خطيئة، والأخرى ترفع درجة

Artinya: “Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah (masjid) untuk menunaikan suatu kewajiban kepada Allah, maka langkah kakinya yang satu menghapuskan kesalahannya (dosanya) dan langkah kakinya yang lain mengangkat derajatnya.”

Doa masuk dan keluar masjid juga memiliki keutamaan. Merujuk kembali pada kitab Al-Azhar, Imam Nawawi mengutip sebuah hadits dari Abdullah ibnu Amr ibnul Ash RA, ia menceritakan:

Bahwa Nabi SAW apabila memasuki masjid mengucapkan doa, “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya Yang Maha Dahulu dari setan yang terkutuk.” Apabila seseorang mengucapkan doa tersebut, maka setan berkata, “Ia terpelihara dari godaanku sepanjang hari.”

Dalam riwayat lain, dari Abu Umamah RA, bahwa Nabi SAW pernah bersabda,

“Sesungguhnya seseorang di antara kalian apabila hendak keluar dari masjid, maka semua bala tentara iblis saling memanggil dan saling mendatangkan teman-temannya serta berkumpul seperti lebah yang mengerumuni ratunya. Untuk itu, bila salah seorang dari kalian berdiri di depan pintu (keluar), hendaklah ia mengucapkan, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari iblis dan bala tentaranya.’ Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, iblis tidak dapat menimpakan bahaya terhadapnya.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Allahumma Antassalam Beserta Arti dan Keutamaannya


Jakarta

Dzikir merupakan salah satu cara umat muslim untuk menenangkan diri dan lebih dekat kepada Allah SWT. Ada banyak bacaan dzikir yang sering diucapkan oleh umat muslim, salah satunya adalah allahumma antassalam.

Dengan sering berdzikir, hal ini dapat membantu menenangkan hati dan pikiran dari segala keburukan. Dalam surat Hud ayat 3, Allah SWT berfirman tentang perintah dzikir kepada seluruh umatnya:

وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗ وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ ٣


Artinya: “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kesenangan yang baik kepadamu (di dunia) sampai waktu yang telah ditentukan (kematian) dan memberikan pahala-Nya (di akhirat) kepada setiap orang yang beramal saleh. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku takut kamu (akan) ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).”

Lalu, dalam surat Al-Baqarah ayat 152, Allah SWT kembali berfirman mengenai keutamaan berdzikir:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Bacaan allahumma antassalam merupakan salah satu dzikir yang sering dibaca setelah salat. Ingin tahu bacaan allahumma antassalam lengkap dengan Latin dan artinya? Simak dalam artikel ini.

Bacaan Allahumma Antassalam: Latin dan Artinya

Berikut bacaan dzikir allahumma antassalam lengkap dengan Latin dan artinya yang termuat dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq:

اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ

Latin: Allahumma antassalam wa minkas salam tabarakta ya dzaljala li wal ikram.

Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Dzat yang memberi keselamatan. Dari-Mu keselamatan (bersumber). Engkau Maha Agung, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.” (HR Muslim dan lainnya)

Waktu Membaca Dzikir Allahumma Antassalam

Bacaan dzikir allahumma antassalam merupakan bacaan yang bersumber dari Rasulullah SAW. Bacaan tersebut disunnahkan untuk dibaca setelah salam.

Dalam suatu hadits dari Tsauban RA berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika selesai salat mengucap ‘Astaghfirullah’ tiga kali, kemudian mengucap ‘Allahumma antassalam wa minkas salam tabarakta ya dzaljala li wal ikram’.” (HR Muslim)

Selain itu, dianjurkan juga membaca dzikir allahumma antassalam setelah melaksanakan salat hajat atau salat tahajud minimal 99 kali. Kemudian, diakhiri dengan doa kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk, kemudahan, dan hati yang tenang selama menjalani kehidupan.

Dalam surat An-Nisa ayat 103, Allah SWT berfirman tentang anjuran berdzikir setelah melaksanakan salat:

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ١٠٣

Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.”

Keutamaan Membaca Dzikir Allahumma Antassalam

Dalam buku Berdzikirlah! Pasti Hatimu Akan Tenang oleh Nurul Qamariyah, ada sejumlah keutamaan dari membaca dzikir allahumma antassalam, di antaranya:

  • Menuntun seseorang pada ketenangan serta kemantapan hati dalam menjalin hubungan kerja.
  • Dijauhkan dari perbuatan jahat dan maksiat.
  • Meyakini bahwa Allah SWT satu-satunya yang berhak menyandang ‘As-Salam’.

Jika kamu konsisten membaca dzikir allahumma antassalam, insya Allah akan selalu diberikan kemudahan dan kelancaran. Apabila terjadi kesulitan dalam hidup, insya Allah akan diberikan kekuatan dan mendapat jalan keluar yang baik.

Demikian pembahasan mengenai bacaan dzikir allahumma antassalam beserta Latin dan artinya. Semoga bermanfaat.

(ilf/row)



Sumber : www.detik.com

8 Amalan di Bulan Ramadan bagi Wanita Haid



Jakarta

Wanita haid termasuk golongan yang terhalang untuk berpuasa. Meski demikian, ada sejumlah amalan di bulan Ramadan yang bagi wanita haid agar tetap mendapatkan keberkahan di bulan suci ini.

Ulama fikih Sayyid Sabiq mengatakan dalam Kitab Fiqih Sunnah-nya, wanita haid yang terhalang untuk puasa Ramadan wajib mengganti puasa yang ia tinggalkan selama masa haid tersebut. Apabila ia memaksakan diri untuk berpuasa, kata Sayyid Sabiq, puasanya tidak bermakna apa pun alias batal.

Amalan bagi Wanita Haid

Meski tidak bisa menjalankan ibadah puasa, wanita haid tetap bisa melakukan berbagai amalan lain. Merangkum karya Himatu Mardiah Rosana dalam buku Ibadah Penuh Berkah Ketika Haid dan Nifas serta buku Do’a dan Amalan Istimewa Ketika Datang Bulan, berikut amalan yang dapat dikerjakan oleh wanita haid saat bulan Ramadan.


1. Berzikir dan Berdoa untuk Memohon Ampunan Allah SWT

Dalam hal ini secara khusus Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak istighfar, berzikir dan berdoa untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Di antara lafadz zikir yang bisa diistiqomahan adalah lafadz yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya.

Dari Abu Hurairah RA, menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan disukai Arrahman, Subhanallah, Wabihamdihi, dan Subhaanallahul ‘azhiim.” (HR Bukhari)

Dijelaskan pula bahwa seorang wanita haid dapat memperbanyak doa di bulan Ramadan baik doa Ma’tsur (diriwayatkan) maupun doa Mashnu (dibuat sendiri).

2. Bersedekah

Bersedekah juga menjadi salah satu amalan yang dapat dikerjakan oleh wanita haid. Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda,

“Wahai kaum wanita! Bersedakahlah kamu dan perbanyaklah istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim)

3. Memberikan Makanan kepada Orang yang Berbuka Puasa

Bagi orang-orang yang menjamu orang lain untuk berbuka puasa, maka akan mendapatkan balasan sebagaimana yang didapatkan oleh orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikit pun.

Hal tersebut bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda

“Barang siapa yang memberi makan orang yang berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR At-Tirmidzi)

4. Meringankan Pekerjaan Orang yang Berpuasa

Dijelaskan bahwa bagi wanita haid maupun nifas sangat dianjurkan untuk melayani orang yang sedang berpuasa. Sebab, melayani orang yang berpuasa dan meringankan pekerjaan atau kesusahan mereka bisa membuat balasan sebagaimana orang yang sedang berpuasa.

Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa dapat menunjukkan suatu kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR Muslim)

5. Menimba Ilmu untuk Meraih Ketaatan yang Lebih Tinggi kepada Allah SWT

Mencari ilmu termasuk amalan lain yang bisa dilakukan oleh wanita haid di bulan Ramadan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendatangi majelis ilmu maupun mempelajari isi dalam buku.

6. Beramar Ma’ruf Nahi Munkar

Amalan yang selanjutnya ialah, para wanita haid dapat mendorong sesamanya untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan. Oleh karena itu, apabila wanita yang sedang haid membangunkan orang lain untuk sahur dan berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang sahur dan berpuasa.

Dijelaskan dalam buku tersebut, apabila wanita haid membangunkan orang lain untuk melaksanakan salat Subuh, maka dia akan mendapatkan pahala seperti salat Subuh. Begitu pun dengan wanita haid yang mendorong orang lain untuk tilawah atau membaca Al-Qur’an, mencari ilmu, silaturahmi, sedakah, dan lain-lain maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pelaku amal saleh tersebut.

7. Melaksanakan Berbagai Ketaatan Sekaligus Meminimalisir Kemaksiatan

Masih dalam buku yang sama dijelaskan pula, bagi wanita yang masuk di bulan Ramadan dalam keadaan haid atau sempat menjalankan puasa di bulan Ramadan lalu kemudian haid, tidak perlu bersedih karena haidnya.

Hal tersebut dikarenakan haid merupakan perkara yang sudah menjadi ketetapan Allah SWT bagi para wanita.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah menghibur Aisyah RA yang sedang sedih karena mengalami haid sedangkan belum sempat untuk menjalankan manasik haji.

Dari Aisyah RA bahwa Nabi SAW pernah menemuinya ketika berada di Sarif sebelum masuk ke Makkah, beliau menemuinya sedang menangis karena datang bulan. Lalu beliau bertanya: “Kenapa, apakah kamu sedang haid?” Aisyah menjawab: “Ya” Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya hal ini telah ditetapkan Allah atas wanita-wanita anak Adam, lakukanlah apa yang biasa di kerjakan dalam berhaji, namun kamu jangan thawaf di Ka’bah.” (HR Bukhari)

8. Memperbanyak Sholawat

Amalan lain yang bisa dilakukan wanita haid saat Ramadan adalah memperbanyak sholawat. Allah SWT berfirman dalam surah AL Ahzab ayat 56,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمً

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Menurut sebuah riwayat, orang yang banyak sholawat akan mendatangkan syafaat dari Rasulullah SAW. Sebagaimana beliau SAW bersabda,

أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً

Artinya: “Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (HR Tirmidzi dan An-Nasa’i)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com