Tag Archives: setan

Doa agar Tidak Mimpi Buruk dan Amalan Sebelum Tidur


Jakarta

Mimpi buruk adalah hal yang lumrah terjadi dan tidak bisa dihindari manusia. Mimpi buruk membuat yang mengalaminya merasakan cemas dan takut yang berlebihan.

Islam merupakan agama yang sempurna dan selalu mendahulukan setiap aktivitas dengan berdoa. Agar terhindar dari mimpi buruk, ada doa dan amalan yang bisa dilakukan umat Islam.

Rasulullah SAW telah memberikan teladan kepada umatnya tentang cara menghindari mimpi buruk. Rasulullah SAW bersabda,


“Apabila seorang dari kalian bermimpi yang ia sukai, berarti itu dari Allah dan hendaknya dia mengucapkan hamdalah karenanya serta menceritakannya. Tapi bila dia mendapat mimpi yang tidak disukai berarti itu dari setan, maka hendaklah dia berlindung dari kejahatannya dan jangan menceritakannya kepada siapapun, niscaya hal itu tidak akan berdampak buruk baginya.” (HR. Al-Bukhari)

Dari hadits di atas, jika kita bermimpi yang menyenangkan, hendaknya memuji Allah SWT dan boleh menceritakannya karena mimpi yang baik itu akan menjadi kenyataan. Sebaliknya, hendaknya kita tidak memberitahukan mimpi buruk kepada orang lain dan memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan.

Doa agar Tidak Mimpi Buruk

Berikut ini beberapa doa yang dapat diamalkan agar tidak bermimpi buruk:

Doa agar Tidak Mimpi Buruk 1

Mengutip dari buku Tuntunan Doa dan Dzikir untuk Segala Situasi dan Kebutuhan karya Ali Akbar bin Aqil, berikut adalah doa yang dimaksud:

أَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ وَسَيِّئاَتِ اْلأَحْلاَمِ

Bacaan latin: Allohumma innia’zubika min ‘amalis syaithoni wa sayyiatil ahlam.

Artinya: “Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari perbuatan setan dan buruknya mimpi”.

Doa agar Tidak Mimpi Buruk 2

Masih menukil dari buku yang sama seperti sebelumnya, berikut doa agar tidak mimpi buruk versi 2:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ

Bacaan latin: A’uudzu bikalimaatillaahit-taammaati minghodhobihi wa ‘iqoobihi, wasyarri ‘ibaadihi, wamin hamazaatisy-syayaathiini wa an yahdhuruu wa min hamajaatisy-syayaatiini wa an yahduruun.

Artinya: Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan dan siksaanNya, serta kejahatan hamba-hambaNya, dan dari godaan setan (bisikannya) serta jangan sampai mereka hadir (kepadaku).

3. Doa Mengharap Mimpi Baik

Menukil buku Tiket ke Surga (Doa-Doa Mustajab) karya Abdul Majid dan Isfa’udin, berikut doa mengharap mimpi baik:

اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّـبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Bacaan latin: Allahumma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa’ahu. Wa arinal baathila baathilan warzuqnajtina bahu.

Artinya: “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehingga kami bisa mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami kejelekan sehingga kami dapat menjauhinya.”

Amalan Sebelum Tidur

Agar tidak mimpi buruk, ada amalan yang dapat umat Islam kerjakan sebelum tidur. Berikut ini amalan-amalannya yang dikerjakan Rasulullah sebelum tidur dikutip dari buku Sunnah Rasulullah Sehari-Hari karya Syaikh Abdullah bin Hamoud Al Furaih:

1. Wudhu Sebelum Tidur

Wudhu merupakan salah satu amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah sebelum tidur. Hal tersebut sebagaimana yang termaktub dalam hadits Al Bara bin Azib, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ

Artinya: “Jika hendak mendatangi tempat tidurmu, berwudhulah seperti wudhu untuk sholat, lalu berbaringlah ke sisi kanan badanmu,” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

2. Membaca Doa Sebelum Tidur

Amalan selanjutnya adalah membaca doa sebelum tidur. Hal ini termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah, beliau berkata:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »

Artinya: “Apabila Nabi Muhammad SAW hendak tidur, beliau membaca doa ‘Bismika allahumma amutu waahya (Dengan namaMu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, Beliau berdoa: ‘Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da maa amatana wailaihinnusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepadaNya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

3. Mengibas Kasur

Sebelum tidur, hendaknya seorang muslim mengibas kasurnya terlebih dahulu. Cara ini dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,

“Jika di antara kamu ingin mendatangi tempat tidur, hendaklah untuk mengibas kasurnya dengan bagian dalam sarungnya. Karena ia tidak mengetahui apa yang ada padanya, lalu ucapkan:

بِاسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ جَنْبِى

Latin: Bismika rabbi wadha’tu janbii

Artinya: “Dengan nama-Mu Wahai Tuhanku, aku baringkan punggungku.” (HR Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

4. Membaca Ayat Kursi

Selanjutnya, kaum muslim dianjurkan membaca Ayat Kursi sebelum tidur. Keutamaan membaca Ayat Kursi sebelum tidur adalah mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dari gangguan setan hingga pagi hari. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW membenarkan pernyataan berikut:

فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ

Artinya: “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi. Karena dengan-nya kamu selalu dijaga oleh Allah dan setan tidak akan dapat mendekatimu hingga pagi.” (HR Bukhari)

Rasulullah SAW mencontohkan agar tidak tidur sebelum waktu Isya dengan maksud agar sahabat tidak melewatkan ibadah utama, yakni sholat Isya. Anjuran ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, ia berkata:

“Bahwa Nabi Muhammad SAW tidak suka tidur sebelum sholat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647)

6. Berbaring Miring ke Kanan

Amalan terakhir yang dilakukan Rasulullah SAW sebelum tidur adalah berbaring miring ke kanan. Ketika hendak tidur, Rasulullah SAW akan berbaring di sisi kanannya dan mengucapkan:

“Ya Allah! Aku telah menyerahkan diriku kepada-Mu dan mempercayakan urusanku kepada-Mu. Dan aku memalingkan wajahku kepada-Mu, mengharapkan (pahala-Mu) dan takut (hukuman-Mu) dan mengandalkan-Mu. Tidak mungkin lari dari-Mu dan berlindung pada orang lain, kami berlindung hanya pada-Mu. Aku percaya pada Kitab yang Engkau turunkan dan Nabi yang Engkau kirim.” (HR Bukhari)

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Agar Terhindar dari Sihir dan Cara Menangkalnya dalam Islam


Jakarta

Doa agar terhindar dari sihir termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an. Sihir merupakan ilmu hitam yang penggunaannya membahayakan orang lain.

Ilmu sihir digunakan untuk mencelakai yang lain. Dalam ilmu sihir, setan dan jin turut andil melalui perantara jin atau paranormal.

Sihir telah ada sejak lama, bahkan pada zaman Rasulullah SAW. Beliau pernah menjadi sasaran sihir dari Labin bin As’am, orang Yahudi yang hasud terhadap sang nabi.


Terkait sihir dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 102,

وَٱتَّبَعُوا۟ مَا تَتْلُوا۟ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَٰرُوتَ وَمَٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

Menukil dari Anta Tas’alu wal Islaamu Yujiibu susunan Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi terjemahan Abu Abdillah Almansur, muslim akan dilindungi dan terhindar dari bahaya sihir jika yakin kepada Allah SWT. Sebaliknya, orang yang meminta bantuan kepada selain Allah SWT seperti dukun atau paranormal akan dibiarkan mengatasi sendiri persoalannya oleh sang Khalik.

Berikut bacaan doa agar terhindar dari sihir yang bisa dibaca muslim seperti dikutip dari buku Do’a & Wirid: Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah tulisan Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Doa agar Terhindar dari Sihir: Arab, Latin dan Artinya

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Arab latin: Laa ilaha illallah wahdahu la syarika lahu lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumit, wa huwa ‘ala syai’in qadir

Artinya: “Tidak ada Tuhan Selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik Allah segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Doa agar terhindar dari sihir ini dapat dibaca sebanyak 100 kali per hari. Bacaan diamalkan kapan pun, terutama setelah bangun tidur, usai salat wajib dan sunnah serta sebelum tidur.

Membaca Surat Al Mu’awwudzatain agar Terhindar dari Sihir

Selain doa di atas, muslim dapat membaca surat Al Mu’awwidzatain agar terhindar dari sihir. Dalam sebuah riwayat dikatakan Nabi Muhammad dibacakan surat tersebut ketika terkena sihir.

Surat Al Mu’awwidzatain ini terdiri dari surat An-Nas dan Al-Falaq. Muslim bisa mengamalkannya sebelum tidur sebagaimana Nabi SAW membacanya untuk melindungi diri.

Cara Menangkal Sihir dalam Islam

Menukil dari buku Khazanah Islam: Himpunan 40 Artikel Saduran Tausiyah Ustadz Abdul Somad susunan Ega Wahyu, berikut beberapa cara menangkal sihir menurut Islam.

1. Perbanyak Baca Al-Qur’an

Dengan memperbanyak bacaan Al-Qur’an, niscaya muslim diberi ketenangan dan perlindungan. Rumah yang dihuni pun akan mendapat perlindungan dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya pada surat Al-Isra’ ayat 82,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”

2. Membaca Ayat Kursi

Mengamalkan ayat kursi juga termasuk cara menangkal sihir dalam Islam. Dengan membaca ayat kursi, diterangkan dalam buku Allah The Center of Life susunan Haryanto, menyebut ayat kursi bisa jadi penangkal kesurupan, santet, sirih, dan pelet.

Muslim bisa mengamalkannya kapan saja, baik itu pagi maupun malam. Ayat kursi juga dapat dijadikan sebagai doa rutin setelah salat fardhu dan sebelum tidur.

3. Membaca Bacaan yang Mengandung Ayat Al-Baqarah

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR Muslim)

Kandungan ayat dalam Al-Baqarah dapat mengobati gangguan jin dan setan. Ibnu Katsir menyebut bahwa ayat-ayat yang dimaksud itu adalah 10 ayat surat Al-Baqarah, yaitu empat ayat awal surat, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya, dan tiga ayat terakhir.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Surah Yusuf untuk Ibu Hamil Ayat 1-16 Beserta Artinya


Jakarta

Membaca Surah Yusuf saat hamil sering dipercaya memiliki berbagai manfaat, terutama bagi ibu hamil yang berharap agar buah hati mereka kelak memiliki karakter yang baik seperti Nabi Yusuf AS.

Surah Yusuf untuk ibu hamil memang kerap dijadikan amalan dengan harapan anak yang lahir kelak dianugerahi ketampanan, akhlak mulia, dan keberanian seperti kisah Nabi Yusuf AS yang tertulis dalam ayat-ayat Al-Quran.

Di dalam Surah Yusuf, kisah tentang keteguhan hati, kesabaran, serta kasih sayang orang tua sangat relevan untuk memberikan inspirasi bagi calon ibu.


Ingin tahu lebih lanjut bagaimana Surah Yusuf ayat 1-16 ini bisa bermanfaat bagi ibu hamil? Simak bacaan beserta artinya untuk membantu memperdalam pemahaman Anda dan menjaga kehamilan dengan ibadah yang kuat.

Seputar Surah Yusuf dan Keutamaannya untuk Ibu Hamil

Surah Yusuf adalah surah ke-12 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 111 ayat. Surah ini termasuk dalam kelompok surah Makkiyah, yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Dikutip dari buku Doa & Dzikir untuk Ibu Hamil tulisan K. Akbar Saman dkk., dinamakan Surah Yusuf karena isinya menceritakan perjalanan hidup Nabi Yusuf AS, yang penuh dengan ujian, cobaan, hingga akhirnya mencapai kejayaan. Kisah dalam surah ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu bentuk mukjizat.

Riwayat yang terkandung dalam Surah Yusuf mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengkhianatan oleh saudara-saudaranya, Nabi Yusuf AS yang dijebak dan dimasukkan ke dalam sumur, hingga akhirnya menjadi salah satu pemimpin Mesir.

Kisah ini tidak hanya sarat dengan pelajaran moral, tetapi juga mengandung pesan tentang keteguhan iman, kesabaran, serta keikhlasan.

Bagi umat Islam, terutama bagi ibu hamil, membaca Surah Yusuf dianggap membawa berkah tersendiri. Hal ini dipercaya karena Nabi Yusuf AS dikenal dengan sifat-sifat terpuji seperti ketaatannya kepada orang tua, ketampanan jasmani, serta kebijaksanaannya dalam memimpin.

Harapan bagi ibu yang membaca surah ini selama masa kehamilan adalah agar anak yang dilahirkan mewarisi akhlak dan sifat-sifat baik dari Nabi Yusuf AS.

Waktu yang Dianjurkan Membaca Surah Yusuf untuk Ibu Hamil

Selama masa kehamilan, menjaga kondisi fisik dan jiwa yang baik sangat penting bagi ibu hamil, karena janin dalam kandungan dapat merasakan getaran emosional dari orang tua, khususnya ibu.

Salah satu amalan yang dianjurkan adalah membaca Al-Qur’an, khususnya surah-surah tertentu yang diyakini memberikan keberkahan bagi ibu hamil dan janinnya.

Dikutip dari buku Muslimah Selamat Dunia Akhirat yang disusun oleh Mahmud asy-Syafrowi, salah satu surah dalam Al-Qur’an yaitu surah Yusuf, khususnya ayat 1 hingga 16, dianjurkan untuk dibaca oleh ibu hamil karena dipercaya dapat memberikan ketenangan dan kebaikan bagi janin.

Disarankan untuk membaca surah ini setiap hari, terutama pada malam hari sebelum tidur, sebagai bentuk ikhtiar spiritual agar anak yang lahir memiliki sifat-sifat baik seperti ketampanan dan kebijaksanaan Nabi Yusuf AS.

Surah Yusuf ini bisa dibaca terutama saat usia kehamilan memasuki 20 minggu ke atas. Hal ini karena pada usia tersebut, janin sudah bisa mendengar suara dari luar rahim, sehingga ayat-ayat yang dibaca ibu dapat diperdengarkan kepada janin agar terbiasa mendengar bacaan Al-Qur’an.

Bacaan Surah Yusuf untuk Ibu Hamil Ayat 1-16: Arab, Latin, dan Artinya

Berikut adalah bacaan surah Yusuf untuk ibu hamil ayat 1-16 yang dapat dijadikan amalan, lengkap dengan teks Arab, Latin, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

الٓر ۚ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۚ

Latinnya: Alif Lām Rā. Tilka āyātu al-kitābi al-mubīn(i).

1. Artinya: “Alif Lām Rā. Inilah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata (jelas petunjuknya).”

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

Latinnya: Innā anzalnāhu qur’ānan ‘arabiyyan la’allakum ta’qilūn(a).

2. Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu memahaminya.”

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ

Latinnya: Naḥnu naquṣṣu ‘alaika aḥsana al-qaṣaṣi bimā awḥaynā ilayka hāżā al-qur’ān(a), wa in kunta min qablihī lamina al-ghāfilīn(a).

3. Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang lalai.”

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Latinnya: Iż qāla yūsufu li-abīhi yā abati innī ra’aitu aḥada ‘asyara kaukabaw wa asy-syamsa wa al-qamara ra’aituhum lī sājidīn(a).

4. Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; aku melihat mereka sujud kepadaku.'”

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Latinnya: Qāla yā bunayya lā taqṣuṣ ru’yāka ‘alā ikhwātika fa yakīdū laka kaidā(n), innas-syaiṭān(a) lil-insāni ‘aduwwun mubīn(un).

5. Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, ‘Wahai anakku, jangan ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat tipu daya terhadapmu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.'”

وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Latinnya: Wa każālika yajtabīka rabbuka wa yu’allimuka min ta’wīli al-aḥādīṡi wa yutimmu ni’matahū ‘alaika wa ‘alā āli ya’qūba kamā atammahā ‘alā abawaika min qablu ibrāhīma wa isḥāq(a), inna rabbaka ‘alīmun ḥakīm(un).

6. Artinya: “Dan demikianlah, Tuhanmu memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ

Latinnya: Laqad kāna fī yūsufa wa ikhwatihī āyātul lis-sā’ilīn(a).

7. Artinya: “Sungguh, dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang bertanya.”

اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Latinnya: Iż qālū layūsufu wa akhūhu aḥabbu ilā abīnā minnā wa naḥnu ‘uṣbah(tun), inna abānā lafī ḍalālin mubīn(in).

8. Artinya: “(Ingatlah) ketika mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata, ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, padahal kita adalah satu kelompok yang kuat. Sesungguhnya ayah kita berada dalam kesesatan yang nyata.'”

اُقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ

Latinnya: Uqtulū yūsufa awiṭraḥūhu arḍay yakhlu lakum wajhu abīkum wa takūnū mim ba’dihī qauman ṣāliḥīn(a).

9. Artinya: “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat yang jauh agar perhatian ayah kalian tertuju kepadamu saja, dan setelah itu (kalian dapat) menjadi orang-orang yang baik.'”

قَالَ قَآىِٕلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ

Latinnya: Qāla qā’ilum minhum lā taqtulū yūsufa wa alqūhu fī gayābati al-jubb(i) yaltaqiṭhu ba’ḍu as-sayyārati in kuntum fā’ilīn(a).

10. Artinya: “Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dalam sumur agar dia dipungut oleh beberapa musafir jika kamu hendak berbuat (sesuatu).'”

قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلٰى يُوْسُفَ وَاِنَّا لَهٗ لَنٰصِحُوْنَ

Latinnya: Qālū yā abānā mā laka lā ta’mannā ‘alā yūsufa wa innā lahū lanāṣiḥūn(a).

11. Artinya: “Mereka berkata, ‘Wahai ayah kami, mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal kami benar-benar menginginkan kebaikan baginya?'”

اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Latinnya: Arsilhu ma’anā gaday yarta’ wa yal’ab wa innā lahū laḥāfiẓūn(a).

12. Artinya: “Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.'”

قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْٓ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ

Latinnya: Qāla innī layaḥzununī an tażhabū bihī wa akhāfu ay ya’kulahūż-żi’bu wa antum ‘anhu gāfilūn(a).

13. Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, ‘Sesungguhnya aku merasa sedih kamu membawanya pergi, dan aku khawatir serigala akan memakannya sementara kamu lengah darinya.'”

قَالُوْا لَىِٕنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّآ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ

Latinnya: Qālū la’in akalahuż-żi’bu wa naḥnu ‘uṣbatun innā iżal lakhāsirūn(a).

14. Artinya: “Mereka berkata, ‘Jika serigala memangsanya, padahal kami kelompok yang kuat, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.'”

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Latinnya: Falammā żahabū bihī wa ajma’ū ay yaj’alūhu fī gayābati al-jubb(i), wa auḥainā ilayhi latunabbi’annahum bi-amrihim hāżā wa hum lā yasy’urūn(a).

15. Artinya: “Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan memberitahukan kepada mereka tentang perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

وَجَآءُوْٓ اَبَاهُمْ عِشَآءً يَّبْكُوْنَ

Latinnya: Wa jā’ū abāhum ‘isyā’ay yabkūn(a).

16. Artinya: “(Kemudian) mereka datang kepada ayah mereka pada petang hari sambil menangis.”

Kandungan Surah Yusuf

Surah Yusuf memiliki banyak pelajaran penting yang sarat makna, terutama bagi umat Islam.

Berikut adalah beberapa kandungan dari surah Yusuf yang sudah kami rangkum dari buku Bingkisan Cantik untuk Ibu Hamil karangan Ulfah Khaerani:

  1. Ajaran tentang akhlak yang baik
  2. Keimanan kepada Allah SWT
  3. Ajaran tentang tauhid
  4. Pengabulan doa bagi orang yang ikhlas
  5. Mimpi yang baik berasal dari Allah SWT
  6. Kewajiban orang tua

Demikianlah bacaan surah Yusuf ayat 1-16 yang bisa diamalkan untuk ibu hamil, dengan harapan agar anak yang dikandung memiliki sifat-sifat baik dari Nabi Yusuf AS. Semoga bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Ini Doa Bila Melihat Ular Sesuai Ajaran Rasulullah SAW


Jakarta

Ular merupakan salah satu hewan ciptaan Allah yang menakutkan dan berbahaya. Jenis-jenis ular tertentu bahkan mengandung bisa racun yang dapat mengancam nyawa manusia.

Bila melihat ular, kita dianjurkan untuk berdoa agar Allah SWT melindungi kita dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari ular tersebut.

Rasulullah SAW mengajarkan sejumlah doa yang bisa dilafalkan untuk memperoleh perlindungan dari makhluk-makhluk berbahaya, seperti ular. Berikut ini kumpulan doa bila melihat ular sesuai ajaran Rasulullah SAW.


Kumpulan Doa Bila Bertemu Ular

Dilansir dari NU Online, berikut ini kumpulan doa bila melihat ular, yang dinukil dari berbagai kitab doa yang disusun oleh para ulama, berdasarkan sirah Nabi Muhammad SAW.

1. Doa Rasulullah Meminta Perlindungan dari Hewan Melata

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW pernah mengucapkan doa atas kedua cucunya, Hasan dan Husein, agar Allah melindungi mereka dari bahaya setan, hewan melata, dan penyakit ‘ain. Berikut doanya.

أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

U’īdzukuma bi kalimātillāhit tāmāti min kulli syaithānin wa hāmmatin wa min kulli ‘aynin lāmmah.

Artinya, “Aku melindungi kalian berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala setan, hewan melata, dan segala penyakit ain yang ditimbulkan mata jahat.” (HR Bukhari).

2. Doa Saat Bertemu Ular Kobra

Dilansir dari NU Online yang mengutip dari kitab karya Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, berikut ini bacaan doa yang bisa dilafalkan saat bertemu dengan ular, terutama jenis ular kobra.

. يَا أَرْضُ رَبِّيْ وَرَبُّكِ اللهُ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّكِ وَشَرِّ مَا فِيْكِ وَشَرِّ مَا يَدِبُّ عَلَيْكِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ أَسَدٍ وَأَسْوَدٍ وَحَيَّةٍ وَعَقْرَبٍ وَمِنْ شَرِّ وَالِدٍ وَمَا وَلَدٍ وَمِنْ شَرِّ سَاكِنِ الْبَلَدِ

Yâ ardhu, rabbî wa rabbukillâh. A’ûdzu billâhi min syarriki, wa syarrimâ fîki, wa syarrimâ yadibbu ‘alaiki. A’ûdzu billâhi min asadin wa aswadin wa hayyatin wa ‘aqrabin wa min syarri wâlidin wa mâ walad wa min syarri sâkinil balad.

Artinya, “Hai bumi, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu, kejahatan barang yang ada padamu, kejahatan barang yang berjalan di atasmu. Aku berlindung kepada Allah dari macan, ular hitam, segala ular, kalajengking, dari kejahatan segala yang beranak dan yang diberanakkan, dan dari kejahatan yang berdiam di tempat ini.”

Apa yang Sebaiknya Dilakukan Jika Bertemu Ular?

Selain membaca doa perlindungan yang sudah disebutkan di atas, ada juga beberapa hal yang sebaiknya dilakukan bila bertemu ular agar terhindar dari bahaya.

Dilansir dari NU Online, Elang Erwandi dari Komunitas Ciliwung Depok menjelaskan beberapa tips bila bertemu ular, yaitu:

  • Boleh berteriak untuk meminta pertolongan, tapi sambil tetap berdiri seperti patung.
  • Ketika ular mulai pergi, amati ke mana arahnya, lalu segera hubungi sekuriti atau petugas penangkap ular dan beritahukan arah ular tersebut.
  • Bila berani, cobalah tutup ular dengan ember dari arah kepalanya. Lakukanlah dengan sepelan mungkin supaya ular tidak mendeteksi gerakan yang kita lakukan.

Bila Melihat Ular Apakah Boleh Dibunuh?

Dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh ular, terutama untuk jenis ular tertentu. Rasulullah SAW bersabda:

اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ وَاقْتُلُوا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا يَطْمِسَانِ الْبَصَرَ وَيَسْتَسْقِطَانِ الْحَبَلَ

Artinya: ‘Bunuhlah ular dan bunuhlah ular yang di punggungnya ada dua garis putih, dan ular pendek. Karena kedua ular itu menghapus (membutakan) pandangan dan menggugurkan kandungan.” (HR Bukhari).

Termasuk bila melihat ular pada saat salat, hendaknya ular tersebut dibunuh bila khawatir ular itu berbahaya atas keselamatan diri. Meskipun hal itu menimbulkan banyak gerakan saat sedang salat.

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ الْعَقْرَبِ وَالْحَيَّةِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW membunuh kedua binatang yang hitam itu sekalipun dalam (keadaan) salat, yaitu kalajengking dan ular.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan lainnya).

Lain halnya bila bertemu ular yang masuk ke dalam rumah. Dianjurkan tidak langsung membunuhnya, melainkan memberi peringatan terlebih dahulu. Sebab dikhawatirkan ular tersebut adalah jelmaan jin yang sudah masuk Islam.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

Artinya: “Sesungguhnya ada sekelompok jin di Madinah yang telah masuk Islam. Maka, barang siapa melihat salah satu dari para ‘awamir (jin penghuni rumah; berwujud ular), berilah peringatan sebanyak tiga kali. Jika setelah itu masih kelihatan (ular) hendaklah ia membunuhnya, karena itu adalah setan.” (HR Muslim).

Namun demikian, ada perbedaan pendapat mengenai anjuran memperingatkan ular terlebih dahulu sebelum dibunuh.

Menurut Imam An-Nawawi dalam Shahil Muslim bi Syarh An-Nawawi Juz IV yang menukil pendapat Al-Maziri, ular yang dianjurkan tidak langsung dibunuh ini adalah ular yang masuk ke rumah-rumah di kota Madinah. Sementara bila ular tersebut masuk ke rumah lain selain Madinah, maka sunnahnya adalah dibunuh tanpa perlu diperingatkan.

Demikianlah penjelasan mengenai doa bila melihat ular sesuai ajaran nabi, serta hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Kalimat Tammah, Bacaan Doa dari Malaikat Jibril untuk Usir Jin dan Setan


Jakarta

Muslim meyakini keberadaan jin dan setan yang senang menggoda manusia supaya terjerumus ke dalam keburukan. Tak jarang makhluk halus itu mengganggu dengan menampakkan diri hingga merasuki tubuh agar iman goyah dan muncul rasa takut.

Dalam kondisi tersebut, ada doa yang diajarkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW untuk mengusir jin dan setan pengganggu yaitu kalimat tammah. Dengan membacanya, muslim dapat terhindar dari nafsu dan godaan yang mampu melemahkan iman. Bagaimana bacaannya?

Kalimat Tammah: Arab, Latin, dan Artinya

Mengutip laman NU Online, berikut kalimat tammah yang dapat dibaca untuk mengusir jin dan setan penggoda:


أَعُوذُ بِوَجْهِ اللَّهِ الْكَرِيمِ، وَبِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا. وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الْأَرْضِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ

Arab latin: A’ûdzu biwajhillâhil karîm, wabikalimâtillâhit-tâmmâtil-latî lâ yujâwizuhunnâ barrun wa fâjirun, min syarri mâ yanzilu minas-samâ’i, wa min syarri ma ya’ruju fîhâ, wa min syarri mâ dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minhâ, wa min syarri fitanil-laili wan-nahâri, wamin syarri thawâriqil-laili, wamin syarri kulli thârinin illâ thâriqan yathruqu bi khairin, yâ rahmân.

Artinya: Aku berlindung dengan dzat Allah yang maha mulia, dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna, yang tidak ada orang baik dan juga orang durhaka yang melampauinya, dari keburukan yang turun dari langit dan keburukan apa pun yang naik ke langit; dari keburukan apa saja yang masuk ke bumi dan keburukan apa saja yang keluar dari bumi; dari keburukan fitnah-fitnah siang dan malam; dari keburukan petaka-petaka malam; dari keburukan setiap petaka yang datang, kecuali petaka yang datang membawa kebaikan, wahai Dzat yang Maha Penyayang.” (HR Malik, Nasa’i, dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud RA)

Peristiwa di Balik Kalimat Tammah

Kalimat tammah diajarkan Malaikat Jibril saat Rasul SAW didatangi jin ifrit yang membawa obor api pada suatu malam. Ada ulama yang berpendapat bahwa Nabi SAW diikuti oleh ifrit pada malam isra, sebagaimana dikutip dari Panduan Praktek Ibadah oleh Yudi Irfan Daniel dan Shabri Shaleh Anwar.

Mengetahui dirinya didatangi jin, Rasulullah SAW kemudian membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Namun ayat yang dibaca beliau tidak mempan dan ifrit justru kian mendekat.

Malaikat Jibril pun berkata kepada beliau, “Maukah ku ajarkan beberapa kalimat yang jika engkau membacanya maka ia (jin) akan jatuh tersungkur dan obornya padam?”

Malaikat Jibril pun mengajarkan kalimat tammah seperti di atas. Setelah Rasul SAW membacanya, jin ifrit lalu tersungkur jatuh dan api obornya lantas mati.

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Doa Masuk dan Keluar Masjid: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Masjid merupakan rumah Allah SWT yang memiliki kedudukan sebagai tempat istimewa dalam Islam. Setiap langkah menuju dan meninggalkan masjid memiliki nilai ibadah yang agung, sehingga terdapat adab khusus yang dianjurkan ketika hendak memasukinya.

Salah satu adab utama yang dianjurkan saat masuk dan keluar masjid adalah berdoa. Doa masuk dan keluar masjid merupakan bentuk penghormatan kepada kesucian masjid sekaligus permohonan keberkahan kepada Allah SWT. Berikut bacaan yang bisa diamalkan.

Doa Masuk Masjid

Mengutip kitab Al-Azhar Imam Nawawi terjemahan Bahrun Abu Bakar, seseorang yang hendak memasuki masjid, hendaknya membaca doa berikut.


أعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ

A’ûdzu billâhil ‘azhîm wa biwajhihil karîm wa sulthânihil qadîm minas syaithânir rajîm. Bismillâhi wal hamdulillâh. Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ muhammadin. Allâhummaghfirlî dzunûbî waftahlî abwâba rahmatik.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Besar, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kerajaan-Nya Yang Sedia dari setan yang terlontar. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah. Hai Tuhanku, berilah shalawat dan sejahtera atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad. Hai Tuhanku, ampuni untukku segala dosaku. Bukakanlah bagiku segala pintu kemurahan-Mu.”

Setelah itu, hendaknya mengucapkan Bismillah sambil mendahulukan kaki kanan ketika memasuki masjid, dan mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari masjid.

Doa Keluar Masjid

Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa, ketika keluar masjid, cukup mengganti doa masuk masjid pada ayat terakhir, yaitu abwaba rahmatika (semua pintu rahmat-Mu) dengan abwaba fadhlika (semua pintu kemurahan-Mu). Sehingga, bacaan doa keluar masjid seperti berikut ini.

أعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ

A’ûdzu billâhil ‘azhîm wa biwajhihil karîm wa sulthânihil qadîm minas syaithânir rajîm. Bismillâhi wal hamdulillâh. Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ muhammadin. Allâhummaghfirlî dzunûbî waftahlî abwâba fadhlik.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Besar, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kerajaan-Nya Yang Sedia dari setan yang terlontar. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah. Hai Tuhanku, berilah shalawat dan sejahtera atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad. Hai Tuhanku, ampuni untukku segala dosaku. Bukakanlah bagiku segala pintu kemurahan-Mu.”

Keutamaan Masuk dan Duduk dalam Masjid

Dalam kitab Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap dkk, terdapat hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Bukhari, dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

فمن غدا إلى المسجد أو راح أعد الله له في الجنة نزلا كلما غدا أو راح

Artinya: “Barang siapa datang ke masjid dan pulang (dari masjid), maka Allah menyiapkan jamuan surga baginya, (yaitu) setiap kali dia pergi dan pulang.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,

إذا رأيتم الرجل يعتاد المسجد فاشهدوا له بالإيمان قال الله تعالى إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر

Artinya: “Apabila kalian melihat seseorang terbiasa ke masjid, maka bersaksilah bahwa dia benar-benar beriman.” Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 18,

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ

Artinya: “Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Imam Muslim juga telah meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

من تطهر في بيته، ثم مشى إلى بيت من بيوت الله ليقضي فريضة من فرائض الله، كانت خطواته إحداهما تحط خطيئة، والأخرى ترفع درجة

Artinya: “Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah (masjid) untuk menunaikan suatu kewajiban kepada Allah, maka langkah kakinya yang satu menghapuskan kesalahannya (dosanya) dan langkah kakinya yang lain mengangkat derajatnya.”

Doa masuk dan keluar masjid juga memiliki keutamaan. Merujuk kembali pada kitab Al-Azhar, Imam Nawawi mengutip sebuah hadits dari Abdullah ibnu Amr ibnul Ash RA, ia menceritakan:

Bahwa Nabi SAW apabila memasuki masjid mengucapkan doa, “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya Yang Maha Dahulu dari setan yang terkutuk.” Apabila seseorang mengucapkan doa tersebut, maka setan berkata, “Ia terpelihara dari godaanku sepanjang hari.”

Dalam riwayat lain, dari Abu Umamah RA, bahwa Nabi SAW pernah bersabda,

“Sesungguhnya seseorang di antara kalian apabila hendak keluar dari masjid, maka semua bala tentara iblis saling memanggil dan saling mendatangkan teman-temannya serta berkumpul seperti lebah yang mengerumuni ratunya. Untuk itu, bila salah seorang dari kalian berdiri di depan pintu (keluar), hendaklah ia mengucapkan, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari iblis dan bala tentaranya.’ Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, iblis tidak dapat menimpakan bahaya terhadapnya.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi Setan Menurut Hadits Nabi SAW


Jakarta

Setan adalah makhluk tak kasat mata yang bertugas untuk menyesatkan manusia. Meski begitu, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT setan juga membutuhkan makan dan minum untuk kelangsungan hidup.

Namun, makanan dan minuman yang dikonsumsi setan tentu berbeda dengan manusia dan makhluk hidup lainnya. Keberadaan setan sendiri tercantum dalam beberapa dalil Al-Qur’an dan hadits, salah satunya surat An Nisa ayat 120,

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ ۖ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا


Artinya: “Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”

Lantas, seperti apa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh setan?

Makanan dan Minuman Setan

Mengutip kitab Buyuut La Tad Khuluha asy-Syayaathiin oleh Abu Hudzaifah Ibrahim dan Muhammad ash-Shayim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk, berikut makanan dan minuman setan menurut hadits.

1. Tulang

Tulang adalah salah satu makanan yang dikonsumsi oleh setan. Hadits terkait tulang sebagai makanan setan termaktub dalam Shahih Bukhari.

Dari Abu Hurairah mengatakan Rasulullah SAW pernah menyuruhnya mencari beberapa batu untuk beliau beristinja (bersuci). Rasulullah berpesan, “Tetapi, engkau jangan membawa kepadaku tulang atau kotoran binatang (yang kering)!”

Abu Hurairah lantas menanyakan penyebabnya. Beliau menjawab, “Karena tulang dan kotoran binatang yang telah kering) itu adalah makanan jin. Sesungguhnya, telah datang kepadaku serombongan jin dan mereka adalah sebaik-baiknya jin untuk meminta bekal (makanan) kepadaku. Aku berdoa kepada Allah agar menjadikan setiap tulang dan kotoran binatang (yang telah kering) yang mereka lewati di jalan sebagai makanan jin.”

2. Kotoran Hewan yang Kering

Selain tulang, setan juga menyukai kotoran hewan yang kering. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits sebelumnya dari Abu Hurairah RA.

3. Khamr

Khamr adalah minuman yang memabukkan. Setan dan jin mengonsumsi khamr sebagai minuman mereka.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Maidah ayat 90,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Menukil kitab Alam al-Mala’ikah al-Abrar & Alam al-Jinn wa asy-Syayathin oleh Umar Sulaiman Abdullah yang diterjemahkan Kaserun AS, berdasarkan firman Allah SWT pada surat Al Maidah ayat 90, Ibnul Qayyim menyimpulkan bahwa minuman yang memabukkan adalah miuman setan. Setan itu minum dari minuman yang dibuat oleh para sekutunya atas perintah setan.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Seperti Apa Hewan Penjaga Dajjal yang Pernah Dikisahkan Rasulullah?


Jakarta

Hewan penjaga Dajjal adalah salah satu topik yang menarik dalam eskatologi Islam. Kemunculannya pernah disinggung dalam riwayat hadits Rasulullah SAW.

Menurut sejumlah riwayat, Dajjal, sebagai fitnah terbesar menjelang akhir zaman, memiliki makhluk atau hewan yang bertugas sebagai penjaga atau pengiringnya. Hewan ini disebut Al Jassasah dan digambarkan memiliki ciri-ciri yang luar biasa.

Untuk lebih mendalami kisah dan peran hewan tersebut, simak artikel berikut yang akan mengulas hadits dan penjelasan tentang kisah bertemunya sahabat Rasulullah SAW dengan hewan penjaga Dajjal.


Pengertian Al Jassasah

Tidak banyak hadits atau dalil yang membahas wujud Al Jassasah secara detail. Adapun hadits yang dijadikan sandaran mengenai hal ini adalah tentang kisah sahabat Rasulullah SAW yang terdampar di suatu pulau dan bertemu dengan hewan penjaga Dajjal.

Disebutkan dalam buku Dajjal Fitnah Besar Akhir Zaman yang ditulis oleh Muhammad Abduh Tuasikal, hadits ini diriwayatkan oleh Muslim pada hadits No.2942 bab Qishshah Al-Jassasah.

Dalam Tafsir Al Qurthubi, Al Jassasah secara etimologis diartikan sebagai “mata-mata” karena tugasnya yang selalu mengintai informasi di dunia untuk dilaporkan kepada Dajjal.

Hewan ini bukanlah binatang melata yang disebut-sebut akan muncul di akhir zaman, tetapi dipahami sebagai peliharaan yang bertindak sebagai hewan penjaga Dajjal. Tafsir ini menekankan bahwa peran Al Jassasah lebih terkait dengan pengumpulan informasi atau pengintai saja.

Kisah Sahabat Nabi Bertemu Hewan Penjaga Dajjal

Menurut hadits riwayat Muslim, sahabat nabi yang dikisahkan bertemu Dajjal adalah Tamim Ad-Dari. Tamim adalah sahabat yang mulia, ia dahulu beragama Nasrani lalu memeluk Islam setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah.

Diceritakan, saat itu Rasulullah SAW sedang melakukan salat di masjid dan menyuruh jemaahnya tetap berada di tempat salatnya. Lalu beliau duduk di mimbar dan mulai menceritakan kisah Tamim Ad-Dari yang pernah bertemu dengan hewan penjaga Dajjal dan Dajjal itu sendiri.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya demi Allah, tidaklah aku kumpulkan kalian untuk sesuatu yang menggembirakan atau menakutkan kalian, tetapi aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari.”

“Dahulu ia seorang Nasrani yang kemudian datang berbaiat (memberikan sumpah setia) dan masuk Islam serta mengabariku sebuah kisah yang kisah itu sesuai dengan apa yang pernah aku kisahkan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.”

“Ia memberitakan bahwa ia naik kapal bersama tiga puluh orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Di tengah perjalanan, mereka dipermainkan badai ombak hingga berada di tengah laut selama satu bulan sampai mereka terdampar di sebuah pulau di tengah lautan tersebut saat tenggelam matahari mereka pun duduk di perahu-perahu kecil. Mereka pun memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku hingga mereka tidak tahu mana kubul mana dubur karena demikian lebat bulunya.”

Mereka pun berkata, “Celaka, kamu ini apa?”

Ia menjawab, “Aku adalah Al-Jassasah.”

Mereka berkata, “Apakah Al-Jassasah itu?”

Ia malah berkata, “Wahai kaum pergilah kalian kepada seorang lelaki yang ada dalam rumah ibadah itu sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian!”

Tamim menceritakan, “Ketika dia menyebutkan untuk kami seorang laki-laki, kami menjadi khawatir kalau-kalau binatang itu ternyata setan. Kami pun bergerak menuju kepadanya dengan cepat sehingga kami masuk ke tempat ibadah itu.”

“Ternyata di dalamnya ada orang yang paling besar yang pernah kami lihat, dan paling kuat ikatannya. Kedua tangannya terikat dengan leher, antara dua lutut dan dua mata kaki terikat dengan besi.”

Kami katakan kepadanya, “Celaka, kamu ini apa?”

Ia menjawab, “Kalian telah mampu mengetahui tentang aku, maka beritakan kepadaku siapa kalian ini.”

Rombongan Tamim menjawab, “Kami ini orang-orang Arab. Kami menaiki kapal ternyata kami bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa sehingga kami dipermainkan ombak selama satu bulan sampai terdampar di pulaumu ini. Kami pun naik perahu-perahu kecil memasuki pulau ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya tidak diketahui mana kubul dan mana dubur karena lebat rambutnya.”

Kami pun mengatakan, “Celaka kamu, kamu ini apa?”

Ia menjawab, “Aku adalah Al-Jassasah.”

Kami pun bertanya, “Apa itu Al-Jassasah?” Ia malah berkata, “Wahai kaum pergilah kalian kepada laki-laki yang ada dalam rumah ibadah itu sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian.”

Kami pun segera menuju kepadamu, kami khawatir kalau binatang itu ternyata setan.

Lalu orang itu mengatakan, “Kabarkan kepadaku tentang pohon-pohon kurma di Baisan.”

Kami mengatakan, “Apa maksud engkau bertanya berita tersebut?”

Dia berkata, “Aku bertanya kepada kalian tentang pohon kurma apakah masih berbuah.”

Kami menjawab, “Ya.”

Ia mengatakan, “Sesungguhnya hampir-hampir dia tidak akan mengeluarkan buahnya.”

“Kabarkan pula kepadaku tentang Danau Thabariyah”, tanya orang ini.

Kami menjawab, “Apa maksud engkau bertanya berita tersebut?”

“Apakah masih ada airnya?” tanyanya.

Mereka menjawab, “Danau itu melimpah ruah airnya.”

Dia mengatakan, “Sesungguhnya hampir-hampir airnya akan habis.”

“Kabarkan kepadaku tentang mata air Zughar,” tanya orang ini.

Mereka mengatakan, “Apa maksud engkau bertanya berita tersebut?”

“Apakah di mata air itu masih ada airnya? Dan apakah penduduk masih bertani dengan airnya?” tanya orang itu.

Kami menjawab, “Ya, mata air itu deras airnya dan penduduknya bertani dengannya.”

Ia berkata, “Kabarkan kepadaku tentang Nabi ummiyyin apa yang dia lakukan?”

Mereka menjawab, “Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah).”

Ia mengatakan, “Apakah orang-orang Arab memeranginya?”

Kami menjawab, “Ya.”

Ia mengatakan lagi, “Apa yang ia lakukan terhadap orang-orang Arab?”

Maka kami beritakan bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab dan mereka taat kepadanya.

Ia mengatakan, “Itu sudah terjadi?”

Kami katakan, “Ya.”

Ia mengatakan, “Sesungguhnya amat baik bila mereka menaatinya.”

“Sekarang aku akan beritakan kepada kalian tentang aku. Sesungguhnya aku adalah Al-Masih dan sudah hampir dekat aku diberi izin untuk keluar, hingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak kutinggalkan satu negeri pun kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), keduanya diharamkan bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada salah satu kota ini, malaikat menghadangku dengan pedang terhunus di tangan menghalangiku darinya dan sesungguhnya pada tiap celah ada para malaikat yang menjaganya.”

Fatimah mengatakan, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sambil menusukkan tongkat di mimbar lalu bersabda, “Inilah Thaibah, Inilah Thaibah, Inilah Thaibah, yakni Kota Madinah.”

Apakah aku telah beritahukan kalian tentang hal itu?

Orang-orang menjawab, “Ya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya cerita Tamim menakjubkanku, kisahnya sesuai dengan apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Dajjal serta tentang Makkah dan Madinah.”

Kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah bahwa ia berada di lautan Syam atau lautan Yaman,” Oh, tidak! Bahkan dari arah timur! Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur, dan beliau mengisyaratkan dengan tangan ke arah timur.” (HR Muslim)

Ciri-ciri Hewan Penjaga Dajjal

Mengacu hadits tersebut, ciri-ciri hewan penjaga Dajjal memiliki rambut atau bulu yang lebat dan kaku, tidak bisa dibedakan antara bagian depan dan belakangnya. Ciri lainnya, Al Jassasah disebut bisa menggunakan bahasa manusia pada umumnya.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Rasulullah SAW, Peristiwa Penuh Duka dalam Sejarah Islam


Jakarta

Rasulullah SAW adalah sosok teladan bagi umat Islam, sebagai nabi terakhir yang membawa wahyu dan petunjuk hidup dari Allah SWT.

Kehilangan ini tidak hanya dirasakan oleh para sahabat dan pengikutnya, tetapi juga meninggalkan dampak yang luas bagi seluruh umat manusia. Berikut adalah kisah wafatnya Rasulullah SAW.

Kisah Wafatnya Rasulullah SAW

Wafatnya Rasulullah SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H, menandakan berakhirnya periode kenabian dan menyisakan warisan ajaran Islam hingga saat ini.


Wasiat Rasulullah SAW saat Melaksanakan Haji Wada’

Diceritakan dalam buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik karya Faisal Ismail, pada tahun tahun 10 H atau 32 M, Rasulullah SAW melaksanakan ibadah haji yang terkenal dalam sejarah Islam sebagai haji Wada’, bersama kaum muslimin yang berjumlah sekitar seratus ribu orang.

Di hadapan ribuan jamaah haji itu, Rasulullah SAW mengucapkan pidato penting yang mempunyai arti bagi kaum muslimin, yang tidak hanya pada waktu itu, tetapi bagi kaum muslimin sesudahnya, kini, dan yang akan datang. Pidato yang diberikan Rasulullah SAW ini seperti menunjukkan adanya wasiat didalamnya.

“Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku ini. Aku tidak dapat memastikan apakah aku akan dapat bertemu lagi atau tidak dengan kamu sekalian di tempat seperti ini sesudah tahun ini. Wahai manusia, sesungguhnya kamu haram menumpahkan darah, dan haram mengganggu hartamu, kecuali ada hak. Riba semuanya telah dibatalkan, kamu hanya berhak atas uang pokok. Dengan demikian, kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya. Penumpahan darah yang dilakukan di masa Jahiliah tidak ada diyat (denda)-nya lagi. Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah di muka bumi, akan tetapi ia masih menginginkan yang lain dari itu. Sebab itu, awaslah selalu terhadapnya. Wahai manusia, Tuhanmu hanyalah satu, dan asalmu dari tanah. Orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Orang Arab tidak ada kelebihan atas orang non Arab, dan orang non Arab pun tidak ada pula kelebihannya atas orang Arab, kecuali karena takwanya.”

Rasulullah SAW Sempat Sakit Sebelum Meninggal Dunia

Sekitar tiga bulan setelah menunaikan haji Wada’ itu, Rasulullah SAW mengalami demam yang berat hingga tidak mampu keluar untuk menjadi imam salat. Beliau menyuruh Abu Bakar RA untuk menggantikannya menjadi imam.

Kaum Muslimin saat itu cemas terhadap penyakit yang diderita Rasulullah SAW. Pada suatu hari, Rasulullah SAW dijemput oleh paman beliau, Abbas dan Ali bin Abi Thalib, untuk keluar menemui kaum muslimin yang sedang berkerumun di masjid dengan sorotan wajah sedih yang ikut merasakan penyakit beliau.

Rasulullah SAW duduk di mimbar, tepatnya pada anak tangga pertama, yang dikerumuni oleh kaum muslimin Anshar dan Muhajirin, dan beliau pun menyampaikan sebuah amanat,

“Wahai manusia, aku mendengar kamu sekalian cemas kalau nabimu meninggal dunia. Pernahkah ada seorang nabi yang dapat hidup selama-lamanya? Kalau ada, aku juga akan dapat hidup selama-lamanya. Aku akan menemui Allah, dan kamu akan menyusulku.”

Dalam buku Kisah Manusia Paling Mulia di Dunia karya Neti S, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW sakit selama 13 atau 14 hari. Beliau sempat mengerjakan salat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama 11 hari.

Penyakit yang diderita Rasulullah SAW semakin lama semakin berat, dan beliau meminta untuk berada di rumah Aisyah pada hari-hari terakhirnya.

Kemudian dua hari atau sehari sebelum wafat, beliau keluar untuk menunaikan salat Dzuhur dan minta didudukkan di samping Abu Bakar.

Rasulullah SAW juga memerdekakan budak-budaknya, bersedekah dengan enam atau tujuh dinar yang beliau miliki, dan memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.

Menjelang wafat, Rasulullah SAW menyampaikan wasiatnya. Beliau berkata bahwa “laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”

Beliau juga berkata, “Jagalah shalat! Jagalah shalat! Jangan sekali-kali telantarkan budak-budak kalian.” Wasiat tersebut diulang-ulang hingga beberapa kali.

Reaksi Para Sahabat saat Rasulullah SAW Wafat

Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H, tepatnya pada tanggal 8 Juni 632 M, Rasulullah SAW berpulang ke Rahmatullah di usianya yang menginjak 63 tahun.

Merujuk kembali pada buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik, berita wafatnya Rasulullah SAW diterima di kalangan sebagian kaum muslimin dengan keraguan dan seakan-akan mereka tidak percaya jika hal itu terjadi.

Umar bin Khattab pun berdiri di depan umum sambil mengatakan:

“Ada orang mengatakan bahwa Muhammad telah wafat. Sesungguhnya, demi Allah, beliau tidak wafat, hanya pergi menghadap Allah, sebagaimana Nabi Musa pun pergi menghadap Allah. Demi Allah, Nabi Muhammad SAW akan kembali.”

Setelah itu, Abu Bakar segera masuk ke kamar Rasulullah SAW untuk menjenguk beliau. Dan terlihat oleh Abu Bakar, beliau sedang terbaring wajahnya yang ditutupi oleh kain, kemudian Abu Bakar pun membuka kain penutup wajah beliau, sambil berkata:

“Alangkah baiknya engkau di waktu hidup dan di waktu mati. Jika seandainya engkau tidak melarang kami menangis, akan kami curahkan seluruh air mata kami.”

Kemudian Abu Bakar keluar, mendatangi orang-orang yang sedang berkerumun, mencoba menenangkan mereka dan menghilangkan kebingungan yang mereka rasakan dengan mengatakan di hadapan mereka,

“Wahai manusia, barang siapa memuja Muhammad, Muhammad telah mati. Tetapi siapa yang memuja Allah, Allah hidup selama-lamanya, tiada mati-matinya.”

Abu Bakar juga membacakan ayat Al-Qur’an untuk memperingatkan semua orang, yang tercantum dalam surah Ali Imran ayat 144,

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔاۗ وَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ ۝١٤٤

Arab Latin: wa mâ muḫammadun illâ rasûl, qad khalat ming qablihir-rusul, a fa im mâta au qutilangqalabtum ‘alâ a’qâbikum, wa may yangqalib ‘alâ ‘aqibaihi fa lay yadlurrallâha syai’â, wa sayajzillâhusy-syâkirîn

Artinya: Muhammad itu hanyalah seorang rasul, telah berlalu beberapa orang rasul sebelumnya. Sekiranya Muhammad itu mati atau dibunuh orang, apakah kamu akan kembali menjadi kafır (murtad). Barang siapa kembali menjadi kafır, ia tidak akan mendatangkan bahaya kepada Tuhan sedikit pun.”

Mendengar pernyataan dari Abu Bakar yang tegas ini, umat Islam yang sedang berkerumun itu menjadi sadar dan menerima bahwa Rasulullah SAW memang telah wafat.

Saat itu, banyak orang yang berkumpul untuk menyalatkan beliau. Rasulullah SAW dimakamkan, dengan diantar dan disaksikan oleh kaum muslimin yang melepasnya ke tempat peristirahatan terakhir dalam suasana damai, menghadap Allah SWT.

Kepemimpinan Umat Islam pasca Wafatnya Rasulullah SAW

Mengutip buku Mencintai Keluarga Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh Nur Laelatul Barokah, sepeninggalan Rasulullah SAW, kepemimpinan umat Islam dilanjutkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Mereka dikenal dengan nama Khulafaur Rasyidin.

Berbeda dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman, Ali Bin Abi Thalib dilantik menjadi Amirul Mukminin atau pemimpin umat Islam di depan umum. Hal ini merupakan permintaan Ali Bin Abi Thalib sebagai bukti bahwa dia ditunjuk oleh semua golongan kaum muslim.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Azazil, Raja Iblis dalam Islam yang Mulia di Surga pada Masanya


Jakarta

Dalam Islam, sosok Iblis dikenal sebagai makhluk yang paling durhaka dan terkutuk. Penolakan untuk bersujud kepada Nabi Adam AS menjadi sebab terkutuk dan terbuangnya ia dari surga.

Namun, sebelum menjadi Iblis yang dikenal sekarang, ia memiliki nama yang berbeda dan memiliki kedudukan yang mulia pada masanya. Hingga kini, ia disebut sebagai rajanya iblis.

Lantas, siapa raja iblis dalam Islam yang dimaksud ini? Berikut penjelasan selengkapnya.


Azazil, Sosok Raja Iblis dalam Islam

Mengutip buku Eksistensi Dunia Roh yang ditulis oleh Sudiyono, Iblis pada awalnya dikenal dengan nama Azazil (atau Izazil). Nama Azazil berasal dari bahasa Arab Kuno yang terdiri dari dua bagian, “Aziz,” yang berarti terhormat, kuat, dan berharga, serta “Eil,” yang merujuk pada penamaan Allah SWT di zaman Arab Kuno. Secara keseluruhan, Azazil berarti makhluk yang dihormati dan kuat di hadapan Allah SWT.

Azazil juga terbentuk dari kata “al-azaz,” yang berarti hamba, dan “al-il,” yang merujuk pada Allah SWT. Kata “al-Azaz” tersebut berasal dari kata “al-‘Izzah,” yang berarti kebanggaan atau kesombongan. Hal ini menunjukkan bahwa Azazil adalah makhluk yang membawa kesombongan yang diberikan oleh Allah SWT.

Azazil, yang diciptakan dari api, merupakan nama asli Iblis, yang juga dikenal sebagai pemimpin atau raja iblis dalam Islam. Namun, ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa nama asli Iblis adalah al-Harits.

Untuk menjawab siapa raja iblis dalam Islam, Azazil inilah yang menjadi pemimpin kelompok iblis dan syaitan dari kalangan jin dan manusia.

Azazil sebagai Makhluk Mulia pada Masanya

Sebelum diciptakannya Nabi Adam AS, Azazil pernah menjadi pemimpin para malaikat (Sayyid al-Malaikat) dan bendaharawan surga (Khazin al-Jannah). Ia menjabat selama puluhan ribu tahun sebelum akhirnya membangkang terhadap perintah Allah SWT.

Dalam buku Manusia (Purba) Sebelum Adam karya Arjuno Resowiredjo, dijelaskan bahwa sebelum dilaknat oleh Allah SWT, Azazil memiliki penampilan yang sangat rupawan, wajahnya bersinar cemerlang, serta memiliki empat sayap. Dia juga dikenal karena ilmunya yang luas, rajin beribadah, dan menjadi kebanggaan para malaikat. Azazil memimpin kelompok malaikat yang disebut karubiyyuun, dan masih banyak lagi.

Azazil beribadah dengan tekun selama seribu tahun, dan Allah SWT memberinya sayap yang terbuat dari manik-manik hijau. Dengan izin-Nya, ia terbang hingga mencapai langit kedua.

Selama seribu tahun, ia terus beribadah di setiap lapisan langit, hingga akhirnya mencapai langit ketujuh. Sedangkan di Bumi, telah ada penghuni lain sebelumnya, yaitu bangsa jin yang disebut “janna”.

Setelah 70.000 tahun, bangsa jin ini berkembang biak hingga menjadi anak cucu. Menurut sebagian ahli tafsir, mereka tinggal di Bumi selama 18.000 tahun, namun kemudian menjadi sombong dan ingkar.

Akibatnya, Allah SWT memusnahkan mereka dan menggantinya dengan kelompok jin yang baru, yaitu Banunal Janna, yang mendiami Bumi selama 18.000 tahun lamanya.

Setelah itu, Banunal Janna pun dimusnahkan oleh Allah SWT, dan Azazil bersama para malaikat tetap khusyuk beribadah di langit. Azazil yang dikenal sebagai Sayyidul Malaikat (Penghulu Malaikat) dan Khazinul Jannah (Bendahara Surga) mengabdi selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, ia mengatakan:

“Ya tuhanku, tujuh ribu tahun hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu.”

Allah SWT pun mengabulkan permohonannya dan menjawab, “Pergilah engkau!”

Azazil bersama 700 malaikat pengikutnya pun turun ke langit keenam. Setelah merasa cukup di sana, ia memohon izin lagi kepada Allah SWT untuk turun ke langit kelima.

Begitu seterusnya, ia terus memohon untuk diturunkan ke langit yang lebih rendah hingga akhirnya mereka sampai di langit dunia. Di langit dunia, Azazil kembali mengajukan sebuah permohonan kepada Allah SWT.

“Ya Tuhanku, hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu. ” Ujar Azazil.

Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil tersebut. Ia beserta tujuh ratus malaikat pengiringnya diturunkan ke bumi untuk beribadah, setelah Banunal Janna dihancurkan karena kerusakan yang ditimbulkannya.

Setelah beribadah selama 8.000 tahun, Azazil mengungkapkan bahwa bumi adalah tempat yang paling membuatnya betah, lebih dari tempat lainnya.

Sebelum mendapat laknat dari Allah SWT, Azazil pernah melaksanakan berbagai tugas mulia yang diberikan oleh-Nya, antara lain:

  1. Azazil bertugas sebagai penjaga surga selama 40.000 tahun.
  2. Azazil hidup bersama para malaikat selama 80.000 tahun.
  3. Azazil diangkat menjadi penasihat bagi para malaikat selama 20.000 tahun.
  4. Azazil memimpin para malaikat karobiyyun selama 30.000 tahun.
  5. Azazil bersama para malaikat melakukan thawaf (mengelilingi) Arsy selama 14.000 tahun.

Jadi, Azazil menjalani ibadah dan melaksanakan semua perintah Allah SWT selama lebih dari 185.000 tahun. Dalam waktu yang sangat panjang itu, ia menjalani berbagai ibadah seperti halnya umat Islam, termasuk salat, puasa, dan thawaf bersama para malaikat mengelilingi Baitul Makmur di Arsy.

Selama itu, Azazil tidak pernah merasa lelah atau mengeluh. Ia menjalankan semua perintah Allah SWT dengan penuh keikhlasan, tanpa niat selain untuk memperoleh keridhaan-Nya semata.

Pada masa itu, para malaikat dan makhluk lainnya memberikan gelar yang sangat mulia kepada Azazil. Beberapa menyebutnya sebagai Iblis al-A’ziz (makhluk Allah yang paling mulia), sementara yang lain menyebutnya sebagai Azazil (panglima besar para malaikat).

Sebab Dilaknatnya Azazil oleh Allah SWT

Dikutip dari buku Penampakan Setan Sepanjang Sejarah yang ditulis oleh Manshur Abdul Hakim, ketika Allah SWT meniupkan ruh kepada Nabi Adam AS, ia menjadi manusia sempurna dengan daging, darah, dan tubuh yang utuh.

Allah SWT kemudian memerintahkan kepada malaikat dan makhluk yang ada pada waktu itu, temasuk Iblis dan anak buahnya, untuk bersujud kepada manusia pertama ciptaannya, yaitu Nabi Adam AS.

Semuanya bersujud, termasuk anak buah Iblis. Tapi, Azazil menghasut anak buahnya agar mereka membangkang kepada perintah Allah SWT.

Merujuk kembali pada buku Eksistensi Dunia Roh, karena keengganannya bersujud kepada hakikat Nabi Adam AS itulah, ia disebut sebagai Iblis. Jika sekiranya ia akan bersujud, ia tetap disebut Azazil, yang gelarnya populer di kalangan para penduduk langit dengan sebutan Abu Marrah.

Tercantum dalam surah Shad ayat 75, saat itu Allah SWT berfirman kepada Iblis,

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ

Artinya: “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku, apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk golongan yang lebih tinggi?”

Para makhluk alam tertinggi (al-mala’ al-a’la) itu adalah para malaikat, yang tercipta dari nur (cahaya) ketuhanan, semisal malaikat yang bernama Nun dan lain-lain. Demikian pula dengan para malaikat lainnya yang juga tercipta dari unsur tersebut, mereka semua diperintahkan bersujud kepada Nabi Adam AS.

Iblis berkata kepada Rabb-nya dalam surah Shad ayat 76,

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Artinya: “Aku lebih baik daripadanya. Karena, Engkau telah ciptakan aku dari api, sedangkan ia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah”

Di sini terlihat dosa keangkuhan yang membuat Iblis menolak perintah Allah SWT, karena merasa dirinya yang terbaik dari manusia. Menanggapi jawaban iblis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah Shad ayat 77,

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌۖ

Artinya: “Keluarlah darinya (surga) karena sesungguhnya kamu terkutuk.

Wajah dari raja Iblis dalam Islam kini sangat buruk sebagai kutukan Allah SWT karena kesombongan tidak bersujud kepada Nabi Adam AS dan keluarlah ia dari surga.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com