Tag Archives: shofa

Penyebab, Cara Mengerjakan dan Doa yang Dibaca


Jakarta

Sujud sahwi dilakukan saat seseorang ragu atau melakukan kesalahan dalam salat. Amalan ini juga dikerjakan oleh Rasulullah SAW.

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi melalui kitab Al Fiqh ‘Ala Al Madzhahib Al Arba’ah yang diterjemahkan Shofa’u Qolbi Djabir menjelaskan, sahwi dalam bahasa Arab diartikan sebagai lupa, sama seperti kata an-nisyanu. Karena itu, sujud sahwi dimaknai sebagai sujud yang dilakukan dua kali ketika lupa mengerjakan salah satu rukun atau kewajiban salat.

Menukil dari buku Fikih oleh Hasbiyallah, lupa bagi manusia adalah hal yang wajar. Manusia berasal dari kata insan yang berarti lupa. Oleh sebab itu, Islam mensyariatkan sujud sahwi ketika manusia lupa dalam gerakan salatnya.


Perkara yang Jadi Penyebab Sujud Sahwi

Mengutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Fikih untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh Zainal Muttaqin MA, ada beberapa perkara yang menjadi penyebab sujud sahwi selain lupa bilangan rakaat.

  1. Lupa membaca sholawat ketika tasyahud awal
  2. Tidak duduk tasyahud awal
  3. Lupa membaca tasyahud awal
  4. Lupa membaca doa qunut ketika salat Subuh
  5. Kelebihan atau kekurangan bilangan rakaat
  6. Merasa ragu akan jumlah rakaat

Dalil Sujud Sahwi dalam Hadits

Masih dari sumber yang sama, dalil sujud sahwi mengacu pada hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian, aku lupa seperti halnya kalian lupa. Bila salah satu dari kalian lupa, hendaklah sujud dua kali.” (HR Muslim)

Cara Mengerjakan Sujud Sahwi

Cara melakukan sujud sahwi dijelaskan dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian bimbang dalam salat dan tidak tahu apakah sudah salat tiga atau empat rakaat, maka buanglah keraguan tersebut dan ambillah yang diyakini. Kemudian, pada akhir salat, lakukan dua sujud sahwi sebelum salam. Jika ternyata salatnya lima rakaat, sujud sahwi itu akan melengkapi salatnya. Namun, jika salatnya sudah empat rakaat, sujud sahwi tersebut membuat setan marah.” (HR Muslim & Ahmad)

Diterangkan dalam buku Shalatul Mu’min yang disusun Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani terjemahan Abu Khadijah, apabila muslim baru menyadari keraguan setelah salam sebaiknya tak perlu dipikirkan. Kecuali jika benar-benar yakin melakukan kesalahan ketika salat dan menyadarinya setelah salam.

Apabila keraguan itu muncul sepintas dan tidak merasuk ke dalam pikiran, tidak perlu dipertimbangkan. Namun, jika memang ingin melakukan sujud sahwi karena menyadarinya setelah salam maka bisa dikerjakan dengan dua kali sujud usai salam.

Menurut buku Sudah Benarkah Salat Kita karya Gus Arifin, jika sujud sahwi dilakukan setelah salam maka harus melakukan salam sekali lagi.

Doa Sujud Sahwi yang Dibaca

Menurut buku Panduan Muslim Sehari-hari yang disusun Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha, tidak ada riwayat jelas terkait doa yang dibaca ketika sujud sahwi. Walau begitu, ulama fikih sepakat terkait doa khusus untuk mengisi kekosongan dalam sujud agar tetap khusyuk.

Berikut bacaan doa sujud sahwi yang disarankan ulama,

سُبْحَانَ مَنْ لَأَيَنَامُ وَلَا يَسْهُو

Subhana man laa yanaamu wa laa yashuu.

Artinya: “Maha Suci Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa.”

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Urutan Memotong Kuku Menurut Islam: Dahulukan Kiri atau Kanan?


Jakarta

Memotong kuku adalah bagian dari fitrah manusia. Ini adalah praktik yang sangat dianjurkan dalam Islam sebagai bentuk kebersihan dan kesehatan

Rasulullah SAW bersabda, “Fitrah itu ada lima macam: khitan, mencukur habis bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis.” (HR Bukhari)

Menurut Mausu’atul Adab Al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada (terjemahan Abu Ihsan Al-Atsari), memotong kuku berarti menghilangkan bagian kuku yang melebihi ujung jari. Kebiasaan ini penting karena kuku yang panjang dapat menjadi sarang kotoran dan terlihat tidak rapi.


Namun, tahukah detikers kalau memotong kuku juga memiliki adab dan tata caranya?

Mengapa Urutan Penting dalam Islam?

Islam adalah agama yang memperhatikan detail, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Urutan dalam berbagai ibadah dan aktivitas sehari-hari seringkali memiliki makna dan hikmah tersendiri.

Mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam setiap aspek kehidupan adalah bentuk kecintaan dan ketaatan kepada ajaran-Nya. Insyaallah dengan begitu akan mendatangkan keberkahan.

Meskipun tidak ada hadits shahih yang secara spesifik menjelaskan urutan jari dalam memotong kuku, prinsip mendahulukan bagian kanan adalah kaidah umum yang diajarkan Rasulullah SAW dalam banyak hal. Misalnya, dalam berpakaian, bersuci, atau makan, beliau selalu mendahulukan yang kanan.

Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Rasulullah SAW senang mendahulukan anggota kanannya dalam semua perbuatan baiknya saat bersuci, menyisir rambut, dan memakai sandal.” (Muttafaq ‘alaih)

Imam Nawawi dalam Syarah Riyadhus Shalihin terjemahan Misbah, juga menyebut hadits lain. Karena Nabi SAW menyukai mendahulukan yang kanan dalam segala sesuatu yang baik.

“Tangan Rasulullah SAW yang kanan beliau gunakan untuk bersuci dan makan, sedangkan tangan beliau yang kiri untuk sesuatu yang dilakukan dalam cebok dan untuk hal-hal yang kotor.” (HR Abu Dawud)

Urutan Memotong Kuku

Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam memotong kuku, disunahkan untuk mendahulukan bagian yang kanan. Prinsip ini selaras dengan banyak amalan lain dalam Islam yang mengutamakan sisi kanan sebagai bentuk penghormatan dan keberkahan.

Imam an-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim (terjemahan Abu Kanzoon Wawan Djunaedi), mengatakan bahwa seorang muslim disunnahkan untuk memotong kuku dari jari tangan kanan. Kemudian berlanjut ke tangan kiri kemudian ke kaki.

Adapun urutan yang paling banyak dipegang adalah sebagai berikut:

  • Dimulai dari tangan kanan: Potong kuku tangan kanan terlebih dahulu, dimulai dari jari telunjuk, tengah, manis, kelingking, lalu ibu jari.
  • Dilanjutkan dengan tangan kiri: Setelah selesai tangan kanan, barulah beralih ke tangan kiri, dengan urutan yang sama (jari telunjuk, tengah, manis, kelingking, lalu ibu jari).

Waktu Memotong Kuku dalam Islam

Seorang Muslim dianjurkan untuk memotong kuku pada hari-hari tertentu yang dianggap lebih utama. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzhahib Al-Arba’ah (terjemahan Shofa’u Qolbi Djabir) menuturkan bahwa Senin, Kamis, dan Jumat adalah hari-hari terbaik untuk memotong kuku.

Selain anjuran waktu, Islam juga menetapkan batas maksimal tidak memotong kuku. Seorang Muslim dilarang membiarkan kukunya panjang lebih dari 40 hari. Batas waktu ini dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim:

“Ditetapkan waktu bagi kami dalam memotong kumis, menggunting kuku, mencabut rambut ketiak dan mencukur rambut kemaluan agar kami tidak membiarkannya lebih dari 40 malam.” (HR Muslim)

Hadis ini menunjukkan pentingnya menjaga kebersihan diri secara rutin. Termasuk memotong kuku, sebagai bagian dari ajaran Islam.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Hari yang Dianjurkan untuk Potong Kuku Menurut Islam


Jakarta

Potong kuku termasuk salah satu fitrah manusia sebagaimana dikatakan Rasulullah SAW. Selain itu, memotong kuku juga menjadi salah satu cara menjaga kebersihan.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya,

“Lima perkara yang termasuk fitrah; mencukur rambut kemaluan, khitan, memotong kumis, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR Bukhari dan Muslim)


Hasan Ayyub dalam Fiqhul ‘Ibadat yang diterjemahkan Abdurrahim menyebut bahwa apabila perkara-perkara dalam hadits tersebut dilakukan maka muslim dianggap menepati fitrahnya sebagai manusia yang sifatnya baik sekaligus berpenampilan rapi.

Lalu, kapan saja hari yang dianjurkan untuk potong kuku menurut Islam?

Hari yang Dianjurkan untuk Potong Kuku

Menukil dari kitab Al Fiqh ‘Ala Al Madzhahib Al Arba’ah oleh Syaikh Abdurrahman Al Juzairi terjemahan Shofa’u Qolbi Djabir disebutkan bahwa hari Senin, Kamis dan Jumat menjadi hari yang dianjurkan atau paling baik untuk memotong kuku.

Syeikh Zainuddin Al Malibari melalui kitab Fathul Mu’in yang diterjemahkan Bahrudin Fuad menyebut sunnah potong kuku hendaknya dilakukan pada Kamis atau Jumat pagi. Meski demikian, sebagian imam salaf lebih menyukai memotong kuku pada hari Jumat, Imam Nawawi mengatakan hal tersebut dalam Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab-nya.

Hadits Rasulullah SAW Memotong Kuku Hari Jumat

Menurut buku Fikih Mazhab Syafi’i yang disusun Abu Ahmad Najieh, terdapat hadits yang menyebut bahwa Rasulullah SAW memotong kukunya pada Jumat. Dari Al Bazzar berkata,

“Sesungguhnya Nabi SAW memotong kukunya dan memendekkan kumisnya pada hari Jumat.” (HR Al Bazzar)

Berikut tata cara memotong kuku sebagaimana diterangkan oleh Imam Nawawi yang dikutip dari buku Perempuan Bertanya, Fikih Menjawab oleh Nurul Asmayani.

1. Tata Cara Potong Kuku Tangan

  • Potong kuku tangan dimulai dari bagian kanan, tepatnya telunjuk tangan kanan.
  • Setelah telunjuk tangan kanan, beralih ke jari tengah kanan, jari manis hingga kelingking kanan. Terakhir, potong kuku ibu jari tangan kanan.
  • Jika sudah, beralih ke jari kiri. Dimulai dari jari kelingking kiri, jari manis kiri, jari tengah kiri, jari telunjuk dan diakhiri dengan memotong ibu jari kiri.

2. Tata Cara Potong Kuku Kaki

  • Dimulai dari jari kelingking kaki kanan.
  • Setelah itu, potong jari manis kaki kanan dan seterusnya hingga mencapai ibu jari kaki kanan.
  • Jika sudah selesai bagian kanan, beralih ke kuku kaki jari kiri dimulai dari ibu jari sampai kelingking.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com