Tag Archives: sholat gerhana

Viral Gerhana Matahari 2 Agustus Bikin Bumi Gelap 6 Menit, Begini Menurut Islam


Jakarta

Klaim gerhana matahari total 2 Agustus 2025 menyebabkan bumi gelap selama 6 menit viral di media sosial. Faktanya, gerhana matahari total memang akan terjadi pada 2 Agustus, tapi bukan tahun ini.

Menurut laporan Space, gerhana matahari total akan terjadi pada 2 Agustus 2027. Pada hari tersebut, bulan akan menutupi matahari selama 6 menit 22 detik yang menjadikannya totalitas terpanjang dalam 87 tahun. Ini akan menjadi “gerhana abad ini” yang spektakuler.


Jalur totalitas gerhana akan melintasi 11 negara yang mayoritas di Afrika Utara dan Timur Tengah. Gerhana matahari total akan terlihat di Spanyol, Gibraltar, Maroko, Algeria, Tunisia, Libya, Mesir, Sudan, Arab Saudi, Yaman, dan Somalia. Adapun sebagian besar wilayah Afrika, Eropa, dan Asia Selatan akan mengalami gerhana sebagian. Sementara wilayah lain, tidak akan menyaksikannya.

Tak Ada Gerhana 2 Agustus 2025, Terdekat September 2025

Tak ada gerhana matahari pada Agustus 2025 ini. Dalam informasi yang dibagikan NASA lewat situsnya, fenomena gerhana terdekat akan terjadi pada 7-8 September 2025 yakni gerhana bulan total. Gerhana ini bisa disaksikan di Eropa, Afrika, Asia, dan Australia.

Selanjutnya, pada 21 September 2025 akan terjadi gerhana matahari sebagian. Gerhana akan melintasi wilayah Australia, Antartika, Samudera Pasifik, dan Samudera Atlantik.

Gerhana Matahari dalam Islam

Fenomena gerhana memang menjadi salah satu perhatian dalam Islam. Menurut sebuah hadits, terjadinya gerhana adalah kuasa Allah SWT. Pernyataan ini menepis anggapan orang zaman jahiliah yang menyebut gerhana terjadi karena kelahiran atau kematian seseorang. Nabi Muhammad SAW menganjurkan umat Islam untuk melakukan salat ketika terjadi gerhana, baik matahari maupun bulan.

Keterangan tersebut bersandar dalam hadits tentang salat gerhana yang termuat dalam kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar al-Asqalani.

عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( إِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ, فَقَالَ النَّاسُ: انْكَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا الِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا، فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ ( مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ : ( حَتَّى تَنْجَلِي )
وَلِلْبُخَارِيِّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنه ( فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ )

Artinya: Al-Mughirah Ibnu Syu’bah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari yaitu pada hari wafatnya Ibrahim. Lalu orang-orang berseru: Terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya berdoalah kepada Allah dan salatlah sampai kembali seperti semula.” Muttafaq ‘Alaih. Menurut riwayat Bukhari disebutkan: “Sampai terang kembali.”

Menurut riwayat Bukhari dari hadits Abu Bakrah Radliyallaahu ‘anhu: “Maka salatlah dan berdoalah sampai kejadian itu selesai atasmu.”

Dalam hadits dari Aisyah RA dikatakan, Nabi SAW mengeraskan bacaannya dalam salat gerhana. Beliau salat dua rakaat dengan empat kali rukuk dan empat kali sujud. Beliau juga menyerukan orang-orang untuk salat berjamaah ketika terjadi gerhana.

Terkait tata caranya, Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَصَلُّوْهَا كَأَحْدَثِ صَلَاةِ صَلَّيْتُمُوْهَا مِنَ الْمَكْتُوبَةِ

Artinya: “Apabila engkau melihat (gerhana) itu, maka lakukanlah salat sebagaimana layaknya engkau mengerjakan salat wajib.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)

Menurut penjelasan dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq terjemahan Khairul Amru Harahap dkk, membaca Al Fatihah hukumnya wajib pada tiap rakaat salat gerhana. Adapun, surah setelah bebas. Tak ada ketentuan bacaan surah-surah khusus terkait hal ini.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Dalil Anjuran Sholat Gerhana Beserta Tata Cara Melakukannya



Jakarta

Beberapa dalil tentang anjuran sholat gerhana telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Umat Islam disunahkan untuk melakukan sholat dua rakaat untuk mengingat kebesaran Allah SWT.

Gerhana adalah sebuah fenomena alam di mana cahaya matahari atau bulan tidak sepenuhnya terpancar sampai ke bumi. Akibatnya, bumi menjadi gelap untuk sementara waktu.

Di saat seperti ini, Rasulullah SAW mengajarkan pada umat Islam untuk mendirikan sholat sunnah dua rakaat sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT yang sudah menciptakan langit seisinya.


Dalil Anjuran Sholat Gerhana

Perintah untuk melakukan sholat sunah ini dirangkum dalam berbagai buku. Berikut adalah dalil anjuran sholat gerhana yang bisa detikHikmah sampaikan.

Dinukil dari buku Bulughul Maram: Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal karya Ibn Hajar Al-Asqalani, Al-Mughirah ibn Syu’bah RA pernah berkata bahwasanya,

الْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ : اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوْا حَتَّى تَنْكَشِفَ

Artinya: “Pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari, yaitu pada hari wafatnya Ibrahim. Lalu orang-orang berseru, Terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya (mengalami gerhana), berdoalah kepada Allah dan shalatlah hingga kembali seperti semula.” (HR Al- Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Sampai terang kembali.”)

Dalam riwayat lain, Imam Al-Bukhari menyebutkan, dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,

فَصَلُّوا وَادْعُوْا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ

Artinya: “Maka shalatlah dan berdoalah sampai kembali seperti semula.”

Tata Cara Sholat Gerhana

Tata cara sholat gerhana juga sudah dijelaskan secara rinci dalam sebuah dalil sahih. Pada saat itu, Rasulullah SAW melakukan sholat gerhana dengan cara seperti pada hadits berikut ini.

Rasulullah SAW mengisyaratkan untuk memulai sholat gerhana berjamaah dengan seruan:

فَبَعَثَ مُنَادِيًا يُنَادِي: الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ

Artinya: “Lalu beliau menyuruh seorang penyeru untuk menyerukan, ‘Datanglah untuk shalat jamaah.”

Lalu, selanjutnya, sholat dilaksanakan dengan cara berikut ini.

الْحَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا نَحْوا مِنْ قِرَاءَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طويلاً ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طويلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّل ثم رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُوْنَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً وَهُوَ دُونَ الرَّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيْلاً وَهُوَ دُونَ الرَّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَحَدَثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ

Artinya: “Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW, maka beliau shalat. Beliau berdiri sangat lama sekitar lamanya bacaan surah Al-Baqarah, kemudian rukuk dengan lama, lalu bangun dan berdiri lama pula, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Kemudian beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Lalu beliau sujud, dan kemudian berdiri lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Lalu beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Kemudian, beliau bangun dan berdiri lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Lalu beliau rukuk lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Kemudian beliau mengangkat kepala, lalu sujud, sehingga selesailah dan matahari telah terang. Lalu beliau berkhotbah di hadapan orang-orang.” (HR Al-Bukhari dan Muslim, sedangkan redaksinya berdasarkan riwayat Al-Bukhari. Dalam suatu riwayat Muslim disebutkan”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com