Tag Archives: sholat

Contoh Khutbah Jumat tentang Bersyukur, Singkat dan Mudah Dihafal


Jakarta

Hari Jum’at merupakan hari istimewa bagi umat muslim, di mana hari tersebut menjadi simbol berkumpul dalam sosialisasi umat muslim. Di hari Jumat, para lelaki muslim diwajibkan untuk melaksanakan sholat Jumat.

Sebelum pelaksanaan sholat, terdapat khutbah Jumat yang disampaikan oleh khatib. Penyampaian khutbah bisa mengambil berbagai macam tema, salah satunya adalah tentang bersyukur. Berikut beberapa contoh khutbah Jum’at tentang bersyukur.

Contoh Khutbah Jumat Singkat tentang Bersyukur

Khutbah jumat terdiri dari khutbah pertama dan kedua. Berikut beberapa contoh khutbah Jumat singkat tentang bersyukur mengutip laman NU Online dan Universitas Islam Malang.


1. Bersyukur atas Nikmat Lahir dan Batin

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah. Sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang Ia anugerahkan kepada kita. Tiada satu pun selain-Nya yang mampu menghitungnya. Nikmat terbagi menjadi dua macam, nikmat lahir dan nikmat batin. Allah ta’ala berfirman:

وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً (لقمان: 20) Artinya: “Dan Allah telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin untukmu.” (QS. Luqman: 20)

Nikmat lahir adalah nikmat yang terlihat oleh mata seperti harta, penghormatan orang, ketampanan, kecantikan, diberi taufiq (kemudahan) untuk melakukan amal ketaatan, kesehatan, keturunan, harta, kedudukan, sungai, hujan, tanaman, hewan ternak, air dingin dan banyak lagi lainnya. Sedangkan nikmat batin adalah nikmat yang didapati oleh seseorang dalam dirinya seperti memiliki ilmu tentang Allah, kokohnya keyakinan kepada Allah dan dijauhkan dari penyakit dan berbagai marabahaya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Kewajiban setiap mukallaf (baligh dan berakal) adalah bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat tersebut. Bersyukur kepada Allah adalah dengan tidak menggunakan nikmat-nikmat dari Allah untuk bermaksiat kepada-Nya, tidak kufur kepada Allah dan para utusan-Nya. Barang siapa melakukan syukur seperti ini, maka ia adalah seorang hamba yang telah bersyukur kepada Tuhannya. Sedangkan orang yang mengucap syukur kepada Allah dengan lidahnya sebanyak apapun namun masih menggunakan nikmat Allah untuk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hakikatnya ia belumlah bersyukur kepada Tuhannya sebagaimana yang diwajibkan.

Dan hendaklah diketahui bahwa kita semua di hari kiamat akan dimintai pertanggungjawaban atas nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يومَ القيامةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ، وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ. (رواه الترمذيّ وصحّحه)
Artinya: “Seorang hamba tidak akan berpindah dari suatu fase ke fase yang lain di hari kiamat hingga ditanya tentang umurnya dalam hal apa dihabiskan, tentang ilmunya dalam hal apa digunakan, tentang hartanya dari mana ia perolah dan dalam hal apa disalurkan dan tentang jasadnya dalam hal apa difungsikan.” (HR. at-Tirmidzi dan ia menilainya shahih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ أُصِحَّ لَكَ جِسْمَك وَأُرْوِكَ مِن الْمَاءِ الْبَارِدِ. (رواه الحاكم وصحّحه)

Artinya: “Hal pertama yang seorang hamba akan dihisab tentangnya di hari kiamat adalah dikatakan kepadanya: Bukankah telah Aku sehatkan badanmu dan aku hilangkan dahagamu dengan air yang dingin?” (HR. al Hakim dan ia menilainya shahih).

Karenanya, mari kita hisab diri kita. Mari kita renungkan, sudahkah kita bersyukur atas berbagai nikmat yang Allah kurniakan kepada kita sebagaimana mestinya? Saudara-saudara seiman, di antara nikmat batin adalah nikmat teragung yang tidak sebanding dengan nikmat apapun, yaitu nikmat iman kepada Allah dan nikmat-nikmat yang mengikutinya, yaitu berserah diri kepada Allah, mencintai orang-orang shaleh, kokohnya keyakinan kita kepada Allah, mengagungkan ilmu agama dan semacamnya.

Iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah modal utama bagi seorang muslim, sehingga ia adalah nikmat yang paling agung, paling utama dan paling tinggi yang diberikan kepada manusia. Orang yang diberi dunia (harta, jabatan dan semacamnya) namun tidak diberi iman, maka seakan ia tidak diberi nikmat apapun.

Sebaliknya, orang yang diberi iman dan tidak diberi dunia, maka seakan ia tidak terhalang dari satu nikmat pun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عزَّ وجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّيْنَ إِلَّا لِمَن أَحَبَّ (رواه أحــمد)

Artinya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberikan (nikmat) dunia kepada orang yang Ia cintai dan kepada orang yang tidak Ia cintai, dan tidak memberikan nikmat agama kecuali kepada orang yang Ia cintai.” (HR. Ahmad)

Di antara nikmat ada juga yang merupakan akibat atau buah dari nikmat iman. Nikmat ini tampak pada anggota badan seseorang, seperti melaksanakan kewajiban, menjauhi perkara haram dan memperbanyak amal sunnah. Nikmat iman sebenarnya adalah nikmat batin, akan tetapi pengaruhnya terlihat pada anggota badan. Iman adalah syarat diterimanya amal shaleh. Tanpa iman, bentuk amal kebaikan sebanyak apapun tidak akan diterima oleh Allah ta’ala.

Orang yang mati dalam keadaan tidak iman akan datang di hari kiamat tanpa memiliki sedikit pun kebaikan, karena ia tidak mengenal Allah dan tidak beriman kepada-Nya. Sedangkan seorang muslim yang tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya, lalu meninggal sebagai pelaku dosa besar, maka ia tergantung pada kehendak Allah.

Jika Allah menghendaki, Ia akan menyiksanya dan jika Allah menghendaki, Ia akan mengampuninya. Sedangkan orang yang diberi taufiq untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin, dengan melaksanakan perintah Allah, sehingga ia melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara haram serta menggunakan anugerah nikmat untuk menaati Tuhannya, maka balasan dari Tuhannya adalah kenikmatan yang abadi, yang tidak akan punah dan sirna. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)

Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka dari Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. al Bayyinah: 7-8).

Mereka adalah makhluk yang paling berbahagia, karena Allah ridha terhadap mereka sebagaimana mereka ridha kepada-Nya. Ridha Allah adalah salah satu sifat-Nya, yang tidak menyerupai ridla makhluk. Karena makna ridha Allah adalah kehendak untuk memberikan nikmat.

Sedangkan ridha para hamba kepada Tuhannya adalah berimannya mereka kepada Allah, menerima ketetapan-Nya dan menyerahkan segala hal kepada-Nya. Mereka tidak memprotes dan menyalahkan Allah dalam satu pun musibah yang menimpa mereka.

Sebaliknya mereka bersabar untuk tetap melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara haram serta menahan diri dari menggunakan nikmat Allah dalam perbuatan maksiat kepada-Nya. Mereka juga bersabar atas ujian-ujian yang menimpa mereka, sehingga balasan untuk mereka adalah ridho Allah terhadap mereka. Sungguh beruntung mereka. Alangkah berbahagianya mereka.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

(Ust. Nur Rohmad, S.Ag., M.Pd.I, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kab. Mojokerto.)

2. Bersyukur atas Nikmat Sehat

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Jumat adalah hari terbaik, karenanya menjadi saat yang tepat untuk terus mengingatkan takwallah. Pesan tersebut selalu disampaikan khatib agar senantiasa meningkatkan takwa dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini memberikan pesan bahwa betapa penting dan berharganya menjaga takwallah. Sadar bahwa diri senantiasa dalam pantauan Allah di segala keadaan dan suasana. Karenanya, alfakir berpesan kepada diri sendiri dan jamaah yang berbahagia untuk terus menjaga dan memupuk takwallah tersebut.

Hadirin yang Berbahagia

Kenikmatan hidup paling mahal adalah sehat, karena apa pun yang kita miliki di dunia tak akan bisa dinikmati jika sakit. Dalam suasana yang serba tidak menentu seperti sekarang, nikmat sehat menjadi hal yang mahal harganya. Karenanya, kita perlu mensyukuri nikmat sehat yang ada. Apalagi dalam sebuah ayat disebutkan sebagai berikut:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ الْإِنْسانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Artinya: Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia sangat zalim dan banyak mengingkari nikmat. (QS al-Nahl: 18)

Nikmat sehat bukan suatu kemewahan seperti emas dan perak. Tetapi menjadi mahal ketika kesehatan telah berubah menjadi sakit. Nikmat sehat merupakan mahkota tubuh. Saat terbaring sakit, kita baru sadar bahwa kesehatan sangat berharga. Yang mengabaikan kesehatan dirinya adalah orang yang menabung masalah untuk masa depan. Seorang filosof Inggris mengatakan: Jika dengan memperoleh pengetahuan malah merusak kesehatan kita, maka kita bekerja untuk hal yang tidak berguna.

Tidak berlebihan dan sangat tepat kalau dalam suatu hadits diriwayatkan sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ، اَلصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: Nabi SAW bersabda: Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (lalai) padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR al-Bukhari).

Dalam Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn intisari kitab Ihya` Ulûmiddîn diriwayatkan, ada orang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang alim. Lalu si alim berkata: Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” tanya ulang si alim.

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?,” lanjut si alim.

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Si alim terus bertanya.

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu?,” pungkas si alim.

Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa nikmat sehat atau kesehatan jauh lebih berharga dibanding uang yang banyak ataupun harta yang melimpah.

Jamaah yang Dirahmati Allah,

Betapa pentingnya nikmat kesehatan, hingga Rasulullah SAW pun bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Artinya: Siapa saja di antara kalian masuk waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman dalam rumahnya, punya makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya. (HR Ibnu Majah).

Dalam Islam menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah). Hal itu terdiri dari; pemeliharaan agama (hifdzud dîn), pemeliharaan diri atau kesehatan (hifdzun nafs), pemeliharaan akal (hifdzul ‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdzun nasab), dan pemeliharaan harta (hifdzul mâl).

Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan atau keselamatan jiwa, sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT yang artinya: Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian dalam kerusakan. (QS Al-Baqarah: 195); dan ayat yang artinya: Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sungguh Allah Maha Penyayang kepada kalian. (QS An-Nisa’: 29).

Badan kita punya hak yang harus dipenuhi agar terjaga kesehatan maupun keseimbangannya. Di antara hak badan adalah memberikan makanan pada saat lapar, memenuhi minuman saat haus, memberikannya istirahat saat lelah, membersihkannya saat kotor, dan mengobatinya saat sakit. Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan.

Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Abdul Muthallib RA, ia berkata: Aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW dan bertanya: Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku. Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan. Kemudian aku menghadap lagi pada kesempatan lain dan saya bertanya: Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah SAW, mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR at-Tirmidzi).

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat mengingatkan kita agar selalu menjaga kesehatan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.

3. Bersyukur atas Nikmat selama Setahun

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعْطَىنَا بِالصَّبْرِ وَالشُّكْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الصَّبُوْرُ الشَّكُوْرُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Segala puji merupakan milik Allah swt, Tuhan semesta alam. Segala anugerah yang telah kita nikmati sampai detik ini, tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Khususnya, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat. Dengan kenikmatan-kenikmatan itu, sudah sepatutnya kita datang dan bertemu pada siang hari ini dalam rangka menunaikan ibadah kepada-Nya. Tidak lain, inilah bentuk syukur kita atas semua hal itu.

Selanjutnya, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad, Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā sayyidinā Muhammad. Semoga shalawat kita juga dapat mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin. Allah swt memerintahkan kita untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh-Nya.

Sebagai bagian dari peningkatan takwa itu, kita perlu senantiasa bersyukur atas segala nikmat karunia yang telah Allah swt anugerahkan kepada kita semua, sehingga kita bisa dapat menjalani kehidupan dengan baik. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Saat ini, kita telah memasuki penghujung bulan Desember sekaligus akhir dari tahun 2022. Begitu banyak hal yang telah kita lalui sepanjang tahun 2022 ini, mulai dari hal yang terasa berat, tidak enak, hingga nikmat-nikmat yang memberikan rasa bahagia bagi kita. Satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah semua hal tersebut patut kita syukuri.

Iya, sekalipun bisa dipastikan sepanjang tahun itu tidak semuanya bahagia dan ada saja hal yang membuat kita kecewa, kesal, dan sedih, pasti saja ada hal penting yang belum kita ketahui di balik itu semua. Selain memang, kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan yang kita terima itu jauh lebih sedikit daripada kenikmatan yang telah kita terima. Sebab, banyak hal yang tanpa kita sadari, itu adalah nikmat besar yang seringkali luput dari pengamatan.

Padahal, itulah yang biasa kita rasakan saban hari sejak kali pertama terlahir di dunia sampai hari ini. Misalnya, udara yang kita hirup sebagai napas diperoleh secara gratis. Kita tidak dapat membayangkan seumpama oksigen itu harus kita bayar.

Kita juga kerap lupa dengan nikmat sehat yang selama ini kita nikmati. Saat kita ditimpa sakit, barulah kita memohon-mohon berdoa kepada Allah agar lekas disembuhkan, sedang saat sehat, kita sendiri lupa tidak mensyukurinya.

Nabi Muhammad saw sampai menyebut hal itu dalam hadisnya, bahwa banyak orang tertipu akan dua kenikmatan, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu. Jamaah Jumat yang berbahagia, Allah swt secara tegas memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 152 berikut.

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Artinya: “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”

Dalam Tafsir Al-Baghawi, disebutkan bahwa bersyukur itu dilakukan ketaatan, sedangkan tidak kufur berarti tidak bermaksiat. Sementara menurut Imam Al-Qurthubi, bahwa syukurnya seorang hamba ini harus diucapkan dengan lisan dan diikrarkan dalam hati bahwa menggunakan nikmat itu untuk ketaatan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa dengan bersyukur, niscaya nikmat kita akan ditambah. Hal itu termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 berikut.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras”.”

Dalam kitab tafsirnya, Imam Al-Baghawi mengutip sebuah pendapat, bahwa syukur itu mengikat yang sudah ada dan memburu yang tiada. Ia juga menyampaikan bahwa syukur yang sesungguhnya adalah dengan senantiasa menjalankan ketaatan atas segala perintah Sang Pemberi nikmat itu.

Sementara hal yang ditambahkan adalah pahalanya. Sementara itu, Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengakui bahwa nikmat itu tidak lain ditujukan bagi Sang Pemberi nikmat itu sendiri, yaitu Allah swt, dan tidak menggunakannya untuk selain taat kepada-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Oleh karena itu, dari penjelasan para ulama di atas, dapat kita ambil pengertian bahwa bersyukur berarti adalah menggunakan segala nikmat yang kita peroleh untuk menunaikan ketaatan kita, yaitu menghamba kepada-Nya, beribadah karena-Nya. Dalam hal ini, kita perlu meningkatkan ketaatan kita mulai hari ini dan ke depannya sebagai tanda syukur kita atas segala nikmat yang telah Allah swt anugerahkan kepada kita.

Dan menjadikan ini sebagai bagian dari resolusi tahun 2023 kita. Saking mulianya bersyukur, Rasulullah saw bersabda, bahwa orang yang makan dan bersyukur itu sederajat dengan orang berpuasa dan sabar atas puasanya itu.

Dari hal itu, khatib mengajak jamaah semuanya untuk bersyukur atas segala anugerah yang telah kita peroleh dengan senantiasa meningkatkan ketaatan kita kepada-Nya, menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemampuan untuk mensyukuri seluruh nikmat-Nya sehingga kita tergolong sebagai ‘ibadiyas syakur, hamba-hamba Allah yang banyak bersyukur.

(Ustadz Syakir NF, Imam Masjid Baitul Maqdis, Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat.)

4. Rasa Syukur

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita bersama sama memanjatkan tasyakkur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia Allah SWT, atas karunia waktu luang, nikmat kesehatan, karunia ilmu pengetahuan, kenikmatan rizki, keutuhan keluarga, kita bersyukur atas adanya rasa tersebut dalam hati.

Kita bersyukur kepada Allah bilamana dalam hati dan perbuatan kita ada manifestasi dari rasa syukur. Adalah sebuah keindahan kalau kita dalam perbuatan kita ada nilai nilai syukur.

Kita berlindung kepada Allah atas sikap lupa dan alpa. Kita sungguh berlindung kapada Allah atas kufur tipis tipis, YAITU tidak menyadari betapa besar, hal apa saja yang Allah karuniakan kepada kita. Betapa Allah kasih sayang kepada keluarga kita, kepada lingkungan kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Kita bisa kerja, kita bisa beribadah, kita bisa memiliki kemerdekaan, karena orang lain dan tentu karunia Allah. Kita bisa kerja karena kampus kita ada dan memberi gaji dan tunjangan karena pimpinan. KITA bisa tenang beribadah, Karena tak ada orang lain yang membuat kekacauan. Kita pantas bersyukur atas ketenteraman lingkungan itu semua. Alhamdulillah.

Bersyukur atas yang kecil kecil, tak usah menunggu hal yang besar besar, yang fantastis. Bersyukur kepada orang lain yang menjadi perantara karunia Allah, karena itu yang menjadi ajaran. MAN LAM YASKURINNAS, LAM YASKURILLAH. MAN LAM YASKURIL KHOLIL, LAM YASKURIL KATSIR.

Baiknya keluarga kita, pasangan kita, anak anak kita, kebaikan negara kita, orang orang baik di Universitas kita adalah karunia kita yang patut kita syukuri. Kita berada di Indonesia, sudah termasuk negara muslim paling demokratis, aman di dunia, patut kita syukuri.

Maasyiroh Muslimin Hadirin, Rahimakumullah

Sebagai kaum beriman kita disarankan untuk tetap waspada. Syaitan ada dimana mana. Kita bisa saja tergelincir. Sikap kita akan membawa aura lingkungan kita. Sikap sabar adalah bentuk rasa syukur.

Para Nabi, para Rasul, para Waliyullah, para ulama besar, itu adalah orang orang yang sabar. Kita orang biasa biasanya- termasuk diri saya- sering mengeluh, sering menuntut. Akhirnya lupa. Itu lawan dari bersyukur.

Tak ada Nabi dan Rasul yang hidup tanpa beban yang berat, namun semua Nabi dan Rasul adalah orang orang yang tak bersedih dengan situasi apa saja. Mereka itu ahli syukur terutama hati dan amal perbuatan, bukan hanya lisan. Kemuliaan mereka ada di akhlak kesyukurannya.

Manusia itu tempat salah dan lupa. Itulah makanya Allah memberi kitab oenuntun di setiap jamannya. Allah juga mngutus rasul dan nabi serta orang orang alim untuk mengingatkan kita. Karena kita AL INSAANU MAHALUL KHOTO’ WAN NISYAN. Kita sering alpa.

Di luar sana ada kemiskinan ekstrim, di luar sana ada kesulitan sosial dan di sini kita baik baik saja. FABIAYYI AALA-I ROBBIKUMA TUKADDZIBAAN. Nikmat apa lagi yang pantas kita dustakan

Salah satu hal yang terbaik selain syukur nikmat, saya mengajak diri saya, bersedia memperbaiki kesalalah kesalahan kita, menjaga hati, menjaga diri dan menjaga niat, menghindarkan diri dari sikap menerabas tatanan agar mendapatkan keinginannya.

Tokoh tokoh pahlawan yang merintis kemerdekaan atau muassis kampus Kita bukan orang-orang yang suka mengeluh dan mereka juga berkali kali gagal dalam usaha usaha yang mulia, oleh sebab itu kita perlu mendidik diri kita harus berani berjuang. Kata Gus Dur “hidup adalah perjuangan, setiap perjuangan butuh pengorbanan, dan semua pengorbanan besar pahalanya”.

Orang orang sukses dari dulu dan sampai sekarang itu tak pernah dicapai dengan mudah. No pain, no gain. Ada perjuangan dan doa di sana.

Bahkan Imam Syafii RA selalu berpesan kepada para kita bahwa tidak ada kenikmatan hidup tanpa kita bersusah payah sebelumnya. Segala sesuatu yang didapat dengan mudah apalagi dengan menghilangkan atau mengurangi hak hak orang lain, bisa hilang keberkahannya.

Sesungguhnya kita ini mungkin sdh diberi yang terbaik, sudah diberi banyak, kadang kita saja yang tak bisa mensyukurinya.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Penelitian Ahli Psikologi juga mengungkapkan, rasa syukur ini, membuat orang dekat dengan rasa bahagia R. Riset mengatakan “Bukanlah banyaknya harta dan kekayaan dan jabatan satu satunya alat bahagia”. Tapi kebahagiaan itu, bermula dari rasa tenteram atas apa yang Allah berikan kepada kita.

Sebagai penutup saya mengajak diri saya pribadi dan kepada jamaah sekalian untuk mengisi tanggung jawab sebagai rasay syukur,

Pertama tanggung jawab, kasih sayang, ketulusan dan memberi hal dan melaksanakan kewajiban pada diri sendiri dan keluarga, anak, istri, suami, terutama orang tua.

Kedua; tanggung jawab sebagai makhluk dan abdillah, kepada Allah SWT melaksanakan perintahnya dan menjahui larangaNya. Syukur tertinggi itu syukur amaliyah.

Ketiga;tanggung tanggung jawab sosial kepada tetangga, saudara terutama yang membutuhkan dengan berbagi walau dengan sumbangan tak seberapa, social responsibility, Zakat, Infaq, Shadaqoh adalah jalannya.

Keempat;tanggung jawab kepada bangsa dan negara, merawat kerukunan sebagai rasa syukur.

Kelima;tanggung jawab kepada alam dan lingkungan semesta dengan cinta alam dan melindunginya. Merawat Jagad dan mencintai manusia dan alam adalah bentuknya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah kepada kita.

(Prof. M. Masud Said, Ph.D)

Syarat Melaksanakan Sholat Jumat

Syekh Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad Al-Huseini dalam kitab Kifayatul Akhyar mengatakan, ada 6 syarat dalam melaksanakan khutbah Jumat. Mengutip buku Khutbah Jumat 7 Menit oleh KH. Marzuqi Mustamar, berikut keenam syaratnya:

1. Waktu melaksanakan khutbah adalah ketika masuk waktu dzuhur atau tergelincirnya matahari
2. Mendahulukan dua khutbah terlebih dahulu daripada sholat Jumat
3. Khotib melaksanakan khutbah dalam keadaan berdiri
4. Duduk di antara dua khutbah dengan Thuma’ninah
5. Seorang khotib harus suci dari hadats dan najis pada badan, pakaian, serta tempat
6. Mengeraskan suara ketika berkhutbah.

Rukun Khutbah Jumat

Seorang khotib haruslah memperhatikan beberapa rukun yang ditetapkan syara’. Hal ini agar ibadah sholat Jumat sah. Berikut beberapa rukun berkhutbah.

1. Memuji Allah di khutbah pertama dan kedua
2. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW di khutbah pertama dan kedua
3. Berwasiat takwa kepada Allah di khutbah pertama dan kedua
4. Membaca ayat suci Al Qur’an pada salah satu dari kedua khutbah. Minimal membaca satu ayat
5. Berdoa untuk kaum mukmin di khutbah kedua.

Itulah empat contoh khutbah sholat Jumat tentang bersyukur. Semoga beberapa contoh ini bisa menginspirasimu dalam membuat teks khutbah.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Iftitah Pendek dan Hukum Membacanya Ketika Sholat



Jakarta

Doa iftitah adalah doa yang dilafalkan setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surat yang wajib dibaca yakni surat Al-Fatihah. Sebagian ulama berpendapat bahwa doa iftitah tidak wajib dibaca ketika sedang sholat fardhu ataupun sholat sunnah.

Meskipun begitu, beberapa orang tetap membacanya karena sudah terbiasa. Bagi yang belum mengetahuinya, berikut bacaan doa iftitah dan hukum membacanya ketika sholat.

Bacaan Doa Iftitah Pendek

Berikut bacaan doa iftitah pendek berdasarkan hadits riwayat Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

“Subhaanakallahumma wabihamdika, watabaarakasmuka wata’alaa jadduka walaa ilaha ghairuka”

Arti: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.

Sholat wajib atau sunnah tanpa membaca iftitah hukumnya adalah sah. Diperbolehkan bagi umat Islam untuk langsung membaca surat Al-Fatihah pada rakaat pertama tanpa melafalkan doa iftitah sebelumnya.

Apakah Imam Wajib Membaca Doa Iftitah?

Membaca doa iftitah hukumnya sunnah. Jadi, imam boleh membacanya ataupun tidak.

Dikutip dari buku Sifat Wudu dan Shalat Nabi ala Mazhab Syafi’i oleh Sulthan Adam, SQ, disukai bagi siapa saja yang menjadi imam agar sengaja memberikan waktu bagi makmum untuk membaca doa iftitah.

Imam dengan sengaja dapat diam sejenak walaupun seandainya imam tidak membaca doa iftitah untuk menunggu makmum yang lain selesai membaca doa tersebut.

Hukum Menggabungkan Doa Iftitah

Beberapa ulama dari tiga mazhab yakni Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali menyepakati bahwa untuk sholat sunnah apalagi sholat malam agar menggabungkan beberapa doa iftitah. Menurut Imam An-Nawawi, beliau tetap membolehkan untuk menggabungkan beberapa doa iftitah pada saat sholat wajib.

Namun, jika imam ingin memanjangkan doa iftitah dengan cara menggabungkan banyak doa, maka bisa dengan cara meminta izin atau memberi tahu makmum sehingga makmum tidak kaget karena merasa imam terlalu lama berdiri.

Apakah Masbuk Wajib Membaca Doa Iftitah?

Masbuk adalah makmum yang terlambat mengikuti sholat berjamaah. Makmum yang ketinggalan sholat berjamaah akan langsung mengikuti posisi imam setelah melakukan takbiratul ihram.

Menurut Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar halaman 44-45, jika seseorang yang masbuk mendapati imam dalam kondisi masih berdiri, baik mendapati imam berdiri pada rakaat pertama atau kedua, maka kesunahan membaca doa iftitah tetap ada. Jika tidak yakin makmum dapat langsung membaca Al-Fatihah sebelum imam rukuk.

Apabila mendapati imam sedang rukuk, maka tentunya setelah takbiratul ihram segera rukuk dan tidak perlu membaca doa iftitah lagi. Setelah imam salam, makmum bisa menambah rakaat yang kurang dan berdiri kembali tanpa membaca doa iftitah karena dinilai waktu membaca doa tersebut sudah habis.

Menurut mazhab Asy-syafi’i waktu membaca doa iftitah yang paling tepat adalah pada rakaat pertama makmum atau pada rakaat pertama masbuk setelah takbiratul ihram. Itu pun jika memungkinkan untuk dibaca, jika tidak maka tidak masalah meninggalkannya.

Demikian penjelasan mengenai doa iftitah dan juga hukum membacanya ketika sholat. Semoga bisa membantu detikers yang ingin menghafalkan doa tersebut.

(fds/fds)



Sumber : www.detik.com

Pahami Doa Sholat Tahajud yang Mustajab dan Artinya



Jakarta

Sholat tahajud merupakan doa dari hamba Allah agar diampuni dosa yang pernah ia lakukan dan dikabulkannya doa-doa baik seperti keinginan untuk sehat selalu, meminta pekerjaan yang lebih baik, dan lainnya. Allah SWT memberikan waktu bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan melantunkan doa sholat tahajud.

Dikutip dari buku berjudul Shalat Tahajud dan Shalat Hajat oleh Mahmud asy-Syafrowi, jika seseorang menginginkan ditinggikan derajatnya, dimuliakan kedudukannya di sisi Allah, maka ia perlu memperbanyak amalan-amalan sholat sunnah, terutama sholat tahajud.

Untuk itu, berikut lantunan doa sholat tahajud yang mustajab lengkap dengan artinya.


Doa Sholat Tahajud yang Mustajab

Dilansir dari situs NU Online Jabar, ini bunyi doa sholat tahajud yang sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW:

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq.

Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.

Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”

Seseorang yang melakukan sholat tahajud dengan khusyuk memiliki peluang besar agar dikabulkan semua keinginannya oleh Allah SWT. Sesungguhnya semua sholat sunnah punya kekuatan untuk meninggikan derajat, namun sholat tahajud sangat diistimewakan oleh Allah.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 79 yang berbunyi:

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

Artinya: “Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

Bacaan Doa Minta Rezeki Setelah Sholat Tahajud

Setelah sholat tahajud, kamu bisa mengamalkan doa minta rezeki agar selalu dilancarkan. Adapun lantunan doa minta rezeki sebagai berikut:

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak

Artinya: “Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.”

Keutamaan Sholat Tahajud

Sholat tahajud menyimpan banyak keutamaan yang baik bagi orang-orang yang melaksanakannya. Di samping itu, Allah akan membuka peluang kepada hambanya untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan.

Dimuat dari buku Sholat Tahajud & Kebahagiaan oleh Abd Muqit dan The Power of Tahajud dari Dr Ahmad Sudirman Abbas, berikut keutamaan sholat tahajud.

  1. Orang yang melaksanakan sholat tahajud akan diberi posisi paling terhormat dan dijauhkan dari nista.
  2. Allah akan menjaganya dari bencana atau masalah yang akan datang.
  3. Keinginan hamba-Nya akan dipenuhi cepat atau lambat.
  4. Allah akan melimpahkan pengetahuan terhadap agama.
  5. Taubatnya akan diterima.
  6. Harapan dan keinginan akan dikabulkan saat melakukan sholat tahajud pada waktu sepertiga malam sebagaimana Allah berfirman:

“Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaannya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.”

Itulah bunyi doa sholat tahajud, doa minta rezeki setelah sholat tahajud, dan keutamaannya bagi umat yang menjalankannya. Semoga bermanfaat!

(fds/fds)



Sumber : www.detik.com

Hadits Sholat Tepat Waktu sebagai Amalan yang Dicintai Allah SWT



Jakarta

Sholat fardhu lima waktu dikerjakan pada waktu-yang ditetapkan Allah SWT. Untuk itu, ada sejumlah riwayat yang menekankan tentang pentingnya mengamalkan sholat lima waktu.

Dikutip dari buku Waktu Shalat karya Ahmad Sarwat, Lc, MA, sholat dianggap tidak sah bila dikerjakan di luar waktu yang ditetapkan. Sholat dikerjakan telat atau terlalu cepat dengan sengaja tanpa unsur syar’i.

Perintah melaksanakan sholat tepat waktu termaktub dalam firman Allah surah An Nisa ayat 103 yang berbunyi,


فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Hadits tentang Sholat Tepat Waktu

1. Hadits Pertama

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

Artinya: “Siapa saja yang menjaga sholat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja yang tidak menjaga sholat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad)

2. Hadits Kedua

Dari Abdullah bin Mas’ud RA,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ ؟ قَالَ : الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا . قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ , قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ , قَالَ : حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku (Abdullah bin Mas’ud) mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.” (HR Bukhari)

Keutamaan sholat tepat waktu turut dijelaskan Khalifah Usman bin Affan. Dikutip dari buku Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur penulis Anwar Sani, Tarmizi As-Shiddiq, dan Ahmad Jameel menjelaskan sembilan keutamaan sholat tepat waktu. Berikut keutamaan sholat tepat waktu:

  • Dicintai Allah SWT
  • Badannya senantiasa sehat
  • Dijaga oleh malaikat
  • Diturunkan berkah untuk rumahnya
  • Mukanya akan keliahtan tanda orang yang shaleh
  • Allah akan melembutkan hatinya
  • Dapat melalui jembatan Shiratal Mustaqim layaknya seperti kilat
  • Akan diselamatkan dari api neraka
  • Allah menempatkannya ke dalam golongan orang-orang yang tidak takut dan bersedih

Melansir dari buku Fikih Empat Madzhab Jilid 1 karya Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, sholat fardhu terdiri dari waktu Zuhur (tengah hari) dan menjadi sholat pertama yang dilakukan rasul, waktu Ashar (sore hari), waktu Maghrib (saat tenggelamnya matahari), waktu Isya (malam hari), dan waktu Subuh (pagi hari).

Perintah untuk melaksanakan sholat fardhu ini termaktub dalam surah Al-Isra ayat 78 yang berbunyi,

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Artinya: “Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula sholat) Subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”

Rasulullah SAW juga pernah menyebutkan bahwa melaksanakan sholat fardhu lima waktu diibaratkan sebagai pencuci dosa manusia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »

Artinya: “Jika seandainya ada aliran sungai mengetuk pintu kalian untuk mencuci rumah kalian lima kali dalam sehari, apakah mungkin masih ada kotoran yang tersisa?” Para sahabat menjawab, “Tidak mungkin ada kotoran yang tersisa.” Lalu Nabi bersabda, “Begitu juga halnya dengan sholat lima waktu, Allah akan menghapus dosa kalian dengan sholat-sholat tersebut,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan An-Nasa’i)

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Setelah Sholat Zuhur, Yuk Diamalkan Tiap Hari!



Jakarta

Setelah melaksanakan sholat fardhu, lebih afdhal apabila seorang muslim melanjutkannya dengan berdoa dan berdzikir. Ada bacaan doa yang dapat diamalkan setelah melaksanakan sholat fardhu, termasuk sholat Zuhur yang memiliki banyak keutamaan.

Mengutip buku Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar yang ditulis oleh Dra. Neni Nuraeni M.Ag, membaca doa merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Adapun salah satu waktu utama berdoa agar dikabulkan oleh Allah adalah setelah selesai melaksanakan sholat fardhu.

Hal tersebut didasari oleh hadits berikut: “Rasulullah SAW pernah ditanya, ‘Doa macam apakah yang paling didengarkan?’ Beliau menjawab, ‘Bagian malam yang akhir dan setelah sholat fardhu.'” (HR Tirmidzi).


Tidak hanya doa, membaca dzikir yang berarti senantiasa mengingat Allah juga baik dilakukan setelah sholat fardhu. Dzikir dapat dilakukan sambil berdiri, duduk atau berbaring. Dzikir pun bisa dengan hati, lisan, maupun perbuatan.

Adapun perintah untuk berdzikir tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 152,

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِࣖ

Artinya: Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Bacaan Doa Setelah Sholat Zuhur

Rasulullah SAW menganjurkan tiap umatnya untuk memanjatkan doa dan dzikir setelah sholat fardhu. Mengutip dari arsip DetikHikmah, berikut adalah bacaan sholat Zuhur lengkap dengan latin dan terjemahannya.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

Arab latin: “Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafii ni’amahu wayukaafii maziidahu. Ya rabbanaa lakal hamdu kamaa yan baghhi lijalaali wajhika wa’azhiimi sulthaanika.”

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

“Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad”.

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ

“Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaataana washiyaamanaa warukuu’anaa wasujuudanaa waqu’uudanaa watadlarru’anaa, watakhasysyu’anaa wata’abbudanaa, watammim taqshiiranaa yaa allah yaa rabbal’aalamiin”.

رَبَّنَا ضَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْ حَمْنَا لَنَكُوْ نَنَّ مِنَ الْخَا سِرِ يْنَ

“Rabbana dzhalamnaa anfusanaa wa-inlamtaghfir lana watarhamnaa lanakuunanna mlnal khaasiriin”.

رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِ يْنَ مِنْ قَبْلِنَا

“Rabbanaa walaa tahmil’alainaa ishran kama hamaltahul’alal ladziina min qablinaa.”

رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَا قَتَا لَنَا بِهِ, وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَ نَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَا فِرِيْنَ

“Rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa thaaqata lanaa bihii wa’fu’annaa waghfir lanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa ‘alal qaumil kaafiriin”.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْ بَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَ يْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُ نْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idzhadaitanaa w’ahablanaa min ladunka rahmatan innaka antal wahhaab”.

رَبَّنَا غْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْأَ حْيَآءِمِنْهُمْ وَاْلأَ مْوَاتِ, اِنَّكَ عَلَى قُلِّ ثَيْءٍقَدِيْرِ

“Rabbanaghfir lanaa waliwaalidinaa walijami’il muslimiin walmuslimaati wal mu’miniina walmu’minati. Al ahyaa-i-minhum wal amwaati, innaka alaa kuli syai’n qadiir”.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanatan wafil aakhirati hasanatan waqinaa adzaaban-naar”.

اللهم اغفر لنا ذنوبناوكفرعنا سيئاتنا وتوفنا مَعَ الْأَ بْرَارِ

“Allahummaghfirlanaa dzunuubanaa wakaffir annaa sayyiaatinaa watawaffanaa maalabraari”.

سُبْحَانَ رَبِّكِ رَبِّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْ سَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Subhaana rabbika rabbil i’zzati ammaa yashifuuna wasalaamun ‘alal mursalhna wal-hamdu lillaahi rabbil’aalamiina”.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Dengan puji yang sebanding dengan nikmat-Nya dan menjamin tambahannya. Ya Allah Tuhan Kami, bagi-Mu segala puji dan segala apa yang patut atas keluhuran DzatMu dan Keagungan kekuasaanMu. Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad dan sanak keluarganya.

Ya Allah terima sholat kami, puasa kami, ruku kami, sujud kami, duduk rebah kami, khusyu’ kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama sholat ya Allah. Tuhan seru sekalian alam.

Ya Allah, Kami telah aniaya terhadap diri kami sendiri, karena itu ya Allah jika tidak dengan limpahan ampunan-Mu dan rahmat-Mu niscaya kami akan jadi orang yang sesat. Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan atas diri kami beban yang berat sebagaimana yang pernah Engkau bebankan kepada orang yang terdahulu dari kami. Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan atas diri kami apa yang di luar kesanggupan kami. Ampunilah dan limpahkanlah rahmat ampunan terhadap diri kami ya Allah. Ya Allah Tuhan kami, berilah kami pertolongan untuk melawan orang yang tidak suka kepada agamaMu.

Ya Allah Tuhan kami, janganlah engkau sesatkan hati kami sesudah mendapat petunjuk, berilah kami karunia. Engkaulah yang maha Pemurah.

Ya Allah Ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa dosa orang tua kami, dan bagi semua orang Islam laki-laki dan perempuan, orang orang mukmin laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya Engkau dzat Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Maha suci Engkau, Tuhan segala kemuliaan. Suci dari segala apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir. Semoga kesejahteraan atas para Rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.

Itulah bacaan doa setelah sholat Zuhur. Selain itu, Fahrur Muis dalam bukunya Bahagianya Apabila Solatmu Diterima Allah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW kadangkala membaca surat Al Ala, Al Buruj, dan At Tariq ketika melaksanakan sholat Zuhur.

Oleh karena itu, umat muslim dapat membacanya sebagai bacaan surat ketika sholat maupun membacanya setelah melaksanakan sholat Zuhur sebagai amalan tadarus Al-Qur’an.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Iftitah Allahu Akbar Kabiro Walhamdulillahi Katsiro



Jakarta

Bacaan allahu akbar kabiro walhamdulillahi katsiro merupakan penggalan salah satu doa iftitah yang diajarkan Rasulullah SAW. Doa ini dibaca setelah takbiratul ihram sebelum membaca surah Al Fatihah.

Hal ini secara langsung dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dalam Kitab al-Adzkar bahwa banyak hadits yang secara keseluruhan menyatakan setelah melakukan takbiratul ihram hendaknya orang tersebut mengucapkan,

اللهُ أَكْبَر كَبِيرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً


Allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw washilaa

Artinya: “Allah Mahabesar lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah sepanjang pagi dan petang.” (Hadits ini dianggap shahih oleh Ibnu Khuzaimah, HR Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Imam an-Nawawi juga memaparkan bacaan doa setelah takbiratul ihram dengan lafaz berikut:

وَجَّهْتُ وَجُمِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شريك له وبذلك أُمِرْتُ وأنا من المُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفُتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جميعًا لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لأخستنها إِلَّا أَنتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّهَا إِلَّا أَنتَ لَتَيْك وَسَعْدَيكَ وَالْخَيْرُ كله في يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أنا يك واليك تباركت وتعاليت أستغفرك وأتوب إليك

Arab latin: Wajjahtu wajhiya lilladzii fataras samawaati wal ardha haniifa wamaa anaa minal musyrikiin. inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil aalamiin. laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin. Allahumma antal maliku laa ilaha illa anta anaa abduka zhalamtu nafsii wa’taraftu bidzanbii faghfirlii dzunuubii jamii’aa, laa yaghfirudz dzunuuba illa anta, wahdinii liahsanil akhlaaqi, laa yahdii liahsanihaa ilaa anta, washrif ‘annii sayyiahaa la yashrifu ‘annii sayyi’ahaaa illa anta, labbaika wasa’daika walkhairu kulluhu fiiyadaika, wassyarru laisa ilaika, anaa bika wailaika, tabaaraka wata’aalaita, astagfiruka wa atuubu ilaika.

Artinya: “Sesungguhnya aku menghadapkan mukaku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan berserah diri dan bukanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Karena itu aku rela diperintah dan aku adalah golongan orang Islam. Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Tuhan selain Engkau. Engkaulah Tuhanku sedangkan aku adalah hamba-Mu. Aku telah berbuat aniaya terhadap diriku dan mengakui dosaku. Karena itu, ampunilah seluruh dosa-dosaku. Karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau. Berilah aku petunjuk terhadap budi pekerti yang terbaik, dan tiada yang dapat menunjukkan yang terbaik kecuali Engkau. Hindarkanlah aku dari keburukan budi pekerti, di mana tiada yang dapat menghindarkanku darinya kecuali Engkau. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, dan aku patuhi perintah-Mu ya Allah. Seluruh kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu, dan kejahatan tidak dinisbatkan kepada-Mu. Aku hanya dapat hidup dengan-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Mahaberkah Engkau dan Mahatinggi, aku mohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.” (Hadits ini shahih, HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ahmad dan semuanya berasal dari hadits Ali bin Abi Thalib)

Imam an-Nawawi juga menjelaskan bahwa banyak sekali hadits yang memberi penjelasan mengenai bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Di antaranya hadits Aisyah RA, “Apabila Rasulullah SAW telah membaca doa iftitah, maka beliau mengucapkan,

اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

Artinya: “Mahasuci Engkau ya Allah, dan aku memuji-Mu, dengan kesucian nama- Mu, Mahaagung kebesaran-Mu, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, dianggap shahih oleh Ibnu Khuzaimah)

Merangkum detikHikmah, ada beberapa syarat dalam membaca doa iftitah, di antaranya:

1. Salat yang dikerjakan selain salat jenazah, walaupun salat jenazahnya di atas kuburan atau salat gaib (mayatnya berada di daerah yang jauh dari daerahnya orang yang menyalati).

2. Waktunya cukup untuk mengerjakan salat (beserta membaca doa iftitah). Jika waktunya sempit atau terbatas, maka boleh untuk tidak membaca doa iftitah bahkan harus melaksanakan yang wajib-wajib saja.

3. Saat menjadi makmum tidak khawatir ketinggalan sebagian surat al-Fatihah seandainya ia membaca doa iftitah.

4. Saat menjadi makmum, ia tidak menjumpai imam di selain posisi berdiri. Jika ia menjadi makmum masbuk dan menjumpai imam di selain posisi berdiri semisal ruku’, sujud dan seterusnya, maka tidak disunnahkan membaca doa iftitah, akan tetapi ia langsung menyusul ke posisi imam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Iftitah Latin, Sunnah Dibaca setelah Takbiratul Ihram


Jakarta

Doa iftitah latin adalah bacaan dalam salat yang dilafalkan setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surah Al Fatihah. Jumhur ulama menyebut, membaca doa iftitah hukumnya sunnah.

Hukum membaca doa iftitah ini turut dijelaskan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Fatawa Arkanul Islam. Kesunnahan ini berlaku baik dalam salat fardhu maupun sunnah, untuk imam maupun makmum.

Adapun, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam Kitab Minhajul Muslim menyebut hukum membaca doa iftitah dalam salat adalah sunnah ghairu muakkad. Hal ini disepakati oleh ulama Syafi’iyah, sebagaimana termuat dalam Kitab al-Fiqhu al-Madzahib al-Arba’ah, al-Juz’ al-Awwal, Kitab ash-Shalah.


Dalil kesunnahan membaca doa iftitah bersandar pada hadits yang berasal dari Abu Hurairah RA. Ia mengatakan,

كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبَّر في الصلاة؛ سكتَ هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛ أرأيت سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره

Artinya: “Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika salat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa iftitah).” (HR Muttafaqun ‘alaih)

Lebih lanjut dijelaskan, yang harus dibaca seseorang dalam iftitah adalah membaca bacaan yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Bacaannya ada beberapa macam. Dua di antaranya diawali dengan allahu akbar kabiro dan allahumma baid baini.

Menurut Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Kitab Ashlu Shifati Shalaatin Nabiyyi shallaahu ‘alaihi wa sallam, doa iftitah yang diawali dengan allahumma baid baini adalah doa yang sanadnya paling shahih.

Bacaan Doa Iftitah Latin

Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod

Artinya: “Ya Allah, jauhkan lah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkan lah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cuci lah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selain itu, bisa juga membaca doa iftitah latin yang diawali dengan allahu akbar kabiro. Doa ini termuat dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi. Berikut bacaan latin dan artinya,

Allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw washilaa

Artinya: “Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah sepanjang pagi dan petang.” (Hadits ini dianggap shahih oleh Ibnu Khuzaimah, HR Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Keutamaan Membaca Doa Iftitah

Doa iftitah memiliki sejumlah keutamaan. Salah satunya dapat membuka pintu-pintu langit, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat yang berasal Ibnu Umar RA yang berkata,

“Ketika kami salat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba seseorang mengucapkan ‘Allahuakbar kabira walhamdu lillahi katsira wasubhanalla hibukratawwa ashiilan’ (doa iftitah). Selesai salat, Rasulullah SAW bertanya, ‘Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?’ Seorang sahabat menjawab, ‘Saya, wahai Rasulullah.’ Beliau lalu bersabda, ‘Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu’ Kata Ibnu Umar, ‘Maka aku tak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah SAW mengucapkan hal itu.'” (HR Muslim)

Doa iftitah menjadi salah satu doa yang senantiasa dibaca Rasulullah SAW saat mengerjakan salat malam. Dalam Kitab Adzkaar al-Muttaqin min Kitaabillah wa Shahih al-Haditsi Imam karya Syekh Irfan bin Sulaim al-Asya Hasunah al-Dimasyqiy, terdapat hadits yang berbunyi,

Dari Abu Salmah bin Abdurrahman bin Auf ia berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah Ummul Mukminin. Dengan bacaan apa Nabi memulai salatnya apabila ia bangun dari tidur di malam hari?” Aisyah berkata, “Apabila bangun dari tidur malam, maka Rasulullah membaca doa iftitah dalam salatnya.”

(kri/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Setelah Sholat Witir Lengkap dengan Tata Cara Pelaksanaannya


Jakarta

Sholat Witir merupakan salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Usai mendirikan sholat sunnah ini, Rasul SAW juga mengajarkan doa setelah sholat Witir yang dapat dibaca umat Islam.

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dalam Kitab Ash-Shalat menjelaskan sholat Witir adalah sunnah yang paling ditekankan (sunnah muakkad).

Bahkan ada sebagian ulama yang menyebutkan bahwa hukum sholat Witir yaitu wajib. Meski demikian, Witir bukanlah sholat wajib. Jumhur ulama mengungkapkan Witir sebatas sholat sunnah yang begitu dianjurkan untuk dilaksanakan.


Untuk waktu pelaksanaannya, sholat Witir bisa mulai dikerjakan setelah sholat Isya hingga sebelum terbit fajar. Jika seorang muslim meyakini bahwa dirinya mampu mengerjakan sholat Witir di akhir malam atau di sepertiga malam terakhir, maka itu merupakan waktu lebih utama baginya.

Namun bila seseorang tidak yakin bisa melaksanakan Witir di sepertiga malam terakhir, maka baginya lebih baik mendirikan sholat Witir sebelum tidur.

Adapun jumlah rakaat sholat Witir paling sedikitnya adalah satu rakaat, dan yang paling banyak sejumlah 11 atau 13 rakaat.

Bagi detikers yang mau mendirikan sholat Witir tapi tidak tahu cara pelaksanaannya, simak tata cara dan doa setelah sholat Witir di uraian bawah ini.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Witir

Masih dari Kitab Ash-Shalat, cara pelaksanaan sholat Witir utamanya dilakukan per dua rakaat sejumlah rakaat Witir yang ingin dikerjakan. Baru kemudian melaksanakan sholat satu rakaat di akhir sebagai bilangan ganjil atau Witir penutupnya.

Berikut tata cara sholat Witir per dua rakaat dan satu rakaat:

Tata Cara Sholat Witir Dua Rakaat

  1. Berniat dalam hati, dengan bacaan; أَصَلَّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلَّهِ تَعَالَى. Latin: Ushalli sunnatal witri rak’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’aala. Artinya: “Saya (berniat) mengerjakan sholat sunnah Witir dua rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”
  2. Dimulai dengan takbiratul ihram, seraya mengucap “Allaahu Akbar”.
  3. Membaca Surat Al-Fatihah.
  4. Membaca Surat Al-Qur’an lainnya.
  5. Rukuk dengan tuma’ninah, sambil membaca doanya.
  6. I’tidal dengan tuma’ninah dan melafalkan doanya.
  7. Sujud pertama dengan tuma’ninah, sembari membaca doa.
  8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, juga membaca doanya.
  9. Sujud kedua dengan tuma’ninah, dan membaca doa.
  10. Bangun atau berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua.
  11. Rakaat kedua dilakukan dengan mulai membaca Surat Al-Fatihah hingga sujud kedua seperti urutan di atas.
  12. Kemudian duduk tasyahud akhir, dan membaca doanya.
  13. Terakhir salam dengan menoleh ke kanan dan kiri dengan membaca “Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh”.

Tata Cara Sholat Witir Satu Rakaat

Setelah melakukan sholat per dua rakaat, kamu bisa lanjut melaksanakan sholat satu rakaat sebagai penutup Witir-nya. Berikut tata cara sholat Witir satu rakaat:

  1. Berniat dalam hati, dengan bacaan; أَصَلَّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اللَّهِ تَعَالَى. Latin: Ushali sunnatal witri rak’atan mustaqbilal qiblati lillaahi ta’aala. Artinya: “Saya berniat sholat sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”
  2. Dimulai dengan takbiratul ihram, seraya mengucap “Allaahu Akbar”.
  3. Membaca Surat Al-Fatihah.
  4. Membaca Surat Al-Qur’an lainnya.
  5. Rukuk dengan tuma’ninah, sambil membaca doanya.
  6. I’tidal dengan tuma’ninah dan melafalkan doanya.
  7. Sujud pertama dengan tuma’ninah, sembari membaca doa.
  8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, juga membaca doanya.
  9. Sujud kedua dengan tuma’ninah, dan membaca doa.
  10. Lalu duduk tasyahud akhir, dan membaca doanya.
  11. Terakhir, salam.

Doa Setelah Sholat Witir: Arab, Latin, dan Arti

Setelah melaksanakan sholat Witir, berikut bacaan doa yang bisa detikers amalkan sebagaimana dikutip dari kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi:

سُبْحَانَ المَلِكِ القُدَّوْسِ 3x

سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ المَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ

اللَّهُم إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَأَعُوْذُ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِينًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيرَنَا يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Latin: Subhaanal malikil qudduus 3x

Subbuuhun qudduusun rabbunaa wa rabbul malaaikatu war ruuh

Allahumma innii a’uudzu bi ridhaaka min sakhathika wa a’uudzu bi mu’aafaatika wa a’uudzu bika laa uhshii tsanaa-an ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘ala nafsika

Allaahumma innaa nas-aluka iimaanan daa-iman. Wanas- aluka qalban khaasyi’an. Wanas-aluka ‘ilman naafi’an. Wanas-aluka yaqiinan shaadiqan. Wanas-aluka ‘amalan shaalihan. Wanas-aluka diinan qayyiman. Wanas-aluka khairan katsiiran. Wanas-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah. Wanas-aluka tamaamal ‘aafiyah. Wanas-alukasy syukra ‘alal ‘aafiyati, wanas-alukal ghinaa-a ‘anin naas. Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa waqiyaamanaa watakhassyu’anaa watadharru’anaa wata’abbudanaa watammim taqshiiranaa yaa allaah yaa allaah yaa allaah yaa arhamar raahimiin. Wasallallaahu ‘alaa khairi khalqihii muhammadin wa ‘alaa aalihii wasahbihii ajma’iina walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiina

Artinya: “Maha Suci Raja yang Maha Kudus 3x.”

“Maha Suci Tuhan kami, Tuhan segala malaikat dan roh.”

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada ridha-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung kepada ampunan-Mu dari siksaan-Mu, serta aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak dapat menghitung pujian kepada-Mu, Engkau adalah seperti pujian yang Engkau tujukan untuk diri-Mu.”

“Ya Allah Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu iman yang kekal, dan kami memohon kepada-Mu agar hati kami khusyuk, dan kami mohon kepada-Mu berikan ilmu yang bermanfaat, tetapkan keyakinan kami, amal yang sholeh, tetapkan agama Islam di hati kami, limpahkan kebaikan, ampunilah kami, berilah kesehatan, dan rasa cukup kepada kami. Ya Allah Tuhan kami, terimalah sholat kami, puasa kami, ruku’ kami, khusyuk kami, dan pengabdian kami. Sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama sholat, ya Allah, ya Allah, ya Allah, Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang! Limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan kepada semua sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Doa sholat Witir di atas berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Dawud [1423] dan Ibnu Sinni [711] dari sahabat Ubay bin Ka’ab. Serta berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud [1427], Tirmidzi [3561], dan Nasa’i [3/249] dari sahabat Ali bin Abi Thalib.

Demikian dzikir dan doa setelah sholat Witir lengkap dengan tata cara pelaksanaan sholat Witir.

(fds/fds)



Sumber : www.detik.com

Doa Allahumma Inni As Aluka ‘Ilman Naafi’an: Arti dan Keutamaannya


Jakarta

Dalam Islam terdapat suatu bacaan doa yang berlafazkan “Allahumma inni as aluka ‘ilman naafi’an…”. Tahukah detikers, doa ini punya keutamaan yang luar biasa?

Dilansir kitab Fiqh As-Sunnah li An-Nisa, Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim menyebutkan bacaan ‘Allahumma inni as aluka ‘ilman naafi’an…’ merupakan salah satu doa yang bisa dibaca dalam susunan doa setelah sholat.

Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar mengungkap bahwa doa tersebut kerap dibaca Nabi SAW sesudah sholat, tepatnya setelah sholat Subuh.


Beliau SAW mengucapkan doa “Allahumma inni as aluka ‘ilman naafi’an…” setelah sholat Subuh lantaran sesudah Subuh menjelang pagi adalah waktu berdoa dan berdzikir yang paling mulia di siang hari.

Selain itu, momen setelah sholat juga merupakan waktu mustajab berdoa. Sehingga doa yang diucapkan sesudah sholat akan dikabulkan oleh Allah SWT.

Sebagaimana sabda Rasul SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan sahabat Abu Umamah RA. Ia berkata bahwa Nabi SAW ditanya oleh seseorang, ‘Ya Rasulullah, doa apakah yang paling didengar?’ Beliau SAW menjawab, “Doa pada malam terakhir (sebelum Subuh) dan pada akhir sholat-sholat wajib.” (HR Tirmidzi)

Doa Allahumma Inni As Aluka ‘Ilman Naafi’an: Tulisan Arab, Latin, dan Artinya

Berikut tulisan Arab, latin, dan arti dari bacaan doa setelah sholat Subuh ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Latin: Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima.”

(Doa ini diriwayatkan Ahmad [6/294], Ibnu Majah [925], Ibnu Sinni [108], dan Nasa’i [102] dari Ummu Salamah. Di mana dikatakan bahwa Nabi SAW mengucapkan doa tersebut sesudah sholat Subuh.)

Keutamaan Doa Allahumma Inni As Aluka ‘Ilman Naafi’an

Masih dikutip dari kitab Al-Adzkar, doa “Allahumma inni as aluka ‘ilman naafi’an…” yang diucapkan Rasul SAW punya keistimewaan besar. Keutamaannya terletak pada waktu dibacakannya doa tersebut, yakni sesudah sholat Subuh sampai terbitnya matahari.

Anas bin Malik RA mengatakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, “Barang siapa sholat Subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu ia sholat dua rakaat, maka hal itu sama pahalanya dengan pahala sekali haji dan sekali umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR Tirmidzi [586])

Demikian bacaan doa “Allahumma inni as aluka ‘ilman naafi’an…” beserta keutamaannya. Jangan lupa mengamalkan doa tersebut setelah sholat Subuh ya, detikers.

(fds/fds)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Iftitah yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW


Jakarta

Doa iftitah adalah doa yang dipanjatkan saat salat setelah takbiratul ihram. Hukum membacanya adalah sunnah dan tak perlu melakukan sujud sahwi bila tak sengaja lupa untuk membacanya.

Menurut Kusnadi S.Ag M.Ag M.AHum dalam bukunya yang berjudul buku QnA Persoalan Islam, doa iftitah memiliki banyak bentuk. Berdasarkan riwayat-riwayat hadits, ada sebanyak 5 jenis doa iftitah yang bisa diamalkan.

Berikut 5 doa iftitah yang bisa dipakai saat melaksanakan salat sunnah maupun salat wajib.


5 Versi Bacaan Doa Iftitah dan Artinya

Doa Iftitah 1

Berikut doa iftitah yang pertama berdasarkan hadits riwayat Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Arab-latin: Subhaanakallahumma wa bi hamdika wa tabaarokasmuka wa ta’aalaajadduka wa laa ilaha ghoiruk.

Artinya: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.

Doa Iftitah 2

Doa iftitah selanjutnya berdasarkan hadits riwayat Muslim. Doa ini dibaca ketika Rasulullah SAW melakukan salat malam.

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Arab-latin: Allahumma robba jibroo-iila wa mii-ka-iila wa isroofiila, faathiros samaawati wal ardhi ‘aliimal ghoibi wasy syahaadah anta tahkumu bayna ibaadika fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun, ihdinii limakhtulifa fiihi minal haqqi bi-idznik, innaka tahdi man tasyaa-u ilaa shirootim mustaqiim.

Artinya: Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang gaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum untuk memutuskan apa yang mereka pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.

Doa Iftitah 3

Doa iftitah ini mungkin tak asing ditelinga pembaca. Doa ini umum dipakai oleh umat Islam ketika awal diajari salat oleh orang tuanya.

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا.

Arab-latin: Allahu akbar, kabirau walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila

Artinya: Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore.

أنى وجهت وجهي للذى فطر السموات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين

Arab-latin: inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin

Artinya: Kuhadapkan wajahku kepada zat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah.

ان صلاتى ونسكى ومحياي ومماتى لله رب العالمين لاشريك له وبذلك امرت وانا من المسلمين

Arab-latin: inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin

Artinya: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.

Doa Iftitah 4

Nabi Muhammad SAW juga membaca doa iftitah pendek lainnya seperti hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Arab-latin: Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.

Artinya: Ya Allah, jauhkan lah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.

Doa Iftitah 5

Berdasarkan hadis riwayat Abu Daud, Rasulullah pernah mengamalkan doa iftitah ini:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ نَفْخِهِ وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ

Arab-latin: Allahu akbar kabiiro, allahu akbar kabiiro, allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, walhamdulillahi katsiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw washilaa, wa subhanallahi bukrotaw washilaa, wa subhanallahi bukrotaw washilla a’udzu billahi minasy syaithooni min nafkhihi, wa naftshihi, wa hamzih.

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Aku berlindung kepada Allah dari tiupan, bisikan, dan godaan setan.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com