Tag Archives: sifat tercela

Hadits tentang Hasad dan Bahayanya, Naudzubilah Min Zaalik!


Jakarta

Hasad tergolong ke dalam penyakit hati yang harus dihindari oleh kaum muslimin. Bahkan dalam sebuah hadits, hasad dapat memakan kebaikan sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR Abu Dawud)

Menukil dari buku Mutiara Akhlak Tasawuf susunan Dr Sahri MA, dijelaskan dalam kitab mutiara Ihya’ Ulum al-din bahwa hasad merupakan akibat dari dendam. Sementara itu, dendam adalah akibat dari marah.


Dalam Islam, hasad diartikan sebagai perasaan iri hati dan dengki. Rizem Aizid melalui bukunya yang bertajuk Tartil Al-Quran untuk Kecerdasan dan Kesehatan menyebut bahwa sifat hasad bahkan dimiliki oleh iblis. Karenanya, sang rasul melarang kaum muslimin memiliki sikap tersebut.

Hadits tentang Sifat Hasad

Berikut sejumlah hadits yang membahas tentang sifat hasad seperti dikutip dalam buku Kumpulan 70 Hadits-Hadits Pilihan karya Dr Muhammad Murtaza bin Aish Muhammad.

1. Hadits Larangan Iri Hati

“Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka tidak boleh menzaliminya, melantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim haram darahnya bagi Muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Hadits Waspada terhadap Hasad

“Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki), sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.” (HR Abu Daud)

3. Hadits Hasad sebagai Penyakit

“Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR Tirmidzi)

4. Hadits Perkara yang Memperbolehkan Iri Hati

“Tidak ada iri hati dan dengki kecuali terhadap dua hal, yaitu seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR Bukhari dan Tirmidzi)

Bahaya Sifat Hasad

Mengutip buku Maaf Tuhan, Saya Khilaf! oleh Ahfa Wahid, ada sejumlah bahaya sifat hasad yang merujuk pada kitab Thariqah Muhammadiyah, antara lain sebagai berikut:

1. Membuka Pintu Maksiat

Ketika ketaatan seseorang telah hilang, maka sifat iri dan dengki yang dimiliki telah berada di tingkatan yang sama dengan iblis. Jadi, setiap perbuatannya akan berpaling dari Allah SWT karena iri hati dapat membawa seseorang melakukan perilaku maksiat.

2. Menghalangi Diri dari Syafaat

Seseorang yang memiliki sifat iri hati tidak akan mendapat syafaat. Mengapa demikian? Sebab, ketika di dunia ia telah menolak pertolongan diri dari Rasulullah SAW dengan berbuat iri terhadap orang lain.

Padahal, syafaat Rasulullah SAW merupakan pertolongan yang dapat menyelamatkan umat muslim ketika di akhirat kelak kala kesedihan dan bencana menimpa kita.

3. Membutakan Hati

Bahaya sifat hasad juga dapat membutakan hati seseorang hingga tidak lagi mempedulikan syariat dan hukum Allah SWT. Ketika hati seorang buta, maka ia akan benar-benar tersesat seperti orang yang berjalan tanpa arah.

4. Menjerumuskan Diri ke dalam Neraka

Bahaya dari sifat iri hati lainnya ialah menjerumuskan diri ke dalam neraka. Iri hati merupakan alat penghapus amal yang baik, sehingga mustahil bagi kita untuk masuk surga jika masih memiliki sifat iri dan dengki.

5. Membahayakan Orang Lain

Sifat iri hati tidak hanya membahayakan diri sendiri, melainkan juga orang lain. Ketika seseorang merasa iri, ia akan berusaha mencari segala cara agar nikmat yang dimiliki oleh orang lain akan hilang.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits tentang Bahaya Riya, Salah Satunya Dapat Membatalkan Amal Saleh


Jakarta

Riya atau pamer adalah perbuatan tercela yang harus dihindari oleh manusia. Kata riya berasal dari bahasa Arab ra’a-yara-ruyan-wa ru’yatan yang artinya melihat.

Menukil Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4 tulisan Syaikh Muhammad al-Utsaimin, riya dalam Islam identik dengan mereka yang beribadah kepada Tuhannya agar dilihat orang lain dan menuai pujian. Mereka yang riya tidak ikhlas semata mengharap ridha Allah SWT dalam mengerjakan amalnya.

Padahal, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah dengan hati yang tulus sebagaimana dikatakan dalam surah Al Bayyinah ayat 5,


وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).”

Adapun, terkait larangan riya juga disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 264 dengan bunyi sebagai berikut,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir.”

Selain surah Al-Qur’an, ada juga sejumlah dalil dari Al-Hadits yang menyebutkan tentang riya. Ini menunjukkan betapa bahayanya riya bagi umat manusia.

Hadits tentang Bahaya Riya

Mengutip buku Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan oleh Syaikh Fathi Ghanim, berikut sejumlah hadits yang membahas tentang riya.

1. Hadits Riya Lebih Bahaya dari Fitnah Dajjal

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebut bahwa riya lebih berbahaya ketimbang fitnah dajjal. Beliau berkata,

“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata, “Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya.” (HR Ibnu Majah)

2. Hadits Riya Adalah Perbuatan yang Merusak

Perbuatan riya dikatakan lebih merusak daripada serigala menyergap domba. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,

“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dan dilepaskan di tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Darimi, dan yang lainnya dari Ka’ab bin Malik)

3. Hadits Riya Dapat Menghapus dan Membatalkan Amal Saleh

Riya dapat menghapus hingga membatalkan amal saleh yang telah dikerjakan oleh seorang muslim. Salat mereka dikatakan tidak akan diganjar pahala oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda,

“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Bagaimana Cara Menghindari Perbuatan Riya?

Mengutip buku Aqidah Akhlak tulisan Taofik Yusmansyah, berikut sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menghindari sifat riya.

  • Selalu berbuat baik di hadapan orang banyak maupun tidak ada orang sama sekali. Yakin bahwa Allah SWT Maha Mengetahui
  • Meminta perlindungan dan selalu berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya
  • Jangan merasa bangga dengan kelebihan yang dimiliki, jadikan hal tersebut sebagai alasan untuk lebih bersyukur kepada Allah SWT
  • Berbuat sewajarnya dalam berbagai hal, tidak dilebih-lebihkan ataupun dikurangi
  • Tidak membicarakan perbuatan yang pernah dilakukan kepada orang lain, terlebih jika hanya ingin mendapat pujian

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Tabarruj Bahaya bagi Muslimah, Jangan Sampai Dilakukan!



Jakarta

Dalam Al-Qur’an, tabarruj disebutkan pada dua ayat surat yang berbeda. Pertama, tabarruj tercantum dalam Surat An Nur ayat 60, Allah SWT berfirman:

وَٱلْقَوَٰعِدُ مِنَ ٱلنِّسَآءِ ٱلَّٰتِى لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَٰتٍۭ بِزِينَةٍ ۖ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Arab latin: Wal-qawā’idu minan-nisā`illātī lā yarjụna nikāḥan fa laisa ‘alaihinna junāḥun ay yaḍa’na ṡiyābahunna gaira mutabarrijātim bizīnah, wa ay yasta’fifna khairul lahunn, wallāhu samī’un ‘alīm


Artinya: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana,”

Sementara itu, yang kedua terdapat dalam Surat Al Ahzab ayat 33.

وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Arab latin: Wa qarna fī buyụtikunna wa lā tabarrajna tabarrujal-jāhiliyyatil-ụlā wa aqimnaṣ-ṣalāta wa ātīnaz-zakāta wa aṭi’nallāha wa rasụlah, innamā yurīdullāhu liyuż-hiba ‘angkumur-rijsa ahlal-baiti wa yuṭahhirakum taṭ-hīrā

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya,”

Menurut Tafsir Kementerian Agama (Kemenag RI) pada Surat Al Ahzab ayat 33 Allah SWT memerintahkan istri nabi untuk tetap tinggal di rumah mereka masing-masing dan tidak keluar kecuali bila ada keperluan. Mereka juga dilarang memamerkan perhiasannya dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah masa dahulu sebelum zaman Nabi SAW.

Apa yang Dimaksud Tabarruj?

Dalam buku Fikih Sunnah Jilid 3 tulisan Sayyid Sabiq, tabarruj diartikan sebagai upaya untuk menampakkan apa yang harus disembunyikan. Asal mula makna tabarruj ini keluar dari menara yang artinya istana.

Selain itu, kata tabarruj mengacu pada keluarnya perempuan dari rasa malu, menampakkan sisi-sisi yang menarik dari dirinya, dan memperlihatkan keelokan-keelokan pada tubuhnya. Sementara dalam buku Perempuan Bertanya, Fikih Menjawab yang disusun oleh Nurul Asmayani, tabarruj identik diartikan dengan berhias.

Makna tabarruj semakin meluas dan didefinisikan sebagai keluarnya muslimah dari kesopanan dengan menampakkan auratnya sehingga menyebabkan fitnah. Mujahid mengartikan tabarruj sebagai seorang wanita yang keluar dan berjalan di hadapan laki-laki.

Adapun, Qatadah mengatakan tabarruj adalah wanita yang cara berjalannya dibuat-buat untuk menunjukkan keelokannya. Definisi tabarruj menurut Muqatil ialah melepas kerudung dari kepalanya sehingga kalung dan lehernya tampak semua.

Menurut buku Ternyata Kita Tak Pantas Masuk Surga oleh H Ahmad Zacky El-Syafa, tabarruj dalam pandangan sar’i adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditunjukkan wanita kepada mata-mata orang yang bukan mahram. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tabarruj adalah segala perbuatan berhias yang berlebih-lebihan sehingga mengundang syahwat dari lawan jenis.

Tabarruj bukan saja karena tidak menutup aurat, melainkan berhias yang bertujuan menarik syahwat kaum lelaki. Kategori wanita bisa dikatakan tabarruj jika mempertontonkan bagian tubuhnya di depan lelaki yang bukan suaminya.

Selain itu, jika wanita tersebut menampakkan perhiasan yang seharus tertutup di dalam kerudung bisa disebut tabarruj. Melenggok-lenggokkan badan ketika berjalan juga termasuk ke dalam tabarruj.

Bahaya Sikap Tabarruj bagi Muslimah

Setelah mengetahui makna tabarruj, berikut ini akan dipaparkan mengenai bahaya dari tabarruj dan keburukan yang terkandung di dalam sikap tersebut seperti dikutip dari buku Jilbab Itu Cahayamu susunan Dr Muhammad ibn Ismail al-Muqaddam.

Yang pertama, tabarruj termasuk ke dalam dosa besar. Ini sesuai dengan sebuah hadits Nabi SAW yang kala itu datang Umamah binti Raqiqah kepada beliau untuk berbaiat atas Islam.

Rasulullah bersabda,

“Saya membaiatmu untuk tidak mempersekutukan Allah, dan janganlah kamu mencuri, jangan berzina, jangan membunuh anakmu, jangan berbuat dusta yang kamu ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, jangan berjalan sambil melenggak-lenggok, dan janganlah kamu berlebih-lebihan dalam berhias (tabarruj), sebagaimana perilaku pada jahiliyah dulu,”

Selain itu, tabarruj juga tergolong ke dalam sifat penghuni neraka. Ini sesuai dengan sebuah hadits Nabi SAW yang berbunyi,

“Terdapat dua golongan penghuni neraka yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi lalu mencantumkannya ke tubuh manusia. Kemudian sekelompok wanita yang mengenakan pakaian tetapi terlihat telanjang, berjalan melenggak-lenggok dan kepalanya bergoyang seperti goyangnya punggung unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan dapat mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu dapat tercium dalam jarak perjalanan segini-segini,” (HR Muslim).

Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah dalam bukunya yang bertajuk Hak dan Kewajiban Wanita Muslimah Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, juga menuturkan bahaya tabarruj lainnya yaitu membawa dampak buruk karena dapat mengundang fitnah.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com