Tag Archives: silaturahmi

Deretan Amalan Pembuka Pintu Rezeki bagi Muslim, Apa Saja Itu?


Jakarta

Allah SWT mengatur rezeki setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia. Sebagai muslim, sudah sepantasnya kita berikhtiar, bekerja keras, dan berdoa kepada Sang Khalik agar dilimpahkan rezeki oleh-Nya.

Dalam surah At Talaq ayat 3, Allah SWT berfirman:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا


Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Berkaitan dengan itu, ada beberapa amalan yang bisa dikerjakan muslim agar pintu rezekinya senantiasa dibukakan oleh Allah SWT. Apa saja amalan itu?

Amalan Pembuka Rezeki yang Bisa Dikerjakan Muslim

1. Salat Dhuha

Salat Dhuha adalah amalan sunnah yang dianjurkan bagi muslim pada pagi hari. Keutamaan dari salat ini adalah melancarkan rezeki seseorang.

Mengutip dari buku 7 Amalan Penarik Rezeki tulisan Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, melalui sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman:

“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (salat Dhuha), niscaya akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada hari akhirnya.” (HR Imam Al-Hakim dan ath-Thabrani)

2. Sedekah

Sedekah sangat dianjurkan bagi muslim kepada orang yang membutuhkan. Sedekah bisa dimulai dari orang yang menjadi tanggungannya, seperti anak, istri, dan orang tua.

Dari Abu Hurairah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW terkait sedekah yang paling utama. Dia berkata,

“Wahai Rasulullah, apakah sedekah yang paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah orang sedikit harta. Utamakanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Menurut buku The Ultimate Power of Shalat Dhuha oleh Zezen Zainal Alim, memperbanyak sedekah bisa mendatangkan rahmat dan membuka pintu rezeki. Nabi Muhammad SAW bersabda kepada Zubair bin Awwam,

“Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu di atas Arasy, yang dikirim oleh Allah Azza Wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang memperbanyak sedekah kepada orang lain, niscaya Allah SWT memperbanyak baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah SWT menyedikitkan baginya.” (HR Daruquthni dari Anas RA)

3. Membaca Surah Al Waqiah

Surah Al Waqiah dikenal sebagai surah kekayaan. Dijelaskan dalam buku Dahsyatnya Ayat-Ayat Pembuka Pintu Rezeki yang disusun Muhammad Hanafiyah, khasiat mengamalkan surah Al Waqiah secara rutin adalah baik untuk kebutuhan duniawi maupun ukhrawi.

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Barang siapa membaca surah Al Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kefakiran selama-lamanya.” (HR Imam Baihaqi)

4. Menjaga Tali Silaturahmi

Menjaga hubungan silaturahmi sangat penting dalam Islam. Dalam buku Inilah Jalan Lurus, Jalan Hidup Nikmat Dunia-Akhirat oleh Mohammad Mufid, kesempatan iman seorang hamba ditentukan tidak hanya baiknya hubungan dengan Allah SWT melainkan juga sesamanya.

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya yang menyebut silaturahmi menjadi sebab dibukakannya pintu rezeki seseorang.

“Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR Bukhari)

5. Membaca Zikir Pembuka Rezeki

Ada beberapa zikir yang dapat dibaca untuk membuka rezeki. Diterangkan dalam buku Cara Kaya susunan Ahmad Zainal Abidin, hendaknya muslim memperbanyak bacaan “Laa haula walaa quwwata illaa billaah.”

Hal tersebut dijelaskan juga dalam hadits Rasulullah SAW,

“Barang siapa yang lambat datang rezekinya, hendaklah banyak mengucapkan laa haula walaa quwwata illaa billaah.” (HR Thabrani)

Kemudian dalam hadits lainnya disebutkan bahwa membaca surah Al Ikhlas ketika hendak masuk rumah akan menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah serta tetangganya. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Barang siapa membaca surah Al Ikhlas ketika masuk rumah, maka berkah bacaan menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan tetangganya.” (HR Thabrani)

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Ini Ciri-ciri Rumah yang Tidak Akan Dikunjungi Malaikat, Seperti Apa?


Jakarta

Rumah menjadi tempat berlindung bagi setiap manusia. Dalam Islam dikatakan bahwa malaikat berkunjung ke rumah untuk memberi berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Malaikat merupakan makhluk yang Allah SWT ciptakan dari cahaya. Terkait hal ini disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits berikut,

“Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.” (HR Muslim)


Menukil dari buku Mengundang Malaikat ke Rumah yang disusun Mahmud asy Syafrowi, malaikat menyukai rumah yang bersih dan wangi. Sebagaimana diketahui, Islam menjunjung tinggi kebersihan. Bahkan, syarat sah sejumlah ibadah adalah suci dari najis.

Berkaitan dengan itu, ada juga sejumlah ciri dari rumah yang enggan dikunjungi oleh malaikat. Seperti apa rumah itu?

Rumah yang Tidak Dikunjungi Malaikat

Abu Hudzaifah Ibrahim dan Muhammad Ash Shayim melalui kitab Buyuut La Tad Khuluha asy-Syayaathiin yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dkk menyebut beberapa ciri rumah yang membuat malaikat enggan berkunjung ke dalamnya. Seperti apa rumah itu?

1. Rumah Orang yang Memelihara Anjing

Ciri pertama dari rumah yang tidak ingin dikunjungi malaikat adalah yang di dalamnya terdapat anjing. Terkait hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW,

“Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang terdapat anjing di dalamnya.” (Muttafaq ‘Alaih dari Abu Thalhah Al Anshari)

Dalam riwayat lainnya dari Aisyah RA diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW memiliki janji temu bersama Jibril, tiba-tiba ia tidak datang karena ada seekor anak anjing di bawah tempat tidur. Rasulullah SAW bersabda,

“Allah tidak mungkin mengingkari janji-Nya, tetapi mengapa Jibril belum datang?”

Tatkala Rasulullah menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. “Kapan anjing ini masuk?” tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut, “Entahlah.” Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril.

“Mengapa engkau terlambat?” tanya Rasulullah kepada Jibril. Jibril pun menjawab, “Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung).” (HR Muslim)

2. Rumah yang Ada Lukisan dan Patung

Menurut kitab Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad SAW wa Maadza Yukrihu susunan Andan Tharsyah yang diterjemahkan Nur Faizah Dimyathi, Imam Nawawi melalui Keterangan Shahih Muslim berkata,

“Para ulama berpendapat bahwa sebab terhalangnya malaikat masuk ke dalam rumah yang ada gambarnya, karena itu merupakan perbuatan dosa sebab meniru ciptaan Allah, bahkan sebagian gambar ada yang disembah.” tulisnya.

Hadits terkait malaikat yang enggan masuk ke rumah karena ada patung disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW sebelumnya. Riwayat lainnya berbunyi sebagai berikut,

“Sesungguhnya mereka yang melukis gambar-gambar ini akan disiksa pada hari kiamat. Dan dikatakan kepada mereka, ‘Hidupkanlah apa yang telah kalian buat.’ Sesungguhnya rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar, tidak dimasuki malaikat.” (HR Bukhari)

3. Rumah yang Kotor

Rumah yang kotor juga tidak akan dikunjungi oleh malaikat. Dalam Islam, kebersihan disebut sebagian dari iman.

Malaikat menyukai aroma wangi dan akan merasa terganggu dengan bau busuk. Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR Bukhari dan Muslim)

4. Rumah Orang yang Jadi Pemutus Tali Silaturahmi

Silaturahmi artinya menghubungkan sesuatu yang memungkinkan terjadinya kebaikan, serta menolak sesuatu yang memungkinkan terjadinya keburukan dalam batas kemampuan. Keutamaan silaturahmi tercantum dalam hadits Nabi SAW, beliau bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Rumah yang Tidak Pernah Dibacakan Al-Qur’an

Rumah yang tidak pernah dilantunkan bacaan ayat suci Al-Qur’an, sholawat, dan semacamnya membuat malaikat enggan berkunjung. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Sirin, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur’an, maka lapanglah penghuninya, banyak kebaikan, malaikat menghadirinya dan setan-setan meninggalkannya. Sebaliknya, rumah yang tak dibacakan Al Qur’an, maka sempitlah penghuninya, sedikit kebaikannya, malaikat meninggalkannya dan setan-setan mendekatinya.” (HR Ibnu Sirin)

Rumah yang Tidak Dimasuki oleh Malaikat Rahmat

Mengacu pada sumber yang sama, ada juga beberapa rumah yang enggan dimasuki oleh Malaikat Rahmat, yaitu:

  1. Rumah yang tidak disebutkan Asma Allah
  2. Rumah yang banyak caci maki dan laknat di dalamnya
  3. Rumah yang ada lonceng
  4. Rumah yang digunakan minum khamr
  5. Rumah yang ditempati perjudian
  6. Rumah yang penghuninya hidup boros
  7. Rumah yang digunakan untuk kekejian atau dosa besar
  8. Rumah yang memakan riba
  9. Rumah orang yang durhaka kepada orang tua
  10. Rumah orang yang memakan harta anak yatim

Wallahu a’lam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Dalam Islam, silaturahmi dianjurkan agar umat Islam dengan sesamanya dapat terjaga. Silaturahmi tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim, melainkan juga umat manusia, hewan, hingga tumbuhan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra ayat 70,

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا


Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

“Silaturahim itu bukan hanya antar sesama manusia, silaturahim dengan binatang, pepohonan bahkan silaturahim dengan benda mati,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (28/3/2024).

Bahkan, silaturahmi tidak hanya kepada sesamanya yang hidup. Menurut Prof Nasaruddin Umar, kematian bukanlah penghalang untuk bersilaturahmi.

Karenanya, umat Islam yang masih hidup dianjurkan membaca doa bagi keluarga atau sesamanya yang telah wafat. Ini menjadi cara bersilaturahmi kepada mereka yang sudah meninggal dunia.

Prof Nasaruddin Umar menerangkan, konsep silaturahmi kepada sesama makhluk hidup seperti binatang dan pohon ini bahkan diterapkan oleh Rasulullah SAW. Contohnya seperti ketika beliau sedang bersembunyi di Gua Tsur karena dikejar oleh para algojo.

“Yang menyelamatkan nabi itu adalah burung merpati yang tiba-tiba bertelur. Kemudian laba-laba dia bersarang seolah-olah tidak ada orang yang masuk di situ (Gua Tsur),” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Peristiwa-peristiwa itu menjadi bukti pentingnya menjalin silaturahmi kepada sesama makhluk hidup. Tidak hanya sesama muslim juga umat manusia.

“Ini satu contoh bahwa silaturahmi itu bukan hanya untuk sesama manusia tetapi juga sesama makhluk,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia bisa saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB. Jangan terlewat!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam



Jakarta

Ramadan akan memasuki sepuluh hari terakhir. Dalam waktu kurang dari dua minggu, kaum muslimin akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran.

Momen itu digunakan untuk saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Tak jarang sebagian masyarakat Islam mengadakan halal bi halal sebagai salah satu cara bersilaturahmi.

Halal bihalal merupakan kata majemuk bahasa Arab dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Prof Nasaruddin Umar memaknainya sebagai melepas.


Tradisi halal bi halal di Indonesia sudah ada sejak tahun 1945. Dahulu, halal bi halal dimaknai sebagai memaafkan secara nasional dan secara religius.

“Halal bi halal itu kan kita mendatangi rumah orang tua kita, guru-guru kita, salam-salaman,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum yang tayang Jumat (29/3/2024).

Menurutnya, momentum silaturahmi saat Lebaran itu tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim. Melainkan juga umat beragama lain.

“Jadi silaturahim itu jangan hanya dibatasi untuk umat beragama Islam saja. Nonmuslim itu juga kita ajak, kayak makan ketupat Lebaran,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, silaturahmi tidak hanya kepada sesama manusia yang masih hidup, melainkan juga mereka yang telah meninggal dunia. Cara menjalin silaturahmi dengan orang yang sudah wafat bisa dengan menziarahi makamnya dan mengirimkan doa.

Apabila ada rezeki berlebih, Prof Nasaruddin Umar menganjurkan untuk sedekah kepada anak yatim dan meminta mereka mendoakan keluarga yang telah wafat, seperti orang tua. Doa-doa tersebut menjadi salah satu cara untuk silaturahmi.

Tujuan dari diperintahkan menjalankan silaturahmi adalah berkaitan dengan keharusan bagi setiap manusia untuk menjaga hubungan persaudaraan. Manusia diharapkan bisa saling menjaga, menyayangi, menghormati, dan saling menyelamatkan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

7 Hadits tentang Menjalin Silaturahmi yang Penuh Keutamaan


Jakarta

Menjalin silaturahmi adalah hal yang umum dilakukan oleh kaum muslimin terhadap orang terdekatnya. Baik itu keluarga, teman sejawat, saudara, kerabat, dan lain sebagainya.

Allah SWT bahkan sangat senang dengan hamba-Nya yang mengikat tali persaudaraan. Dalam sejumlah dalil bahkan disebutkan terkait keutamaan menjalin silaturahmi.

Menukil Keajaiban Shalat, Sedekah, dan Silaturahmi karya H Amirulloh Syarbini, istilah silaturahmi berasal dari dua kata gabungan dalam bahasa Arab, yaitu shilah dan ar-rahim. Secara bahasa kedua kata tersebut diartikan sebagai menghubungkan tali kekerabatan atau rasa kasih sayang terhadap sesama manusia.


Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 36,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Selain dalil Al-Qur’an, ada juga sejumlah hadits yang menerangkan tentang silaturahmi. Merangkum arsip detikHikmah dan buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 susunan Syaikh Mahmud Al-Mishri.

Kumpulan Hadits tentang Silaturahmi

1. Hadits Perintah Silaturahmi

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebut terkait perintah silaturahmi yang berbunyi:

“Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara.” (HR Bukhari)

2. Hadits Ancaman Memutus Tali Silaturahmi

Saking pentingnya silaturahmi, Allah SWT dan Rasulullah SAW bahkan menyebut terkait ancaman bagi orang yang memutus tali persaudaraan.

“Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Kuasa berfirman: Aku adalah yang Maha Pengasih (Ar-Rahman). Aku membuat ikatan persaudaraan dan memberinya nama dari namaKu. Jika siapa saja mempertahankan ikatan silaturahmi, mempertahankan hubungan dengannya. Dan Aku akan memutus hubungan dengan siapa saja yang memutuskan silaturahmi.” (HR Abu Daud)

3. Hadits Manfaat Silaturahmi

Silaturahmi mengandung berbagai keutamaan, termasuk manfaat bagi mereka yang melaksanakannya. Rasulullah SAW bersabda,

“Ketika tamu datang pada suatu kaum, maka ia datang dengan membawa rezekinya. Ketika ia keluar dari kaum, maka ia keluar dengan membawa pengampunan dosa bagi mereka.” (HR Ad-Dailami)

4. Hadits Silaturahmi Dapat Melapangkan Rezeki

Silaturahmi dapat mendatangkan rezeki bagi siapa saja. Nabi Muhammadd SAW bersabda,

“Barangsiapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

5. Hadits Silaturahmi Memperpanjang Umur

Selain mendapat rezeki, silaturahmi juga dapat memperpanjang umur kaum muslimin sebagaimana bunyi sabda Rasulullah SAW,

“Silaturahmi dapat menambah umur, sedangkan sedekah dengan sembunyi-sembunyi dapat meredam murka Allah.” (HR Ath-Thabrani)

6. Hadits Silaturahmi Sebagai Penghapus Dosa

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

7. Hadits Menjalin Silaturahmi Diganjar Surga

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR Bukhari)

(aeb/kri)

Sumber : www.detik.com

Image : unsplash.com/ David Rodrigo

7 Hadits tentang Berbuat Baik Kepada Tetangga



Jakarta

Berbuat baik dengan sesama adalah perintah Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur’an. Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk berbuat baik kepada tetangga.

Dalam surat Al Isra ayat 7, Allah SWT berfirman:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا


Artinya: Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.

Ayat ini menegaskan pentingnya berbuat baik terhadap sesama karena dampaknya akan kembali lagi ke diri kita. Untuk itu, usahakan setiap waktu untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan zalim.

Hadits tentang Berbuat Baik pada Tetangga

Mengutip buku Syarah Hadits Arba’in yang diterjemahkan Salafuddin Abu Sayyid dijelaskan setiap umat muslim wajib memuliakan tetangga. Setiap tetangga mempunyai hak tersendiri. Para ulama mengatakan, “Jika tetangga itu muslim sekaligus kerabat maka dia mempunyai tiga hak: Hak ketetanggaan, hak keislaman, dan hak kekerabatan. Jika dia seorang muslim yang bukan kerabat maka dia mempunyai dua hak. Dan, jika dia seorang kafir yang bukan kerabat maka ia mempunyai satu hak, yaitu hak ketetanggan.”

Melansir laman NU Online, ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang tetangga. Pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan orang-orang terdekat seperti tetangga.

1. Muliakan tetangga

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جارَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Muslim).

2. Tetangga seperti keluarga

Diriwayatkan dalam riwayat Imam al-Bukhari:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ. رواه البخاري

Artinya: “Dari Aisyah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Jibril terus mewasiatkanku perihal tetangga. Hingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris.” (Hadis riwayat Al-Bukhari)

3. Jangan menyakiti tetangga

Nabi Saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ وَفِي لِسَانُهَا شَيْءٌ يُؤْذِي جِيرَانَهَا سَلِيطَةٌ قَالَ: لاَ خَيْرَ فِيهَا هِيَ فِي النَّارِ وَقِيلَ لَهُ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَتَصَدَّقُ بِالأَثْوَارِ وَلَيْسَ لَهَا شَيْءٌ غَيْرُهُ وَلاَ تُؤْذِي أَحَدًا قَالَ: هِيَ فِي الْجَنَّةِ. رواه الحاكم

Artinya, “Dari Abu Hurairah ra ia berkata, ‘Dikatakan kepada Rasulullah saw: ‘Wahai Rasulullah Saw, Fulanah selalu salat malam dan puasa di siang harinya. akan tetapi, ia sering mencela tetangganya.’ Rasulullah saw bersabda: ‘Ia tidak baik, ia masuk neraka.’ Disebutkan kepada Rasulullah saw bahwa Fulanah hanya melaksanakan shalat wajib, puasa Ramadhan, dan bersedekah hanya secuil keju. Akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.’ Rasulullah Saw bersabda: ‘Ia masuk surga’.” (HR al-Hakim).

4. Berbuat baik pada tetangga

Rasulullah SAW bersabda:

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنه، أن النبي ﷺ يقول: خيرُ الأصحابِ عند اللهِ خيرُهم لصاحبِه، وخيرُ الجيرانِ عند اللهِ خيرُهم لجارِه”. أخرجه الترمذي

Artinya, “Dari Abdullah bin Amr ra, bahwa Nabi Saw bersabda, “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya.” (HR at-Tirmidzi).

5. Anjuran berbagi makanan dengan tetangga

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kaum muslimin di masa beliau, hendaknya apabila memasak makanan yang berkuah, agar diperbanyak kuahnya supaya bisa dibagikan kepada tetangganya. Beliau bersabda:

إذا طبخت مرقة فأكثر ماءها وتعاهد جيرانك. أخرجه مسلم

Artinya, “Jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan berikan sebagian pada para tetanggamu”. (HR Imam Muslim).

6. Menghargai tetangga

Nabi Saw pernah bersabda:

عن أبي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ـ قالَ: كَانَ النَّبِيُّ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ يَقُوْلُ: يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ لا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسَنَ شَاةٍ. رواه البخاري ومسلم

Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Wahai perempuan-perempuan muslimah, janganlah seorang tetangga yang meremehkan hadiah tetangganya meskipun berupa ujung kaki kambing.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

7. Bersikap baik kepada tetangga

Rasulullah SAW bersabda:

رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

Artinya, “Dari Abu Dzar ra, beliau berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun, meski kamu sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR Muslim)

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Perkara yang Membuat Pahala Amal Kebaikan Ditangguhkan



Jakarta

Ada suatu perkara yang membuat amal kebaikan seseorang ditangguhkan. Menurut hadits, perkara ini berkaitan dengan hubungan antar manusia.

Hadits yang menyebut ditundanya amal seseorang ini berasal dari Abu Hurairah RA yang meriwayatkan secara marfu’ sebagaimana termuat dalam al-Aẖādīts Al-Qudsiyyah karya Syaikh Fathi Ghanim. Kala itu, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa amalan seseorang akan diaudit pada hari Senin dan Kamis. Lalu, Allah SWT akan memberikan ampunan pada hari tersebut kecuali terhadap orang yang terlibat perselisihan. Amal mereka akan ditunda.

Disebutkan,


“Amalan-amalan akan diperlihatkan pada setiap Kamis atau Senin. Kemudian Allah SWT akan memberi ampunan pada hari itu kepada setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terdapat permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tunggulah kedua orang ini hingga keduanya berdamai.'”

Riwayat serupa juga termuat dalam Musnad Ahmad dan Shahih Muslim. Keduanya mengulang redaksi ‘tunda amal dua orang ini sampai keduanya berdamai’ sebanyak tiga kali. Nabi SAW bersabda,

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظُرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظُرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

Artinya: “Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Lalu diampuni seluruh hamba yang tidak berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan sesuatu apa pun. Kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan: Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang inin, sampai keduanya berdamai.”

Imam Malik juga meriwayatkan dalam kitab Al-Muwatha’ dari Abu Hurairah RA dengan dua riwayat. Salah satu riwayatnya sama dengan riwayat Muslim yang terakhir, hanya saja tidak ada keraguan. Dalam riwayat itu dikatakan, “Tinggalkanlah atau tunggulah keduanya hingga keduanya kembali (berdamai).”

Terkait hadits ditangguhkannya amal seseorang karena mendiamkan saudaranya, Abu Dawud mengatakan, apabila orang tersebut mendiamkan saudaranya karena Allah SWT, maka dia tidak termasuk dalam hadits ini.

Batas Waktu Mendiamkan Seseorang

Imam Bukhari meriwayatkan sejumlah hadits mendiamkan orang lain dalam kitabnya pada bab Tercelanya Perbuatan Mendiamkan. Salah satunya seperti yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Ansari dari Nabi SAW. Menurut hadits ini seseorang tidak boleh mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Rasulullah SAW bersabda,

لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ

Artinya: “Tidak halal bagi seorang laki-laki yang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu kemudian yang satu berpaling dan yang satunya lagi berpaling. Orang yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”

Dalam salah satu kitab syarah hadits populer, Al-Anfal, dikatakan, menurut Al-Khaththabi, seorang muslim boleh marah terhadap saudaranya dalam waktu tiga hari karena sedikitnya waktu tiga hari itu. Ia juga mengatakan, seseorang juga tidak boleh mendiamkan saudaranya kecuali karena Allah SWT.

Disebutkan dalam kitab Al-Wafi fi Asy-Syarh Al-Arba’in Imam an-Nawawi, mendiamkan seseorang lebih dari tiga hari karena urusan duniawi hukumnya haram. Namun, apabila mendiamkan seseorang karena Allah SWT maka boleh hukumnya jika itu dilakukan lebih dari tiga hari. Contoh mendiamkan karena Allah SWT ini karena disebabkan urusan agama.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Silaturahmi Berdasarkan Hadits, Salah Satunya Dilapangkan Rezekinya


Jakarta

Silaturahmi berarti menghubungkan tali kekerabatan atau rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 36,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”


Dalam buku Keajaiban Shalat, Sedekah, dan Silaturahmi susunan H Amirulloh Syarbini, istilah silaturahmi berasal dari dua kata gabungan bahasa Arab, yaitu shilah dan ar-rahim. Maknanya sendiri ialah karib-kerabat.

Silaturahmi tidak mengenal waktu dan dapat dilakukan kapan saja. Berkaitan dengan itu, ada sejumlah hadits yang menjelaskan tentang keutamaan silaturahmi.

Hadits Keutamaan Silaturahmi

Menukil dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 2 tulisan Syaikh Mahmud Al-Mishri, berikut sejumlah hadits keutamaan silaturahmi.

1. Dilapangkan Rezekinya

Selain mempererat tali persaudaraan, silaturahmi juga melapangkan rezeki seseorang sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits. Nabi SAW bersabda,

“Barangsiapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

2. Diganjar Surga

Menjalin silaturahmi merupakan amalan yang menyebabkan seseorang masuk surga. Disebutkan dalam hadits dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan seorang muslim ke dalam surga, ia menjawab:

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR Bukhari)

3. Diampuni Dosanya

Silaturahmi juga dapat menghapus dosa-dosa kaum muslimin yang mengerjakannya. Hal ini disebutkan dalam hadits yang berbunyi,

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

4. Memperpanjang Umur Seseorang

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Silaturahmi dapat menambah umur, sedangkan sedekah dengan sembunyi-sembunyi dapat meredam murka Allah.” (HR Ath Thabrani)

5. Dijauhkan dari Masa-masa Sulit

Memperbanyak silaturahmi akan dicukupkan kebutuhannya oleh Allah SWT, baik itu dari segi materi atau masalah lain. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Tidaklah sebuah keluarga yang gemar menyambung tali silaturahmi kemudian mereka akan meminta-minta.” (HR Ibnu Hibban)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Pentingnya Menjaga Silaturahmi


Jakarta

Silaturahmi mengandung banyak keutamaan. Dalam Islam, silaturahmi memiliki peran penting bagi kehidupan sehari-hari.

Mengutip buku Keajaiban Shalat, Sedekah dan Silaturahmi oleh Amirulloh Syarbini, para ulama mengartikan silaturahmi sebagai hubungan keluarga yang bertalian darah. Sementara itu, makna dari silaturahmi secara umum ialah menghubungkan sesuatu yang memungkinkan terjadinya kebaikan, serta menolak sesuatu yang memungkinkan terjadinya keburukan dalam batas kemampuan.

Dalil mengenai silaturahmi tercantum dalam surah An Nisa ayat 36,


وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Bahkan dalam sejumlah hadits juga ditekankan mengenai pentingnya menjaga silaturahmi bagi kaum muslimin.

Hadits tentang Pentingnya Menjaga Silaturahmi

Berikut sejumlah hadits mengenai pentingnya menjaga silaturahmi yang dikutip dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 karya Syaikh Mahmud Al-Mishri.

1. Perintah untuk Silaturahmi

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara.” (HR Bukhari)

2. Silaturahmi Mengandung Banyak Manfaat

Banyak keutamaan yang terkandung dalam silaturahmi, hal ini disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi:

“Ketika tamu datang pada suatu kaum, maka ia datang dengan membawa rezekinya. Ketika ia keluar dari kaum, maka ia keluar dengan membawa pengampunan dosa bagi mereka.” (HR Ad-Dailami)

3. Melapangkan Rezeki

Silaturahmi dapat melapangkan rezeki sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Barangsiapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

4. Jadi Penghapus Dosa

Dosa manusia yang melakukan silaturahmi akan terhapus. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dawud,

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

5. Diganjar Surga oleh Allah SWT

Nabi SAW bersabda,

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR Bukhari)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits Silaturahmi, Tegaskan Pentingnya Berbuat Baik pada Sesama


Jakarta

Silaturahmi menjadi amalan yang berbalas kebaikan. Dalam banyak hadits, Rasulullah SAW bahkan menjelaskan bahwa Allah SWT menjanjikan surga sebagai balasan bagi orang-orang yang menjaga silaturahmi.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman tentang perintah berbuat baik kepada orang lain. Hal ini menjadi bagian penting dari silaturahmi.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa’ ayat 36,


وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Dalam buku Qur’anic Healing oleh Ibnu Rusydi al-Maswani, dijelaskan bahwa menjalin silaturahmi merupakan bentuk nyata dari ketakwaan kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya menjaga silaturahmi. “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menyatakan untuk saling berbuat baik pada sesama. Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki, janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam.” (HR Bukhari)

Hadits tentang Silaturahmi

Ada banyak hadits yang menjelaskan pentingnya menjaga silaturahmi. Manfaatkan momen Idul Fitri sebagai waktu yang tepat untuk saling berkunjung, saling memaafkan dan juga menjaga persaudaraan.

Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan pentingnya silaturahmi:

1. Anjuran Silaturahmi

Rasulullah SAW bersabda, “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara.” (HR Bukhari)

2. Keutamaan Silaturahmi

Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Kuasa berfirman: Aku adalah yang Maha Pengasih (Ar-Rahman). Aku membuat ikatan persaudaraan dan memberinya nama dari nama-Ku. Jika siapa saja mempertahankan ikatan silaturahmi, mempertahankan hubungan dengannya. Dan Aku akan memutus hubungan dengan siapa saja yang memutuskan silaturahmi.” (HR Abu Daud)

3. Silaturahmi Membawa Rezeki dan Menghapus Dosa

Rasulullah SAW bersabda, “Ketika tamu datang pada suatu kaum, maka ia datang dengan membawa rezekinya. Ketika ia keluar dari kaum, maka ia keluar dengan membawa pengampunan dosa bagi mereka.” (HR Ad-Dailami)

4. Silaturahmi Membuka Pintu Rezeki

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari)

5. Silaturahmi Memperpanjang Umur

Sabda Rasulullah SAW, “Silaturahmi dapat menambah umur, sedangkan sedekah dengan sembunyi-sembunyi dapat meredam murka Allah.” (HR Ath-Thabrani)

6. Silaturahmi Menghapus Dosa

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

Demikian beberapa hadits anjuran dan keutamaan silaturahmi. Sebagai muslim yang beriman, sudah sepatutnya menjaga dan mempererat tali silaturahmi.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com